Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan viskositas (kekentalan) relatif suatu zat cair menggunakan air
sebagai pembanding

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan
dari aliran yang diberkan oleh suatu cairan. Kebanyakan viscometer
mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas
kapiler). Definisi lain dari viskositas adalah ukuran yang menyatakan
kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan
yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas
cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang
bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi
ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair (Yazid, 2005).
Setiap zat cair memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan daya alir setiap zat cair pun berbeda-beda. Bila
suatu cairan dalam viscometer mengalir dengan cepat, maka berarti
viskositas dari cairan tersebut rendah (misalnya air) dan bila suatu cairan
mengalir dengan lambat, maka cairan tersebut viskositasnya tinggi
(misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju cairan
yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu
cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun
gas. Nilai viscositas menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.
Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara
molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat
tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara

1
kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI
untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Satuan
cgs (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas adalah
dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam
centipoise (cP). 1 cP = 1/1000 P. Satuan Poise digunakan untuk
mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie
Poiseuille.
1 Poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Zat cair lebih kental (viskositasnya) daripada gas, sehingga untuk
mengalirkan zat cair diperlukan gaya yang lebih besar dibandingkan
dengan gaya yang diberikan untuk mengalirkan gas. Zat cair mempunyai
beberapa sifat sebagai berikut ( Wylie, 1992) :
a) Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk
permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
b) Mempunyai rapat masa dan berat jenis.
c) Dapat dianggap tidak termampatkan.
d) Mempunyai viskositas (kekentalan).
e) Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.

2.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Viskositas


Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut
(Bird,1987):
a) Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
b) Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas
gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan
bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan
demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.

2
c) Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya
bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air.
Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak
akan semakin encer, waktu alirnya semakin cepat.
d) Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju
aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan
kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga
tinggi.
e) Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f) Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas
CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang
sama.
g) Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu
larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang
tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya
partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak
partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula

3.2.1 Hukum-hukum Viskositas


a. Hukum Poiseuille
Suatu fluida tidak kental bias mengalir melalui pipa yang
bertingkat tanpa adanya gaya yang diberikan. Pada fluida kental
(viskos) diperlukan perbedaan tekanan Antara ujung-ujung pipa

3
untuk menjaga kesinambungan aliran, apakah air atau oli pada pipa
atau darah pada system sirkulasi manusia.
Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui
penampang melintang terbentuk silinder berjari-jari r, yang
panjangnya L, selain ditentukan oleh beda tekanan (∆𝑃) pada kedua
ujung yang memberikan gaya pengaliran juga ditentukan oleh
viscositas cairan dan luas penampang pipa. Hubungan tersebut
dirumuskan oleh viscositas cairan dan luas penampang pipa.
Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang dikenal dengan
hukum Poiseuille sebagai :

(∆𝑃)𝜋𝑟 4 𝑣 (∆𝑃)𝜋𝑟 4
𝑄= 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
8ŋ𝐿 𝑡 8ŋ𝐿

Dengan Q adalah kecepatan aliran volume (volume cairan V yang


melewati pipa persatuan waktu (t) dinyatakan dalam satuan SI
m3/S).

Keterangan :
ŋ : viskositas cairan (Nm-2. s) atau Poise
t : waktu yang diperlukan cairan dengan volume
mengalir melalui alat (s).
v : volume total cairan (L)
𝜌 : tekanan pada cairan (Pa)/atm
r : jari-jari tabung (m)
L : panjang pipa (m)
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa Q berbanding
terbalik dengan viskositas cairan. Semakin besar
viskositas,hambatan aliran juga semakin besar sehingga Q
menjadi rendah. Kecepatan aliran volume juga sebanding dengan
gradien tekanan ∆𝑃/L dan pangkat empat jari-jari pipa. Ini berarti

4
bahwa jika r diperkecil sehingga menjadi setengahnya, maka akan
dibutuhkan 16 kali lebih besar tekanan untuk memompa cairan
lewat pipa pada kecepatan aliran volume semula persamaan ini
berlaku untuk gas dan juga pipa cairan.
b. Hukum Stokes
Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam
medium fluida kental, maka benda tersebut akan mengalami hambatan
yang diakibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek tersebut
sebanding dengan kecepatan relative gerak benda terhadap medium
dan viskositasnya. Besarnya gaya gesekan fluida telah dirumuskan
sebelumnya sebagai:

∆𝑉 𝐴
𝐹=ŋ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = ŋ𝑉 = 𝑘ŋ𝑉
𝑍 𝑍

Dimana k adalah koefisien yang besarnya bergantung bentuk


geometric benda. Dari hasil percobaan, untuk benda berbentuk bola
dengan jari-jari r diperoleh k = 6πr. Dengan memasukkan nilai k
diperoleh:
F=6πrŋ v
Persamaan ini pertama kali dinyatakan oleh Sir George Stokes
(1845) yang dikenal dengan hokum Stokes. Bila gaya F diterapkan
pada partikel berbentuk bola dalam larutan, maka Stokes menunjukkan
bahwa untuk aliran Laminar berlaku:
f=6πrŋ v
dimana f adalah koefisien gesek dari partikel.

4.2.1 Alat Ukur Viskositas


Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang
dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa
digunakan antara lain :

5
1) Viscometer Oswald
Yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan
tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume V (antara
tanda a dan b) melalui pipa kapiler yang vertical. Jumlah tekanan (P)
dalam hokum Poiseuille adalah perbedaan tekanan Antara kedua
permukaan cairan, dan berbanding lurus dengan berat jenis cairan
(𝜌). Dalam praktek R dan L sukar diukur secara teliti dalam
persamaan Poiseuille. Karenanya viskositas cairan ditetapkan dengan
cara membandingkannya dengan cairan yang mempunyai viskositas
tertentu, misalnya air.
Persamaan yang digunakan adalah:

𝜋𝑅4 (𝑃𝑡)
ŋ=
8𝑉𝐿

sehingga
ŋ1 𝜋𝑅4 (𝑃𝑡) 8𝑉𝐿
= ×
ŋ2 8𝑉𝐿 𝜋𝑅4 (𝑃𝑡)2
(Pt)1 P1t1
= =
(Pt)2 P2t2
Dimana:
P : 𝜌 × konstanta
𝜌 : density

6
2) Viskometer Hoppler
Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah bola
untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu. Karena adanya
gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan
maksimum. Kecepatan maksimum akan dicapai jika gaya gravitasi
(g) sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya gaya tahan
(frictional resistance) untuk benda yang berbentuk bola stokes.

3) Viskometer Cup dan Bob


Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding
luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis
ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran
sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling
bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.
Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat
(Moechtar,1990)

4) Viskometer Cone dan Plate


Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-
tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut.
Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).

7
BAB II
METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


2.1.1 Alat yang digunakan
1) Viscometer otswald 7) Piknometer
2) Gelas kimia 100 ml 8) Bulp
3) Pipet ukur 9) Labu ukur
4) Pipet tetes 10) Thermometer
5) Stopwatch 11) Neraca digital
6) Botol aquadest
2.1.2 Bahan yang digunakan
1) Etanol murni
2) Etanol berbagai konsentrasi
3) Kerosin (minyak tanah)
4) Aquadest

2.2 PROSEDUR PERCOBAAN


2.2.1 Pengukuran viskositas
1) Membersihkan viscometer menggunakan pelarut yang sesuai dan
melewatkan udara bersih, kering sampai semua pelarutnya habis atau
hilang.
2) Mengisi viscometer dengan sampel yang akan dianalisa melalui
tabung G hingga reservoir terbawah, sampel cukup hingga level
antara garis J dan K.
3) Menempatkan jari pada tabung B dan memasukkan penghisap pada
tabung A sampai larutan mencapai tengah bulp C.
4) Memindahkan penghisap dari tabung A dan memindahkan jari dari
tabung B apabila cairan tepat berada pada garis M serta mengukur

8
waktu alir cairan yang mengalir dari garis M ke garis N secara
bersamaan.
5) Melakukan percobaan secara duplo
6) Mengulang untuk sampel yang berbeda

2.2.2 Pengukuran Berat Jenis


1) Menimbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital
kemudian mencatat hasilnya.
2) Menimbang piknometer yang telah di isi oleh sampel dan mencatat
hasilnya
3) Menghitung massa jenis masing-masing sampel. Dengan rumus:
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
4) Menghitung viskositas masing-masing sampel. Dengan rumus:
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2

2.3 DIAGRAM ALIR


2.3.1 Pengukuran viskositas

Membersihkan viscometer menggunakan pelarut yang sesuai dan


melewatkan udara bersih, kering sampai semua pelarutnya habis atau
hilang

Mengisi viscometer dengan sampel yang akan dianalisa melalui tabung


G hingga reservoir terbawah, sampel cukup hingga level antara garis J
dan K

9
Menempatkan jari pada tabung B dan memasukkan penghisap pada
tabung A sampai larutan mencapai tengah bulp C

Memindahkan penghisap dari tabung A dan memindahkan jari dari


tabung B apabila cairan tepat berada pada garis M serta mengukur waktu
alir cairan yang mengalir dari garis M ke garis N secara bersamaan

Melakukan percobaan secara duplo

Mengulang untuk sampel yang berbeda

2.3.2 Pengukuran Berat Jenis

Menimbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca digital


kemudian mencatat hasilnya

Menimbang piknometer yang telah di isi oleh sampel dan mencatat


hasilnya

Menghitung massa jenis masing-masing sampel

Menghitung viskositas masing-masing sampel

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1.1 Hasil Pengukuran Waktu Efflux


No. Larutan Kode Waktu (s)

1. Aquadest A 5,2
B 5,2
2. Kerosin A 8,8
B 8,8
3. Etanol 10% A 7,7
B 7,7
4. Etanol 20% A 8,3
B 8,3
5. Etanol 50% A 10,8
B 10,8
6. Etanol murni A 5,6
B 5,6

11
Tabel 3.1.2 Penentuan Berat Jenis

No. Larutan Kode Suhu Massa Massa


Massa
(oC) Piknometer Piknometer +
Kosong (g) Larutan (g/ml) Larutan (g)

1. Aquadest A 29 16,4410 26,0360 9,595

B 29 16,4410 26,0365 9,5955

2. Kerosin A 29 16,5372 24,1620 7,6248

B 29 16,5372 24,1616 7,6244

3. Etanol A 31 16,4831 25,9292 9,4461


10%
B 31 16,4831 25,9306 9,4475

4. Etanol A 32 16,4389 25,9787 9,5398


20%
B 32 16,4389 25,9789 9,54

5. Etanol A 33 16,5147 26,4227 9,908


50%
B 33 16,5147 26,4822 9,9075

6. Etanol A 29 16,4932 24,1732 7,68


Murni
B 29 16,4932 24,1726 7,6794

12
3.2 HASIL PERHITUNGAN
Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan Viskositas
No. Jenis Larutan Viskositas (cP)

1. Aquadest 0,00008

2. Kerosin 1,0556 × 10-4

3. Etanol 10% 1,1443 × 10-4

4. Etanol 20% 1,2456 × 10-4

5. Etanol 50% 1,5427 × 10-4

6. Etanol murni 6,7657 × 10-5

3.3 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu viskositas cairan berbagai larutan, dimana salah
satu tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan harga viskositas atau
kekentalan dari beberapa cairan dengan air sebagai pembandingnya. Dimana
viskositas larutan merupakan fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya
tarik antar molekul dan struktur larutan. Viskositas dalam zat cair disebabkan
karena adanya gaya kohesi atau tarik menarik antar molekul sejenis. Besarnya
viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperature, gaya tarik
antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Tiap molekul dalam
larutan dianggap dalam kedudukan seimbang, sehingga sebelum suatu lapisan
molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energy
tertentu. Pada praktikum kali ini cairan yang ditentukan viskositasnya yaitu
etanol 10% , etanol 20% , etanol 50% , etanol murni dan kerosin. Setiap
larutan ini memiliki viskositas yang berbeda-beda.
Viskositas merupakan kekentalan zat cair, dapat didefinisikan sebagai sifat
dari zat cair untuk melawan tegangan geser (t) pada waktu bergerak atau
mengalir dan disebabkan juga oleh kohesi antar partikelnya. Pada praktikum

13
kali ini yang digunakan yaitu metode Oswald. Prinsip kerja dengan
menggunakan viscometer ostwald yaitu pertama-tama larutan yang akan
dimasukkan kedalam reservoir A diukur suhunya. Untuk pengukuran suhu
larutan hanya dilakukan sekali saja. Kemudian viscometer diletakkan dalam
thermostat pada posisi vertical, kemudian dimasukkan cairan melewati garis
M dan reservoir A masih terisi setengahnya. Dengan penghisap, cairan B
dibawa sampai sedikit melewati garis M dan dibiarkan mengalir secara bebas
ke N . Waktu yang diperlukan larutan untuk mengalir dari garis M ke garis N
diukur dengan menggunakan stopwatch lalu dicatat dalam data pengamatan.
Percobaan diulangi sebanyak dua kali lagi untuk tiap-tiap larutan.
Berdasarkan hasil pengamatan untuk pengukuran suhu diperoleh suhu
aquadest yaitu 28oC , suhu kerosin yaitu 29oC , suhu etanol murni yaitu 29oC ,
suhu etanol 10% yaitu 31 oC , suhu etanol 20% yaitu 32oC, dan suhu etanol
50% yaitu 33 oC. Setelah melakukan pengukuran diperoleh viskositas masing-
masing larutan yaitu, untuk aquadest viskositasnya adalah 0,00008 cP , untuk
etanol murni viskositasnya adalah 6,7657 × 10-5 , untuk etanol 10%
viskositasnya adalah 1,1443 × 10-4 cP , untuk etanol 20% viskositasnya adalah
1,2456 × 10-4 cP , untuk etanol 50% viskositasnya adalah 1,5427 × 10-4 cP dan
untuk kerosin viskositasnya adalah 1,0556 × 10-4 cP .
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Hasil praktikum yang telah diperoleh dari perhitungan viskositas larutan-
larutan tersebut belum sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahwasanya semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi
pula viskositasnya. Salah satu yang membuat hasil paraktikum tidak sesuai
dengan teori adalah viskositas etanol murni yang tidak berbanding lurus
dengan etanol 10% , etanol 20% dan etanol 50% yang mana semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi viskositasnya. Hal ini kemungkinan

14
disebabkan karena etanol dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% melalui
proses pengenceran, sehingga ada proses pencampuran air. Pencampuran air
yang mempengaruhi massa jenis tersebut karena biasanya suatu zat cair yang
dicampurkan dengan air, massa jenis zat cair tersebut telah mendekati massa
jenis air. Sehingga etanol dengan konsentrasi 10%, 20% dan 50% memiliki
massa jenis lebih besar dibandingkan etanol murni. Oleh sebab itu etanol
dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% memiliki nilai viskositas lebih besar
dibandingkan etanol murni. Padahal etanol murni memiliki konsentrasi lebih
besar dibandingkan etanol dengan konsentrasi 10% , 20% dan 50% . karena
dalam perhitungan viskositas sendiri massa jenisnya berpengaruh, massa jenis
suatu zat berbanding lurus dengan viskositas.
Jenis zat suatu zat cair juga dapat mempengaruhi nilai viskositas. Salah
satunya adalah kekentalan. Kekentalan suatu zat biasanya dipengaruhi oleh
massa jenis zat tersebut. Semakin besar massa jenis maka semakin tinggi
kekentalan suatu zat tersebut. Pengaruh dari kekentalan terhadap energy
pengaktifan suatu aliran adalah semakin tinggi tingkat kekentalan suatu zat
cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah kekentalan
suatu zat cair maka energy pengaktifannya semakin besar dan akan
memperlambat aliran. Dari hasil praktikum dapat dilihat nilai viskositas
kerosin lebih kecil dari nilai viskositas etanol. Hal ini terjadi karena kerosin
sendiri memiliki massa jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan etanol,
sebab massa jenis juga mempengaruhi kekentalan zat tersebut sehingga waktu
efflux zat tersebut semaki lama. Jadi, semakin besar massa jenis suatu zat,
maka semakin kental suatu zat tersebut dan semakin lama waktu efflux suatu
zat maka nilai viskositasnya semakin besar.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu:
1) Viskositas untuk kerosin adalah sebesar 1,0556 × 10-4 cP
2) Viskositas untuk etanol 10% adalah sebesar 1,1443 × 10-4 cP
3) Viskositas untuk etanol 20% adalah sebesar 1,2456× 10-4 cP
4) Viskositas untuk etanol 50% adalah sebesar 1,5427 × 10-4 cP
5) Viskositas untuk etanol murni adalah sebesar 6,7656 × 10-5 cP
6) Massa jenis mempengaruhi nilai viskositas, karena semakin tinggi massa
jenis suatu zat maka viskositasnya akan semakin tinggi pula

16
DAFTAR PUSTAKA

http://wiwitwidya27p.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-fisika-viskositas-
teknik.html
http://duniafisikaasyik.wordpress.com/2012/06/03/6-viskositas-dan-hukum-
stokes/
http://www.scribd.com/doc/40385103/Viskositas
http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-instrumen/laporan-penentuan-
viskositas/
http://wenimandasari.blogspot.com/p/laporan-termokimia.html
Modul Ajar . Praktikum Dasar Proses Kimia . Polnes . Tahun 2013

17
LAMPIRAN

18
PERHITUNGAN

1) Massa Jenis Larutan


a. Aquadest
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,595 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9595 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,5955 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9596 𝑔/𝑚𝑙

( 0,9595 + 0,9596 ) 𝑔/𝑚𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,9595 𝑔/𝑚𝑙

b. Kerosin
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
7,6248 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,7625 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
7,6244 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,7624 𝑔/𝑚𝑙

19
( 0,7625 + 0,7624 ) 𝑔/𝑚𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,7625 𝑔/𝑚𝑙

c. Etanol 10%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,4461 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9446 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,4475 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9448 𝑔/𝑚𝑙

( 0,9446 + 0,9948 ) 𝑔/𝑚𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2

= 0,9447 𝑔/𝑚𝑙

d. Etanol 20%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,5398 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9540 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

20
9,54 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,954 𝑔/𝑚𝑙

( 0,9540 + 0,954 ) 𝑔/𝑚𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,954 𝑔/𝑚𝑙

e. Etanol 50%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,908 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9908 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
9,9075 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,9908 𝑔/𝑚𝑙

( 0,9908 + 0,9908 ) 𝑔/𝑚𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,9908 𝑔/𝑚𝑙

f. Etanol murni
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐴
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
7,68 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,768 𝑔/𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐵
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

21
7,6794 𝑔
=
10 𝑚𝑙
= 0,7679 𝑔/𝑚𝑙

( 0,768 + 0,7679 ) 𝑔/𝑚𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
= 0,768 𝑔/𝑚𝑙

2) Viskositas Larutan
a) Kerosin
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2
0,00008 0,9595 .5,3
=
η2 0,7625 .8,8
0,00008 5,0854
=
η2 6,71
η2 = 1,0556 × 10-4 cP

b) Etanol 10%
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2
0,00008 0,9595 . 5,3
=
η2 0,9447 . 7,7
0,00008 5,0854
=
η2 7,2742
η2 = 1,443 × 10-4 cP

c) Etanol 20%
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2

22
0,00008 0,9595 . 5,3
=
η2 0,954 . 8,3
0,00008 5,0854
=
η2 7,9182
η2 = 1,2456 × 10-4 cP

d) Etanol 50%
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2
0,00008 0,9595 . 5,3
=
η2 0,908 . 10,8
0,00008 5,0854
=
η2 9,8064
η2 = 1,5427 × 10-4 cP

e) Etanol Murni
η1 𝜌1 . 𝑡1
=
η2 𝜌2 . 𝑡2
0,00008 0,9595 . 5,3
=
η2 0,768 . 5,6
0,00008 5,0854
=
η2 4,3008
η2 = 6,7657 × 10-5 cP

23
GAMBAR ALAT

Viskometer otswald Stopwatch Botol Aquadest

Gelas Kimia Bulp Piknometer

Pipet Ukur Pipet Tetes Labu Ukur

24
Neraca Digital Thermometer

25

Anda mungkin juga menyukai