Anda di halaman 1dari 28

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No.

1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM:


UPAYA MEMBANGUN WAJAH ISLAM INDONESIA YANG DAMAI

1
NURUL FAIQAH, 2TONI PRANSISKA

1
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta
elnury16@gmail.com, tonyelnoory@ymail.com

Abstract

This article explains that all religions strictly prohibit acts of terror that can
threaten harmony, wholeness and diversity of the nation. Terrorism and
radicalism are not always ideologically motivated, but non-religious factors
are dominant such as social, economic, political and others. Therefore, it is
necessary to promote and promote a new discourse and paradigm of
inclusive and tolerant Islamic understanding of moderation of Islam
(wasathiyah al-Islām). The emergence of radical Islamism must
immediately be balanced with the vision of moderate Islam. That is the
image of Islam that upholds the valuesof moderation, tolerance and
equality of rights.Moderation of Islam is a middle ground in the midst of
religious diversity. The image of moderation of Islam appears in harmony
between Islam and local wisdom. This Local Value as a cultural heritage of
the archipelago, can be juxtaposed parallel so that between the spirit of
Islam and cultural wisdom goes hand in hand, not mutually negate. This is
where the image of Indonesian Islam is considered very appropriately
applied in the context of cultural heterogeneity in the ASEAN region and
the world.

Keyword : Radicalism, Moderation of Islam, Terrorism, Paradigm

PENDAHULUAN konteks global maupun indonesia.


Fenomena gerakan Dalam sepekan ini Indonesia
radikalisme dan terorisme berbasis dihadapkan dengan aksi terror yang
agama akhir-akhir ini menjadi simultan. Serangan demi serangan
keprihatinan kita semua. Baik dalam dilancarkan oleh kelompok teroris

33
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

biadab yang mengancam stabilitas radikalisme, dan lain sebagainya.


keamanan nasional dan integrasi Stigmatisasi ini seakan
social. Mulai dari aksi Penyerangan membenarkan pandangan beberapa
dan Penyanderaan di Mako Brimob pemikir Barat yang berpandangan
(Kompas.com, 11 Mei 2018) hingga bahwa Islam merupakan ancaman
aksi bom bunuh diri (suicide bomber) pasca runtuhnya Soviet, seperti
yang terjadi di tiga gereja di Samuel Huntington dengan tesisnya
Surabaya (news.idntimes.com, 14 the clash of civilization.
Mei 2018). Hingga kabar yang Dengan mengggalang
terbaru disusul adanya ledakan bom kekuatan internasional, Amerika
di rusunawa Sidoarjo (Detik.com, 14 Serikat melancarkan kampanye anti-
Mei 2018). Aksi teror tersebut teror. Atas nama itulah, Afganistan
hampir selalu memakan korban, baik dan Irak diserang. Berbagai
diri pelakunya maupun warga yang organisasi dan pergerakan
tidak berdosa. Di samping itu, keagamaan juga menjadi sasaran,
peristiwa-peristiwa tersebut juga terutama jaringan Al-Qaeda
menimbulkan trauma psikologis bagi Internasional. Tuduhan tersebut
para korban yang masih hidup dan menemukan relevansinya dengan
juga ketakutan di kalangan pernyataan para pelaku yang
masyarakat. menyebutkan motivasi keagamaan
Aksi-aksi teror semacam ini di balik aksi mereka, sehingga
bukanlah kali pertamanya terjadi, banyak pengamat mengaitkan
melainkan aksi tersebut dimulai gerakan islam garis keras dengan
sejak tiga dekade terakhir di terorisme dan kekerasan. Kendati
penghujung millenium kedua, banyak faktor yang
tepatnya pertengahan tahun 70-an, melatarbelakanginya seperti politik,
masyarakat internasional dikejutkan ekonomi, sosial, psikologi dan lain
oleh berbagai tindakan kekerasan, sebagainya. Akan tetapi faktor
khususnya aksi teror terhadap keyakinan dan pemahaman
kepentingan Amerika Serikat dan terhadap beberapa doktrin
Israel (Harian al-Ahrām Mesir, 2 Mei keagamaan agaknya yang paling
1993). Aksi-aksi tersebut terus dominan. Seakan perlawanan
meluas seiring dengan datangnya menentang hegemoni suatu
millenium ketiga yang ditandai kekuatan tertentu, yang notabene
dengan serangan 11 September berbeda agama, dalam berbagai
2001 terhadap gedung WTC dan dimensi kehidupan mendapat
Pentagon. Islam dan umat Islam legitimasi dari teks-teks keagamaan,
menjadi pihak yang tertuduh dalam tentunya dengan pemahaman yang
aksi tersebut dan yang sebelumnya skriptual-literal (nashī), parsial (juz’ī)
dan dianggap sebagai ancaman bagi dan ekstrem atau berlebihan
kehidupan masyarakat dunia. (tatharruf/gulwu). Sehingga terkesan
Berbagai stigma pun dilekatkan. konflik bukan lagi karena akumulasi
Islam identik dengan kekerasan, berbagai kekecewaan akibat
terorisme, fundamentalisme, hegemoni pihak tertentu, tetapi

34
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

seakan meluas kepada konflik keniscayaan bagi bangsa ini. Karena


agama. kerukunan merupakan perwujudan
Ibarat tanaman, aksi teror, kedewasaan berbangsa dan
kekerasan dan radikalisme agama di bernegara yang penuh dengan
Indonesia telah menjelma sebagai perbedaan (unity in diversity).
tanaman yang tumbuh subur. Patah
tumbuh, hilang berganti. Agama RADIKALISME AGAMA: KAJIAN
yang seharusnya menjadi drive atau LITERATUR
panduan hidup yang ramah dan Kajian dan penelitian
toleran justru menjadi pemicu mengenai radikalisme agama
timbulnya kekerasan dan teror. Ini sebenarnya telah banyak ditulis dan
berarti ada kesalahan dalam dikaji oleh para pakar dan peneliti di
pemahaman dan implementasi bidang sosial keagamaan. Sebut
ajaran yang sangat fundamental. saja misalnya buku dengan judul
Bukankah Islam yang diajarkan oleh Islam dan Radikalisme Islam di
Nabi Muhammad justru telah Indonesia yang ditulis oleh Afdhal
membuktikan sebagai agama yang dkk (2005: 65) dengan pendekatan
menjunjung tinggi kasih sayang dan sosio-politik serta penggalian data
sangat menghargai terhadap yang diambl dari kepustakaan dan
perbedaan. penelitian lapangan melalui metode
Zuhairi (2009: vii) wawancara mendalam terhadap
mengungkapkan bahwa terorisme para tokoh baik dari kelompok
dan radikalisme agama bukan radikal maupun kelompok
persoalam pelakunya (subjek) bukan fundamentalis non-radikal, yang
pula orang-orang yang menjadi nisbi maupu yang moderat.
korban dari aksi tersebut (objek). Penulisnya mencoba memotret dan
Terorisme dan radikalisme lebih mengkaji tentang pemahaman dan
terkait kepada keyakinan teologis. pandangan kelompok islam radikal
Artinya, pelakunya bisa ditangkap serta berbagai gerakan politik yang
dan dipenjarakan bahkan dibunuh. dilakukan radikalisme islam di
Tetapi keyakinan dan doktrinnya Indonesia kaitannya dalam
tidak mudah untuk ditaklukkan. Nah, memperjuangkan berdirinya syariat
oleh karena itu, maka perlu Islam.
mewacanakan dan mempromosikan Dalam karyanya Afdhal
satu wacana dan paradigma baru menemukan fakta bahwa munculnya
tentang pemahaman keislaman yang gerakan radikalisme di Indonesia
ramah dan toleran yaitu moderasi terkait erat dengan atau dipicu oleh
islam (wasathiyah al-Islām). persoalan domestik disamping oleh
Munculnya paham islam radikal konstelasi politik internasional yang
harus segera diimbangi dengan visi dinilai telah memojokkan kehidupan
islam moderat. Yakni Wajah islam sosial politik umat Islam. Berbagai
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemelut domestik yang melanda
moderasi, toleransi dan persamaan umat islam seperti pembataian kyai
hak. Walhasil, kerukunan menjadi dengan berkedok dukun santet,

35
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

sampai tragedi Poso (1998), tragedi gambaran yang cukup gamblang


Ambon (1999) di mana umat Islam terkait kelompok-kelompok Islam
menjadi korban menurutnya adalah Radikal di Indonesia seperti KISDI
bukti dari penyebab munculnya (Komite Indonesian untuk Solidaritas
radikalisme di Indonesia. Dunia Islam), Laskar Jihad, Forum
Sri Yunanto (2003: 124) Pembela islam, dan Majelis
dalam bukunya Gerakan Militan Mujahidin.
islam di indonesia dan Asia Benih-benih Islam Radikal di
Tenggara, juga secara fokus Masjid: Studi Kasus Jakarta dan
mengkaji tentang gerakan islam Solo yang ditulis oleh M. Ridwan al-
militan. Dibandingkan kajian tentang Makasary dan Ahmad Gaus A.F
gerakan Islam serupa yang lebih (2009:76) memberikan penjelasan
cenderung menekankan kepada yang sangat “keras” tentang
dimensi sosiologis dan teologis, munculnya fenomena bibit-bibit
buku ini lebih memberikan radikalisme di masjid-masjid di
penekanan pada dimensi politik dan Jakarta dan Solo. Penelitian yang
keamanan. Untuk dimensi politik dilakukan tersebut memberikan
yang dikaji dalam buku ini misalkan fotret dari mana datangnya bibit
dapat dicermati dalam kasus-kasus radikalisme di mesjid dan dalam
seperti penekanan terhadap gerakan kerangka semacam apa radikalisme
menekan kebijakan implementasi tersebut terformulasikan. Dengan
syariat islam, pemberantasan mengambil beberapa mesjid di
kemungkaran, isu-isu tentang Jakarta dan Solo terdapat benang
negara islam (al-daulah al- merah yang dapat ditarik di sana.
islāmiyah), keterkaitan dengan politik Bahwa radikalisme mesjid tumbuh
militer dan profil organisasi. karena ealogihendak merespon
Sedangkan dimensi keamanan masalah kontemporer. Globalisasi di
dapat dilihat misalnya dalam kasus kalangan masjid yang disinyalir
keterlibatan kelompok ini dalam datang dari Barat, bukan dari Islam.
konflik di beberapa daerah di Sebuah artikel dengan judul
Indonesia dan Asia Tenggara dan Radikalisme Islam Klasik dan
keterkaitannya dengan isu-isu Komtemporer: Membanding
terorisme. Khawarij dan Hijbut Tahrir yang
Genealogi Islam Radikal di ditulis oleh Syamsul Rizal (2010:
Indonesia, ditulis oleh M. Zaki 225-226) Secara khusus, penulis
Mubarok (2008: 187) sebuah buku menguji sejauh mana proto-type dan
yang memberikan telaah yang cukup kemiripan karakteristik antara
komprehensif atas beberapa radikalisme Islam klasik, yang
kelompok yang disebut oleh diwakili oleh Khawarij, dan
penulisnya sebagai “Islam Radikal” radikalisme Islam kontemporer, yang
di Indonesia, segala bentuk sepak diwakili oleh Hizbut Tahrir. Meskipun
terjang dan tujuan yang dikehendaki tidak ditemukan bukti sejarah yang
oleh kelompok Islam Radikal kuat tentang pengaruh langsung
tersebut. Buku ini memberikan ajaran Khawarij terhadap HT, namun

36
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

penulis berargumentasi bahwa (KBBI) (2008:1151) radikalisme


terdapat elemen-elemen Khawarij berarti (1) paham atau aliran yang
dalam gerakan Hizbut Tahrir. radikal dalam politik; (2)paham atau
Penelitian tersebut aliran yang menginginkan
menemukan bahwa adanya perubahan atau pembaharuan sosial
beberapa kesamaan karakteristik danpolitik dengan cara kekerasan
antara Khawarij dan HT dalam atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam
kaitannya dengan ciri radikalisme. aliran politik.
Pertama, kedua gerakan tersebut Pengertian lain
sama-sama muncul sebagai bentuk mengungkapkan bahwa yang
perlawanan terhadap tatanan social dimaksud dengan radikal atau
disekitarnya yang tidak disetujuinya. radikalisme itu adalah prinsip-prinsip
Baik Khawarij maupun HT atau praktik-praktik yang dilakukan
menggunakan agama sebagai secara radikal. Suatu pilihan
sumber justifikasi untuk melakukan tindakan yang umumnya dilihat
perlawanan. Kedua, Khawarij dan dengan mempertentangkan secara
HT cenderung memahami teks-teks tajam antara nilai-niali yang
Islam secara literal tanpa diperjuangkan oleh kelompok
mengelaborasi konteks, maksud, (aliran) agama tertentu dengan
dan tujuannya. Terakhir, para tatanan nilai yang berlaku atau
penganut kedua kelompok tesebut dipandang mapan pada saat itu
memegang ajarannya masing- (Kemenag, 2014: 3).
masing secara fanatic tanpa Pada dasarnya, perlu
kompromi dan dinamika. Walhasil, dibedakan antara radikal,
mereka cenderung menghakimi radikalisme dan radikalisasi.
‘yang lain’ sebagai kufur atau tidak Menurut KH. Hasyim Muzadi,
faham Islam secara kaffah, serta mantan Ketua PBNU dan pengasuh
mengklaim diri (self-claim) sebagai pesantren al-Hikam Malang, pada
pengemban Islam yang paling dasarnya seseorang yang berfikir
benar. Dari eksaminasi singkat ini, radikal (berfikir mendalam, sampai
penulis menyimpulkan adanya titik ke akar-akarnya) boleh-boleh saja,
singgung (family resemblances) dan memang berfikir sudah
antara radikalisme Islam klasik dan seharusnya seperti itu. Katakanlah
radikalisme Islam kontemporer. misalanya, seseorang yang dalam
hatinya berpandangan bahwa
MEMAHAMI TERM RADIKALISME Indonesia mengalami banyak
DAN TERORISME masalah (ekonomi, pendidikan,
Istilah radikalisme berasal hokum dan politik) disebabkan
dari bahasa Latin “radix” yang Indonesia tidak menerapkan syariat
artinya akar,pangkal, bagian bawah, Islam, oleh karena itu, misalnya,
atau bisa juga berarti menyeluruh, dasar Negera Indonesia harus
habis-habisan danamat keras untuk diganti dengan system pemerintahan
menuntut perubahan. Menurut islam (al-khilāfah al-islāmiyah).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendapat yang radikal seperti itu

37
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

sah-sah saja. Sekeras apapun kemakmuran belum terwujud,


pernyataan diatas jika hanya dalam radikalisasi akan selalu muncul di
wacana atau pemikiran, tidak akan masyarakat. Keadilan itu
menjadi persoalan publik. Sebab menyangkut banyak aspek, baik
pada hakikanya, apa yang muncul aspek hukum, politik, pendidikan,
dal;am benak atau pikiran tidak sosial, hak asasi, maupun budaya.
dapat diadili (kriminalisasi pemikiran) Hukum itu berbeda dengan keadilan.
karena tidak termasuk tindak pidana. Hukum adalah aspek tertentu,
Kejahatan adalah suatu tindakan sedangkan keadilan adalah akhlak
(omissi). Dalam pengertian ini, dari hukum itu (Rokhmat, 2012: 83).
seseorag tidak dapat dihukum hanya Setidaknya, radikalisme bisa
karena pikirannya, melainkan harus dibedakan ke dalam dua level, yaitu
ada suatu tindakan atau kealpaan levelpemikiran dan level aksi atau
dalam bertindak (Abu Rokhmad, tindakan. Pada level pemikiran,
2012: 82). radikalisme masihberupa wacana,
Adapun term “radikalisme”, konsep dan gagasan yang masih
KH. Hasyim Muzadi diperbincangkan, yang
mendefinisikannya “radikal dalam intinyamendukung penggunaan
paham atau ismenya”. Biasanya cara-cara kekerasan untuk
mereka akan menjadi radikal secara mencapai tujuan. Adapunpada level
permanen. Radikal sebagai isme ini aksi atau tindakan, radikalisme bisa
dapat tumbuh secara demoktratis, berada pada ranah sosial-politikdan
force (kekuatan) masyarakat dan agama. Pada ranah politik, faham ini
teror. Dengan kata lain, radikalisme tampak tercermin dari adanya
adalah radikal yang sudah menjadi tindakanmemaksakan pendapatnya
ideologi dan mazhab pemikiran. dengan cara-cara yang
Dalam pandangan peneliti, setiap inkonstitusional, bahkan bisaberupa
orang berpotensi menjadi radikal tindakan mobilisasi masa untuk
dan penganut paham radikal kepentingan politik tertentu dan
(radikalisme), tergantung apakah berujungpada konflik sosial.
lingkungan (habitus) mendukungnya Dalam bidang keagamaan,
atau tidak.(Kemenag, 2014: 4). fenomena radikalisme agama
Sedangkan yang dimaksud dengan tercermin daritindakan-tindakan
radikalisasi menurut Muzadi adalah destruktif-anarkis atas nama agama
(seseorang yang) tumbuh menjadi dari sekelompok orangterhadap
reaktif ketika terjadi ketidakadilan di kelompok pemeluk agama lain
masyarakat. Biasanya radikalisasi (eksternal) atau kelompok
tumbuh berkaitan dengan seagama(internal) yang berbeda dan
ketidakadilan ekonomi, politik, dianggap sesat. Termasuk dalam
lemahnya penegakan hukum dan tindakan radikalismeagama adalah
seterusnya. Jadi, jangan aktifitas untuk memaksakan
dibayangkan ketika teroris sudah pendapat, keinginan, dan cita-
ditangkap, lalu radikalisme hilang. citakeagamaan dengan jalan
Sepanjang keadilan dan kekerasan. Radikalisme agama bisa

38
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

menjangkiti semua pemeluk kalangan Islam, radikalisme


agama,tidak terkecuali di kalangan keagamaan itu banyak bersumber
pemeluk Islam. dari:
Lebih detil, Rubaidi (2010: 1. Pemahaman keagamaan
63) menguraikan lima ciri gerakan yang literal, sepotong-
radikalisme. Pertama, menjadikan sepotong terhadap ayat-ayat
Islam sebagai ideologi final dalam al-Qur’an. Pemahaman
mengatur kehidupan individual dan seperti itu hampir tidak
juga politik ketata negaraan. Kedua, memberikan ruang bagi
nilai-nilai Islam yang dianut akomodasi dan kompromi
mengadopsi sumbernya—di Timur dengan kelompok-kelompok
Tengah—secara apa adanya tanpa muslim lain yang umumnya
mempertimbangkan perkembangan moderat, dan karena itu
sosial dan politik ketika Al-Quran menjadi arus utama
dan hadits hadir di muka bumi ini, (mainstream) umat.
dengan realitas lokal kekinian. Kelompok umat Islam yang
Ketiga, karena perhatian lebih berpaham seperti ini sudah
terfokus pada teks Al-Qur’an dan muncul sejak masa al-
hadist, maka purifikasi ini sangat Khulafa’ al-Rasyidun
berhati-hati untuk menerima segala keempat Ali ibn Abi Thalib
budaya non asal Islam (budaya dalam bentuk kaum Khawarij
Timur Tengah) termasuk berhati-hati yang sangat radikal dan
menerima tradisi lokal karena melakukan banyak
khawatir mencampuri Islam dengan pembunuhan terhadap
bid’ah. Keempat, menolak ideologi pemimpin muslim yang telah
Non-Timur Tengah termasuk mereka nyatakan ‘kafir’.
ideologi Barat, seperti demokrasi, 2. Bacaan yang salah terhadap
sekularisme dan liberalisme. Sekali sejarah Islam yang
lagi, segala peraturan yang dikombinasikan dengan
ditetapkan harus merujuk pada Al- idealisasi berlebihan
Qur’an dan hadist. Kelima, gerakan terhadap Islam pada masa
kelompok ini sering berseberangan tertentu. Ini terlihat dalam
dengan masyarakat luas termasuk pandangan dan gerakan
pemerintah. Oleh karena itu, Salafi, khususnya pada
terkadang terjadi gesekan ideologis spektrum sangat radikal
bahkan fisik dengan kelompok lain, seperti Wahabiyah yang
termasuk pemerintah. muncul di Semenanjung
Peningkatan radikalisme Arabia pada akhir abad 18
keagamaan banyak berakar pada awal sampai dengan abad 19
kenyataan kian merebaknya dan terus merebak sampai
berbagai penafsiran, pemahaman, sekarang ini. Tema pokok
aliran, bahkan sekte di dalam (intra) kelompok dan sel Salafi ini
satu agama tertentu. Menurut adalah pemurnian Islam,
Azyumardi Azra (2011: 25), di yakni membersihkan Islam

39
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

dari pemahaman dan praktek kelompok-kelompok radikal.


keagamaan yang mereka Kelompok-kelompok
pandang sebagai ‘bid’ah’, sempalan tersebut tidak
yang tidak jarang mereka jarang mengambil bentuk
lakukan dengan caracara kultus (cult), yang sangat
kekerasan. Dengan eksklusif, tertutup dan
pemahaman dan praksis berpusat pada seseorang
keagamaan seperti itu, yang dipandang kharismatik.
kelompok dan sel radikal ini Kelompok-kelompok ini
‘menyempal’ (splinter) dari dengan dogma eskatologis
mainstream Islam yang tertentu bahkan memandang
memegang dominasi dan dunia sudah menjelang akhir
hegemoni otoritas teologis zaman dan kiamat; sekarang
dan hukum agama dan waktunya bertobat melalui
sekaligus kepemimpinan pemimpin dan kelompok
agama. Karena itu, respon mereka. Doktrin dan
dan reaksi keras sering pandangan teologis-
muncul dari kelompok- eskatologis seperti ini, tidak
kelompok ‘mainstream’, arus bisa lain dengan segera
utama, dalam agama. dapat menimbulkan reaksi
Mereka tidak jarang dari agama-agama
mengeluarkan ketetapan, mainstream, yang dapat
bahkan fatwa, yang berujung pada konflik sosial.
menetapkan kelompok- Munip (2012:165)
kelompok sempalan tersebut menjelaskan bahwa
sebagai sesat dan Radikalisme keagamaan
menyesatkan. Ketetapan jelas berujung pada
atau fatwa tersebut dalam peningkatan konflik sosial
prakteknya tidak jarang pula dan kekerasan bernuansa
digunakan kelompok- intra dan antar agama; juga
kelompok mainstream bahkan antar umat beragama
tertentu sebagai dasar dan dengan negara. Ini terlihat
justifikasi untuk melakukan jelas, misalnya, dengan
tindakan main hakim sendiri. meningkatnya aktivitas
3. Deprivasi politik, sosial dan penutupan gereja di
ekonomi yang masih beberapa tempat dimana
bertahan dalam masyarakat. kaum Muslim mayoritas,
Pada saat yang sama, seperti di Bekasi, Bogor dan
disorientasi dan dislokasi Temanggung belum lama ini.
sosial-budaya, dan ekses Atau penutupan
globalisasi, dan semacamnya masjid/mushala di daerah
sekaligus merupakan mayoritas non-Muslim
tambahan faktor-faktor diberbagai tempat di tanah
penting bagi kemunculan air, seperti di Bali pasca bom

40
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

Bali Oktober 2002; termasuk berulangkali menyatakan,


pula anarkisme terhadap mereka menolak cara-cara
berbagai fasilitas dan masjid- kekerasan, meski untuk
masjid Ahmadiyah serta para menegakkan kebaikan dan
jemaatnya. Berbagai tindak mencegah kemungkaran
kekerasan terhadap pengikut sekalipun. Tetapi, seruan
Ahmadiyah juga masih terus organisasi-organisasi
terjadi di sejumlah tempat mainstream ini sering tidak
mulai dari NTB, Parung, efektif; apalagi di dalam
Cikeusik dan berbagai lokasi organisasi-organisasi ini juga
lain. Lalu ada juga kelompok- terdapat kelompok garis
kelompok hardliners atau keras yang terus juga
garis keras di kalangan melakukan tekanan internal
muslim, menegakkan terhadap kepemimpinan
hukumnya sendiri–atas nama organisasi masing-masing.
syari’ah (hukum Islam)–
seperti pernah dilakukan Fenomena radikalisme Islam
Lasykar Jihad di Ambon diyakini oleh banyak pihak sebagai
ketika terjadinya konflik ciptaan abad ke-20 di dunia Muslim,
komunal Kristen-Muslim; terutama di Timur Tengah, sebagai
atau razia-razia yang produk dari krisis identitas yang
dilakukan Front Pembela berujung pada reaksi dan resistensi
Islam (FPI) dalam beberapa terhadap Barat yang melebarkan
tahun terakhir ini, khususnya kolonialisasi di dunia Muslim.
pada Ramadhan, atas Terpecahnya dunia Muslim ke dalam
diskotik, dan tempat-tempat berbagai negara bangsa (nation-
hiburan lainnya atas nama al- state) dan proyek modernisasi yang
amr bial-ma’ruf wa al-nahy dicanangkan oleh pemerintah baru
‘anal-munkar (menyeru berhaluan Barat mengakibatkan
dengan kebaikan dan umat Islam merasakan mengikisnya
mencegah kemungkaran). ikatan agama dan moral yang
Bagi mereka tidak cukup selama ini mereka perpegangi
hanya amar ma`ruf dengan secara kuat (Dekmejian, 1985: 25-
lisan, perkataan; harus 36) Hal ini menyebabkan munculnya
dilakukan pencegahan gerakan-gerakan Islam radikal yang
terhadap kemungkaran menyerukan kembali ke ajaran Islam
dengan tangan (al-yad), atau yang murni sebagai jalan keluar.
kekuatan. Sekalilagi, Tidak sampai disitu, gerakan ini
tindakan-tindakan seperti ini melakukan perlawanan terhadap
juga dapat memicu terjadinya rezim yang dianggap sekuler dan
konflik sosial. Umat Islam menyimpang dari agama. Selain
mainstream–seperti diwakili fundamentalisme Islam, ada
NU, Muhammadiyah, dan berbagai istilah yang dipakai para
banyak organisasi lain— pengamat dan sarjana untuk

41
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

mengidentifikasi dan menjelaskan kebenaran program atau ideologi


fenomena kebangkitan Islam di yang mereka bawa. Sikap ini pada
dunia Muslim, antara lain: saat yang sama dibarengi dengan
revivalisme, radikalisme, militansi, penafian kebenaran sistem lain yang
Islamisme, Islam politik (political akan diganti (Bahtiar Effendy, 1998:
Islam), skripturalisme, dan 12-13).
extrimisme. Dari berbagai istilah ini, Istilah terorisme sendiri baru
fundamentalisme nampaknya lebih populer pada tahun 1793 sebagai
umum dipakai oleh media dan akibta revolusi Perancis, tepatnya
akademisi. Akan tetapi, tidak semua ketika Robespierre mengumumkan
sarjana sepakat dengan istilah ini, era baru yang disebut dengan Reign
karena mengandung makna pejoratif of Terror (10 Maret 1793 – 27 Juli
terhadap Islam. 1794). Teror menjadi agenda
Istilah lain yang populer dan penting para pengawal revolusi dan
penulis gunakan dalam artikel ini menjadi keputusan pemerintah untuk
sebagai alat identifikasi ialah ‘Islam mengukuhkan stabilitas politik, tetapi
radikal’ atau ‘radikalisme Islam’. juga tokoh-tokoh moderat,
Istilah ini bagi penulis tampak lebih pedagang, agamawan dan lain
netral dan kurang pejoratif, serta sebagainya. Selama berlangsung
secara umum dipakai dalam disiplin Revolusi Prancis, Robespierre dan
ilmu politik dan sosiologi untuk yang sejalan dengannya seperti St.
menjelaskan fenomena social Just dan Couthon melancarkan
tertentu. Mengikuti definisi yang kekerasan politik dengan membunuh
dibuat oleh Jamhari dan Jahroni 1366 penduduk Perancis, laki-laki
(2004: 2-3), Islam radikal mengacu dan perempuan, hanya dalam waktu
kepada “kelompok yang mempunyai 6 minggu akhir dari masa teror
keyakinan ideologis tinggi dan (Mihanna, 2003: 122).
fanatik yang mereka perjuangkan Dalam kamus Oxford (1981:
untuk menggantikan tatanan nilai 736) kata Terorist diartikan dengan
dan system yang sedang orang yang melakukan kekerasan
berlangsung.” Dari perspektif ini, ada terorganisir untuk mencapai tujuan
tiga kecenderungan umum politik tertentu. Aksinya disebut
radikalisme. Pertama, radikalisme terorisme, yaitu penggunaan
merupakan respon terhadap kondisi kekerasan dan kengerian atau
yang sedang berlangsung. Biasanya ancaman, terutama untuk tujuan-
respons tersebut muncul dalam tujuan politis. Sementara itu, fatwa
bentuk evaluasi, penolakan atau MUI (2004: 80) tentang terorisme
bahkan perlawanan. Kedua, menyatakan bahwa Terorisme
radikalisme tidak berhenti pada adalah tindakan kejahatan terhadap
upaya penolakan, melainkan terus kemanusiaan dan peradaban yang
berupaya mengganti tatanan menimbulkan ancaman serius
tersebut dengan suatu bentuk terhadap kedaulatan negara, bahaya
tatanan lain. Ketiga, kuatnya terhadap keamanan, perdamaian
keyakinan kaum radikalis akan dunia serta merugikan

42
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

kesejahteraan masyarakat. kekerasan yang dirancang untuk


Terorisme adalah salah satu bentuk meningkatkan hasil-hasil yang
kejahatan yang diorganisasi dengan diinginkan, dengan cara
baik (wellorganized), bersifat trans- menanamkan ketakutan di kalangan
nasional dan digolongkan sebagai masyarakat umum). Sementara
kejahatan luar biasa (extra-ordinary pihak mengartikan terorisme sebagai
crime) yang tidak membeda- ...the deliberate, systemic, murder,
bedakan sasaran (indiskrimatif). maiming, and menacing of the
Organisasi-organisasi innocent to inspire fear in order to
Internasional seperti PBB, gain political ends...terrorism is
mendefinisikannya dengan salah politically evil, necessarily evil and
satu bentuk kekerasan terorganisir. wholly evil (pembunuhan dengan
Bentuknya seperti disepakati sengaja yang direncanakan secara
masyarakat dunia dapat berupa sistematik, sehingga mengakibatkan
pembunuhan, penyiksaan, cacat dan merenggut atau
penculikan, penyanderaan tawanan, mengancam jiwa orang yang tidak
peledakan bom, atau bahan peledak bersalah, sehingga menimbulkan
dan lainnya yang dapat menjadi ketakutan umum, semata-mata demi
pesan pelaku teror. Aksi tersebut mncapai tujuan politik, terorisme
biasanya untuk tujuan politik, yaitu adalah suatu kejahatan politik, yang
memaksa kekuatan politik tertentu, dari segi apapun merupakan
negara atau kelompok agar kejahatan dan dalam artian secara
mengambil kebijakan atau merubnya keseluruhan adalah merupakan
sesuai yang diinginkan pelaku kejahatan) (Poul Johnson, 2008:
(Ezzuddin, 1981: 89). Dalam sidang 189).
Umum ke 83, tanggal 8 Desember Akar terorisme global pada
1998, PBB mengecam segala era ini adalah ideologi universal,
bentuk kekerasan aksi teror dengan bukan agama yang secara sangat
alasan apapun, termasuk yang sinis kerap dikaitkan dengan ideologi
bermotifkan politik, filsafat, itu. Ideologi yang mendorong
akidah/ideologi, ras, agama, dan benturan, konflik, dan mempertajam
lainnya. fragmentasi budaya secara terus-
Secara umum, terorisme menerus telah menumbuh-
diartikan sebagai cara atau teknik kembangkan fundamentalisme.
intimidasi dengan sasaran Tujuan para pelaku terorisme dan
sistematik, demi suatu kepentingan motivasinya di masa lalu sangatlah
politik tertentu. Whittaker (2003) beragama, yaitu demi keuntungan
mengutp beberapa pengertian ekonomi (gold), memperoleh gensi
terorisme antara lain menurut Walter sosial (glory), memaksakan ideologi,
Reich yang menyatakan bahwa penafsiran keyakinan atau
terorisme adalah a strategy of eksploitasi agama, kebudayaan,
violence designed to promote hegemoni, kekuasaan, dominasi
desired outcomes by instilling fear in kultural, ataupun pemaksaan konsep
the public at large (suatu strategi falsafati.

43
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Terorisme tidak mempunyai terbuka (contohnya NU dan


nilai, karena nilai dalam aksiologis Muhammadiyah). Kedua, kelompok
terdiri atas etika (baik dan buruk), Islam radikal transnasional yang
norma moral (salah dan benar), dan memiliki empat ciri yaitu: (1)
nilai estetika (elok dan tidak elok). berjuang melakukan perubahan
Bahasa dalam terorisme adalah sistem sosial dan politik; (2) tidak
bahasa universal, yang penilaian menggunakan kekerasan dalam
terhadapnya juga bersifat universal. agenda perjuangan Islam; (3)
Oleh karena itu, nilai dari terorisme perjuangannya bersifat ideologis; (4)
ternegasikan secara penuh oleh organisasi bersifat terbuka dan lintas
jatuhnya korban manusia yang tidak batas negara (contohnya HTI).
bersalah. Terorisme menggunakan Ketiga, kelompok Islam radikal lokal
suatu bahasa dalam mengungkan yang memiliki empat ciri yaitu: (1)
pikiran atau keyakinan pihak pelaku menggunakan kekerasan dalam
(subyek), yang menimbulkan panik agenda perjuangannya jika tidak
dan ketakutan di kalangan terjadi perubahan di masyarakat; (2)
masyarakat luas. tidak merencanakan pembunuhan;
(3) perjuangannya ada yang bersifat
GERAKAN ISLAM RADIKAL VS pragmatis dan ideologis: (4)
ISLAM MODERAT organisasi bersifat terbuka dan
Willian E. Shepard membagi hanya ada di Indonesia (conlohnya
Islam ke dalam lima tipologi gerakan FPI). Keempat, kelompok Islam
Islam, yaitu: sekularisme, jihadis yang memiliki empat ciri
modernisme Islam, Islam radikal, yaitu: (1) menggunakan kekerasan
tradisionalisme, dan neo- dalam agenda perjuangannya akibat
tradisionalisme. Pandangan lain ketidakadilan penguasa terhadap
tentang tipologi gerakan Islam, dapat umat Islam; (2) mengguna-kan
digolongkan menjadi: modernisme pengeboman sebagai strategi
Islam, tradisionalisme Islam, penyerangan, bahkan dalam beniuk
fundamentalisme Islam, neo- bom bunuh diri; (3) organisasi
modernisme Islam, neo- bersifat tertutup (bawah tanah); (4)
fundamentalisme Islam sampai melakukan penyerangan terhadap
kepada yang belakangan ramai aparatur negara (contohnya Jamaah
diperbincangkan orang di tanah air, lslamiyah). Penelitian ini lebih
yakni post tradisionalisme Islam. memfokuskan pada gerakan Islam
Ada empat tipologi kelompok radikal yang ada dan berkembang di
gerakan Islam yang dielaborasi Indonesia khususnya di Jawa
Setara Institute. Pertarna, kelompok Tengah.
Islam moderat yang memiliki tiga ciri Warna keberagamaan Islam
yaitu: (1) tidak menggunakan yang “khas” masyarakat di Indonesia
kekerasan dalam agenda tengah mengalami gugatan dengan
perjuangan Islam; (2) akomodatif kehadiran fenomena radikalisme
terhadap konsep negara-bangsa beberapa tahun terakhir ini.
modern; (3) organisasi bersifat Pemahaman keagamaan

44
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

mainstream yang dianut mayoritas umat Islam untuk Al-Quran dan Al-
umat Indonesia dinilai bukan Hadits (Watt, 1998: 2). Sebutan
merupakan pemahaman yang benar, fundamentalis memang terkadang
karena berbeda dengan Islam yang bermaksud untuk menunjuk kepada
ideal, Islam yang dicontohkan oleh kelompok pengembali (revivalis)
salaf als-shalih. Radikalisme adalah Islam (Gibb, 1990: 52). Tapi kadang-
gerakan yang memegang kadang istilah fundamentalis ini juga
konservatif dan sering menggunakan dimaksudkan untuk merujuk kepada
kekerasan untuk mengajar radikalisme Islam. Sehingga peneliti
keyakinan mereka (Harun, 1995: lebih cenderung menggunakan
124). Sementara Islam adalah radikalisme jangka fundamentalisme
agama damai yang mengajarkan karena pemahaman
sikap berdamai dan mencari fundamentalisme dapat memiliki arti
perdamaian (Madjid, 1992: 260). lain kadang-kadang mengkaburkan
Islam tidak membenarkan dimaksudkan makna menjadi
penggunaan kekerasan dalam radikalisme terlihat lebih jelas makna
menyebarkan praktek agama, yang ditunjuk adalah gerakan yang
afinitas agama dan keyakinan politik. menggunakan kekerasan untuk
Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa mencapai target politik yang
dalam perjalanan sejarahnya ada didukung oleh sentimen atau emosi
kelompok Islam tertentu yang keagamaan (Bakri, 2004: 3).
menggunakan kekerasan untuk Nama untuk label untuk
mencapai tujuan politik atau radikalisme kelompok militan Islam
mempertahankan memahami kaku juga beragam seperti ekstrem
agama bahwa bahasa peradaban kanan, fundamentalis, militan dan
global yang sering disebut sebagainya. M.A. Shaban (1994: 56)
radikalisme Islam (Bakri, 2004: 2). mengacu ekstremisme kekerasan
Istilah Radikalisme untuk (radikalisme) sebagai neo-Khawarij.
menggambarkan kelompok militan Sementara itu, Harun Nasution
dianggap lebih tepat sebagai (1995: 125) sebut sebagai Khawarij
fundamentalisme itu sendiri. Dalam abad kedua puluh (abad 21-pen)
perspektif Barat Fundamentalisme karena itu adalah jalan untuk
berarti paham orang-orang kaku mencapai tujuannya adalah untuk
ekstrim serta tidak segan-segan menggunakan kekerasan seperti
berperilaku dengan kekerasan yang dilakukan di Khawarij posting
dalam mempertahankan ideologinya. tahkim. Islam sebagai agama damai
Sementara dalam perspektif Islam, sebenarnya tidak membenarkan
fundamentalisme berarti tadjid praktik kekerasan. cara radikal untuk
berdasarkan pesan moral Al-Qur’an mencapai tujuan politik atau
dan as-Sunnah (Imarah, 1999: 22). mempertahankan apa yang
Dalam tradisi pemikiran teologis dianggap suci tidak cara Islam.
fundamentalisme agama adalah Dalam tradisi peradaban Islam itu
gerakan untuk mengembalikan sendiri juga tidak diketahui label
seluruh perilaku tatanan kehidupan radikalisme (Bakri, 2004: 4).

45
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Radikalisme Islam berasal jarang image negatif banyak


dari pers barat untuk menunjuk ditujukan kepada Islam sehingga
gerakan Islam garis keras (ekstrim, umat Islam telah terpinggirkan
fundamentalis, militan). Radikalisme sebagai orang yang perlu dicurigai.
jangka adalah kode yang kadang- Hal seperti itu terjadi karena
kadang tidak dikenali dan kadang- masyarakat Barat mampu
kadang secara eksplisit untuk Islam. menguasai pers yang digunakan
Masalah di Barat, dan Amerika sebagai alat yang kuat untuk
bukan Islam itu sendiri tetapi praktik memproyeksikan budaya dominan
kekerasan yang dilakukan oleh peradaban global. Label Islam
sekelompok komunitas Muslim menyebutkan gerakan fundamentalis
dalam proses pembentukan identitas sangat menarik untuk pers Barat dari
(jati diri) kelompok (Madjid, 1995: label Tamil di Sri Lanka, militan
270). Istilah fundamentalisme dan Hindu di India, IRA (kelompok
radikalisme dalam perspektif Barat bersenjata Irlandia Utara), militan
sering dikaitkan dengan sikap sayap kanan psikoterapi sekte
ekstrim, kolot, stagnasi, konservatid, Yahudi, komunis-Marxis yang tidak
anti-Barat, dan sulit untuk jarang menggunakan kekerasan
berpendapat dan bahkan kekerasan sebagai solusi pemecahan masalah
fisik. Penggunaan radikalisme istilah (Bakri,2004: 5)
atau fundamentalisme untuk Muslim Realitas historis-sosiologis ini
tidak benar-benar tepat untuk adalah bukti bagaimana Barat
radikalisme itu tidak terjadi di setiap menggunakan standar ganda dan
negara Muslim dan tidak bisa tidak adil untuk Islam. Masyarakat
disalahkan pada Islam. Radikalisme Barat memiliki klaim atas peradaban
adalah gerakan yang dilakukan oleh Islam sedangkan peradaban Islam
individu atau kelompok yang dibentuk identitas. Dengan demikian
dirugikan oleh fenomena sosial- tidak berarti membenarkan perilaku
politik dan sosio-historis (Bakri, radikalisme Muslim dilakukan untuk
2004: 4). alasan apa pun praktek kekerasan
Gejala berlatih kekerasan adalah pelanggaran norma agama
oleh sekelompok Muslim yang, serta pelecehan kemanusiaan.
secara historis-sosiologis, lebih Islam moderat lebih dikenal
tepatnya sebagai gejala dari sebagai bentuk lawan dari Islam
fenomena sosial-politik daripada radikal atau dikenal dengan Islam
agama meskipun dengan menaikkan garis tengah. Alasan utama
bendera agama. Fenomena dilahirkannya istilah Islam moderat
radikalisme yang dilakukan oleh oleh para pendirinya adalah karena
beberapa Muslim, oleh pers Barat adanya Islam garis keras tersebut.
berlebihan, sehingga menjadi Maka Islam moderat ingin menjadi
wacana internasional dan solusi atas hal-hal yang dipandang
menciptakan opini publik bahwa oleh sebagian orang sebagai bentuk
Islam itu mengerikan dan penuh dari garis keras tersebut. Istilah
dengan kekerasan. Akibatnya tidak moderat (moderate) berasal dari

46
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

bahasa Latin moderare yang artinya disalah-artikan. Dalam bukunya,


mengurangi atau mengontrol. Ma’rakah al Mushthalahat bayna al-
Kamus The American Heritage Gharb wa al-Islam (Perang
Dictionary of the English Language Terminologi Islam versus Barat),
mendefinisikan moderate sebagai: Beliau menjelaskan dengan cukup
not excessive or extreme (tidak panjang lebar makna konsep al-
berlebihan dalam hal tertentu). wasathiyah di dalam Islam. Istilah al-
Kesimpulan awal dari makna wasathiyah dalam pengertian Islam
etimologi ini bahwa moderat mencerminkan karakter dan jati diri
mengandung makna obyektif dan yang khusus dimiliki oleh manhaj
tidak ekstrim, sehingga definisi Islam dalam pemikiran dan
akurat Islam Moderat adalah Nilai- kehidupan, dalam pandangan,
nilai islam yang dibangun atas dasar pelaksanaan, dan penerapannya.
pola pikir yang lurus dan Islam moderat atau moderasi
pertengahan (I’tidal dan wasath). Islam adalah satu di antara banyak
Sebagai satu sistem ajaran terminologi yang muncul dalam
dan nilai, sepanjang sejarahnya, dunia pemikiran Islam terutama
Islam tidak menafikan kemungkinan dalam dua dasawarsa belakangan
mengambil istilah-istilah asing untuk ini, bahkan dapat dikatakan bahwa
diadopsi menjadi istilah baru dalam moderasi Islam merupakan isu abad
khazanah Islam. Tetapi, istilah baru ini. Term ini muncul ditengarai
itu harus benar-benar diberi makna sebagai antitesis dari munculnya
baru, yang sesuai dengan Islam. pemahaman radikal dalam
Istilah itu tidak dibiarkan liar, seperti memahami dan mengeksekusi
maknanya yang asli dalam agama ajaran atau pesan-pesan agama.
atau peradaban lain. Kita sudah Dengan demikian,
banyak mengambil istilah baru memperbincangkan wacana
dalam Islam, seperti istilah “agama”, moderasi Islam tidak pernah luput
“pahala”, “dosa”, “sorga”, “neraka”, dari pembicaraan mengenai
yang berasal dari tradisi Hindu, Radikalisme dalam Islam. Kalau kita
tetapi kita berikan makna baru yang merujuk kepada Alquran sebagai
sesuai dengan konsep Islam. Dari acuan ekspresi keberagamaan baik
peradaban Barat saat ini, kita pada level pemahaman maupun
mengambil banyak istilah, seperti penerapan, maka secara eksplisit ia
istilah “worldview”, “ideologi”, dan menegaskan eksistensi umat
sebagainya. Semua istilah bisa moderat (Ummatan
diadopsi, asalkan sudah mengalami Wasathan)sebagai induk bagi
proses adapsi (penyesuaian makna) pemahaman Islam atau seorang
dengan makna di dalam Islam, muslim moderat. Dengan demikian,
sehingga tidak menimbulkan semestinya eksistensi Islam moderat
kekacauan makna. sebagai sebuah term tidak menjadi
Menurut Dr Muhammad bahan perdebatan bagi kalangan
Imarah (2004: 145), Istilah muslim, namun nampaknya term ini
wasathiyah termasuk yang sering tidak sedikit dari kelompok Islam

47
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

menolaknya, karena alasan-alasan kehidupan yang sejajar bagi seluruh


tertentu, termasuk alasan bahwa umat manusia, apapun warna kulit
term itu adalah produk negatif yang dan latar belakang statusnya.
tendensius Barat dan karenanya Dalam kata lain, Islam adalah
harus ditolak. Islam moderat bagi moralitas terbaik bagi umat manusia
kelompok ini harus ditolak karena menuju kehidupan yang aman,
pihak Barat memiliki pemaknaaan damai dan sejahtera.
khusus tentangnya dan Barat Moralitas Islam begitu
kemudian memiliki ciri-ciri khusus nampak dalam berbagai ajaran, nilai,
bagi seseorang untuk layak dijuluki dan hukum yang tersurat dalam al-
sebagai seorang muslim moderat. Qur;an dan hadits. Pada keduanya
Moderasi Islam adalah kita bisa menemukan berbagai
sebuah pandangan atau sikap yang kemuliaan Islam, keagungan hukum
selalu berusaha mengambil posisi Allah sebagai satu-satunya aturan
tengah dari dua sikap yang yang harus kita taati dan patuhi.
berseberangan dan berlebihan Islam adalah berkah bagi seluruh
sehingga salah satu dari kedua manusia tanpa terkecuali. Kita
sikap yang dimaksud tidak mengetahui bahwa peran utama
mendominasi dalam pikiran dan Nabi Muhammad Saw adalah
sikap seseorang. Dengan kata lain pembawa perdamaian. Dengan
seorang muslim moderat adalah demikian maka logikanya adalah
muslim yang memberi setiap nilai bahwa pengikut Nabi Muhammad
atau aspek yang berseberangan pun harus menjadi pelopor
bagian tertentu tidak lebih dari hak perdamaian. Hal itu perlu
yang semestinya. Karena manusia— diungkapkan mengingat keberadaan
siapa pun ia—tidak mampu sejumlah masyarakat kita, bangsa
melepaskan dirinya dari pengaruh Indonesia ini bahkan di luar
dan bias baik pengaruh tradisi, Indonesia yang mengaku dirinya
pikiran, keluarga, zaman dan sebagai pengikut Nabi Muhammad
tempatnya, maka ia tidak mungkin Saw, namun nyatanya telah terseret
merepresentasikan atau baik sadar maupun tidak ke dalam
mempersembahkan moderasi penuh kancah yang merusak prinsip dan
dalam dunia nyata. Yang mampu suasana damai. Diantara kegiatan
melakukan hal itu adalah hanya tersebut adalah kekacuan,
Allah (al-Qaradhawi, 2007: 56). kerusuhan, anarkisme, pemboman
di tempat umum dan rumah ibadah,
ISLAM DAN MISI RAHMATAN LIL unjuk rasa yang merusak dan
‘ALAMIN bahkan menghilangkan nyawa,
Islam hadir di tanah Arab pungli, korupsi, kolusi, sogok,
dengan misi memperbaiki tata kronisme, dan nepotisme. Semua
kehidupan manusia menuju arah perilaku negatif ini telah menjadi
yang lebih baik, menegakkan hukum akar penderitaan dan sangat
secara adil, memberangus segala merugikan bangsa kita. Lebih dari
bentuk penindasan dan menjamin itu, ia telah merusak kehidupan

48
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

damai yang kita semua cita-citakan Sejumlah ayat dan hadits telah
dan perjuangkan. (Kemenag, 2014: mengungkapkannya dengan jelas
33). dan gamblang. Oleh karena itu,
Islam Agama Damai kalau ada kegiatan yang nyata-nyata
Pesan Allah Swt, sebagai merusak kedamaian, siapapun yang
ajaran pokok yang diemban oleh melakukannya atau apapun
Nabi Muhammad Saw untuk alasannya sudah pasti itu bukan
disampaikan kepada umat manusia bersumber dari ajaran islam. Sangat
adalah perdamaian (salām). Ini mungkin itu adalah ekspresi emosi
dibuktikan oleh kenyataan bahwa seseorang atau kelompok yang
ajaran yang dibawakan beliau mengatasnamakan Islam, karena ia
bukanlah dinamakan dengan bertentangan dengan misi Nabi
Muhammadisme, Arabisme, Muhammad Saw yang sebenarnya
Quraisyme atau isme-isme lainnya membawa perdamaian dan
yang biasa disebarkan oleh kesejahteraan.
pembesar-pembesar kaliber dunia. Oleh karean itu, sejumlah
Ajaran yang beliau bawakan kepada prinsip dan kegiatan lain yang beliau
umat manusia yang juga sampai lakukan ditujukan untuk mendukung
kepada kita ini adalah islam, yang damai, mendukung Islam antara lain
berarti selamat, sejahtera, tentram pemaaf, kerja keras, toleransi, jujur,
dan damai. Ini bermakna bahwa tidak ada diskriminasi, setia kawan,
ajaran yang dibawakan beliau intinya tidak putus asa, berorientasi ke
damai. Dengan demikian siapapun depan (futuristik), penuh
yang mengatakan bahwa dirinya perhitungan, tegas, tata aturan dan
sedangkan mengembangkan ajaran sistem, patuh hukum, sayang
Nabi Muhammad Saw yaitu Islam kepada yang lebih muda, hormat
harus mengutamakan prinsip damai kepada yang lebih tua, dan
bukan sebaliknya. Prinsip damai ini sebagainya. Semua itu, adalah
harus tertuang dalam setiap prinsip dan kebijakan yang
langkah, mulai dari perencanaan dimaksudkan untuk menunjang
sampai kepada pelaksanaan, dari tercipta dan terpeliharanya
sikap individu sampai kepada kedamaian untuk seluruh umat
kebijakan negara, baik antara manusia sebagai inti misi kerasulan
sesama atau antar bangsa yang lain. yang beliau emban.
Secara kelembagaan Nabi Islam Mengajarkan Toleransi
telah merumuskan beberapa fakta Toleransi atau tasāmuh
sejarah tentang membuat adalah di antara perilaku dan misi
perdamaian dalam kebijakannya. Nabi Muhammad Saw kepada umat
Diantara yang terkenal adalah manusia. Toleransi ini telah
Perjanjian Hudaibiyah (bahkan dua dipraktikkan dan kemudian
termin), sampai kepada Piagam dipromosikan dimana dan kapan
Madinah yang mencakup seluruh saja. Sikap toleransi berarti juga
elemen masyarakat, dan kemudian tanpa memaksakan kehendak
menjalankannya dengan setia. pribadi atas orang lain. Toleransi ini

49
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

dianjurkan dalam segala bidang MODEL MODERASI ISLAM ALA


kehidupan, terutama sekali dalam INDONESIA: PARADIGMA DAN
bidang kehidupan keagamaan. AKSI
Toleransi bukanlah tukar menukar Keragaman bahasa, budaya,
atau jual beli antara satu dengan dan agama yang menjadi identitas
yang lainnya. Tetapi ia sebagai sikap bangsa Indonesia, memiliki nilai
menghormati dan memberi peluang strategis dalam kancah
kepada orang lain untuk internasional. Sebagai bangsa yang
berpendapat, bersikap, dan bahkan multikutlur, multietnis dan multireligi
berbuat yang mungkin tidak sesuai ini adalah sebuah pertaruhan. Jika
dengan apa yang kita pahami atau keragaman tersebut menjadi aspek
anut, sejauh tidak menyalahi hukum penguat relasi sosial antar elemen
yang berlaku. Allah berfirman; bangsa, maka dunia akan melihat
“Untukmu agamamu, dan untukku Indonesia sebagai rujukan utama
agamaku” (Q.S. al-Kafirun: 6). sebagai ideal type (contoh ideal)
Ayat tersebut memberi dalam pengelolan keragaman.
pelajaran kepada kita bahwa betapa Dalam skala internasional,
toleransi Nabi kepada orang di luar posisi Indonesia sangat strategi
kelompoknya telah menjadi modal dalam membangun perdamaian. Hal
bagi perdamaian dunia. Bahwa ini misalnya bisa kita lihat dari peran
toleransi adalah modal dalam Indonesia dalam menengahi
melaksanakan dan memelihara berbagai konflik di beberapa negara
suasana damai dalam skala yang di Timur Tengah. Sejak dahulu
lebih luas. Alangkah bahagianya kita Indonesia telah mengirimkan
sebagai sebuah bangsa besar beberapa kontingen Garuda untuk
Indonesia yang terdiri dari berbagai menjadi penjaga perdamaian.
suku, bahasa, budaya, adat-isitiadat Seperti di Bosnia, Sudan, dan
dan agama kalau dapat Lebanon. Banyaknya harapan dunia
mengamalkan perilaku toleransi akan peran serta Indonesia dalam
sebagaimana yang diajarkan oleh menengahi berbagai konflik, tidak
Nabi Muhammad Saw. Kita lain disebabkan keberhasilan
mengetahui ketik Nabi dan Indonesia dalam mengelola
pengikutnya kembali ke Mekkah keragaman tersebut, baik dari aspek
ketika segala kewenangan berada di budaya, bahasa, dan bahkan
tangannya, beliau tidak melakukan agama. Indonesia dipandang
paksaan atas tradisi dan agama berhasil membangun moderasi islam
masyarakat, bahkan sikap toleransi (wasathiyah al-islam).
lah yang ditunjukkan ketika itu. Fakta moderasi Islam itu
Masing-masing jamaah hidup dibentuk oleh pergulatan sejarah
berdampingan dan dalam naungan Islam Indonesia yang cukup
saling menghormati dan menghargai panjang. Muhammadiyah dan NU
satu sama lainnya. adalah dua organisasi Islam yang
sudah malang-melintang dalam
memperjuangkan bentuk-bentuk

50
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

moderasi Islam, baik lewat institusi terlihat sangat moderat, terlebih jika
pendidikan yang mereka kelola dibandingkan dengan gerakan Islam
maupun kiprah sosial-politik- yang menggunakan kekerasan
keagamaan yang dimainkan. Oleh dalam perjuangan mengusir
karena itu, kedua organisasi ini patut penjajah, sebagaimana ditunjukkan
disebut sebagai dua institusi civil oleh gerakan-gerakan kelompok
society yang amat penting bagi tarekat yang melakukan
proses moderasi negeri ini. pemberontakan dengan kekerasan.
Muhammadiyah dan NU merupakan Dalam perjalanan sejarah
dua organisasi sosial-keagamaan selanjutnya, NU dan Muhammadiyah
yang berperan aktif dalam merawat adalah organisasi Islam yang paling
dan menguatkan jaringan dan produktif membangun dialog di
institusi-insitusi penyangga moderasi kalangan internal masyarakat Islam,
Islam, bahkan menjadikan Indonesia dengan tujuan membendung
sebagai proyek percontohan gelombang radikalisme. Dengan
toleransi bagi dunia luar (Kahar t.t.). demikian, agenda Islam moderat
Dikatakan pula, sebagai organisasi tidak bisa dilepas dari upaya
Islam terbesar di Indonesia, NU membangun kesalingpahaman
selama ini memainkan peran yang (mutual understanding)
signifikan dalam mengusung ide-ide antarperadaban (Basya 2013).
keislaman yang toleran dan damai Sikap moderasi
(Hamid 2007, 28). Muhammadiyah sebenarnya sejak
Muhammadiyah, misalnya, awal telah dibangun oleh pendiri
adalah suatu pergerakan sosial- organisasi ini, yaitu K.H. Ahmad
keagamaan modern yang bertujuan Dahlan. Dikatakan, salah satu
untuk mengadaptasikan ajaran- pelajaran yang paling penting dari
ajaran Islam yang murni ke dalam kepemimpinan Ahmad Dahlan
kehidupan dunia modern Indonesia. adalah komitmen kuatnya kepada
Dalam usaha mencapai tujuan sikap moderat dan toleransi
tersebut, gerakan ini secara luas beragama. Selama
telah mendapatkan inspirasi dari ide- kepemimpinannya dapat terlihat
ide pembaruan Syaikh Muhammad adanya kerja sama kreatif dan
Abduh, yang mengobarkan harmonis dengan hampir semua
semangat pembaruan pembersihan kelompok masyarakat. Bahkan,
Islam dari daki-daki sejarah yang dengan rekan Kristennya, beliau
selama ini dianggap bagian tak mampu mengilhami rasa hormat dan
terpisahkan dari Islam (A. Shihab kekaguman. Contoh yang paling
1997, 303-304). menarik dari kemampuan K.H.
Dalam sejarah kolonialisme Ahmad Dahlan adalah mengikat
di Indonesia, Muhammadiyah dapat persahabatan erat dengan banyak
disebut moderat, karena lebih pemuka agama Kristen. Kenyataan
menggunakan pendekatan bahwa beliau dikenal sebagai orang
pendidikan dan transformasi budaya. yang toleran terhadap kaum
Karakter gerakan Muhammadiyah misionaris Kristen akan tetapi tidak

51
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

berarti lantas beliau al-Nu’man, Imam Malik ibn Anas,


mengkompromikan prinsip- Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi’i,
prinsipnya. Dia adalah seorang dan Ahmad ibn Hanbali. Dalam
praktisi dialog antaragama yang bidang tasawuf mengikuti antara lain
sejati, dalam pengertian dia Imam Junaid al-Bagdadi dan Imam
mendengar apa yang dikatakan dan Ghazali, serta imam-imam yang lain
memerhatikan apa yang tersirat di (Qomar 2002, 62).
balik kata yang diucapkan (A. Perkataan Ahlusunnah
Shihab 1997, 311-312). Dalam waljama’ah dapat diartikan sebagai
perkembangan lebih lanjut, Syafi’i “para pengikut tradisi Nabi
mencatat, bahwa: Muhammad dan ijmak
“Gerakan modernis itu, (kesepakatan) ulama”. Sementara
terutama Muhammadiyah itu, watak moderat (tawassuth)
semakin mempertimbangkan merupakan ciri Ahlussunah
dimensi kultural dalam gerak waljamaah yang paling menonjol, di
dakwahnya sehingga terasa samping juga i’tidal (bersikap adil),
menjadi lebih lentur tanpa tawazun (bersikap seimbang), dan
kehilangan prinsip dan misi tasamuh (bersikap toleran),
utamanya. Persis dan Al- sehingga ia menolak segala bentuk
Irsyad tetap bertahan, tetapi tindakan dan pemikiran yag ekstrem
tidak pernah mengikuti (tatharruf) yang dapat melahirkan
mitranya Muhammadiyah penyimpangan dan penyelewengan
yang terus berekspansi” dari ajaran Islam. Dalam pemikiran
(Ma’arif 2009, 62). keagamaan, juga dikembangkan
Sementara itu, sikap keseimbangan (jalan tengah) antara
moderasi NU pada dasarnya tidak penggunaan wahyu (naqliyah) dan
terlepas dari akidah Ahlusunnah rasio (‘aqliyah) sehingga
waljama’ah (Aswaja) yang dapat dimungkinkan dapat terjadi
digolongkan paham moderat. Dalam akomodatif terhadap perubahan-
Anggaran Dasar NU dikatakan, perubahan di masyarakat sepanjang
bahwa NU sebagai Jam’iyah Diniyah tidak melawan doktrin-doktrin yang
Islamiyah berakidah Islam menurut dogmatis. Masih sebagai
paham Ahlussunah waljamaah konsekuensinya terhadap sikap
dengan mengakui mazhab empat, moderat, Ahlussunah waljamaah
yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan juga memiliki sikap-sikap yang lebih
Hambali. Penjabaran secara toleran terhadap tradisi dibanding
terperinci, bahwa dalam bidang dengan paham kelompok-kelompok
akidah, NU mengikuti paham Islam lainnya. Bagi Ahlussunah,
Ahlussunah waljamaah yang mempertahankan tradisi memiliki
dipelopori oleh Imam Abu Hasan al- makna penting dalam kehidupan
Asy’ari, dan Imam Abu Mansyur al- keagamaan. Suatu tradisi tidak
Maturidi. Dalam bidang fikih, NU langsung dihapus seluruhnya, juga
mengikuti jalan pendekatan (al- tidak diterima seluruhnya, tetapi
mazhab) dari Mazhab Abu Hanifah berusaha secara bertahap di-

52
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

Islamisasi (diisi dengan nilai-nilai sebuah akulturasi hidup


Islam) (Dhofier 1994, 148). berdampingan secara damai. Ini
Pemikiran Aswaja sangat merupakan sebuah ekspresi dari
toleransi terhadap pluralisme “Islam kultural” atau “Islam moderat”
pemikiran. Berbagai pikiran yang yang di dalamnya ulama berperan
tumbuh dalam masyarakat muslim sebagai agen perubahan sosial yang
mendapatkan pengakuan yang dipahami secara luas telah
apresiatif. Dalam hal ini Aswaja memelihara dan menghargai tradisi
sangat responsif terhadap hasil lokal dengan cara mensubordinasi
pemikiran berbagai mazhab, bukan budaya tersebut ke dalam nilai-nilai
saja yang masih eksis di tengah- Islam (Mas’ud 2004, 10).
tengah masyarakat (Mazhab Hanafi, Moderasi Islam adalah jalan
Malik, Syafi’i, dan Hambali), tengah di tengah keberagaman
melainkan juga terhadap mazhab- beragama. Wajah moderasi Islam
mazhab yang lain seperti imam nampak dalam hubungan harmoni
Daud al-Zhahiri, Imam Abdurrahman antara islam dan kearifan lokal (local
al-Auza’i, Imam Sufyan al- Tsauri, value). Local Value ini sebagai
dan lain-lain (Muhammad 1999). warisan budaya Nusantara, mampu
Model keberagamaan NU, disandingkan secara sejajar
sebagaimana disebutkan, mungkin sehingga antara spirit islam dan
tepat apabila dikatakan sebagai kearifan budaya berjalan seiring,
pewaris para wali di Indonesia. tidak saling menegasikan. Di sinilah
Diketahui, usaha para wali untuk wajah Islam Indonesia dipandang
menggunakan berbagai unsur non- sangat tepat diterapkan dalam
Islam merupakan suatu pendekatan konteks heterogenitas budaya di
yang bijak. Bukankah Alquran kawasan ASEAN maupun dunia
menganjurkan sebuah metode yang (Kemenag, 2014: 65)
bijaksana, yaitu “serulah manusia Moderasi Islam juga
pada jalan Tuhanmu dengan hikmah berperan besar dalam mendialogkan
dan nasihat yag baik (16:125) Islam dan modernitas. Terhadap
(Mas’ud 2004, 9). Dalam modernitas, Islam tidak dalam posisi
mendinamiskan perkembangan menolak atau menerima secara
masyarakat, kalangan NU selalu menyeluruh, melainkan tetap
menghargai budaya dan tradisi lokal. mengedepankan sikap kritis
Metode mereka sesuai dengan sehingga modernitas tumbuh
ajaran Islam yang lebih toleran pada menjadi nilai positif ketimbang
budaya lokal. Hal yang sama negatiI. Di saat negara-negara
merupakan cara-cara persuasif yang muslim begitu kaku dan konservatif
dikembangkan Walisongo dalam terhadap perubahan dan produk-
mengislamkan pulau Jawa dan produk modernitas, Indonesia justru
menggantikan kekuatan Hindu- menjadikannya media dakwah
Budha pada abad XVI dan XVII. Apa dengan memasukan spirit Islam di
yang terjadi bukanlah sebuah dalamnya (Zarkasyi, 2017).
intervensi, tetapi lebih merupakan

53
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Kini, di saat dunia terus Sekulerisme telah gagal


berada dalam bayang-bayang membangun bangsa-bangsa di
benturan sosial, seperti yang terjadi dunia, sebagaimana Negara agama
di Afghanistan, lrak, Suriah, hingga juga tidak mampu membangun
Irlandia, Indonesia tampil dengan dalam kemajermukan. Tetapi
kebersamaan dalam keragaman. Indonesia yang sangat majemuk
Sungguh sangat indah menyaksikan dengan beragam budaya dan agama
berbagai agama, budaya, dan suku mampu hidup damai dan
hidup berdampingan, saling berdampingan. Ini adalah sebuah
menghormati. Masing-masing prestasi bahwa bangsa Indonesia
daerah tidak lagi mengusung aura berhasil membangun negara di atas
kedaerahan atau kesukuan, prinsip agama dan budaya bangsa,
melainkan hidup rukun di bawah tidak menegasikan satu atas yang
payung Pancasila dalam bingkai lainnya. KH. Hasyim
NKRl. menggarisbawahi bahwa kondisi ini
KH. Hasyim Muzadi memiliki terbentuk bukan tanpa usaha. Para
pandangan tersendiri tentang pendahulu telah membangun
moderasi muslim Indonesia. fondasi yang kokoh tentang
Menurutnya, umat Islam Indonesia keberagaman dan kebangsaan
patut bangga karena memiliki cara sebagai tonggak moderasi Islam,
berfikir keagamaan yang mengikuti kita tinggal merumuskan saja dalam
ahlussunah yang diaplikasikan moderasi Islam.
dalam kehidupan keindonesiaan Moderasi pemikiran yang
yang menggabungkan antara dibangun para ulama dapat
ibadah, fikih, dan tasawuf secara dimengerti oleh berbagai aliran, baik
bersamaan. Bangsa ini memiliki yang ekstrem maupun liberal.
karakter keberagamaan yang taat, Moderasi pemikiran Islam
tanpa menghapus nilai kebangsaan. menemukan tempatnya di Indonesia.
Umat Islam mampu hidup Bahkan sekte-sekte sangat
berdampingan dengan berbagai menghargai moderasi kita, sekalipun
kelompok umat dan budaya lain, belum tentu mengikuti. Di dunia
tanpa menanggalkan identitas Islam pun garis moderasi ini bisa
keislamannya sesuai dengan mengatasi modernisasi dan
ketentuan wahyu, globalisasi, Ketika arus globalisasi
Umat Islam Indonesia dan informasi deras memasuki
memiliki seting pemikiran paradigma kehidupan masyarakat, moderasi
berfikir yang menempatkan nilai Islam mampu menyikapinya dengan
agama dan Negara hidup baik (Abdul A’la, 2008)
berdampingan, tidak saling Di sinilah, agama harus
menegasikan, serta tidak merusak dilepaskan dari politik kekuasaan,
kemajemukan. Bangsa Indonesia dan dijadikan alat justifikasi. Agama
tidak tertarik untuk mendirikan perlu dikembalikan kepada
negara sekuler, begitu pula dengan eksistensinya sebagai sumber
negara agama (daulah islamiyah). moralitas luhur yang selalu

54
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

membimbing umatnya dan umat Keragaman harus dijadikan sebagai


manusia secara keseluruhan dalam ladang ibadah untuk berlomba-
seluruh aspek kehidupan mereka. lomba dalam kebaikan. Sebagai
Melalui, pendekatan moral, langit umat Islam, kita memiliki
harapan akan tampak lebih cerah, tanggungjawab untuk turut serta
Kekerasan tidak dihadapkan dengan menciptakan kondisi tentram dan
kekerasan yang lain. justru, masing- damai. Dengan kondisi yang damai,
masing pihak diharapkan akan sangat dimudahkan untuk
kembali kepada eksistensinya mewujudkan kemaslahatan umat
sebagai manusia yang mengemban manusia. Di sisi lain, Islam dengan
moralitas luhur dalam bentuk tegas menolak sikap terorisme,
pembumian kedamaian, keadilan, radikalisme, anarkisme,
kesetaraan dan sejenisnya, serta keberingasan, dan pengrusakan
pengendallan diri dan lain yang mengatasnamakan agama.
seabagainya. Terlepas dari semua Tidak lain, karena hal tersebut
itu, bangsa Indonesia tetap harus sangat bertentangan dengan nilai-
berhati-hati, karena potensi konflik nilai dan watak dasar Islam.
akan terus bermunculan, Dengan Kita sebagai kaum Muslim
arus inforrnasi yang semakin deras Indonesia yang menjadi mayoritas
dengan beragam informasi, tentunya sangat mafhum bahwa Indonesia
ini harus kita waspadai. Namun di bukanlah negara agama, melainkan
sisi lain, arus informasi juga bisa negara yang memiliki banyak agama
rnenjadi kekuatan yang akan serta suku bangsa. Pancasila
menjadi unsur penting dalam sebagai pandangan hidup
menjaga keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara juga
umat beragama. Di sinilah peran mengambil intisari dari kitab suci al-
komunikasi publik menjadi sangat Qur’an. Tokoh-tokoh pendiri bangsa,
vital dalam mewujudkan dengan berbagai latar belakang
keharmonisan dimaksud. agama yang dianut telah bahu
membahu berperan penting dalam
MENGAWAL DAN MEMBUMIKAN mendirikan sebuah negara bernama
VISI MODERASI ISLAM Indonesia. Oleh karenanya,
INDONESIA Indonesia bukanlah dimiliki oleh satu
Indonesia merupakan negara agama, tetapi dimiliki oleh semua
yang berpenduduk mayoritas agama.
Muslim. Tetapi kondisi ini tidak Baik umat Islam maupun
menjadikan Indonesia sebagai penganut agama lain harus
negara agama. Konsensus yang berupaya memahami dan
telah terbangun adalah republik. mengamalkan ajarannya masing-
Dengan demikian, negara dan masing dalam bingkai merawat
masyarakat harus mengayomi dan kemajemukan dan kemajuan
melindungi keragaman agama. Indonesia. Hal ini tidaklah
Perbedaan harus disikapi dan berlebihan, mengingat setiap agama
diterima sebagai sunnatullah. pasti mengajarkan nilai dan budi

55
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

luhur. Oleh karenanya, hidup damai Oleh karena itu, Sebagai


dan toleran sudah semestinya kelompok terbesar umat Islam
menjadi komitmen bersama. Indonesia, Muhammadiyah dan NU
Al-Qur’an sebagai pedoman memiliki peran yang sangat
dan pegangan hidup Muslim, banyak menentukan. Sikap organisasi yang
menceritakan perihal sikap toleransi didirikan KH Ahmad Dahlan dan KH
dan moderasi. Jika kita percaya Hasyim Asy’ari –keduanya
pada isi serta kandungan al-Qur’an bersahabat—ini dinilai sangat
sebagai kitab toleransi semestinya penting bagi kalangan Islam
kita memahami dan meresapi Indonesia. Sebab, Muhammadiyah
pesan-pesan toleransi yang dan NU menjadi acuan sebagian
terkandung di dalamnya. Selain itu, besar umat Islam Indonesia,
kita sebagai Muslim harus secara sehingga sikap keduanya ini sangat
sadar dan aktif membumikan pesan- berpengaruh terhadap pikiran,
pesan toleransi al-Qur’an pada perasaan, tindakan, dan perilaku
kehidupan nyata. Ajaran cinta kasih sebagian besar umat Islam di
merupakan ajaran yang mendasar Indonesia ini. Maka, Muhammadiyah
dalam agama-agama samawi dan NU memiliki kontribusi yang
terdahulu. Apa yang disampaikan al- sangat besar dalam memengaruhi
Qur’an, pada hakikatnya hendak mereka, bahkan menjadi penentu
menyempurnakan dan melanjutkan mereka dalam menjalani kehidupan
ajaran yang mulia tersebut. Karena keagamaan sehari-hari.
itu, meletakkan toleransi sebagai Dalam menghadapi tindakan-
nilai utama dalam keberagamaan tindakan radikal yang meresahkan
umat Islam merupakan salah satu masyarakat akibat ulah kalangan
upaya menghadirkan sesuatu yang Islam fundamentalis, sebenarnya
fundamental dalam Islam. kita masih memiliki banyak harapan
Dengan menguatnya untuk membendung
toleransi dan moderasi, masyarakat keberlangsungan radikalisme itu
dan generasi muda tidak akan sepanjang Muhammadiyah dan NU
mudah untuk disusupi oleh solid dan sinergis menolaknya.
doktrinasi gerakan-gerakan Selama keduanya tak mendukung
radikalisme, ektrimisme, dan gagasan dan gerakan radikalisme,
terorisme. Bahkan sebaliknya, provokasi untuk melakukan teror tak
masyarakat akan menjadi tembok efektif di Indonesia.
kokoh untuk menangkal gejala Kedua organisasi Islam
pendangkalan agama tersebut. terbesar di Indonesia ini memiliki
Agama yang menjadi petunjuk cara-cara sendiri yang lebih
manusia, tidak mungkin bisa persuasif dalam menjalankan misi
diterima jika di dalamnya perjuangannya dan sangat jauh dari
mengajarkan kekerasan dan pola-pola kekerasan. Cara-cara
kebengisan. Tidak lain karena, kekerasan dan radikal tidak akan
agama adalah cahaya dan petunjuk pernah mampu menyelesaikan
bagi keadaban dan peradaban. masalah di masyarakat, mengingat

56
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

akan menimbulkan kekerasan lain Tetapi, lebih non agama seperti


sebagai pembalasan dendam atau kesenjangn sosial, ekonomi, politik
kebencian yang membara di dan lain sebagainya. Oleh karena
kalangan pihak-pihak yang itu, untuk menjaga potensi konflik di
dirugikan. butuhkan dialog dan rumusan
Penjagaan moderasi yang implementatif terkait teologi
dilakukan Muhammadiyah dan NU wasatiyyah islam (moderasi islam).
tentu tidak akan menghalangi Konsepsi dan implementasi
keduanya organisasi itu untuk Wasatiyyah Islam merupakan
bergerak secara dinamis. Keduanya konsep utama yang terkait dengan
tetap menjalankan agendanya ajaran islam dan pengalamannya
masing-masing dan untuk membentuk pribadi dan
mengembangkannya secara aktif, karakter muslim, konsep ini melekat
dinamis, dan saling melengkapi. Jika dengn konsep ummatan wasathan.
peran itu tetap dilakukan kita optimis Visi moderasi Islam merupakan
Indonesia tak akan menghadapi tawaran paradigma dan konsepsi
situasi buruk seperti di sejumlah yang ideal. Sebab, moderasi Islam
negara-negara di Timur Tengah tidak hanya terhenti dan se batas
yang hari-harinya dipenuhi aksi-aksi wacana dan paradigma semata,
kekerasan. melainkan moderasi dapati
mengejawantah dalam bentuk
PENUTUP gerakan (movement). Nah, pilihan
Setiap agama-agama tidak tujuan dari gerakan wasatiyyah islam
terkecuali Islam tidak membenarkan dapat mengambil bentuk berupa
bentuk aksi teror, kekerasan, atau gerakan kesadaran dari kelompok
apapun namanya yang mencederai ekstrim kanan atau kiri Islam, atau
nilai-nilai kemanusiaan, menyobek pilihan gerakan alternatif sebagai
keharmonisan dan kerukunan antara counter opini baru dari dua kutub
sesama penganut agama maupun ekstrimitas islam. Namun yang tidak
antar penganut agama. Bangsa ini kalah penting lagi adalah perlu
dibangun diatas keragaman, dan diformulasikan secara serius
kerukunan antar agama, budaya, bagaimana fungsionalisasi
bahasa dan lain sebagainya. wasatiyyah islam dalam praktek
Sehingga hal ini merupakan kehidupan bermasyarakat dan
tantangan tersendiri bagi bernegara.
masyarakat Indonesia untuk
membangun kedamaian, kerukunan DAFTAR PUSTAKA
dan kebersamaan. Realitas
masyarakat Indonesia sekarang Abdul Munip, Menangkal
rawan akan terjadinya potensi konflik Radikalisme Agama di
horizontal yang disebabkan faktor Sekolah, Yogyakarta: Jurnal
agama. Namun sejatinya konflik Pendidikan Islam, Volume I,
agama biasanya tidak murni Nomor 2, Desember 2012.
disebabkan oleh faktor agama.

57
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Abdurrahman Mas’ud, (2006), “Dari Islam , Jakarta: PPIMIAIN,


Haramain ke Nusantara : 1998.
Jejak Intelektual Arsitek Dekmejian, R. Hrair. Islam in
Pesantren”, Jakarta: Revolution: Fundamentalism
Kencana. in the Arab World, New York:
Abu Rokhmad, Radikalisme Islam Syracuse University Press,
dan Upaya Deradikalisasi 1985.
Paham Radikal, Semarang: Ezzuddin, Al-Irhāb wa al-‘Unf al-
Walisongo, Volume 20, Siyāsy, Cairo: Dār al-
Nomor 1, Mei 2012. Hurriyah li al-Shahāfah wa al-
Afdhal, Islam dan Radikalisme di Thibā’ah wa al-Nasyr, 1986.
Indonesia, Jakarta: LIPI Fatwa MUI, Terorisme, Jakarta:
Press, 2005 Fatwa MUI, Nomor 3 Tahun
Ahmad Rubaidi, Radikalisme Islam, 2004.
Nahdhatul Ulama: Masa H.A.R. Gibb, Aliran-Aliran Moderen
Depan Modernisme Islam di Dalam Islam, Terjemahan
Indonesia, Yogyakarta: Machnun Husein, Jakarta:
Logung Pustaka, 2010. Rajawali Press, 1990.
Ahmad Zainul Hamid. “NU dalam Harun Nasution, Islam Rasional,
Persinggungan Ideologi: Bandung: Mizan, 1995.
Menimbang Ulng Moderasi Jajang Jahroni dan Jamhari.
Keislaman Nahdatul Ulama”. Gerakan Salafi Radikal di
Afkar, Edisi No. 21 Tahun Indonesia, Jakarta: Rajawali
2007. Press, 2004.
Alwi Shihab, Membendung Arus: Joyce M. Hawkins, Oxford Universal
Respons Gerakan Dictionary, Oxford: Oxford
Muhammadiyah terhadap University Press, 1981.
Penetrasi Misi Kristen di Kementerian Agama, Radikalisme
Indonesia, Jakarta: Mizan, Agam dan Tantangan
1998. Kebangsaan, Jakarta: Dirjen
Azyumardi Azra, Akar Radikalisme Bimbingan Masyarakat Islam,
Keagamaan Perna Aparat 2014.
Negara, Pemimpin Agama, M. Hilaly Basya, “Menelusuri
dan Guru untuk Kerukunan Artikulasi Islam Moderat di
Umat Beragama, Makalah Indonesia”,
disampaikan dalam http://www.madinask.com/ind
workshop “Memperkuat ex.php?option=com, diakses
Toleransi Melalui Institusi tanggal 25 Mei 2018.
Sekolah”, yang M. Zaki Mubarok, Genealogi Islam
diselenggarakan oleh The Radikal di Indonesia, Jakarta:
Habibie Center, Tanggal 14 LP3ES, 2008.
Mei 2011, Bogor. M.A. Shaban, Islamic History,
Bahtiar Effendy dan Prasetyo, Cambridge: Cambridge
Hendro (eds.). Radikalisme University Press, 1994

58
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

Mambaul Ngadhimah, Potret Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kamus


Keberagamaan Islam Besar Bahasa Indonesia,
Indonesia: Studi Pemetaan Jakarta: Pusat Bahasa
Pemikiran dan Gerakan Depdiknas, 2008.
Islam. lnnovatio, Vol. VII, No. R. Hrair Dekmejian. Islam in
14, Juli-Desember 2008. Revolution: Fundamentalism
Muhammad Imarah, in the Arab World, New York:
Fundamentalisme Dalam Syracuse University Press,
Perspektif Barat dan Islam, 1985.
Terjemahan Abdul Hayyie al- Ridwan al-Makasari, Masjid: Studi
Kattani, Jakarta: Gema Kasus Jakarta dan Solo,
Insani Press, 1999. Jakarta: UIN Jakarta, 2009.
, Ma’rakah al Sri Yunanto, Gerakan Militan islam
Mushthalahat bayna al- di indonesia dan Asia
Gharb wa al-Islam, Cairo: Tenggara, Jakarta: Ridep
Nahdah Misr, 2004. Institute, 2003.
Muhammad Mihanna, Al-Irhāb wa Syamsul Bakri, “Islam dan Wacana
Azmat al-Qānūn al-Dauly al- Radikalisme Agama
Mu’āshir, dalam Al-Islām fi Kontemporer”, Dinika, Vol 3.
Muwājahat al-Irhābi, Cairo: No. 1 Januari 2004.
Rābithah al-Jāmi’at al- Syamsul Rizal, Radikalisme Islam
Islāmiyah, 2003. Klasik dan Komtemporer:
Mujamil Qomar, NU Liberal; Dari Membanding Khawarij dan
Tradisionalisme Ahlusunnah Hijbut Tahrir, Surabaya: Al-
ke Universalisme Islam, FikrVolume 14 Nomor 2
Bandung: Mizan, 2002. Tahun 2010.
Novriantoni Kahar, ”Islam Indonesia William Montgmery Watt, Islamic
Kini: Moderat Keluar, Fundamentalism And
Ekstrem di Dalam?”, diakses Nodernity, London: T.J.
pada 25 Mei 2018. Press, 1998.
Nurcholis Madjid, Islam Agama Willian E. Shepard, Islam dan
Peradaban, Mencari Makna Ideology: Towards a
Dan Relevansi Doktrin Islam Typology, in Ab Anthology of
Dalam Sejarah, Jakarta: Contemporary Middle
Paramadina, 1995. Eastern History, Ed. Syafiq
, Pintu-Pintu A. Mughni (Montreal:
Menuju Tuhan, Jakarta: Canadian International
Paramadina, 1995. Development Agency, 1988.
Paul Johnson, Heroes: From Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh al-
Alexander the Great and wasaṭīyah al-Islāmīyah wa-al-
Julius Caesar to Churchill tajdīd : maʻālim wa-manārāt,
and de Gaulle, tt: Prentice Cairo: Dār al-Syurūq, 2010.
Hall, 2008. Zamakhsyari Dhofier,Tradisi
Pesantren; Studi Tentang

59
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

Pandangan Hidup Kiai,


Jakarta: LP3ES, 1994.
Zuhairi Misrawi, Pandangan Mislim
Moderat, Jakarta: Kompas,
2010.
Zuly Qodir, Radikalisme Agama di
Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014.

60

Anda mungkin juga menyukai