1
NURUL FAIQAH, 2TONI PRANSISKA
1
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2
STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta
elnury16@gmail.com, tonyelnoory@ymail.com
Abstract
This article explains that all religions strictly prohibit acts of terror that can
threaten harmony, wholeness and diversity of the nation. Terrorism and
radicalism are not always ideologically motivated, but non-religious factors
are dominant such as social, economic, political and others. Therefore, it is
necessary to promote and promote a new discourse and paradigm of
inclusive and tolerant Islamic understanding of moderation of Islam
(wasathiyah al-Islām). The emergence of radical Islamism must
immediately be balanced with the vision of moderate Islam. That is the
image of Islam that upholds the valuesof moderation, tolerance and
equality of rights.Moderation of Islam is a middle ground in the midst of
religious diversity. The image of moderation of Islam appears in harmony
between Islam and local wisdom. This Local Value as a cultural heritage of
the archipelago, can be juxtaposed parallel so that between the spirit of
Islam and cultural wisdom goes hand in hand, not mutually negate. This is
where the image of Indonesian Islam is considered very appropriately
applied in the context of cultural heterogeneity in the ASEAN region and
the world.
33
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
34
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
35
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
36
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
37
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
38
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
39
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
40
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
41
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
42
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
43
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
44
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
mainstream yang dianut mayoritas umat Islam untuk Al-Quran dan Al-
umat Indonesia dinilai bukan Hadits (Watt, 1998: 2). Sebutan
merupakan pemahaman yang benar, fundamentalis memang terkadang
karena berbeda dengan Islam yang bermaksud untuk menunjuk kepada
ideal, Islam yang dicontohkan oleh kelompok pengembali (revivalis)
salaf als-shalih. Radikalisme adalah Islam (Gibb, 1990: 52). Tapi kadang-
gerakan yang memegang kadang istilah fundamentalis ini juga
konservatif dan sering menggunakan dimaksudkan untuk merujuk kepada
kekerasan untuk mengajar radikalisme Islam. Sehingga peneliti
keyakinan mereka (Harun, 1995: lebih cenderung menggunakan
124). Sementara Islam adalah radikalisme jangka fundamentalisme
agama damai yang mengajarkan karena pemahaman
sikap berdamai dan mencari fundamentalisme dapat memiliki arti
perdamaian (Madjid, 1992: 260). lain kadang-kadang mengkaburkan
Islam tidak membenarkan dimaksudkan makna menjadi
penggunaan kekerasan dalam radikalisme terlihat lebih jelas makna
menyebarkan praktek agama, yang ditunjuk adalah gerakan yang
afinitas agama dan keyakinan politik. menggunakan kekerasan untuk
Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa mencapai target politik yang
dalam perjalanan sejarahnya ada didukung oleh sentimen atau emosi
kelompok Islam tertentu yang keagamaan (Bakri, 2004: 3).
menggunakan kekerasan untuk Nama untuk label untuk
mencapai tujuan politik atau radikalisme kelompok militan Islam
mempertahankan memahami kaku juga beragam seperti ekstrem
agama bahwa bahasa peradaban kanan, fundamentalis, militan dan
global yang sering disebut sebagainya. M.A. Shaban (1994: 56)
radikalisme Islam (Bakri, 2004: 2). mengacu ekstremisme kekerasan
Istilah Radikalisme untuk (radikalisme) sebagai neo-Khawarij.
menggambarkan kelompok militan Sementara itu, Harun Nasution
dianggap lebih tepat sebagai (1995: 125) sebut sebagai Khawarij
fundamentalisme itu sendiri. Dalam abad kedua puluh (abad 21-pen)
perspektif Barat Fundamentalisme karena itu adalah jalan untuk
berarti paham orang-orang kaku mencapai tujuannya adalah untuk
ekstrim serta tidak segan-segan menggunakan kekerasan seperti
berperilaku dengan kekerasan yang dilakukan di Khawarij posting
dalam mempertahankan ideologinya. tahkim. Islam sebagai agama damai
Sementara dalam perspektif Islam, sebenarnya tidak membenarkan
fundamentalisme berarti tadjid praktik kekerasan. cara radikal untuk
berdasarkan pesan moral Al-Qur’an mencapai tujuan politik atau
dan as-Sunnah (Imarah, 1999: 22). mempertahankan apa yang
Dalam tradisi pemikiran teologis dianggap suci tidak cara Islam.
fundamentalisme agama adalah Dalam tradisi peradaban Islam itu
gerakan untuk mengembalikan sendiri juga tidak diketahui label
seluruh perilaku tatanan kehidupan radikalisme (Bakri, 2004: 4).
45
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
46
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
47
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
48
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
damai yang kita semua cita-citakan Sejumlah ayat dan hadits telah
dan perjuangkan. (Kemenag, 2014: mengungkapkannya dengan jelas
33). dan gamblang. Oleh karena itu,
Islam Agama Damai kalau ada kegiatan yang nyata-nyata
Pesan Allah Swt, sebagai merusak kedamaian, siapapun yang
ajaran pokok yang diemban oleh melakukannya atau apapun
Nabi Muhammad Saw untuk alasannya sudah pasti itu bukan
disampaikan kepada umat manusia bersumber dari ajaran islam. Sangat
adalah perdamaian (salām). Ini mungkin itu adalah ekspresi emosi
dibuktikan oleh kenyataan bahwa seseorang atau kelompok yang
ajaran yang dibawakan beliau mengatasnamakan Islam, karena ia
bukanlah dinamakan dengan bertentangan dengan misi Nabi
Muhammadisme, Arabisme, Muhammad Saw yang sebenarnya
Quraisyme atau isme-isme lainnya membawa perdamaian dan
yang biasa disebarkan oleh kesejahteraan.
pembesar-pembesar kaliber dunia. Oleh karean itu, sejumlah
Ajaran yang beliau bawakan kepada prinsip dan kegiatan lain yang beliau
umat manusia yang juga sampai lakukan ditujukan untuk mendukung
kepada kita ini adalah islam, yang damai, mendukung Islam antara lain
berarti selamat, sejahtera, tentram pemaaf, kerja keras, toleransi, jujur,
dan damai. Ini bermakna bahwa tidak ada diskriminasi, setia kawan,
ajaran yang dibawakan beliau intinya tidak putus asa, berorientasi ke
damai. Dengan demikian siapapun depan (futuristik), penuh
yang mengatakan bahwa dirinya perhitungan, tegas, tata aturan dan
sedangkan mengembangkan ajaran sistem, patuh hukum, sayang
Nabi Muhammad Saw yaitu Islam kepada yang lebih muda, hormat
harus mengutamakan prinsip damai kepada yang lebih tua, dan
bukan sebaliknya. Prinsip damai ini sebagainya. Semua itu, adalah
harus tertuang dalam setiap prinsip dan kebijakan yang
langkah, mulai dari perencanaan dimaksudkan untuk menunjang
sampai kepada pelaksanaan, dari tercipta dan terpeliharanya
sikap individu sampai kepada kedamaian untuk seluruh umat
kebijakan negara, baik antara manusia sebagai inti misi kerasulan
sesama atau antar bangsa yang lain. yang beliau emban.
Secara kelembagaan Nabi Islam Mengajarkan Toleransi
telah merumuskan beberapa fakta Toleransi atau tasāmuh
sejarah tentang membuat adalah di antara perilaku dan misi
perdamaian dalam kebijakannya. Nabi Muhammad Saw kepada umat
Diantara yang terkenal adalah manusia. Toleransi ini telah
Perjanjian Hudaibiyah (bahkan dua dipraktikkan dan kemudian
termin), sampai kepada Piagam dipromosikan dimana dan kapan
Madinah yang mencakup seluruh saja. Sikap toleransi berarti juga
elemen masyarakat, dan kemudian tanpa memaksakan kehendak
menjalankannya dengan setia. pribadi atas orang lain. Toleransi ini
49
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
50
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
moderasi Islam, baik lewat institusi terlihat sangat moderat, terlebih jika
pendidikan yang mereka kelola dibandingkan dengan gerakan Islam
maupun kiprah sosial-politik- yang menggunakan kekerasan
keagamaan yang dimainkan. Oleh dalam perjuangan mengusir
karena itu, kedua organisasi ini patut penjajah, sebagaimana ditunjukkan
disebut sebagai dua institusi civil oleh gerakan-gerakan kelompok
society yang amat penting bagi tarekat yang melakukan
proses moderasi negeri ini. pemberontakan dengan kekerasan.
Muhammadiyah dan NU merupakan Dalam perjalanan sejarah
dua organisasi sosial-keagamaan selanjutnya, NU dan Muhammadiyah
yang berperan aktif dalam merawat adalah organisasi Islam yang paling
dan menguatkan jaringan dan produktif membangun dialog di
institusi-insitusi penyangga moderasi kalangan internal masyarakat Islam,
Islam, bahkan menjadikan Indonesia dengan tujuan membendung
sebagai proyek percontohan gelombang radikalisme. Dengan
toleransi bagi dunia luar (Kahar t.t.). demikian, agenda Islam moderat
Dikatakan pula, sebagai organisasi tidak bisa dilepas dari upaya
Islam terbesar di Indonesia, NU membangun kesalingpahaman
selama ini memainkan peran yang (mutual understanding)
signifikan dalam mengusung ide-ide antarperadaban (Basya 2013).
keislaman yang toleran dan damai Sikap moderasi
(Hamid 2007, 28). Muhammadiyah sebenarnya sejak
Muhammadiyah, misalnya, awal telah dibangun oleh pendiri
adalah suatu pergerakan sosial- organisasi ini, yaitu K.H. Ahmad
keagamaan modern yang bertujuan Dahlan. Dikatakan, salah satu
untuk mengadaptasikan ajaran- pelajaran yang paling penting dari
ajaran Islam yang murni ke dalam kepemimpinan Ahmad Dahlan
kehidupan dunia modern Indonesia. adalah komitmen kuatnya kepada
Dalam usaha mencapai tujuan sikap moderat dan toleransi
tersebut, gerakan ini secara luas beragama. Selama
telah mendapatkan inspirasi dari ide- kepemimpinannya dapat terlihat
ide pembaruan Syaikh Muhammad adanya kerja sama kreatif dan
Abduh, yang mengobarkan harmonis dengan hampir semua
semangat pembaruan pembersihan kelompok masyarakat. Bahkan,
Islam dari daki-daki sejarah yang dengan rekan Kristennya, beliau
selama ini dianggap bagian tak mampu mengilhami rasa hormat dan
terpisahkan dari Islam (A. Shihab kekaguman. Contoh yang paling
1997, 303-304). menarik dari kemampuan K.H.
Dalam sejarah kolonialisme Ahmad Dahlan adalah mengikat
di Indonesia, Muhammadiyah dapat persahabatan erat dengan banyak
disebut moderat, karena lebih pemuka agama Kristen. Kenyataan
menggunakan pendekatan bahwa beliau dikenal sebagai orang
pendidikan dan transformasi budaya. yang toleran terhadap kaum
Karakter gerakan Muhammadiyah misionaris Kristen akan tetapi tidak
51
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
52
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
53
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
54
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
55
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
56
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
57
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
58
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)
59
Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya
Membangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.
60