Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK TERHADAP

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN TUMBUHAN

Cara menyatakan kelimpahan dengan menghitung jumlah individu


dalam suatu spesies dalam contoh dibandingkan dengan luas area yang dikaji.
Semakin tinggi atau besar kelimpahannya, maka semakin banyak individu
yang ada.
Faktor abiotik misalnya cahaya, suhu, tanah, topografi dan atmosfer
dapat membatasi distribusi suatu spesies. Jika kondisi-kondisi fisik di suatu
tempat tidak memungkinkan spesies sintas dan bereproduksi, maka spesies
tersebut tidak akan ditemukan di tempat tersebut. Sebagian faktor abotik
bervariasi seturut dengan ruang dan waktu.
1. Cahaya
Intensitas cahaya atau intensitas radiasi matahari merupakan absorpsi
energi matahari dalam satuan per cm2/menit. Hubungan antara tumbuhan
dengan intensitas cahaya yang masuk secara berlebihan akan
mengakibatkan terhambatnya perkecambahan dan meningkatnya
mortalitas spesies-spesies yang tidak tahan cahaya dan sebaliknya akan
memicu pertumbuhan spesies tumbuhan pionir yang toleran terhadap
cahaya. Kehadiran celah kanopi memungkinkan cahaya matahari dapat
mencapai permukaan tanah , sehingga memicu pertumbuhan bibit. Bibit
suatu individu spesies umumnya masih bisa bertahan hidup pada kondisi
ternaungi oleh pohon dewasa, karena masih adanya persediaan makan dari
kotiledon, namun apabila tumbuh tanpa adanya celah kanopi, individu
tersebut akan mati karena kalah dalam berkompetisi dengan pohon dewasa
untuk mendapat cahaya matahari
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber
energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari
faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

- Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.


- Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
- Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang
bersinar setiap hari.
1) Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang-
gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak
semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas
atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya
tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat
dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi
yang penting. Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya
dengan panjang gelombangantara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang
berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian
panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya
yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.

Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi


yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan,
cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan
sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih
bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton. Pengaruh dari
cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas
cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat),
contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang
menjadi panjang

2) Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek
cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai
tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat
bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama
daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan.
Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer
dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga
lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang
rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan
demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan
mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan
dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
 Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu
vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga
ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan
merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan
dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor
pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto-
oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan
di dalam mensisntesis protein.
 Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan
harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk
karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah
karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya
mempengaruhi laju fotosintesisdan respirasi diasumsikan konstan,
keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah
intensitas cahaya tertentu. Harga intensitas cahaya dengan laju
fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan
karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik
kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
 Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan
intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya
tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang
senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu
yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan
heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
 Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila
cahaya melebihi titik kompensasinya.
 Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat
atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas
yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa
sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya.
Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat
atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
3) Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam
akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah
respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar
matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya
daun, dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang
hari ataufotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam.
Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada
musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.

Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam,


tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a) Tumbuhan berkala panjang


Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
b) Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
c) Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk
proses perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi
fotoperiodisme yang tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke
pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan
sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya
pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga
sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan
nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.
2. Suhu
Tinggi rendah suhu udara menentukan tumbuh kembang, reproduksi
dan kelangsungan hidup tanaman. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan
vegetasi antara 22 - 37 ⁰C. Suhu yang lebih atau kurang dari batas normal
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti karena kadar air
dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelembaban
yang tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih cepat dan
sebaliknya kelembaban rendah diperlukan untuk pertumbuhan generatif.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat
memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-
faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan
menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari
organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh
suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah
menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu
sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-
fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit
untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan
maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
1. .Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus-
menerus berada dalamkondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk
sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang
maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang,
dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi
dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya
dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu
pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan
terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan
kedalaman air.

Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas (


matahari ), bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan
menimbulkan variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup. Jumlah
panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung
pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan
gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai
memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang
karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik dengan
cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah
hari, setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi
ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi yang
diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah
lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada,
sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu
permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya. Proses ini
akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang
paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.

 Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :


a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak
panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak
panas yang diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah,
makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak
dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka
dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak
menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang
rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar
matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan
tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk
pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada
malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan
oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan
sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat
terbuka atau tidak bervegetasi.
Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya
pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota
sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang melayang di udara
merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang
bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi. Kemiringan
lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar50 dapat mereduksi suhu
sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub. Variasi suhu berdasarkan
waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan
mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
 Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu
antara 00 C sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan
mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan untuk
aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal. suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama
dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus
antara tumbuhan dengan udara sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman
di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C,
sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20
C – minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa
mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya
mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan
tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran
toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air
dan juga keadaan musim.

3. Tanah
pH, komposisi mineral, dan struktur fisik bebatuan dan tanah membatasi
distribusi tumbuhan. Tekstur atau susunan partikel tanah, air tanah,
temperature tanah, dan unsur hara yang terkandung di dalam tanah juga
berpengaruh terhadap perbedaan vegetasi yang tumbuh diatasnya. Jenis tanah
dapat mempengaruhi kesuburan tanah dalam sebuah ekosistem dan
menyebabkan perbedaan jumlah maupun jenis vegetasi yang tumbuh
diatasnya. Faktor iklim dan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
reproduksi vegetasi dalam kawasan hutan.
Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam proses budidaya
tanaman. Tanah memiliki peran penting untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tegak
tanaman, tempat persediaan air, udara, dan unsur hara, serta tempat hidupnya
organisme yang mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

Tanah merupakan kebutuhan utama bagi tanaman, walaupun sudah ada


pengembangan sistem penanaman tanpa penggunaan tanah. Tanah yang subur
adalah tanah yang mengandung unsur hara, air, dan bahan pendukung lain
dalam komposisi yang pas sehingga mampu dimanfaatkan untuk pertumbuhan
tanaman. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah bagaimana hubungan antara
tanah dan tanaman yang terjadi di alam.

a. Sebagai Media Bertanam


Sebagai media bertanam, penyusun tanah terbagi menjadi tiga
fase, yaitu padat, cair, dan gas. Ketiga fase penyusun tanah tersebut
akan mempengaruhi pasokan hara untuk tanaman. Fase padat sendiri
akan berpengaruh terhadap cadangan hara utama, seperti partikel
anorganik yang mengandung kation K, Na, Ca, Mg, Mn, Zn, dan Cu,
sedangkan partikel organik adalah sumber utama N dan sebagian P dan
S.
Pada fase cair penyusun tanah yang berupa larutan tanah
memiliki peran dalam transport hara dalam bentuk ion ke arah akar
tanaman yang juga terkandung oksigen dan karbon dioksida. Terakhir
adalah fase gas, yaitu berpengaruh dalam pertukaran gas antara akar
tanaman dan organisme tanah seperti bakteri, fungi, dan hewan dengan
atmosfer sehingga mendapat oksigen dan melepas karbon dioksida hasil
respirasi
b. Kuantitas dan Intensitas Hara
Dalam ilmu kesuburan tanah terdapat istilah yang disebut daya
sangga tanah, artinya bagaimana kemampuan tanah untuk
mempertahankan kadar hara dalam larutan tanah. Daya sangga tanah
juga dapat diartikan kapasitas fase padat untuk mengisi kembali hara
dalam larutan yang diserap oleh akar tanaman. Contohnya, apabila
terdapat suatu ion dalam tanah yang ternetralkan oleh pengapuran maka
komponen padat tanah akan melepaskan hara untuk menggantikan ion
yang telah ternetralisir tersebut.
Dalam konteks ini dapat ditarik kesimpulan juga jika ketersediaan hara
bagi tanaman tidak hanya bergantung kepada konsentrasi hara di dalam larutan
tanah, tetapi penting juga memperhatikan kapasitas tanah untuk menjaga
konsentrasi hara di dalam larutan tanah. Semua komponen padat tanah
memiliki kemampuan untuk menyediakan kembali ion ke dalam larutan tanah.
c. Gerakan Hara dalam Tanah
Tanah juga berpengaruh pada gerakan hara untuk tanaman. Ion
atau hara dalam tanah akan bergerak menuju ke akar tanaman melalui
tiga mekanisme, yaitu intersepsi akar, aliran masa, dan difusi. Pertama,
intersepsi akar yang merupakan gerakan akar yang tumbuh menembus
tanah, bersinggungan dengan permukaan partikel tanah, yang akhirnya
bersinggungan dengan ion hara yang terjerap da terjadi pertukaran
secara langsung. Gerakan ini menjadi penting bagi tanaman terutama
pada hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti Zn dan Mn.

Kedua adalah aliran masa dimana hara yang terlarut terbawa bersama
aliran air menuju akar tanaman. Proses ini dipengaruhi oleh transpirasi,
evaporasi, dan perkolasi. Pengaruh kerapatan akar terhadap pasokan hara oleh
aliran masa ini lebih ringan dibanding terhadap intersepsi akar dan difusi.

Ketiga adalah proses difusi dimana ion hara bergerak dari wilayah
yang memiliki kadar hara tinggi ke wilayah yang lebih rendah kadar haranya.
Lebih tepatnya, kadar hara di permukaan akan lebih rendah dibanding kadar
hara larutan tanah di sekitar daerah perakaran. Mekanisme ini sangat penting
bagi hara yang berinteraksi kuat dengan tanah, terutama untuk memasok hara P
dan K, juga hara mikro Fe dan Zn.
4. Topografi
Topografi berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang
bervariasi(45-90o). Pertumbuhan organisme di dalam hutan dari mikro
organisme sampai ketingkat pohon sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya diantaranya dipengaruhi oleh factor iklim mikro dan perbedaan
topografi. Selain itu ketinggian tempat atau topografi juga mempengaruhi
perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah suhu
udaranya atau udaranya semakin dingin. Dan semakin rendah daerahnya
semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu
ketinggian atau topografi suatu tempat berpengaruh terhadap suatu wilayah.
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Ketika kita membicarakan ketinggian tempat, maka di dalamnya
termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-
unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Yang
dimaksud dengan ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut
(elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau
udaranya semakin dingin. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah daerahnya
semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu
ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah.
Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola tanam dan metode
bercocok tanam. Pola tanam dari beberapa tanaman yang ditanam terus
menerus serta keadaan iklim yang cocok akan meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan
intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari
semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan
untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau
dataran rendah. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat
menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di
dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada
dataran tinggi.

Faktor topografi adalah tingkat kemiringan dan ketinggian suatu


tempat. Ternyata faktor ini mempengaruhi jenis hewan dan tumbuhan yang
hidup di suatu wilayah. Sebagai contoh kambing gunung yang hidup di
pegunungan terjal. Kambing gunung berbeda dengan kambing yang biasa kita
temui. Mereka memiliki bulu yang sangat tebal karena habitatnya yang berada
di pegunungan dengan tiupan angin yang kencang dan suhu yang lebih dingin.
Selain itu kambing gunung memiliki kemampuan melompat-lompat di tebing
yang tinggi dan terjal. Flora yang tumbuh di dataran tinggi juga berbeda
dengan flora yang hidup di dataran rendah. Sebagai contoh kita tidak akan bisa
menemukan pohon teh yang tumbuh di tepi pantai karena teh hanya bisa
tumbuh di dataran tinggi yang sejuk. Begitupun pohon kelapa hanya bisa
ditemui di tepi pantai dan dataran rendah yang panas.

5. Atmosfer
Sinar matahari yang mencapai atmosfer sebagian akan direfleksikan
dan diabsorbsi oleh atmosfer itu sendiri, oleh awan dan partikel padat yang
ada diatmosfer, di vegetasi serta permukaan bumi. Dari atmosfer diperoleh
O2 dan CO2 yang dibutuhkan untuk proses fotosintetis dan kelembaban yang
dibutuhkan oleh tumbuhan.
SUMBER

Andhika, Erlangga Dwi, Nungroho Edi Kartijono, Enni Suwarsih Rahayu.


2017. Struktur dan Komposisi Tumbuhan pada Lantai Hutan jati di
Kawasan RPH Bogorejo BKPH Tanggel Blora. Life Science. Vol. 6(1).

Campbell, Neil A, Jane B.Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.


Wasserman, Peter V. Minorsky dan Robert B.Jackson. 2010. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Fajri, Muhammad, Ngatiman. 2017. Studi Iklim Mikro dan Topografi Pada
Habitat Pharasorea malaanonan meer.

Hermawan, Rudi, Agus Hikmat, Agus P.Kartono. 2012. Analisis Faktor


Ekologi Tumbuhan Langkah Rotan Beula Ceratolobus glaucescens Blume
di Cagar Alam Sukawayana Sukabumi Jawa Barat. Media Konsenvasi. Vol
17(2)

Latumahina, Fransina. 2016. Respon Semut Terhadap Kerusakan


Antropogenik Pada Hutan Lindung Sarimau, Ambon. Agrologia. Vol. 5(2).

Anda mungkin juga menyukai