Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP KELUARGA

A. Tinjauan Teori.
1. Konsep Dasar Teori Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu
keluarga (Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).

b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
 Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
 Bujang dewasa yang tinggal sendirian
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja
 Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam
daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
 keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
 keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
 keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang
sama

2) Menurut Anderson Carter


 Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti
 Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat yang
disebabkan karena perceraian atau kematian
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
c. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa
fungsi keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005)
yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga
terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga
mengekspresikan kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2
budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan
hari tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan
tetapi untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan
generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan
identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

e. Tingkat kemandirian keluarga


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari
tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes
(2006) sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

f. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
 Saling memuaskan antar pasangan
 Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
 Merencanakan dengan matang jumlah anak
 Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
 Mempersiapkan biaya persalinan
 Mempersiapkan mental calon orang tua
 Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak

3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi


Tugas:
 Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6
bln)
 Memberikan kasih sayang
 Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan
 Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
keluarga baru termasuk siklus hubungan sex
 Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
 Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
 Mulai menanamkan keyakinan beragama
 Mengenalkan kultur keluarga
 Memenuhi kebutuhan bermain anak
 Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
 Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
 Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun
biaya sekolah
 Membiasakan belajar teratur
 Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
 Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat
penting untuk masa depan anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitarnya.

6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja


Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di
luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
 Menjaga keintiman pasangan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
 Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
 Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
 Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya
kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini

g. Level Pencegahan Perawatan keluarga


Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN (OA) OSTEOARTRITIS

A.Pengertian
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul, lutut dan pergelangan kaki yang paling
sering terkena OA (sudoyo aru, dkk: 2009)
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi (CDC,2014).
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara sederhana
didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo,
2007).
Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi kronik yang
disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi, matriks
ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat et.al,2011)
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002
hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
(Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang
dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang
karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru
pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi
perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan
hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

B.Etiologi
Faktor-faktor resiko osteoartritis
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Ras
4. Faktor keturunan
5. Faktor metabolik endokrin
6. Faktor mekanik serta kelainan geometri sendi
7. Trauma dan faktor okupasi
8. Cuaca atau iklim
9. Diet
Kelainan yang dapat ditemukan dalam tulang rawan sendi, tulang, membran sinofial,
kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberden dan bouchard. (Khairuddin:
2003)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian menunjukan 87%
adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut klasifikasi rontgentography,
38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral dan 23,2% jenis medio-patellofemoral.
Klasifikasi radiologi itu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus
lebih parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al., 2000)
Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Genetik
e. Kegemukan den penyakit metabolik
f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

C.Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut
dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi
atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa
tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan
sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

D.Klasifikasi OSTEOARTRITIS
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis. OA Primer tidak diketahui dengan jelas
penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama
ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-
articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang
selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur. OA sekunder
dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder (Long, C Barbara, 1996 hal 336)

E. Manifestasi Klinik
 Nyeri sendi: keluhan utama
 Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
 Kaku pagi
 Prepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
 Pembesaran sendi (deformitas)
 Perubahan gaya gejala
 Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang (Mansjoer, 2000).
Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal timbul nodus Heberden dan pada
sendi interfalangproksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis,
terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan
(Mansjoer, 2000).

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non Farmakologi
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar
penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai
(Soeroso, 2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa edukasi memiliki
manfaat sebesar 59% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al.,
2007).
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan
untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit (Soeroso, 2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa rehabilitasi memiliki
manfaat sebesar 67% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al.,
2007).
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena
itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk
melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih (Soeroso, 2006).
2. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri yang timbul,
memeriksa gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi
klinis dari ketidakstabilan sendi (Felson, 2006).
a. (Non-steroidanti-inflammatory drugs) NSAIDs, Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2),
dan Asetaminofen. Hasil penelitian yang dilakukan Rahme et al., menunjukan
proporsi penggunaan NSAIDs di populasi geriatrik sebanyak 61% dan penggunaan
NSAIDs memiliki efek samping GI sebanyak 29,9% (Rahme et al., 2002). Untuk
mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan Inhibitor
COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko
toksisitas obat NSAIDs lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah dengan cara
mengkombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (Felson, 2006).
Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah toksisitasnya. Toksisitas NSAIDs yang
sering dijumpai efek sampingnya pada traktus gastrointestinal, terutama jika NSAIDs
digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok atau dalam keadaaan stres.
Usia juga merupakan faktor resiko untuk mendapatkan efek samping gastrointestinal
akibat NSAIDs. Bagi pasien yang sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs dalam
bentuk supositoria, pro drug, enteric coated, slow realease atau non-acidic. Preparat
dalam bentuk ini kurang berpengaruh pada mukosa lambung dibanding dengan
preparat biasa. Pada pihak lain walaupun NSAIDs dalam bantuk ini seringkali
dianggap kurang menyebabkan timbulnya iritasi gastrointestinal akibat kontak
langsung dengan gastroduodenal umumnya obat dalam bentuk ini tetap memiliki efek
sistemik terutama dalam menekan sintesis prostaglandin sehingga obat ini juga harus
digunakan secara hati-hati terutama pada pasien yang telah memiliki gangguan
mukosa gastroduodenal. Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan
NSAIDs antara lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal
serta penekanan hematopoetik (Anonim, 1996).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat–obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat–obatan yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).
1) Tetrasiklin dan derivatnya, contohnya doxycycline, mampu menghambat kerja
enzim MMP. Obat ini baru dipakai pada hewan, belum dipakai pada manusia.
2) Asam hialuronat disebut viscosupplement karena dapat memperbaiki viskositas
cairan sinovial. Obat ini diberikan secara intraartikular. Asam hialuronat berperan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan.Pada binatang percobaan, obat ini dapat mengurangi inflamasi pada
sinovium, menghambat angiogenesis dan kemotaksis sel-sel inflamasi.
3) Glikosaminoglikan dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
degradasi tulang rawan dan merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat
pada kultur tulang rawan sendi manusia.
4) Kondroitin sulfat, merupakan bagian dari proteoglikan pada tulang rawan sendi.
Tulang rawan sendi terdiri atas 2% sel dan 98% matriks ekstraseluler yang terdiri
dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk struktur yang utuh
sehingga mampu menahan beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif seperti
OA terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu penyebabnya adalah
hilangnya atau berkurangnya proteoglikan. Efektivitas kondroitin sulfat melalui 3
mekanisme utama, yaitu anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan serta anti degradatif melalui hambatan enzim
proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.
5. Vitamin C, dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Dalam penelitian ternyata
bermanfaat dalam terapi OA

.
3. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari–hari.
a. Edukasi pasien
b. Obat nyeri
c. Exercise, menghilangkan kekuatan dan lingkup sendi lebih luas
d. Suplemen sendi: glukosamin dan kondoroitin, masing-masing memiliki
fungsi yaitu: kondoroitin sulfat berguna untuk meragang pertumbuhan
tulang rawan dan menghambat kerusakan tulang rawan. Glukosamin
adalah pembentukan proteogelycan, bekerja dengan merangsang
pembentukan tulang rawan, serta menghambat kerusakan tulang rawan
e. Berhenti merokok
f. Penurunan berat badan
g. Konsultasikan ke dokter jika gejala yang ditimbulkan semakin parah

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Osteoatritis.

A. Data umum.

1. Nama Kepala Keluarga : Ny.meliha


2. Umur KK : 65 tahun
3. Pendidikan KK : SLTA
4. Pekerjaan KK : tani
5. Alamat dan Telepon : RT 001, Dusun Air Sakula, Desa Laha.

Status Imunisasi
Hubungan
No Nama JK Umur Pendidikan Polio DPT Hepatitis KET
dg KK BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Ny.meliha P Kepala 65 SLTA
Keluarga

6. Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga.

7. Genogram.

8. Tipe keluarga
Keluarga Ny. M adalah keluarga dengan tipe Singel family, dimana dalam keluarga
hanya terdiri dari satu orang yang terjadi karena perceraian atau kematian.
9. Suku
Keluarga Ny. M bersuku Buton.
10. Agama
Keluarga Ny. M beragama Islam.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ny. M mengatakan mempunyai pekerjaan tetap, dia juga berinteraksi dengan
tetangganya.
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. M mengatakan keluarganya melakukan rekreasi setahun sekali.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga.


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
a. Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan.
b. Mulai menanamkan keyakinan beragama.
c. Memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny. M menderita penyakit sendi dan dia mengatakan jarang control ke puskesmas.
3. Riwayat keluarga inti
Tidak ada data
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Ny. M memiliki riwayat keluarga dengan osteoatritis.

C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah

Situasi lingkungan : Rumah tipe permanen terdapat dua buah jendela di pintu masuk,
terdiri dari dua kamar tidur, dinding rumah berhempitan dengan tetangga dan udara
dalam rumah lembab. Pembuangan sampah, di buang pada tempat pembuangan
sampah, sumber air minum menggunakan air kali, tempat pembuangan tinja
menggunakan WC yang terdapat didalam rumah menggunakan tipe leher angsa, dan
tempat pembuangan limbah rumah tangga dibuang melalui saluaran got.

Denah Rumah.

Keterangan.

RTT RN RT : Ruang Tamu.

D KT : Kamar Tidur.

RN : Ruang Nonton
KT KT
D : Dapur

2. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat.

Kehidupan antar anggota keluarga setiap keputusan ada di tangan kepala keluarga dan
tanpa memerlukan persetujuan dari anggota keluarga yang lain.

3. Mobilitas geografis keluarga

Tidak ada.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat

Ny. M berinteraksi dengan tetangganya.

D. Struktur keluarga.

1. Pola komunikasi keluarga.

Setiap keputusan ada di tangan kepala keluarga dan tanpa memerlukan persetujuan
dari anggota keluarga yang lain.
2. Struktur kekuatan keluarga.

Ny. M bekerja sebagai seorang tani.

3. Struktur peran.

Ny. M sebagai kepala keluarga dan sebagai sumber penghasilan keluarga.

4. Nilai dan Norma Budaya.

Ny. M bersuku buton, mereka menggunakan tradisi adat buton dalam kehidupan
keluarga.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Tidak ada data

2. Fungsi Sosial.

Keluarga Ny. M berinteraksi dengan tetangganya

3. Fungsi Perawatan Kesehatan.

a. Mengenal Masalah Kesehatan.

Ny. M jarang berobat ke Puskesmas dan kurang mengetahui tentang penyakitnya

b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Keluarga Ny. M jarang berobat ke Puskesmas, kecuali sudah sakit baru berobat ke
puskesmas.

c. Merawat anggota yang sakit.

d. Memelihara lingkungan yang sehat.

Keluarga Ny. M jarang melakukan pembersihan lingkungan.

4. Fungsi Reproduksi.

Keluarga Ny. M sudah memasuki masa meno pause

5. Fungsi Ekonomi.

Ny. M bekerja sebagai tani untuk memenuhi kebetuhannya sehari-hari

F. Stres dan Koping Keluarga.


1. Stressor Jangka Pendek Dan panjang.

Ny. M jarang berobat ke Puskesmas karena, Ny. M terkendala ekonomi

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah.

Setiap keputusan ada ditangan keluarga dan tanpa memerlukan persetujuan dari
anggota yang lain

3. Strategi Koping yang digunakan.

Keputusan ada ditangan kepala keluarga.

4. Strategi Adaptasi Disfungsional.

Dari hasil pengkajian didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptif.

G. Pemriksaan Fisik. (head to toe)

1. Ny. M

a) Kepala.

1) Inspeksi : bentuk kepala Normochepal, rambut bersih.

2) Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan.

b) Mata.

1) Inspeksi : simetris mata kanan dan kiri, konjungtiva pink, sclera


berwarna putih.

c) Telinga.
1) Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri.

d) Abdomen.

1) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan atau pembengkakan.

2) Auskultasi : suara paristaltik terdengar 5 – 20 kali/menit.

e) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan).

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

2) Palpasi : denyutan a. Bracialis dan a. Radialis teraba jelas.

f) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panngul, lutut, pergelangan kaki dan telapak)

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

g) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital.

1) TD : 160/90 mmHg.

2) N : 70 kali/menit

3) S : 37 0 C

4) P : 22 kali/menit.

h) Pemeriksaan darah. (tanggal 25 November 2019).

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. Asam urat 5 < 2,4-5,7 mg/dl

2. Cholesterol 160 < 200 mg/dl

H. Harapan Keluarga

Ny. M dan keluarga mengharapkan dapat hidup sehat.


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Informasi yang Kurang pengetahuan


kurang pada Ny. M
- Ny. M menderita osteoatritis yang menderita
dan jarang berobat ke osteoatritis
Puskesmas.

DO :

- TD : 160/80 mmHg

- Asam urat : 5 mg/dl


- Colesterol : 160 mg/dl

PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSA KESEHATAN (SCORING)

1. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan Informasi yang


kurang pada Ny. M yang menderita osteoatritis.

No KRITERIA BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat Masalah : Aktual 1x1 Ny. M memiliki riwayat keluarga


dengan osteoatritis.
2. Kemungkinan masalah dapat 2x2 Masalah dapat dirubah dengan
dirubah : mudah cara memberikan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit
osteoatritis.

3. Potensial masalah untuk dapat 1x3 Walaupun masalahnya sudah


dicegah : tinggi terjadi, tetapi jika Ny. M
mengalami osteoatritis, Tn B
sudah tahu untuk segera berobat
ke Puskesmas.

4. Menonjolnya masalah : masalah 1x2 Masalah sudah terjadi dan


berat segera ditangani. keluarga menganggap ini
masalah yang serius dan perlu
segera di tangani.

TOTAL 5/8

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang pada Ny. M yang
menderita osteoatritis.

DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.


Jakarta: EGC

Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung:Rizqi press

Akhmadi. (2008). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 november 2011 dari


http://creasoft.files.wordpress.com.pdf
. (2009). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 November 2011 dari
http://www.rajawana.com.pdf

http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-osteoatritis.html

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hypertension.html

Anda mungkin juga menyukai