id
#1 – PENDAHULUAN: Korosi
Istilah korosi dapat didefinisikan sebagai berikut:
- akibat buruk dari reaksi kimia antara logam atau paduan dengan lingkungannya;
- kebalikan proses metalurgi ekstraktif
(akibat buruk: logam larut, kehilangan kekuatan, penampilan kusam).
Corrosion science : kajian proses kimiawi dan metalurgis yang terjadi pada proses korosi.
Corrosion engineering : rancangan dan aplikasi metoda–metoda pencegahan korosi.
Idealnya, science seharusnya “bergabung” dengan engineering untuk menemukan metode baru dan yang
lebih baik untuk mencegah dan mengaplikasikan metode yang sudah ada lebih bijak dan efektif.
Akan tetapi, ilmuwan terkadang dikhususkan untuk mengejar pure knowledge, dengan sedikit atau tidak
memiliki perspektif dalam pengaplikasian yang mungkin diterapkan dari hasil kinerjanya.
Di lain hal, teknisi sering mengaplikasikan metode dengan sedikit atau tanpa pemahaman dari prinsip-
prinsip dari metode-metode tersebut.
Fokus materi perkuliahan ini terletak pada pemahaman terkait konsep fundamental dari proses korosi
(corrosion science) dan pengaplikasian konsep fundamental tersebut untuk mencegah/menghambat
terjadinya proses korosi (corrosion engineering).
1 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
2 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
#2 – KOROSI ELEKTROKIMIA
Hampir semua proses korosi pada logam melibatkan perpindahan muatan elektronik dalam larutan akuatik.
REAKSI ELEKTROKIMIA
Perhatikan contoh korosi antara zink dengan asam klorida sebagai berikut:
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2 (1)
Zink bereaksi dengan larutan asam membentuk senyawa zink klorida (terlarut) dan menghasilkan
gelembung hidrogen pada permukaan larutan.
Dalam bentuk ionik, persamaan reaksi (1) dapat dituliskan sebagai berikut:
Zn + 2H+ + 2Cl– Zn2+ + 2Cl– + H2
Zn + 2H+ Zn2+ + H2 (2)
Penulisan persamaan (2) ini dilakukan supaya lebih standard sehingga proses korosi logam Zn juga dapat
terjadi pada larutan asam lainnya, seperti asam sulfat.
Reaksi–reaksi di mana melibatkan perpindahan muatan atau pertukaran elektron seperti yang telah
dijabarkan sebelumnya dapat terilustrasikan seperti gambar berikut:
3 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Logam M akan terlarut (terbebas) ke larutan dalam bentuk ion logam M 2+ (persamaan 3) dan elektron (e–)
akan dikonsumsi untuk mereduksi ion H+ menjadi H2 (persamaan 4).
Air diperlukan sebagai “pembawa” (carrier) untuk ion dan disebut dengan electrolyte.
Pemisahan persamaan (2) menjadi persamaan (3 dan 4) dengan pertukaran elektron, e –, menunjukkan
bahwa keterlibatan elektron dalam proses korosi terjadi.
Ketika kelebihan elektron disuplai ke logam, hal ini selalu teramati bahwa kecepatan korosi dalam anodic
reaction (persamaan 3) berkurang sedangkan kecepatan pembentukan hidrogen (persamaan 4)
meningkat.
Semua reaksi korosi dalam air melibatkan anodic reaction (persamaan 3) penerapan potensi negatif
dengan kelebihan elektron yang menyertainya selalu menurunkan laju korosi hal ini merupakan
dasar dari cathodic protection untuk pengurangan (mitigasi) korosi pipa, offshore oil drilling structures
dan steel hot water tank.
Dengan demikian, semua aqueous corrosion reactions dipertimbangkan sebagai electrochemical.
Kebanyakan reaksi korosi melibatkan air, baik dalam fasa liquid atau terkondensasi dalam fasa uap.
TERMODINAMIKA KOROSI
Corrosion in aqueous solutions has been found to involve electron or charge transfer.
A change in electrochemical potential or the electron activity or availability at a metal surface has a
profound effect on the rates of corrosion reactions electrochemical.
Thermodynamics: an understanding of energy changes involved in the electrochemical reactions of
corrosion
provide the driving force and control the spontaneous direction for a chemical reaction;
shows how conditions may be adjusted to make corrosion impossible.
when corrosion is possible, thermodynamics cannot predict the rate; corrosion may range from
fast to very slow.
4 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Reaktan dan produk reaksi sel pada keadaan standard (25oC, 1 atm, 1M) Eoa, Eoc, Eosel
Electromotive force (emf) series: daftar potensial setengah sel standard, semua reaksi setengah sel ditulis
dalam arah reduksi.
5 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Persamaan Nernst
Kondisi lingkungan korosif jarang yang memenuhi kriteria keadaan standard.
Bentuk umum:
RT [B]b [H2 O]d
E = Eo − ln
nF [A]a [H+ ]m
Persamaan Nernst:
2,3RT [A]a [H+ ]m
E = Eo + ln
nF [B]b [H2 O]d
E = Ec – E a
E = 0 – (–0,762) = 0,762 V lebih dari nol (o)
dengan: ΔG = – n F E, maka:
nilai ΔG bernilai kurang dari nol (o)
REAKSI SPONTAN dalam arah oksidasi Zn dan reduksi H+ korosi Zn dalam asam
6 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
For the usual conditions in areas on the Pourbaix diagram where corrosion is possible, no predictions can be
made as to corrosion rates, which may be fast or slow at the relatively low temperatures present in liquid
aqueous solutions
thermodynamics is generally more useful at high temperatures, where rates are higher and equilibrium
is reached relatively rapidly.
Diagram ini memiliki berbagai aplikasi, seperti fuel cells, baterai, electroplating, dan extractive metallurgy.
dibatasi untuk proses korosi logam dalam larutan elektrolit.
7 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
ALUMINIUM
: logam amfoter able to react both as a base and as an acid.
8 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
BESI
: membentuk oksida protektif pada larutan netral hingga basa.
Fe/Fe2+ : Fe = Fe2+ + 2e- [1]
Fe + 2H2O = Fe(OH)2 + 2H+ + 2e- [2]
Fe + 2H2O = HFeO2- +
+ 3H + 2e -
[3]
Fe2+ + 2H2O = Fe(OH)2 + 2H+ [4]
Fe(OH)2 = HFeO2- +H +
[5]
Fe2+ + 3H2O = Fe(OH)3 + 3H+ + e- [6]
3+ +
Fe + 3H2O = Fe(OH)3 + 3H [7]
2HFeO2- + 2H2O = Fe(OH)3 + 2e -
[8]
9 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Hukum Faraday
Reaksi elektrokimia menghasilkan/mengkonsumsi elektron laju alir elektron ke/dari antar muka
yang bereaksi (ukuran laju reaksi)
Aliran elektron = arus listrik.
Rumus Faraday:
Ita
m=
nF
dengan: m = massa yang bereaksi, gram
I = arus listrik, ampere
t = waktu, detik
a = berat atom, gram/mol
n = jumlah elektron terlibat, ekivalen/mol
F = bilangan Faraday (= 96.500 coulomb/ekivalen)
Laju korosi (kehilangan berat per satuan waktu per satuan luas):
m g
r= = 2
tA cm x detik
Laju penetrasi = laju korosi/densitas logam [=] mm/th, mpy (mils per year)
PASIVASI
merupakan ketahanan korosi akibat pembentukan film permukaan tipis dalam kondisi oksidatif
dengan polarisasi anodik tinggi.
(polarisasi: perubahan potensial dari keadaan stabil ketika suatu tidak berada dalam kesetimbangan
larutan yang mengandung ion–ion).
Contoh pada beberapa keadaan pasivasi:
a. Fe oksidasi Fe(OH)2 : tidak pasivasi (kurang protektif)
Fe3O4, Fe2O3 : pasivasi (laju reaksi turun, tak tampak perubahan di permukaan)
b. Cr + kondisi oksidatif < film permukaan yang tipis, melekat, stabil, tahan korosi unsur
pemadu Fe dan Ni pembentukan oksida pada E (diagram Pourbaix Cr ditumpuk dengan Fe)
stainless steel: pasif dalam hampir semua larutan encer teraerasi.
c. Ni > 8% menstabilkan fasa FCC (austenite) dan meningkatkan pasivasi dan k.etahanan korosi
d. Larutan asam nitrat berasap Fe virtually inert.
Larutan asam nitrat encer (goresan di permukaan) Fe terkorosi hebat dan evolusi gas N2O.
[pasivasi Fe dalam larutan asam oksidator kuat]
10 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
11 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Karakteristik: terjadi kehilangan logam pada seluruh luas permukaan bahan atau dalam jumlah yang
sangat luas/besar “merata” pada permukaannya.
Untuk terjadi jenis korosi ini, lingkungan korosif yang mengontak logam “harus” sama di semua
bagian permukaan logam (“harus seragam” secara metalurgi dan komposisi).
Akan tetapi, persyaratan ini tidak lazim dalam peralatan operasi beberapa derajat ketidakteraturan
(misal: komposisi tidak merata) dapat diizinkan dalam definisi uniform (general corrosion).
Dalam sudut pandang teknis, jenis korosi ini “lebih disukai” karena fenomenanya dapat diprediksi dan
diukur mudah untuk dikontrol dan jarang gagal.
CONTOH: Atmospheric corrosion, uniform corrosion pada baja dalam larutan asam.
12 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
PITTING CORROSION
Jenis korosi ini membentuk lubang dengan “mouth open – uncovered” atau “covered”.
lubang dapat dalam, dangkal, atau “undercut”.
Lubang (corrosion pits) yang dalam dapat menyebabkan penetrasi dinding terjadi kebocoran.
13 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
CREVICE CORROSION
Karakteristik: terjadi pada bagian/volume kecil dari suatu logam yang terlindungi oleh suatu material
lain, seperti bahan perapat (baut, paku keling, dll.) dengan jenis logam yang sama atau
berbeda – terbentuk celah (crevice).
dapat terjadi pula karena adanya deposit, seperti lumpur, padatan tidak larut, dsb.
Karena difusi oksigen ke dalam crevice dibatasi terjadi differential aeration cell antara crevice
(microenvironment) dan permukaan luar (bulk environment) cathodic oxygen reduction tidak dapat
ditahan dalam crevice area (crevice: anodic in the concentration cell) highly corrosive
microenvironment in crevice terjadi pelarutan logam lebih lanjut.
Jika crevice yang terbentuk dari logam paduan yang berbeda atau jika deposit bersifat konduktif
(seperti magnetite, graphite), crevice corrosion dapat “digabungkan” dengan efek galvanik.
Jenis korosi ini dapat disebabkan dalam keadaan atmosferis dengan menahan air, di mana permukaan
terluar yang terkena air akan mengering namun bagian dalam ada air.
CONTOH: crevice corrosion pada stainless steel dalam larutan garam yang teraerasi
Dalam stainless steel, logam Fe, Cr, dan Ni (komponen terbesar dari stainless steel) terakumulasi pada
celah (crevice) dan ketika terkontak dengan larutan asam maka kecepatan terjadinya korosi akan sangat
cepat.
14 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
GALVANIC CORROSION
Jenis korosi ini terjadi ketika terdapat 2 (dua) logam yang tidak sama digabungkan dalam kehadiran
corrosive electrolyte yang sama
salah satu dari kedua logam tersebut akan lebih mudah terkorosi sedangkan logam lainnya
terproteksi dari korosi;
Logam paduan yang akan lebih terkorosi terjadi ketika pasangan logam paduan lainnya memiliki
potensial yang lebih positif (atau lebih mulia) dalam Galvanic series
logam yang more noble akan “terproteksi” dari korosi, logam yang less noble akan terkonsumsi oleh
anodic dissolution.
15 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
EROSION CORROSION
Erosion corrosion merupakan cumulative damage terimbas oleh reaksi korosi elektrokimia dan
pengaruh mekanik dari pergerakan relatif antara elektrolit dan permukaan terkorosi.
Kombinasi antara corrosion fluid dan kecepatan aliran fluida tinggi.
The same stagnant or slow–flowing fluid will cause a low or modest corrosion rate, but rapid
movement of the corrosive fluid physically erodes and removes the protective corrosion product film,
exposes the reactive alloy beneath, and accelerates corrosion.
Sand or suspended slurries enhance erosion and accelerate erosion–corrosion attack
The attack generally follows the directions of localized flow and turbulence around surface
irregularities
16 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Jenis korosi ini mempercepat proses degradasi dalam kehadiran pergerakan relatif pada kecepatan
tinggi dengan pengaruh abrasi dan mechanical wear.
Jenis korosi ini banyak ditemukan pada sistem pemipaan (bends, elbows, joints), valves, pompa,
nozzles, heat exchangers, turbine blades, baffles, dan mills.
Beberapa bentuk spesial korosi ini:
a. Impingement: moving liquid particles cause the damage, whereas collapsing (unstable) vapor
bubbles induce surface damage in cavitation (: occurs where velocity is so high that pressure
reductions in the flow are sufficient to nucleate water vapor ubbles; which then implode (collapse)
on the surface).
b. Fretting corrosion: corrosion damage at the asperities (“kekasaran”) of contact surfaces induced
under load and in presence of repeated relative surface motion produced by vibration – repeated
small movement (in vapor phase).
INTERGRANULAR CORROSION
Reactive impurities may segregate (terpisah), or passivating elements such as chromium may be
depleted at the grain boundaries the grain boundary or adjacent regions are often less corrosion
resistant, and preferential corrosion at the grain boundary may be severe enough to drop grains out of
the surface.
EXAMPLE: IGC in austenitic stainless steels when heat treatment deplete the grain boundaries of
chromium by metallurgical reaction with carbon at 425 to 815oC, chromium carides (mainly Cr23C6)
precipitate at the grain boundaries, depleting the grain boundary and nearby structure of chromium
below about 10% Cr, these areas lose resistance and are corroded preferentially.
Knife–line attack: immediately adjacent to weld metal.
Exfoliation (“pengelupasan kulit”) corrosion: a form of intergranular corrosion associated with high–
strength Al–alloys with a microstructure of elongated, flattened grains.
17 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
Brittle fracture of a normally ductile alloy in the presence of an environment that causes minimal uniform
corrosion.
Three related but distinct types of failure: stress corrosion cracking (SCC), corrosion fatigue cracking
(CFC), and hydrogen–induced cracking (HIC).
18 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
- impact of SCC on a material seems to fall between dry cracking and the fatigue threshold of that
material.
- tensile stresses required may be in the form of directly applied stresses or residual stresses (cold
deformation and forming, welding, heat treatment, machining, and grinding).
- SCC usually occurs in certain specific alloy–environment–stress combinations and depend on grain
orientation.
- most of the surface remains unattacked except one with fine cracks penetrating into the material,
with intergranular or transgranular morphology; SCC fractures have a brittle appearance.
- catastrophic form of corrosion because such fine cracks are difficult to detect and the damage are
not easily predicted.
19 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
HYDROGEN DAMAGE
Hydrogen induced cracking dan pelemahan tingkat keliatan (ductility) oleh level hidrogen yang
cenderung rendah bersifat reversible untuk beberapa tingkat jika hidrogen yang diizinkan untuk
lepas/hilang dari by baking at elevated temperature.
Hydrogen damage: reaksi hidrogen dengan senyawa karbida dalam baja untuk membentuk metana,
hasil dari decarburization, voids, and surface blisters.
Hydrogen listers atau smaller hydrogen cracks menjadi bukti ketika internal hydrogen-filled coids erupt
at the surface. Voids are formed when atomic hydrogen migrates from surface to internal defects and
inclusions, where molecular hydrogen gas can nucleate, generating sufficient internal pressure to deform
and rupture the metal locally.
Hydride formation embrittles reactive metals such as titanium, zirconium, magnesium, tantalum,
niobium, vanadium, uranium, and thorium.
20 / 16
© kcwanta@unpar.ac.id
merupakan proses pengurangan selektif (selective removal) suatu unsur dari logam paduan melalui
proses korosi.
CONTOH: proses dezincification dari unstabilized brass ( weak and porous copper structure)
Selective removal of zinc can proceed in a uniform manner or on a localized (plug–type) scale;
Brass dissolves with Zn remaining in solution and Cu replating out of the solution.
REFERENSI:
1. Jones, D. A., 1996, Principles and prevention of corrosion, 2nd ed., Prentice–Hall, Inc.
2. Devianto, H., 2017, Slide Perkuliahan Bahan Konstruksi dan Korosi: Proses dan Pengendalian Korosi –
Pendahuluan, ITB – UNPAR, Bandung.
3. Devianto, H., 2017, Slide Perkuliahan Bahan Konstruksi dan Korosi: Proses dan Pengendalian Korosi – Korosi
Elektrokimia, ITB – UNPAR, Bandung.
4. Devianto, H., 2017, Slide Perkuliahan Bahan Konstruksi dan Korosi: Proses dan Pengendalian Korosi –
Bentuk Serangan Korosi, ITB – UNPAR, Bandung.
21 / 16