Pelayanan Pasien
Pelayanan Pasien
PELAYANAN PASIEN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : Kebijakan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit
Khusus Bedah Hasta Husada
Kedua : Kebijakan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit
Khusus Bedah Hasta Husada sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Kebijakan Pelayanan Pasien di Rumah Sakit
Khusus Bedah Hasta Husada ini harus dibahas
sekurang kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan
apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan yang ada di Rumah
Sakit Khusus Bedah Hasta Husada.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Kepanjen
Pada Tanggal : 05 November 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH HASTA
HUSADA
A. Pelayanan Pasien
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, High Care Unit,
Farmasi, Radiologi dan Laboratorium, dalam 24 jam. Pelayanan
Rawat jalan sesuai dengan jadwal praktek dokter.
2. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan pada
hari minggu dan hari libur nasional dilaksanakan dengan sistem on
call
3. Pelayanan pasien selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien
4. Pelayanan pasien sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku sesuai dengan etika profesi
5. Standar Pelayanan ditentukan dengan menggunakan Standar
Pelayanan Medis, Pedoman Pelayanan Keperawatan dan Standar
Asuhan Keperawatan
6. Setiap petugas wajib memenuhi upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) termasuk dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
7. Pelayanan pasien di ruang perawatan dilaksanakan dalam 3 sift
selama 24 jam
8. Rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap
hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Asuhan yang diberikan
terdiri Asuhan Medis, Keperawatan dan Nutrisi
9. Pemberian asuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang
dirawat di VIP, I, II dan III tanpa membedakan pasien
10. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) berwenang dan
bertanggung jawab atas pelayanan pasien. Dalam melaksanakan
asuhan, staf medis mengacu pada metode assessmen IAR
(Informasi, Analisis, Rencana), Form asesmen awal, Asessmen
ulang, Panduan Praktik Klinis (PPK), Alur Klinis terintegerasi (Clinical
Pathway), dan Pedoman Manajemen Nyeri.
11. Proses pelayanan pasien dilaksanakan secara kolaboratif melalui
lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi oleh dokter,
Perawat dan tenaga kesehatan lain
12. Pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien secara seragam
pada semua unit kerja antara lain pelayanan di:
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Kamar Operasi
e. Unit Gizi
f. Unit Farmasi
g. Unit Radiologi
h. Unit Patologi Klinik (Pelayanan Laboratorium)
i. Instalasi Perinatologi
13. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak
tergantung atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembiayaan
14. Pelaksanaan Pelayanan Pengobatan terdiri dari:
a. Obat–obat dan tindakan yang akan diberikan kepada pasien,
dikonfirmasikan, informasi dan komunikasi kepada pasien dan
keluarga untuk mendapat penjelasan dan persetujuan tentang
tindakan tersebut
b. Rencana tindakan, pemberian obat dan pelayanan lain terhadap
pasien harus ditulis di formulir rekam medik oleh dokter yang
memberikan pelayanan
c. Rencana pelayanan harus ditulis minimum 1 (satu) kali sehari
atau setiap ada rencana pelayanan baru
d. Elektrolit pekat yang berada di instalasi pelayanan pasien harus
mengikuti panduan Rumah Sakit
e. Elektrolit pekat yang disimpan di instalasi pelayanan pasien diberi
label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi
akses (Restrict Access)
15. Pelayanan yang tidak dapat diberikan kepada pasien di Rumah Sakit
Khusus Bedah Hasta Husada antara lain: Donor organ, Kemoterapi,
Radioterapi, Hemodialisa dan Bank Darah
16. Identifikasi pasien dan pelayanan risiko tinggi terdiri:
a. Penanganan Pelayanan Resusitasi di seluruh unit rumah sakit
b. Penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan komponen
darah
c. Pelayanan pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup
dasar
d. Penggunaan alat penghalang (restrain) dan asuhan pasien yang
diberi penghalang
e. Asuhan pasien lanjut usia, cacat, anak-anak dan populasi yang
berisiko disiksa
f. Pelayanan Kasus Emergency
17. Pelayanan yang terkait dengan pelayanan pasien risiko tinggi,
meliputi:
a. Pelayanan Kasus Emergency di Instalasi Gawat Darurat
b. Penanganan Pelayanan Resusitasi di seluruh unit rumah sakit
(yang menemukan kasus yang membutuhkan bantuan hidup
dasar)
c. Penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan komponen
darah di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada Kepanjen
d. Pelayanan pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup
dasar bisa dilayani di HCU
e. Pelayanan pasien dengan Penyakit menular dan
immunosupressed (HIV/AIDS) di lakukan screaning pada
anamnesa dan pemeriksaan laborat. Jika di ketahui hasil positif
maka di lakukan RUJUKAN.
f. Penggunaan alat penghalang (restrain) dan asuhan pasien yang
diberi penghalang di Unit yang memberikan penanganan restrain
(IGD, HCU atau IRNA)
g. Asuhan pasien lanjut usia, cacat, anak-anak dan populasi yang
berisiko disiksa, bisa dilakukan di Instalasi Pusat Pelayanan
Terpadu atau Instalasi yang memberikan pelayanan pada lansia
atau cacat
18. Pemberian obat terapi risiko tinggi dipantau oleh Farmasis
19. Rumah Sakit mengidentifikasi kelompok yang berisiko mengalami
kekerasan fisik yang harus mendapat perlindungan antara lain:
No. KELOMPOK TINDAKAN
1 Bayi dan anak Ruang bayi selalu dalam kondisi tertutup
dan terkunci
Penghalang tempat tidur harus selalu
dipasang
Pasien bayi yang dipulangkan harus
diantar oleh petugas/bidan sampai ke
pintu pembatas rawat inap
Bayi baru lahir yang diserahkan kepada
keluarga,
harus menggunakan formulir serah
terima bayi baru lahir.
2 Manula Setiap ruangan harus tersedianya
tombol darurat
Setiap ruangan harus tersedianya
tombol darurat
Menyedikan alat bantu gerak misalnya:
Tongkat,Tripot, Kursi roda
3 Penyandang cacat Menyediakan alat bantu gerak di setiap
ruangan sesuai kebutuhan pasien
4 Tidak sadarkan diri di tempatkan di dalam ruangan khusus
(koma) Penunggu pasien berada di luar
ruangan
5 Korban Kriminal Ditempatkan di tempat tidak mudah
diakses oleh banyak orang
B. Assesmen Pasien
1. Pasien dan keluarganya diberi informasi tentang rencana pelayanan
dan pengobatan serta diikut sertakan dalam keputusan tentang
prioritas kebutuhan yang perlu dipenuhi
2. Adapun pelayanan laboratorium dan radiologi untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan semua jenis pemeriksaan sesuai dengan
standar nasional, Undang-undang dan Peraturan
3. Setiap pasien dilakukan pengkajian / asesmen antara lain:
a. Asesmen Awal Medis dan Asesmen Awal Keperawatan
dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih
dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit
b. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap,
atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh
lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan
pemeriksaan fisik telah diulangi
c. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi
pasien yang signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis
pasien pada saat masuk rawat inap
d. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana
pemulangan pasien (discharge) bio, sosio, psiko, kultural, dan
spiritual
e. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas
dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap
pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien
f. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan
g. Pelayanan laboratorium dan radiologi untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan semua jenis pemeriksaan sesuai dengan standar
nasional, Undang-undang dan peraturan
h. Untuk pasien gawat darurat, asesmen medis dan keperawatan
berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisinya
i. Apabila pasien gawat darurat perlu dilakukan tindakan operasi,
maka sedikitnya ada catatan ringkas dan diagnosis praoperasi
dicatat sebelum tindakan
j. Pasien diskrining untuk status gizi dan kebutuhan fungsional serta
dikonsul untuk asesmen lebih lanjut dan pengobatan apabila
dibutuhkan
k. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap diskrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya
l. Rumah sakit melaksanakan asesmen awal untuk populasi tertentu
m. Rumah sakit melaksanakan asesmen awal resiko jatuh
n. Untuk pasien yang akan meninggal, dilakukan asesmen kepada
keluarganya dan asesmen ulang sesuai kebutuhan individual
mereka
o. Apabila pada proses asesmen awal teridentifikasi kebutuhan
tambahan asesmen khusus.
E. Skrining
1. Skrining atau Triage pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan
masalah kesehatan pasien untuk dapat melanjutkan pelayanan
kesehatan
2. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau di luar rumah
sakit
a. Di dalam atau di luar Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada
dan dikerjakan oleh dokter jaga dan atau perawat Instalasi Gawat
Darurat (IGD)
b. Skrining pasien poliklinik dilakukan oleh dokter dan atau perawat
poliklinik
c. Skrining pasien di Tempat Pendaftaran dilaksanakan oleh Petugas
PAT
3. Setiap pasien yang telah dilakukan skrining atau triage baik oleh dokter
jaga, dokter poliklinik, atau perawat supervise berwenang untuk
diterima, ditranfer atau dirujuk
4. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya
5. Berdasarkan hasil skrining ditentukan kebutuhan pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit
6. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan yang
tepat
7. Skrining dan tes diagnosa dapat merupakan standar sebelum
penerimaan pasien
8. Pasien tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil
tesyang dibutuhkan tersedia apabila di rumah sakit belum tersedia
fasilitas yang dibutuhkan pasien
9. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan
berdasar atas hasil pemeriksaan skrining
10. Kebutuhan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif
diprioritaskan berdasarkan kondisi dan kebutuhan pasien
G. Triage
1. Rumah sakit menggunakan proses triase dengan metode priority (P1,
P2, P3) sesuai dengan kegawatdaruratan pasien.
2. Pasien diprioritaskan atas dasar urgensi kebutuhannya dan
kegawatdaruratannya
3. Pasien emergensi diperiksa dan distabilisasi sesuai kemampuan
rumah sakit dulu sebelum ditransfer
K. Tranfer / Rujukan
Pelaksanaan Tranfer Pasien / Rujukan sesuai dengan Kriteria yang
ada dalam Panduan Tranfer Pasien yang telah ditetapkan Direktur Rumah
Sakit Khusus Bedah Hasta Husada. Proses pentransferan pasien atau
perpindahan pasien dalam koordinasi Case Manager yang telah ditetapkan
Pelaksanaan Tranfer terdiri dari
1. Perpindahan / Tranfer Internal Rumah Sakit
a. Antara unit perawatan dilakukan oleh perawat dan atau transporter
sesuai dengan kriteria transfer
b. Dari HCU dengan unit perawatan lain ditentukan dengan kriteria yang
telah ditetapkan dalam panduan dan Standar Operasional Prosedur
Masuk / Keluar Pelayanan Intensif
c. Dari IKO ke Ruang Perawatan dilaksanakan oleh petugas ruang
perawatan
d. Dari IKO ke HCU dilaksanakan oleh petugas HCU
2. Perpindahan / Transfer External Rumah Sakit
a. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan atas kondisi dan
kebutuhan pelayanan lanjutan
b. Rumah Sakit menetapkan kebijakan untuk rujuk dan memulangkan
pasien, yang termuat dalam Panduan Rencana Pemulangan Pasien.
c. Rumah sakit mengidentifikasi dan menjalin hubungan secara formal
maupun informal dengan para praktisi kesehatan dan layanan
kesehatan di luar rumah sakit yang berkaitan dengan pelayanan
pasien di rumah sakit serta proses rujukan pasien
d. Transfer / Rujukan pasien dari luar rumah sakit dipastikan ada
informasi dari instansi perujuk untuk memastikan kebutuhan
palayanan yang diperlukan sesuai dengan kondisi pasien
e. Petugas Transfer/ Rujukan yang telah ditunjuk mempunyai
kompetensi untuk monitor sesuai dengan kondisi pasien dan
bertanggungjawab terhadap proses rujukan, perbekalan dan
peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi
f. Dalam proses rujukan semua pasien selalu dimonitor.
g. Pada saat pentransferan / perujukan pasien rumah sakit memastikan
bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pasien
h. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medik
i. Rujukan pasien berdasarkan atas kebutuhan pasien untuk pelayanan
berkelanjutan
j. Rujukan mencakup pengalihan tanggung jawab ke rumah sakit yang
menerima dengan adanya serah terima antara perujuk dan penerima
rujukan.
k. Rujukan keluar rumah sakit yang merupakan balasan rujukan
ditujukan kepada individu secara spesifik dan Institusi / layanan dari
mana pasien berasal
l. Rujukan keluar rumah sakit termasuk rujukan pelayanan penunjang
O. Pelayanan TB DOTS
1. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada tidak mempunyai
pelayanan khusus untuk penderita TB DOTS
2. Jika terdapat pasien dengan Suspect TB di perlakukan dengan
penanganan pasien menular
3. Jika pemeriksaan mengarah pada TB maka dilakukan rujukan ke
rumah sakit yang mempunyai peralatan dan tempat untuk pasien
TB
P. Pelayanan VCT
1. Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada Kepanjen tidak
melaksanakan pelayanan pasien dengan kasus-kasus HIV/AIDS
2. Pelayanan pasien kasus HIV/AIDS Di skrining dahulu lalu jika
positif HIV di lakukan rujukan ke rumah sakit yang mempunyai
peralatan dan tempat untuk pasien HIV/AIDS
Q. Identifikasi Pasien
1. Identifikasi pada setiap pasien menggunakan gelang identitas
yang berisi tulisan terdiri dari: nama pasien, tanggal lahir dan
nomor rekam medik sesuai KTP/identitas lain yang berlaku
2. Penggunaan gelang identitas pada pasien laki-laki memakai
gelang warna biru, pasien perempuan memakai gelang warna
merah muda, pasien diberi gelang merah sebagai penanda alergi,
dan diberi gelang kuning sebagai penanda risiko jatuh dan diberi
gelang ungu sebagai penanda Do Not Resucitate (DNR). Untuk
pasien bayi diberi gelang identitas dengan bahan dan jenisnya
khusus untuk bayi
3. Pada gelang identitas pasien ditulis: Nama pasien harus lengkap
sesuai KTP / identitas lain yang berlaku. Bila tidak ada, pasien/
keluarganya diminta untuk menulis pada formulir identitas yang
disediakan RS dengan huruf kapital, nama tidak boleh disingkat,
tidak boleh salah tulis walau satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus dicetak,
tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/ tak ada
fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi
kembali
5. Petugas melakukan identifikasi pasien menggunakan dua identitas
dari tiga identitas pasien yaitu NAMA, TANGGAL LAHIR dan
NOMOR REKAM MEDIK
6. Identifikasi pasien dilakukan dengan 2 cara yaitu cara verbal
(menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan cara visual
(melihat gelang pasien)
7. Semua pasien harus diidentifikasi secara benar sebelum dilakukan
pemberian obat, tranfusi darah/ produk darah, pengambilan
sampel pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi,
tindakan dokter, transfer pasien dan konfirmasi kematian,
pemberian diet.
8. Pasien rawat inap diidentifikasi dengan memakai gelang identitas
pasien, pasien rawat jalan tidak harus memakai gelang identitas
pasien kecuali pasien yang dilakukan tindakan invasif
R. Komunikasi Efektif
1. Komunikasi yang efektif dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan yang dipahami oleh penerima perintah termasuk
penerimaan pelaporan hasil pemeriksaan kritis dari tes diagnostik
2. Prinsip komunikasi secara lisan atau melalui telepon
menggunakan SBAR (Situation-Background-Assesment-
Recommendation) dan TULBAK yaitu penerima perintah secara
lisan atau telepon menulis lengkap (isi perintah, nama lengkap
pemberi perintah, nama lengkap penerima perintah dan tanda
tangan), membaca ulang isi perintah dan melakukan konfirmasi
dari pemberi perintah dan diakhiri dengan kata pembenaran.
3. Pada membaca ulang perintah, bila perintah mengandung nama
obat LASA (Look A Like Sound A Like) atau NORUM (Nama Obat
Rupa Ucapan Mirip), maka nama obat harus dieja satu persatu
hurufnya menggunakan huruf standar Internasional
(Radiotelephony Spelling Alphabet). Di unit pelayanan harus
tersedia daftar obat Look A Like Sound A Like, Konfirmasi lisan
dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah
mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar”. Konfirmasi
tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta
pada kesempatan kunjungan berikutnya.
4. Handover berisi tentang perubahan status pasien, serta status
pasien yang membutuhkan pengawasan lebih
5. Proses handover dilakukan oleh PPA. Handover
didokumentasikan di buku handover atau CPPT
6. Komunikasi efektif diperlukan untuk melakukan edukasi kepada
pasien dan keluarga, masyarakat dokter dan professional lainnya
serta dalam pemberian obat agar bias mengambil keputusan
Ditetapkan di : Kepanjen
Pada Tanggal : 05 November 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH HASTA HUSADA