Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan
Ny. S usia 40 tahun, G3 P2002 Ab000 Usia Kehamilan 26-28 minggu,
Janin Tunggal Hidup dengan Preeklamsia Berat
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Maternitas
Ruang 8 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Hamdy Abdillah
NIM. 135070201111031

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN KEPERWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
A. Pengertian Preeklamsia

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria


yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri,
2007).
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja
pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan
sampai Preeklampsia yang berat (geogre, 2007). Preeklampsia terbagi atas 2 bagian,
yaitu :
a. Preeklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
 Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pelaksanaan 6
jam.
 Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
 Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
 Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2
urin keteter atau midstream.
b. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
 Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam
 Proteinuria lebih dari 3gr/liter
 Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis. (Rustam Mochtar, 1998).

B. Epidemiologi Preeklamsia

Telah dilaporkan bahwa insidensi preeklampsia terjadi sekitar 2-10% pada kehamilan
di dunia. Preeklampsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara
berbeda-beda. World Health Organization memperkirakan angka kejadian preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang (2,8%) dibanding pada negara maju (0,4%)
(Osungbade, 2011). Prevalensi preeklampsia di Amerika meningkat dari 3,4% di tahun
1980 menjadi 3,8% di tahun 2010. Pada tahun 2014, preeklampsia terjadi sebanyak 28,7%
di India. Di Indonesia, data kejadian preeklampsia masih terbatas, terutama pada tingkat
nasional. Insidensi preeklamsia di Indonesia yaitu sekitar 3-10%

C. Faktor Risiko Preeklampsia

 Riwayat Preeklampsia
 Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
 Kegemukan
 Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi
kembar atau lebih.
 Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes,
penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.

D. Etiologi Preeklamsia

Etiologi Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena
itu disebut “penyakit teori”, namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab Preeklampsia adalah “teori
iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini.

E. Manifestasi Klinis Preeklamsia

1. Gejala Subjektif
Pada Preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah karena
perdarahan subkapsuer spasme areriol. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada
Preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul.
Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah
meningkat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30
mmHg dan diastolic 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.
Tekanan darah pada Preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan
disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda,
takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia,
perdarahan otak.

F. Diagnosis Preeklamsia

Diagnosis Preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan


laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka Preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu :
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
 Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
 Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstearm.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
 Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
 Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

 Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.


 Terdapat edema paru dan sianosis
 Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
 Pertumbuhan janin terhambat.

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan


a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal
8 jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,
atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia
berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan
janin dengan klinis, USG, kardiotokografi .

F. Komplikasi

1. Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklamsia.
2. Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat .oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
4. Kelainan mata kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda-gawat akan terjadi apopleksia serebri.
5. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/ eklamsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia ,tetapi ternyata
juga dapat ditemukan pada penyakit lain . Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
6. Sindroma HELLP yaitu Haemolysis , Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
Merupakan fungsi hati ,gepatoseluler (peningkatan enzim hati, SGPT, SGOT), gejala
subyektif (cepat lelah ,mual,muntah,nyeri epigastrium), hemolisis akibat kerusakan
membrane eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih.
Trombositopenia (< 150.000/cc)
7. (adhesi trombosit di dinding vaskuler) kerusakan tromboksan (Vasokontriktor
kuat),lisosom (manuaba ,2007).
8. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra- uterin. Ibu yang menderita
preeklamsia merupakan predisposisi terjadinya kelahiran premature
(Prawirohardjo,2005). Paritas pertama dan paritas lebih dari 5, serta riwayat kehamilan
dan persalinan dengan komplikasi obstetric, dapat memperbesar kematian perinatal
(Prawirohardjo,2005)
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta. EGC.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi 2. EGE. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina pusaka.


Patofisiologi

Factor imunologik Tekanan darah Factor resiko :


meningkat
1. Primigravida an multigravida
2. Riwayat keluarga
Perfusi ke 3. Preeklamsi pada kehamilan sebelumnya
jaringan menurun 4. Ibu hamil dengan usia < 20 tahun atau > 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau
riwayat DM, penyakit ginjal, migraine, ddan
tekanan darah tinggi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas

Aliran darah Kebutuhan nutrisi Kerusakan Terjadi edema


berkuran tidak terpenuhi glomerulus mikroemboli
pada hari
(kerusakan liver Edema Edema
CO2 Adanya lesi pada Kemampuan paru serebral
berkurang arteri utero filtrasi menurun
Nyeri
plasenta
epigastrum dispneu Spasme
Gangguan protei Reten artiolar
perfusi Resiko gawat nuria si urin retina
jaringan janin nyeri

Protein Gangguan Ketidakefektifan


plasma eliminasi pola nafas
tubuh urin
berkurang
Gangguan
persepsi sensori
penglihatan
Kekurangan
volume
cairan

Anda mungkin juga menyukai