Anda di halaman 1dari 10

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN

A. Pengertian Terapi Oksigen


Terapi oksigen merupakan suatu terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai
bahan farmakologis utama yang diberikan pada individu tertentu berkaitan dengan
penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi
meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan
dengan prognosis yang lebih baik bilamana terapi tersebut diberikan. Terapi
oksigen telah lama dikenal (kurang lebih 1 abad yang lalu), khususnya bagi pasien-
pasien dengan gangguan kardiopulmoner akut.
Pada terapi ini, oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi
daripada udara atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen ini
dapat dilakukan dengan memasang nasal atau masker ke saluran pernapasan pasien
lalu menghubungkan dengan tabung oksigen.

B. Tujuan
Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan PaO2>
60 mmHg atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia jaringan dan
beban kerja kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter, 2006). Selain itu, terapi
oksigen juga dapat meningkatkan bersihan napas klien, mencegah infeksi, dan
meningkatkan rasa nyaman pada klien.

C. Indikasi
Terapi ini dilakukan pada penderita:
1. Klien anoksia atau hipoksia
2. Klien hipoksemia
3. Kelumpuhan alat-alat pernapasan
4. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
5. Mendapat trauma paru
6. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
7. Dalam keadaan coma.

Beberapa alat yang duganakan untuk terapi oksigen


1. Terapi Oksigen Dengan Kanula Nasal
(Gambar Kanula Nasal)

a. Pengertian
Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen
dengan memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul
berguna untuk memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1-6
L/menit (aliran yang lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih
banyak). Kanula nasal mudah dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien
untuk makan atau berbicara. Kanula nasal juga relatif nyaman karena
memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik oleh klien.

b. Indikasi
Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronoik).
c. Kontraindikasi
1. Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
2. Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan konsentrasi
>44%
d. Prinsip
1. Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran 1-6
L/menit, untuk aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/ menit yang
digunakan.
2. Membutuhkan pernapasan hidung.
3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.
e. Persiapan Alat
1. Kanula nasal
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Plester

f. Prosedur
1. Periksa program terapi medic
R : Mengetahui kondisi kesehatan pasien
2. Ucapkan salam terapeutik
R: Penerapan komunikasi terapeutik dan memudahkan kerjasama dengan
klien.
3. Lakukan evaluasi/validasi
R : Mengetahui data yang akurat tentang pasien.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R : Memberi informasi pada klien tentang tindakan yang dilakukan
agar tidak terjadi mis komunikasi dan memudahkan kerjasama dengan
klien.
5. Cuci tangan
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
6. Persiapkan alat
R : Efisien dalam melakukan tindakan
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : Memudahkan pemberian tindakan yang akan dilakukan dan
mengurangi iritasi saluran pernafasan.
8. Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen.
R : Mengalirkan oksigen ke kanula nasal.
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis
dan pastikan berfungsi dengan baik.
R : Memberi oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
12. Terasa oksigen keluar dari kanula.
R : Memastikan bahwa aliran oksigen dari humidifier dapat berfungsi
dengan baik.
13. Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
R : Meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi terjadinya
iritasi pada membrane mukosa hidung.
14. Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu
sampai kanula pas dan nyaman.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
15. Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
R : Mempertahankan letak nasal kanul agar tidak berpindah posisi.
16. Periksa kanula setiap 8 jam.
R : Mengkaji perkembangan pasien selama pemberian oksigenasi.
17. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : Menjaga kelembapan pada membrane mukosa hidung pasien.
18. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara periodic
sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
R : Mengetahui kesesuaian dan ketepatan pemberian oksigen.
19. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
R : Agar kenyamanan serta kelembapan membrane mukosa hidung tetap
terjaga dalam kondisi baik.
20. Cuci tangan.
R : Mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit.
21. Evaluasi respon pasien.
R : Mengetahui keefektifan tindakan yang diberikan.
22. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : Mendokumentasikan segala kegiatan yang dilakukan.
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
4. PO2 arterial berkisar antara 80 – 100 mmHg
5. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
6. Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 – 20 kali per menit.
2. Pemberian Oksigen Melalui Masker Wajah Sederhana

a. Pengertian
Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi hidung
dan mulut klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi pada kedua
sisi masker memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang dihembuskan.
Masker wajah memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih
tinggi dari kanula nasal, 40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit.
b. Indikasi
Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah. bibir,
dan warma kulit)
c. Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5 liter/menit.
d. Prinsip
1) Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang
dari hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
2) Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8
liter/menit.
e. Persiapan alat
1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
f. Prosedur
1. Periksa program terapi medic
R : untuk memeriksa ketepatan program medic dengan gejala klien.
2. Ucapkan salam terapeutik
R : memberi rasa nyaman, dan memberi kepercayaan pada klien.
3. Lakukan evaluasi/validasi
R: untuk memeriksa ketepatan tindakan yang akan dilakukan dengan gejala
klinis klien.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
R: memberi penjelasan pada pasien.
5. Cuci tangan
R : menghindari dari bakteri pathogen dan apatogen
6. Persiapkan alat
R : memudahkan prosedur
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
R : mengetahui tanda dan gejala yang ada
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R: oksigen dapat tersalur dengan masker
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
R: menghindari terjadinya emboli pada paru
10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan
dengan kontur wajah klien).
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan
tidak sempit.
R : memberikan rasa nyaman pada pasien
12. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R : menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri
13. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R : melembabkan oksigen yang masuk ke dalam paru
14. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam.
R : menghindari terjadinya emboli pada paru
15. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
R : mengetahui iritasi pada membrane mukosa
16. Cuci tangan.
R : membersihkan dari bakteri dan virus
17. Evaluasi respon pasien.
R : mengetahui hasil yang dirasakan pasien
18. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
R : sebagai bukti rekam medis pasien
f. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan
kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit.
5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing

3. Terapi Oksigen Dengan Masker Rebreathing

(Gambar Masker Rebreathing)

a. Pengertian
Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung reservoir
dan maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang terhubung
memungkinkan klien mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang
dihembuskan bersamaan dengan oksigen. Masker rebreathing mengalirkan oksigen
dengan kecepatan aliran O2 8-12 liter/menit dan konsentrasi O2 60-80 %.
b. Indikasi
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat
c. Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.
d. Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
2. Volume aliran 8-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2
e. Alat dan Bahan
1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier)
2. Water steril
3. Plester non iritan
4. Antiseptik (jika diperlukan)
5. Masker rebreathing
6. Sarung tangan bersih
f. Prosedur
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien
R: etik saat bertemu klien
2. Melakukan validasi
R: untuk menghindari kesalahan asuhan keperawatan pada klien
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
R: menghindari ansietas pada pasien
4. Mencuci tangan
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
5. Menggunakan sarung tangan bersih
R: Menurunkan transfer mikroorganisme. Meningkatkan efisiensi
6. Mempersiapkan peralatan
R: mempercepat penanganan agar efektif
7. Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas
R: mengetahui kondisi fisik pasien
8. Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
R: mengalirkan oksigen pada masker
9. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam
medis dan memastikan bahwa berfungsi dengan baik.
R: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga melukai
klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R: jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
R: gelembung merupakan supply oksigen
12. Terasa oksigen keluar dari masker.
R: apabila oksigen tidak keluar, akan membuat klien semakin susah
bernapas
13. Memastikan kantong reservoir tidak terlipat atau mengempis total saat
inspirasi
R: untuk memaksimalkan pemberian oksigen
14. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah
(sesuaikan dengan kontur wajah klien).
R: memberikan bantuan oksigen pada klien dengan pemasanga yang
nyaman
15. Melingkarkan pita elastik ke kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit
R: menghindari lepasnya masker
16. Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
R: menjaga aliran oksigen agar tetap stabil sesuai kebutuhan klien
17. Mempertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
R: untuk memaksimalkan pertukaran gas yang terjadi dalam humidifier
18. Memeriksa jumlah kecepatan aliran oksigen
R: menjaga kestabilan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh klien
19. Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan memberi jelly
untuk melembapkan membran mukosa jika diperlukan.
R: menghindari adanya iritasi yang diakibatkan pemasangan nasal kanul dan
kekeringan karena dorongan oksigen
20. Mencuci tangan.
R: menjaga kebersihan dan menghindari infeksi nosokomial
21. Mengevaluasi respon pasien
R: menghindari tindakan yang mengakibatkan klien merasa sakit dan cemas
akan tindakan selanjutnya
22. Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
R: sebagai pendokumentasian dan alat pemantau perkembangan kondisi
fisik klien
g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan
kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

Anda mungkin juga menyukai