1806173
Saya mendapatkan sebuah berita. Berita tersebut saya dapatkan dari media massa
berita Merdeka.com, pada tanggal 16 september 2019. Sebuah berita yang berjudul “Kepala
BNPB Terima Laporan Pejabat Daerah Acuh Terhadap Kebakaran Lahan”. Dalam berita
tersebut terdapat kesalahan yaitu kurang tepatnya memaknai kata acuh, karena dalam berita
tersebut kepala BNPB mengatakan kurang pedulinya pejabat daerah terhadap kebakaran
lahan. Tetapi, dalam KBBI Acuh itu bermakna atau berarti peduli.
Di dalam teks berita tersebut, penutur kurang tepat mengartikan atau memaknai kata
acuh. Seharusnya kata acuh mengandung makna peduli, tetapi penutur memaknai kata acuh
tersebut tidak peduli. Hal itu, menjadi salah satu kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa
ini kerap sering terjadi, karena tidak sedikit penutur yang tidak mengetahui apa makna dari
kata acuh yang sebenarnya. Maka hal ini akan dibahas oleh teori semantik, dan
sosiolinguistik yang terkait kesalahan berbahasa.
Menurut Abdul Chaer (2009:2), Semantik Bahasa Indonesia, berasal dari bahasa
Yunani “Sema” yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang
tersebut, yaitu sebagai padanan kata sema itu adalah tanda Linguistik. Seperti yang di
kemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang
mengartikan, yang berbentuk bunyi bahasa. Dan (2) komponen yang di artikan atau makna
dari komponen pertama itu.
Kedua komponen diatas merupakan tanda atau lambang. Sedangkan yang ditandai
atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen
atau hal yang di tunjuk. Kata semantik ini kemudian disepkati sebagai istilah yang di gunakan
untuk bidang linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi
dalam Linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata
semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti.
Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap
pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai
bahasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat
melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya.
Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang
sedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang telah menguasai
bahasanya. Perbedaan ini bersumber dari perbedaan dalam penguasaan kaidah-kaidah
gramatikal.
Dalam praktik berbahasa ada beberapa kata yang digunakan tidak tepat karena
pemakai bahasa tidak mengetahui makna kata yang sesungguhnya. Kesalahan tersebut
berulang terus dan menular kepada orang lain. Akibatnya, terjadilah kesalahan umum atau
salah kaprah. Salah satu kata yang sering salah penggunaannya adalah kata “acuh”. Menurut
KBBI, acuh artinya peduli. Tetapi, kata ini sering digunakan dengan makna tidak peduli. Hal
ini sering terjadi dalam obrolan dengan teman, dalam pergaulan, bahkan berbagai media
menggunakannya dengan tidak tepat karena berlawanan dengan makna yang sebenarnya.
Jadi, kesimpulan dalam pembahasan ini adalah kata “acuh” tidak tepat jika di maknai
tidak peduli. Lebih tepatnya kata “acuh” di maknai peduli. Kata “acuh” merupakan kata
paling sering disalahartikan oleh sebagian penutur. Hal tersebut terjadi karena pemakai
bahasa tidak mengetahui makna kata yang sesungguhnya. Kesalahan tersebut berulang terus
dan menular kepada orang lain.