Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan kepala sekolah berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap
manajemen dan kepemimpinan serta tugas yang dibebankan kepada kepala sekolah.Tidak jarang
kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman
kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan
misinya terletak pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khususnya
dalam menggerakkan dan memperdayakan komponen sekolah agar tercipta interaksi yang
berkualitas dinamis.
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus
memiliki dasar kepemimpinan yang kuat.Untuk itu, setiap kepala sekolah berkaitan dengan
masalah dalam meningkatkan kesempatan dan mengadakan pertemuan secara efektif dengan
para guru dalam situasi yang kondusif. Berkaitan dengan akunbilitas, sekolah tidak mempunyai
beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan
pendidikan (stakeholder). Kondisi tersebut menunjukkan perlunya berbagai upaya perbaikan
untuk meningkatkan mutu pendidikan, melalui manajemen yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan, serta sebagai kepala sekolah tentunya harus menguasai fungsi
dari manajemen dalam pendidikan, sebagai salah satu contohnya yaitu manajemen strategi.
Didalam manajemen strategi itu maka dapat ditentukan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan peningkatan mutu pendidikan agar lebih optimal dan berdampak langsung serta
ada dampak nyatanya dari penerapan manajemen strategi tersebut baik itu berdampak
bagi kepala sekolah, guru, siswa, serta staff pegawai sekolah. Pengamatan dan penilaian yang
dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan
memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis peluang yang
ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai rencana pendidikan secara
berhasil. Rancangan yang bersifat menyeluruh ini dapat dilakukan melalui proses tindakan yang
dikenal sebagai manajemen strategi.

Page 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah seorang kepala sekolah harus mengusai manajemen strategi dalam
kepemimpinannya ?
2. Bagaimana cara kepala sekolah meningkatan mutu pendidikan sekolah yang ia pimpin
dengan menggunakan manajemen strategi ?
3. Bagaimana pengimplementasian yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam
manajemen strategi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar mengetahui apa saja masalah yang dihadapi oleh seorang
pemimpin terutama dalam memimpin suatu lembaga pendidikan. Sebagai pemimpin lembaga
pendidikan (kepala sekolah) pada umumnya harus mempunyai manajemen yang baik dan terarah
untuk menarik minat masyarakat ke dalam organisasi atau lembaga yang ia pimpin. Para
pengelola pendidikan (kepala sekolah) sebagai eksekutif modern saat ini harus mampu
mengamati dan merespons segenap tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan eksternal baik
yang dekat maupun yang jauh. Lingkungan eksternal dekat adalah lingkungan yang mempunyai
pengaruh langsung pada operasional lembaga pendidikan, seperti berbagai potensi dan keadaan
dalam bidang pendidikan yang menjadi konsentrasi usaha sekolah itu sendiri, situasi persaingan,
situasi pelanggan pendidikan, dan pengguna lulusan. Kesemuanya berpengaruh pada penentuan
strategi yang diperkirakan mendukung sekolah mencapai tujuannya. Lingkungan eksternal yang
jauh adalah berbagai kekuatan dan kondisi yang muncul di luar lingkungan eksternal yang dekat
meliputi keadaan sosial ekonomi, politik, keamanan nasional, perkembangan teknologi, dan
tantangan global. Secara tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sistem
pendidikan di suatu sekolah. Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan
taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang
terarah pada tujuan strategik organisasi.

1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen strategi dalam kepemimpinan seorang kepala
sekolah.
2. Untuk mengetahui cara kepala sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan yang ia
pimpin dengan menggunakan manajemen strategi.
3. Untuk mengetahui pengimplementasian dalam penerapan manajemen strategi di
lembaga pendidikan yang kepala sekolah pimpin.

Page 2
BAB II
TEORI MENURUT PARA AHLI

2.1 Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan


pengevaluasian keputusan-keputusan lintas definisinya, manajemen strategis berfokus
pada proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk
mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan dalam manajemen strategis, yaitu perumusan
strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi.

Beberapa pakar dalam ilmu manajemen mendefinisikan manajemen strategis dengan cara
yang berbeda-beda. Ketchen (2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai analisis,
keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan
keunggulan kompetitif. Definisi ini menggambarkan dua elemen utama manajemen strategis.
Pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan dengan proses yang berjalan
(ongoing processes): analisis, keputusan, dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan
bagaimana manajemen menganalisis sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi internal
dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan
strategis. Pengertian manajemen strategi menurut Nawawi adalah perencanaan berskala besar
(disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut
visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar
dan prinsipil), agar memungkinkan oreanisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa
serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan
(disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi.

Dari pengertian manajemen strategidi atas yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa
manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak

Page 3
(bersama-sama) kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan
unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama organisasi. Ii Sedangkan
komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsure-unsurnya sasaran dan tujuan
operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi
pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan kerja internal dan
eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik. Disamping itu pengertian manajemen
strategi yang telah sebutkan terakhir dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti
mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam
bentuk rencana strategis (Renstra) yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional,
yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan.
2. Renstra berorientasi pada jangkauan masa depan.
3. Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi
organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi,
namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara
tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya.
4. Renstra dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-program
operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga
sebagai keputusan manajemen puncak.
5. Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena
sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk
mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk
panjangnya.
6. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk
mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya
yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

Page 4
2.2 Manajemen Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

 Total Quality Management dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Penerapan TQM dalam dunia bisnis dan industri telah menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan, sehingga telah menghasilkan produk-produk yang bermutu dan kompetitif, dan
dengan layanan prima yang dapat dirasakan oleh para pelanggan. Akhir-akhir iini, konsep
tersebut mulai diterapkan didalam pengelolaan pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, sudan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Sebagaimana yang telah
disinggung di atas, TQM merupakan suatu sitem pengendalian mutu untuk memenuhi kepuasan
pelanggan dengan sebaik-baiknya. Penerapannya di dalam pengelolaan pendidikan adalah
sebagaimana dikemukakan oleh Permadi (1998:9) sebagai berikut :

“Dalam pendidikan, filosofi TQM berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka
budaya kerja yang mantap harus terbina dan berkembang dengan baik dengan diri seluruh
karyawan yang terlibat dalam pendidikan. Motivasi, sikap, kemauan dan dedikasi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan adalah bagian terpenting dari budaya kerja itu”

Konsep TQM dalam pendidikan memandang bahwa lembaga pendidikan merupan


industry jasa dan bukan sebagai proses produksi. TQM dalam hal ini tidak membicarakan
permasalahan masukan (peserta didik) dan keluaran (lulusan), tetapi mngenai pelanggan yang
mempunyai kebutuhan dan cara memuaskan pelanggan tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa TQM memandang produk usaha pendidikan sebagai jasa dalam bentuk pelayanan yang
diberikan oleh pengelola pendidikan beserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai
dengan standar mutu tertntu.Adanya pendapat yang menyatakan bahwa lulusan merupakan
produk pendidikan pada kenyataannya memiliki kelemahan-kelemahan yang mendasar. Sejalan
dengan itu Permadi (1998:10) mengemukakan sebagai berikut:

“Lulusan peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikannya adalah individu yang perilaku
dan perbuatannya sesungguhnya bukan hanya dipengaruhi ilmu dan keterampilan yang

Page 5
diperolehnya selama pendidikan, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai factor lain, termasuk
motivasi kerja, sikap, dan latar belakang budaya serta pengaruh lingkungan”

Memahami kutipan tersebut, dapat dikemukakan bahwa pendidikan yang bermutu tidak
dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga
pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang
berlaku.Pelanggan yang dimaksud adalah pelanggan internal (karyawan dan guru) serta
pelanggan eksternal (siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan pengguna lulusan).

Page 6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mutu Pendidikan

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berapa sumberdaya dan perangkat lunak serta
harapan-harapan sebagai pemandu berlangsungya proses. Input sumberdaya meliputi
sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, dan sebagainya). Input
perangkat lunak meliputi (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan sebagainya). Input
perangkat lunak meliputi organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana, dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang
ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan
input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud
adalah proses pengambilan keputusan, proses pegelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa
proses belajar mengajar memiliki tingkat kepenyingan tertinggi dibandingkan dengan proses-
proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu ttinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta


pemanduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan
secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan,
mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mamp memberdayakan
pendidikan. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar
menguasai pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani pesrta didik, dihayati,
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut

Page 7
mampu belajar cara belajar, artinya peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada
didalam dirinya sendiri.

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan


education production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi
yang apabila dipenuhi semua input yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka
lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa
apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan
perbaikan sarana prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi. Karena selama ini dalam penerapan pendekatan education production
function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentuka output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional yang sentralistik, telah mengakibatkan


sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang
mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan kondisi sekolah setempat.Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian,
motivasi, dan inisatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan
mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Pertisipasi msyarakat selama ini pada umumnya lebih
banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunbilitas, sekolah tidak mempunyai
beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan
pendidikan (stakeholder).Kondisi tersebut menunjukkan perlunya berbagai upaya perbaikan
untuk meningkatkan mutu pendidikan, melalui manajemen yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan, serta sebagai kepala sekolah tentunya harus menguasai fungsi
dari manajemen dalam pendidikan, sebagai salah satu contohnya yaitu manajemen strategi.
Didalam manajemen strategi itu maka dapat ditentukan bagaimana cara untuk mencapai tujuan
peningkatan mutu pendidikan agar lebih optimal dan berdampak langsung serta ada dampak

Page 8
nyatanya dari penerapan manajemen strategi tersebut baik itu berdampak bagi kepala sekolah,
guru, siswa, serta staff pegawai sekolah.

3.2 Penyusunan Manajemen Strategi dan Pengimplementasiannya

Penyusunan manajemen strategi dapat dilakukan dalam tiga tahhap, yaitu diagnosis,
perencanaan, dan penyususnan dokumen rencana.Tahap diagnosis dimulai dengan pengumpulan
berbagai informasi perencanaan sebagai bahan kajian.Kajian lingkungan internal bertujuan untuk
memahami kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan pendidikan, sedangkan kajian
lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkap peluang dan tantangan.

Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi. Visi merupakan gambaran
(wawasan) tentang keadaan yang diinginkan di masa depan. Sedangkan misi ditetapkan dengan
mempertimbangkan rumusan penugasan (yang merupakan tuntutan tugas dari luar dan keinginan
dari dalam) yang berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini. Strategi
pengembangan dirumuskan berdasarkan misi yang diemban dan dalam rangka menghadapi isu
utama (isu strategi).Urutan strategis pengembangan harus disusun sesuai dengan isu-isu utama.
Dalam rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan menurut kelompok strategi, dengan
rincian dapat terdiri atas tiga tingkat, seperti kelompok, sub kelompok, dan rincian strategi.

Tahap ketiga penyusunan dokumen rencana strategis. Rumusannya tidak perlu terlalu
tebal, supaya mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim manajemen secara luwes.
Perumusan rencana strategis dapat dilakukan sejak saat pengkajian telah menghasilkan temuan,
penyelesaian akhir perlu menunggu hingga semua keputusan atau rumusan telah ditetapkan.

Implementasi strategi adalah proses di mana manajemen mewujudkan strateginya dalam


bentuk program, prosedur dan anggaran. Implementasi strategi juga dapat diartikan sebagai
pengembangan strategi dalam bentuk tindakan.Implementasi terkadang lebih sulit karena
implementasi membawa sebuah perubahan.

Konteks manajemen istilah strategik diartikan sebagai cara dan taktik utama yang
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan
strategik organisasi. Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik
adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal-

Page 9
hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan. Manajemen
strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi)
dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-
sasaran organisasi yang memiliki tugas yaitu:

a) Merumuskan visi dan misi organisasi meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan,
b) Mengembangkan profil organisasi yang mencerminkan kondisi internnya,
c) Menilai lingkungan eksternal organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual,
d) Menganalisis alternatif strategi dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan
lingkungan eksternal,
e) Mengidentifikasi setiap alternatif strategi untuk menentukan strategi mana yang paling
sesuai visi dan misi organisasi,
f) Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum,
g) Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek,
h) Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber daya
anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem
imbalan,
i) Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan yang akan datang.

Manfaat besar dari manajemen strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam
pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan
mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi.

Penerapan manajemen strategi di dalam penyelenggaraan sistem pendidikan


memungkinkan suatu organisasi penyelenggara pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan
departemen pendidikan) untuk lebih proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan
lembaga pendidikan di dunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak
strategik, lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya
memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan birokratis, namun lebih
dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras merencanakan kegiatan-kegiatan

Page 10
strategis, mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk
mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pendidikan, filosofi TQM berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
maka budaya kerja yang mantap harus terbina dan berkembang dengan baik dengan diri seluruh
karyawan yang terlibat dalam pendidikan. Motivasi, sikap, kemauan dan dedikasi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan adalah bagian terpenting dari budaya kerja itu. Konsep TQM
dalam pendidikan memandang bahwa lembaga pendidikan merupan industry jasa dan bukan
sebagai proses produksi. TQM dalam hal ini tidak membicarakan permasalahan masukan
(peserta didik) dan keluaran (lulusan), tetapi mngenai pelanggan yang mempunyai kebutuhan
dan cara memuaskan pelanggan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa TQM memandang
produk usaha pendidikan sebagai jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh pengelola
pendidikan beserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu
tertntu.Adanya pendapat yang menyatakan bahwa lulusan merupakan produk pendidikan pada
kenyataannya memiliki kelemahan-kelemahan yang mendasar. Manfaat besar dari manajemen
strategi adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual. Pemberdayaan
adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektivitas dengan mendorong dan
menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta
imajinasi.

4.2 Saran
Mengacu pada uraian di atas maka sebagai lembaga pendidikan tempat dimana menjadi
kebutuhan masyarakat untuk menimba ilmu dan pengetahuan harus mempunyai manajemen yang
menarik agar masyarakat dapat memilih lembaga pendidikan tersebut sebagai wadah yang tepat
dan disenangi oleh masyarakat. Salah satu yang dapat diterapkan oleh lembaga pendidikan ialah
manajemen strategik, yaitu konsep TQM dalam hal ini tidak membicarakan permasalahan
masukan (peserta didik) dan keluaran (lulusan), tetapi mngenai pelanggan yang mempunyai
kebutuhan dan cara memuaskan pelanggan tersebut. Dan lembaga pendidikan harus selalu ada

Page 11
pembeharuan setiap saat mengikuti perkembangan zaman, sebab itu juga menjadi salah satu daya
tarik bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. H.E, M.Pd.2013,Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bumi Aksara

MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN, Gunawan


Imam.http://masimamgun.blogspot.com/2009/02/manajemen-strategik-dalam-pendidikan.html.

Page 12

Anda mungkin juga menyukai