Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING :
Sukma Noor Akbar,M.Psi, Psikolog
Ridha Hanifa
1610914120030
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
iv
DAFTAR BAGAN ...............................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
vi
BAB I GAMBARAN KASUS ............................................................................ 8
BAB II HASIL PENGUMPULAN DATA ........................................................ 11
A. Identitas Subjek ........................................................................................ 11
B. Keluhan .................................................................................................... 11
C. Agenda Pengumpulan Data ...................................................................... 12
D. Asesmen ................................................................................................... 13
1. Hasil Observasi .................................................................................... 13
2. Hasil Wawancara ................................................................................. 15
3. Hasil Test Formal Psikologi (SPM) .................................................... 19
4. Hasil Test Informal ............................................................................... 20
LAMPIRAN ......................................................................................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Agenda Kegiatan Pengumpulan Data ................................................... 12
Tabel 7.1 Guide Observasi Terkait Kondisi Fisik Subjek..................................... 34
Tabel 7.2 Guide Observasi Terkait DSM V .......................................................... 34
Tabel 7.3 Guide Observasi Terkait General Problem ........................................... 35
Tabel 7.4 Guide Observasi Terkait Aspek Khusus ............................................... 35
Tabel 7.5 Guide Wawancara Subjek ..................................................................... 37
Tabel 7.6 Guide Wawancara Significant Other I (Ibu Subjek) ............................. 41
Tabel 7.7 Guide Wawancara Significant Other II (Guru Subjek) ......................... 43
Tabel 7.8 Verbatim Subjek ................................................................................... 45
Tabel 7.9 Verbatim Significant Other I (Ibu Subjek) ........................................... 50
Tabel 7.10 Verbatim Wawancara Significant Other II (Guru Subjek) ................. 56
DAFTAR GAMBAR
Bagan 4.1 Dinamika Psikologi .............................................................................. 26
Gambar 7.1 Informed Consent .............................................................................. 44
Gambar 7.2 Proses Asesmen ................................................................................. 60
Gambar 7.3 Peneliti & Subjek .............................................................................. 60
Gambar 7.4 Peneliti & Ibu Guru Subjek ............................................................... 61
Gambar 7.5 Tulisan Subjek ................................................................................... 61
Gambar 7.6 Tulisan Subjek ................................................................................... 61
Gambar 7.7 Surat Izin ........................................................................................... 62
Gambar 7.8 Surat Izin ........................................................................................... 63
Gambar 7.9 Absen Bimbingan .............................................................................. 64
Gambar 7.10 Test SPM ......................................................................................... 65
Gambar 7.11 Test Informal ................................................................................... 66
Gambar 7.12 Test Informal ................................................................................... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Guide Observasi ............................................................................... 34
Lampiran 2. Guide Wawancara............................................................................. 37
Lampiran 3. Informed Consent ............................................................................. 44
Lampiran 4. Verbatim ........................................................................................... 45
Lampiran 5. Dokumentasi ..................................................................................... 60
Lampiran 6. Surat Ijin ........................................................................................... 62
Lampiran 7. Absen Bimbingan ............................................................................. 64
Lampiran 8. Hasil Test .......................................................................................... 65
BAB I
GAMBARAN KASUS
Mengacu pada perundang-undangan yang berlaku, mengenai pengertian
pendidikan telah disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1), sebagai berikut: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosen
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar bagaimana cara menulis ,
karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang
studi lainnya. Kemampuan menulis berhubungan dengan kemampuan motorik
yakni motorik halus karena menekankan pada koordinasi otot tangan dan jari atau
kelenturan tangan yang bersifat keterampilan. Syahrun (2014) mengemukakan
bahwa menulis adalah bentuk komunikasi dalam menggambarkan pikiran,
perasaan dan ide menggunakan media visual. Keterampilan menulis memiliki
peranan yang sangat penting dalam jenis kominikasi secara tertulis. Dengan
keterampilan menulis ini, anak dapat menuangan segala macam gagasannya
dalam bentuk tulisan. Jika keterampilan menulis ini tidak dimiliki anak, dapat
dipastikan anak akan mengalami hambatan dalam mengikuti pelajaran di kelas
dan akan menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi belajar pada siswa yang
akan mengakibatkan munculnya prestasi belajar yang rendah.
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa
menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan, karena
mereka tidak bisa menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik
halusnya (tangan) untuk menulis. Santrock mendefinisikan disgrafia sebagai
kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan
pemikiran dalam komposisi tulisan. Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini
terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung
kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan
keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan
dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan
belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Pada penelitian terbaru di
Amerika Serikat yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7
– 15 % dari jumlah tersebut mengalami gangguan menulis semasa duduk di
bangku sekolah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak
berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak. Salah
satu upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) untuk memberikan akses pendidikan kepada mereka adalah
dengan membangun unit sekolah baru, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Dewasa
ini, jumlah Sekolah Luar Biasa di Indonesia semakin berkembang pesat.
Diketahui untuk saat ini sudah terdapat sekitar 2.070 Sekolah Luar Biasa yang
terdapat di Indonesia.
Kepala Disdikbud Kalimantan Selatan, Muhammad Yusuf Effendi,
menuturkan dalam wawancaranya dengan kanalkalimantan.com bahwa angka
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kalsel terus meningkat dan perlu
penanganan komprehensif. Data di Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan, saat ini
terdapat 40 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kalimantan Selatan, baik untuk tingkat
SD, SMP, hingga SMA yang tersebar dimasing-masing kota atau kabupaten yang
terdapat di Kalimantan Selatan.
Kesulitan belajar menulis atau disgrafia sangat memerlukan perhatian
yang serius, anak akan mengalami kesulitan dalam belajar yang akan berdampak
pada menurunnya tingkat prestasi yang mereka miliki. Sebagian besar siswa kelas
VI SDLBN 2 Sungai Paring Martapura, mengalami kesulitan ketika diminta untuk
menulis. Peranan pendidik dalam membimbing anak yang mengalami disgrafia
sangat diperlukan. Anak yang mengalami disgrafia akan dapat menjadi baik jika
mendapatkan bimbingan dan didikan sebaik mungkin dari beberapa orang
terdekatnya, seperti orang tua dan guru.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SLBN 2 Sungai Paring
Martapura, pada November 2018 peneliti melakukan observasi dikelas VI, dikelas
tersebut terdapat 7 orang siswa. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, peneliti
menemukan seorang anak dan tertarik untuk melakukan penelitian terhadapnya.
Siswa tersebut mengalami kesulitan dalam menulis kata dan peneliti menemukan
beberapa karakteristik gangguan belajar menulis yang terdapat pada subjek.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas. Guru kelas
mengatakan bahwa subjek memang mengalami kesulitan dalam hal menulis.
Subjek yang saya ambil dalam studi kasus ini yaitu seorang laki-laki bernama
MASR, yang saat ini merupakan siswa kelas VI di SDLBN 2 Sungai Paring
Martapura. MASR adalah seorang anak yang memiliki gangguan belajar khusus
jenis disgrafia, diusianya yang ke 12 tahun ini, dia masih belum mampu untuk
menuliskan kata-kata secara benar dan lengkap.
Berdasarkan uraian di atas dan studi pendahuluan yang peneliti lakukan,
peneliti memfokuskan penelitian pada masalah gangguan belajar yang dimiliki
oleh terkait disgrafia. Kasus tersebut penting untuk diangkat. Selain itu
diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menghasilkan informasi mengenai
faktor-faktor yang mampu meningkatkan kemampuan akademik subjek dan dapat
mempermudah guru dan orang tua dalam memotivasi subjek dalam belajar.
Harapannya agar orang tua dan guru dapat memahami subjek dan nantinya dapat
saling membantu dalam hal pembelajaran serta untuk mempertahankan atau
meningkatkan motivasi belajar yang telah ada dalam dirinya. Jadi, peneliti tertarik
untuk melakukan studi kasus penelitian dengan judul “Gangguan Disgrafia Pada
Subjek MASR”.
BAB II
HASIL PENGUMPULAN DATA
A. Identitas
1. Nama : MASR
2. Nama Panggilan :R
3. Tempat/Tanggal Lahir : Martapura, 9 Oktober 2006
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Usia : 12 tahun
6. Pendidikan : SD
7. Status : Belum Menikah
8. Alamat : Mentaos, Banjarbaru
B. Keluhan
MASR merupakan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang saat ini
menempuh pendidikan di jenjang SD, yaitu di SDLBN 2 Sungai Paring
Martapura. Masalah yang paling berat pada klien kami yaitu mengalami gangguan
belajar khususnya gangguan dalam menulis (disgrafia). Dari masa kecil hingga
hampir memasuki masa sekolah, anak ini masih belum ditemukan tanda-tanda
atau ciri-ciri yang timbul terkait disgrafia. Ketika itu dia masih bersekolah
disekolah reguler seperti anak pada umumnya, namun ketika sudah menduduki
kelas 2 SD yaitu saat berusia 8 tahun sudah mulai muncul gejala disgrafia.
Dimana saat sudah dua tahun bersekolah disekolah reguler tetapi dia masih belum
bisa memegang pensil dengan baik ketika menulis. Setiap di sekolah atau pun di
rumah, bila sedang menegerjakan tugas dari gurunya, tulisan MASR pasti buruk.
Pada saat menulis, ia juga sering mencampur huruf besar dan kecil. Guru di
sekolahnya pun juga selalu mengajarinya menulis yang benar, walau hanya
disuruh menyalin tulisan yang ada di papan tulis, tetapi bagi MASR sulit untuk
melakukannya. Hal itu menyebabkan tingkat prestasinya menurun dan dia pun
merasa sulit untuk berkonsentrasi saat belajar karena kemampuan yang ia miliki
sudah jauh tertinggal dari teman-teman seusianya. Atas dasar itu lah, MASR
dipindahkan ke SDLBN 2 Sungai Paring Martapura.
D. Asesmen
1. Hasil Observasi
Observasi untuk building rapport dilakukan pada Senin, 12 November
2018 sekitar pukul 11.00 WITA bertempat di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura,
setelah melakukan proses perizinan dengan pihak sekolah, saya menuju kelas VI
yang mana kelas dikelas tersebut terdapat 7 siswa, namun hanya sebanyak 6 orang
siswa saja yang berhadir pada hari itu. Diantara 6 orang siswa yang berhadir pada
hari itu, terdapat MASR yang ketika itu duduk di baris kedua pojok kanan. Ketika
melihat saya memasuki kelas, semua siswa perempuan langsung bersalaman dan
langsung memperkenalkan diri dengan saya. Namun MASR tampak tidak terlalu
antusias seperti teman-teman perempuan yang lain, dia bersama siswa laki-laki
yang lain hanya berdiam diri di kursi tempat mereka duduk. Pada hari ini juga,
saya sempat mengamati bagaimana kegiatan MASR ketiga berada di dalam kelas.
MASR adalah seorang anak laki-laki yang memiliki postur tubuh yang cukup
tinggi sekitar 130 cm dan memiliki tubuh yang kurus sekitar 35 kg. Rambutnya
dipotong tipis dan berwarna hitam, memiliki wajah berbentuk lonjong dan
kulitnya yang berwarna sawo matang. Bola mata berwarna hitam, hidung
mancung dan memiliki bentuk bibir yang tipis dengan warna terang. Di dalam hal
berpakaian, MASR terlihat cukup rapi dengan menggunakan seragam sekolah
berwarna putih merah.
Observasi pertama dilakukan pada Rabu, 14 November 2018 sekitar
pukul 08.00 WITA bertempat di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura. Ketika itu
siswa kelas VI sedang belajar mengenal tentang berbagai macam jenis profesi. Ibu
guru yang mengajar meminta anak muridnya untuk berperan aktif dalam proses
belajar mengajar, Ibu guru selalu mempersilahkan anak muridnya untuk dapat
menyebutkan bebagai macam jenis-jenis profesi. MASR cukup berperan aktif, dia
berusaha untuk dapat menjawab pertanyaan dari guru ketika diminta. Ketika itu,
Ibu guru meminta MASR untuk membacakan kembali apa yang sudah tertulis
dipapan tulis, dan dia pun membacanya dengan lancar, namun ia tampak kesulitan
ketika Ibu guru memintanya untuk menulis dipapan tulis. Pada kesempatan kali
ini observer sempat melihat bagaimana bentuk tulisan yang ada di buku catatan
MASR, dari sini observer mengalami kesulitan saat membaca tulisan yang ada
pada buku cacatan MASR. Pada buku tersebut juga terdapat cerita dimana MASR
menceritakan apa yang dilakukannya setiap hari Minggu, dari cerita tersebut saya
dapat menemukan bahwa MASR belum bisa menggunakan tanda baca yang tepat
dalam penulisan. Pada hari ini juga terdapat mata pelajaran olahraga, MASR
tampak antusias untuk mengikuti pelajaran olahraga yang bertempat di ruangan
lantai dua yang ada pada sekolah tersebut. Ketika itu jenis olahraga yang
dilakukan adalah senam, dan ketika itu MASR diminta oleh guru olahraganya
untuk mencontohkan kepada teman-teman sekelasnya tentang gerakan-gerakan
senam. MASR tampak antusias ketika memasuki mata pelajaran olahraga.
Observer dapat mengamati bahwa beberapa kali subjek terlihat tertawa dan
terlihat sedang bercanda dengan teman sekelasnya. Ketika berkomunikasi dengan
teman yang berdiri disebelahnya, sangat terlihat bahwa MASR memiliki
hubungan interpersonal yang cukup mudah bergaul.
Observasi kedua dilakukan pada Senin, 19 November 2018 sekitar pukul
09.30 bertempat di Lab Psikologi FK ULM. Ketika itu R akan melaksanakan test
formal psikologi yaitu SPM. Awalnya saya meminta MASR untuk menuliskan
namanya pada selembar kertas yang digunakan untuk menjawab test psikologi,
namun dia mengalami kesulitan dalam menulis namanya sendiri dan menanyakan
kepada saya bagaimana cara menulis namanya. Setelah saya bantu dengan cara
mengejakan hurufnya, dia dapat menuliskannya diselembar kertas tersebut, namun
penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur. Dari itu juga saya dapat
melihat bahwa cara menulisnya tidak konsisten, saat menulis MASR masih tidak
mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional, dan MASR tetap mengalami
kesulitan dalam menulis meskipun saya hanya memintanya untuk menyalin
contoh tulisan yang sudah ada. Sebelum mengerjakan test observer sempat
meminta MASR untuk menyebutkan huruf yang saya tulis dalam selembar kertas,
dan dari sini observer dapat mengetahu jika subjek tidak bisa membedakan “b-d,
p-q, w-m, n-u”. Ketika subjek mengerjakan beberapa test, subjek terlihat
menyimak instruksi yang saya berikan. Pada sub test pertama, MASR terlihat
santai dan fokus saat mengerjakan test tersebut. Namun, ketika gambar yang
terlihat dalam test tersebut terlihat cukup sulit, MASR sudah terlihat bosan dan
terlihat tidak bersemangat. Selama beberapa kali, MASR terlihat menggaruk
kepala dan mengalami kebingungan seakan-akan menunjukkan sikap hampir
menyerah dan mengeluh karena menurutnya gambar yang ada pada test SPM
semakin sulit. Peneliti juga sempat meminta subjek untuk menjawab test informal.
Dalam test informal tersebut terdapat 4 soal, dimana subjek diminta untuk
menirukan bentuk geometri, menuliskan huruf, menuliskan angka, menggambar
pohon dan orang. Subjek terlihat menggaruk-garuk kepala ketika mengerjakan test
informal ini sehingga subjek hanya dapat menyelesaikan tiga soal, subjek tidak
bisa mengerjakan ketika peneliti memintanya untuk mengambar pohon dan orang,
2. Hasil Wawancara
a. Wawancara Terkait Building Rapport
Wawancara ringan untuk building rapport dilakukan pada hari Senin, 12
November 2018 sekitar pukul 11.00 WITA bertempat di SDLBN 2 Sungai Paring
Martapura. Ketika itu, interviewer hanya melakukan proses perkenalan diri
kepada MASR, dan begitu juga MASR yang memperkenalkan dirinya kepada
interviewer. Pada proses ini hanya terjadi wawancara secara ringan, interviewer
hanya menanyakan hal secara umum seperti apakah MASR sudah makan, dan tadi
ke sekolah diantar siapa. Hal ini bertujuan untuk membangun kedekatan dengan
subjek.
b. Wawancara Subjek
Wawancara pertama dilakukan pada hari Rabu, 14 November 2018,
sekitar pukul 10.00 WITA setelah proses belajar mengajar selesai, siswa kelas VI
bersiap-siap untuk berganti baju olahraga lalu mereka istirahat dengan berbelanja
makanan dan minuman ringan. Ketika jam istirahat berlangsung, saya menemani
MASR untuk membeli makanan dan minuman ringan yang dijual oleh pedagang
disekitar lingkungan SDLBN 2 Sungai Paring Martapura. Setelah itu saya mulai
menanyakan mengenai kehidupan sehari-hari MASR. Saya menanyakan mengapa
MASR bisa bersekolah di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura, dan dia pun
menceritakan lebih lanjut apa yang menyebabkan MASR bersekolah ditempat dia
bersekolah sekarang ini. MASR mengatakan bahwa ia sempat bersekolah
disekolah reguler sampai kelas 2 SD, MASR mengaku bahwa ia mengalami
kesulitan dalam menulis dan hal itu membuat hasil rapotnya menjadi rendah. Lalu,
MASR menceritakan lebih lanjut mengenai pihak sekolah yang memintanya
untuk pindah sekolah karena pihak sekolah merasa bahwa dalam bidang akademik
MASR sangat tertinggal jauh dari teman-temannya yang lain, sehingga kedua
orang tua MASR memindahkannya ke SDLBN 2 Sungai Paring Martapura.
Ketika saya menyanyakan cita-cita MASR, ternyata dia bercita-cita menjadi
seorang pemain bola. Saya sempat menanyakan kepada MASR, tentang dia
semasa kecil, MASR pun sempat menceritakannya. Ketika saya menanyakan
mengenai keluarganya, MASR juga bercerita bahwa dia adalah anak tunggal,
Ibunya adalah seorang pedagang kue yang setiap paginya selalu berjualan di
pasar, ketika saya menanyakan sosok Ayah, MASR tampak tidak mau
menceritakannya lebih lanjut. Lalu ketika saya menanyakan apakah kedua orang
tuanya pernah membantunya untuk mengerjakan PR, ia menjawab bahwa orang
tuanya sangat jarang untuk membantunya mengerjakan PR, karena orang tuanya
selalu sibuk, sehingga ia hanya mengerjakan PR nya sendiri tanpa bantuan siapa
pun. Ketika saya menanyakan mengenai kehidupan disekolah, MASR mengaku
senang berada di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura. Lalu saya menanyakan
bagaimana hubungannya dengan teman-teman di sekolah, MASR mengatakan
bahwa dia akrab dengan teman-teman sekolahnya, khususnya dengan R, dia juga
mengatakan bahwa ketika berada dirumah pun MASR tetap menjalin komunikasi
dengan R melalui game di handphone milik mereka. Ketika saya menanyakan
mengenai teman-teman nya yang bertempat tinggal dekat dengannya, MASR
mengatakan bahwa ia cukup dekat dengan teman-teman yang bertempat tinggal
dekat dengan rumahnya, MASR mengaku bahwa ia sering menghabiskan waktu
dengan bermain sepak bola dengan teman-temannya. Lalu saya menanyakan
bagaimana teman-teman MASR memperlakukannya, dia mengatakan bahwa
teman-temannya memperlakukannya sama seperti anak pada umumnya, namun ia
sering merasa minder dan tidak percaya diri jika sedang bermain dengan teman-
teman yang berada dilingkungan tempat tinggalnya karena ia merasa takut dan
marah jika teman-temannya mulai mengejeknya karena ia sempat tidak naik kelas.
Saya juga sempat menanyakan kepada MASR apa dia lebih nyaman bersekolah di
sekolah reguler atau di SLB, MASR menjawab bahwa ia lebih nyaman jika
berskolah di SLB. Ketika saya menanyakan apa harapan terbesar MASR, ia hanya
ingin cita-citanya dapat tercapai suatu saat nanti.
c. Wawancara Significant Other I (Ibu Subjek)
Wawancara kedua dilakukan pada hari Selasa, 20 November 2018 sekitar
pukul 17.00 bertempat di kediaman subjek. Pada kesempatan kali ini interviewer
melakukan proses wawancara dengan orang tua subjek, dalam hal ini wawancara
akan dilakukan terhadap ibu subjek. Hal ini dilakukan agar interviewer dapat
menggali data lebih dalam lagi terkait permasalahan pada subjek. Interviewer
mulai menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan MASR, ibu MASR
menjawab bahwa MARS mengalami gangguan kesulitan dalam hal menulis,
bahkan subjek sempat tidak naik kelas karena hal itu. Karena kondisi seperti itu
lah yang pada akhirnya membuat orang tua subjek memutuskan agar MASR
dipindahkan sekolah ke SLB. Interviewer mulai menanyakan bagaimana kondisi
MASR ketika masih didalam kandungan sang ibu. Ibu MASR mengaku bahwa ia
tidak merasakan suatu keanehan dengan kondisi anaknya, kondisi MASR semasa
kecil sangat normal seperti anak pada umunya, sehingga jika ditanyakan lebih
lanjut mengenai mengapa hal tersebut bisa terjadi, ibu MASR juga tidak tahu
harus menjawab apa karena ia sendiri pun tidak mengetahui pasti penyebabnya,
dan Ibu MASR baru menyadari bahwa MASR memiliki gangguan menulis ketika
MARS telah memasuki usia sekolah, dimana ketika itu MASR tidak naik kelas
karena permasalahan pada nilai dan kondisi MASR pada saat itu yang berbeda
dengan teman-temannya, dimana ketika orang seusianya sudah bisa menulis
sedangkan MASR belum bisa menulis. Ibu MASR juga mengaku bahwa ia tidak
pernah berperan dalam membantu perkembangan MASR untuk melatihnya dalam
menulis karena kondisi pekerjaan sang ibu yang tidak memungkinkan baginya
untuk dapat membantu MASR. Ibunya mengatakan bahwa ia baru pulang
kerumah ketika sore, dan ketika itu MASR tidak sedang berada dirumah karena
MASR selalu bermain bola bersama teman-teman yang bertempat tinggal tidak
jauh dari rumah mereka. Ibu MASR juga mengatakan bahwa MASR buka tipe
anak yang mau belajar ketika berada dirumah, bahkan menurutnya MASR lebih
memilih untuk begadang karena bermain handphone daripada harus begadang
karena belajar. Ibu MASR juga sempat menceritakan tentang ayah MASR yang
sekarang sedang bekerja jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga MASR
mengaku rindu dengan ayahnya. Ketika saya menanyakan apakah MASR pernah
berkelahi, ibu MASR mengatakan bahwa hal itu pernah terjadi ketika teman-
temannya mengolok-olok MASR dengan mengatakan bahwa ia tidak naik kelas,
hal itu membuat MASR menjadi marah, ibu MASR mengaku bahwa anaknya
merupakan anak yang selalu memendam isi hatinya.
d. Wawancara Significant Other II (Guru Subjek)
Wawancara ketiga dilakukan pada hari Senin, 26 November 2018 sekitar
pukul 11.00 WITA, bertempat di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura. Pada
kesempatan kali ini, saya melakukan proses wawancara dengan wali kelas
sekaligus menjadi guru MASR di SDLBN 2 Sungai Paring Martapura untuk
menggali lebih mendalam bagaimana keseharian MASR saat berada disekolah.
Ibu Guru mengatakan bahwa MASR adalah siswa pindahan yang berasal dari SD
reguler. Ketika saya menanyakan kepada gurunya apakah MASR termasuk anak
yang pendiam atau tidak, gurunya mengatakan bahwa dia merupakan seorang
anak yang tidak pendiam, terkadang sewaktu proses belajar, dia hanya diam dan
mendengarkan gurunya menerangkan pelajaran jika dia sedang tidak bersemangat,
tapi terkadang dia ikut-ikutan dengan temannya ribut di kelas. Saya juga
menanyakan bagaimana hubungan interpersonal antara MASR dengan teman-
temannya, gurunya mengatakan bahwa MASR cukup akrab dengan teman-teman
satu kelasnya, tak jarang MASR menghabiskan waktu istirahat dengan bermain
bersama teman-temannya. Ketika saya menanyakan bagaimana tingkat keaktifan
MASR saat proses belajar mengatar, gurunya menjawab bahwa MASR cukup
aktif ketika guru sedang mengajar, MASR selalu berusaha untuk menjawab
pertanyaan dari gurunya. Saya juga sempat menceritakan ke ibu guru tentang
MASR yang mengalami kesulitan saat saya memintanya untuk menuliskan
namanya sendiri. Ibu guru mengatakan bahwa MASR harus dibantu dengan cara
mengejakan huruf yang ingin ditulis. Ibu guru juga sempat menceritakan
bagaimana hubungan MASR dengan teman-temannya disekolah, menurut ibu
guru, MASR adalah anak yang baik, MASR tidak pernah terlibat pertengkaran
dengan teman-temannya. Ibu guru juga mengatakan bahwa MASR merupakan
anak laki-laki yang sangat mudah akrab dengan orang baru.
3. Hasil Test
a. Hasil Test Formal Psikologi (SPM)
Peneliti melakukan asesmen terhadap subjek dengan memberikan subjek
sebuah test formal psikologi, yaitu SPM. Test ini dipilih untuk membuktikan
bahwa prestasi belajar MASR menjadi menurun bukan karena faktor gangguan
lain, seperti intellectual disability. Test ini dilakukan pada Senin, 19 November
2018, sekitar pukul 09.30 WITA bertempat di Lab Psikologi FK ULM. Pada
SPM, subjek melakukannya secara individu. Subjek mampu menjawab semua
soal yang berjumlah 60 soal. Dari 60 soal tersebut, MASR mampu menjawab 35
soal secara benar, dan 25 soal lainnya dengan jawaban yang salah. Berdasarkan
test tersebut dapat diketahui bahwa MASR berada pada persentil 25, sehingga
MASR memiliki IQ 94 yang masuk ke kategori average (IQ normal atau rata-
rata).
b. Hasil Test Informal
Peneliti juga melakukan assessmen terhadap subjek dengan memberikan
sebuah test informal. Test ini dilakukan 19 November 2018, sekitar pukul 09.30
WITA bertempat di Lab Psikologi FK ULM. Test ini digunakan agar peneliti
mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai subjek ketika subjek sedang
menulis. Dalam test informal tersebut terdapat 4 soal, dimana subjek diminta
untuk menirukan bentuk geometri, menuliskan huruf, menuliskan angka,
menggambar pohon dan orang. Namun, subjek hanya dapat menyelesaikan tiga
soal, subjek tidak bisa mengerjakan ketika peneliti memintanya untuk mengambar
pohon dan orang. Berdasarkan test informal yang sudah dikerjakan subjek,
peneliti dapat mengetahui jika subjek mengalami kesulitan saat diminta
menirukan beberapa bentuk geometri. Ketika peneliti meminta subjek untuk
menuliskan huruf dan angka, masih terdapat kesalahan dalam penulisan beberapa
huruf dan angka karena huruf besar dan kecil masih tercampur, dan saat penulisan
angka, terdapat penulisan angka yang terbalik.
BAB III
PERMASALAHAN
A. Kognitif
Pada aspek kognitif, anak berusia 12 tahun berada pada tahap operasional
konkret. Perkembangan kognitif anak usia 12 tahun berdasarkan teori Piaget
ditandai dengan kemampuan anak dalam mengklasifikasikan (mengelompokkan),
menyusun dan mengasosiasikan (menghubungkan/menghitung) angka atau
bilangan tertentu. Kemampuan yang berkaitan dengan angka, seperti menambah,
mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap MASR, pada aspek
kognitif dapat diketahui bahwa MASR cukup mampu dalam menyelesaikan
pertanyaan-pertanyaan yang cukup kompleks, hal ini dapat diketahui ketika
peneliti meminta MASR untuk menyelesaikan pertanyaan yang terkait dengan
angka-angka, seperti penjumlahan dan pengurangan, namun terjadi sedikit
kendala dalam menyeselaikan permasalahan terkait perkalian. Ketika peneliti
memberikan test SPM, subjek cukup mampu dalam menyeselaikannya terlihat
dari kondisi subjek yang mana subjek mampu menjawab semua soal yang
berjumlah 60 soal. Dari 60 soal tersebut, MASR mampu menjawab 35 soal secara
benar, dan 25 soal lainnya dengan jawaban yang salah. Berdasarkan test tersebut
dapat diketahui bahwa MASR berada pada persentil 25, sehingga MASR
memiliki IQ 94 yang masuk ke kategori average (IQ normal atau rata-rata).
Namun, permasalahan pada aspek kognitif dapat diketahui ketika peneliti
meminta subjek untuk menuliskan nama lengkapnya, MASR tampak kesulitan
untuk menyelesaikan hal itu sehingga MASR sempat bertanya kepada peneliti
bagaimana penulisan huruf terkait nama yang dia miliki. Ketika
penelitimenanyakan kembali siapa nama peneliti kepada subjek, subjek pun
tampak kesulitan untuk menjawabnya. Sehingga pada aspek kognitif dapat
diketahui bahwa MASR kurang dalam hal mengingat, karena pada usia yang
sudah menginjak 12 tahun, subjek belum mampu dalam menulis nama lengkapnya
sendiri dan masih memerlukan bantuan orang lain untuk dapat mengejakan huruf-
huruf apa saja yang terdapat di nama lengkap MASR.
B. Bahasa
Pada aspek bahasa, anak usia 12 tahun sudah memiliki kemampuan
dalam mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary) dan mengalami
perkembangan yang pesat pada usia anak sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap
MASR, pada aspek bahasa dapat diketahui bahwa MASR cukup lancar dalam
pengelolaan kosa kata yang ia miliki, hal itu terbukti ketika proses wawancara,
MASR mampu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti
kepadanya, subjek mampu bercerita dengan lancar tanpa terbata-bata sedikit pun.
C. Motorik
Pada aspek motorik, baik motorik kasar atau pun motorik halus, anak
usia 12 tahun mulai mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri. Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang,
maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkordinasi dengan baik. Pada
masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah, usia
ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan
motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer),
berenang, main bola, dan atletik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap MASR, dia cukup
kesulitan saat memegang pensil, terdapat perbedaan bagaimana cara MASR
memegang pensil dengan orang lain pada umumnya. Hal itu lah yang menjadi
salah satu faktor penyebab mengapa hingga diusia sekarang ini MASR masih
belum bisa menulis dengan benar. MASR juga kurang mampu untuk
mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis, MASR akan
menggerakkan tangan dengan lambat dalam menulis, tulisan terlihat buruk
sehingga sulit untuk dibaca dan terdapat banyak kesalahan saat subjek diminta
untuk menulis.
D. Emosi
Pada aspek emosi, anak usia 12 tahun cenderung banyak murung dan
tidak dapat diterka, anak sering kali bertingkah laku kasar untuk menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri, sering terjadi kemarahan dan cenderung
tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap MASR disitu juga
lah saya dapat menyimpulkan bagaimana emosi yang ditampakkan oleh MASR,
dapat diketahui bahwa ketika ia bercerita di balik keceriaan yang selalu dia
tunjukkan, dia tampak sedih ketika saya mulai menanyakan apakah kedua orang
tuanya pernah membantunya untuk mengerjakan PR, dia mengatakan bahwa
kedua orang tuanya sangat jarang dalam membantunya untuk mengerjakan PR.
Dan berdasarkan hasil wawancara dengan ibu nya, dapat diketahui bahwa MASR
merupakan anak yang suka memendam isi hatinya, dan jika dia sudah muak
dengan itu dia bisa melampiaskannya. Hal itu diketahui dari hasil wawancara
dengan ibu nya, bahwa MASR pernah berkelahi dengan temannya karena ia
sering menjadi bahan bercandaan teman-temannya.
E. Sosial
Pada aspek sosial, anak usia 12 tahun sudah lebih banyak menjalin
interaksi dengan anak-anak sebaya sebayanya, anak usia 12 tahun juga dituntut
untuk dapat mampu memahami orang lain, dan lebih banyak terlibat dalam
aktivitas kelompok.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang saya lakukan terhadap
MASR, dapat diketahui bahwa dia merupakan sosok anak laki-laki yang mudah
akrab dengan orang baru, hal itu diketahui dari bagaimana dia dapat menerima
kehadiran saya. Dari hasil observasi juga dapat dilihat bagaimana hubungan
MASR dengan teman-teman satu kelasnya, dia juga bercerita bahwa di sekolah
dia paling akrab dengan temannya yang bernama R. MASR juga bercerita bahwa
juga akrab dengan teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya, dia mengatakan
bahwa dia sering menghabiskan waktu bermain bola dengan teman-teman yang
juga berada di lingkungan tempat tinggalnya ketika di sore hari. Namun dari hasil
penelitian, MASR juga sering merasa minder dan tidak percaya diri jika sedang
bermain dengan teman-teman yang berada dilingkungan tempat tinggalnya karena
ia merasa takut jika teman-temannya mulai mengejeknya.
BAB IV
DINAMIKA PSIKOLOGI
Subjek MASR, adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang saat
ini sedang menduduki bangku sekolah kelas VI di SDLBN 2 Sungai Paring
Martapura. MASR memiliki gangguan belajar spesifik yang termasuk ke dalam
jenis disgrafia atau kesulitan dalam menulis. Bagi anak normal seusianya, sudah
semestinya ia lancar dalam hal menulis, namun berbeda dengan MASR yang
hingga diusianya yang sekarang, ia masih belum lancar dalam hal menulis.
Pada awalnya, orang tua MASR tidak merasakan adanya gangguan pada
anaknya, karena ibu subjek mengaku bahwa tidak mengalami keanehan atau pun
kelainan saat usia kehamilan. Hal itu baru disadari ketika subjek sempat tidak naik
kelas sewaktu duduk di bangku sekolah kelas 2 SD, saat itu subjek sempat sekolah
di SD reguler. Setelah itu orang tua subjek disarankan untuk memindahkan
MASR ke Sekolah Luas Biasa, akhirnya subjek bersekolah di SDLBN 2 Sungai
Paring Martapura. MASR memiliki kesulitan dalam mempresentasikan segala
sesuatu yang ada dipikirannya, subjek juga memiliki kesulitandalam hal
mengingat dan subjek juga memiliki kesulitan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dengan baik.
Orang tua MASR, mengatakan bahwa MASR tidak pernah belajar ketika
berada dirumah, karena menurut, ia telah belajar ketika berada disekolah,
sehingga tidak perlu lagi belajar ketika berada dirumah dan sewaktu kecil, orang
tua MASR juga tidak pernah memberikan stimulus berupa pensil kepada MASR
untuk dapat dituliskan pada selembar kertas. MASR juga mengatakan bahwa
orang tua MASR tidak pernah membantunya belajar ketika sedang berada
dirumah sehingga subjek lebih memilih untuk bermain dengan teman-temannya
daripada harus belajar dirumah. Orang tua MASR juga sempat mengatakan bahwa
MASR sering kali melampiaskan emosinya dengan berkelahi dengan teman-
teman yang sudah mengejeknya karena ia sempat tidak naik kelas.
INDIVIDU :
MASR (12 THN)
KELUHAN :
Diusianya yang sudah menginjak 12 tahun, tapi dalam
kemampuan subjek dalam menulis tidak setara dan masih
berada dibawah anak seusianya.
PENYEBAB :
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan orang tua untuk dapat
memberikan sebuah stimulus atau rangsangan pada subjek dalam masa
perkembangannya semasa kecil.
DIAGNOSA :
Specific Learning Disorder
(F81.81 Disgrafia)
Gambar 4.1 Bagan Dinamika Psikologi
BAB V
DIAGNOSA
A. Formulasi Kasus 7P
1. Presenting Problem
MASR menunjukkan adanya perkembangan yang terhambat, ia mengalami
kesulitan dalam hal menulis dan perkembangannya tidak sesuai dengan anak
seusianya.
2. Pattern and Onset
Subjek menunjukkan menyadari gejala tersebut ketika MASR sudah memasuki
usia sekolah
3. Predisposing Factors
Orang tuanya MASR tidak mengerti tentang gangguan yang dimiliki oleh
MASR dan hanya mengira bahwa gangguan yang dialami MASR bukan suatu
hal yang mengganggu
4. Precipitating Factors
Tidak adanya stimulus atau rangsangan dari orang tua untuk mengajarkan
MASR menulis
5. Perpetuating Factors
Terbatasnya pengetahuan orang tua terkait gangguan yang dimiliki oleh
MASR, sehingga tidak ada penanganan khusus yang diberikan kepada MASR
dan sulitnya subjek untuk diajak belajar selain ketika berada disekolah
6. Protective Factors
Orang tua memilih untuk menyekolahkan MASR di SLB sehingga
Prognosis Gangguan ini tidak bisa disembuhkan, namun bisa diminimalisir
dengan memberikan dengan cara terapi, strategi mengajar dan bantuan di kelas
7. Prognosis
Prognosis negative, tidak bisa disembukan namun namun diminimalisir dengan
terapi
B. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Specific Learning Disorder
F81.81 Disgrafia
Aksis II : None
Aksis III : None
Aksis IV : Masalah pada pendidikan
Menurunnya prestasi belajar
Aksis V : 61 – 51 Gejala sedang (Moderete),disabilitas sedang
BAB VI
DASAR TEORI
A. Teori
Specific Learning Disorder (Gangguan Belajar Khusus)
1. Pengertian
Gangguan belajar dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan dalam
kemahiran dan penguasaan kemampuan mendegarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar atau dalam kemampuan bidang studi matematika. Gangguan
tersebut diduga terjadi karena adanya disfungsi sistem saraf pusat (Ika Maryani,
2018). Kesulitan belajar mungkin juga terjadi bersamaan dengan adanya kondisi
lain yang mengganggu misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial
dan emosional. Kesulitan belajar dapat juga kerjadi karena adanya pengaruh
lingkungan seperti perbedaan budaya dan cara pembelajaran yang tidak tepat
(Abdurrahman, 2003).
Dalam specific learning disorder terdapat 3 spesifikasi khusus, yaitu:
a) Gangguan dalam membaca (Dyslexia)
b) Gangguan dalam menulis (Dysgraphia)
c) Gangguan dalam matematika (Dyscalculia)
Dalam kasus ini, peneliti akan membahas lebih lanjut mengenai disgrafia
yang merupakan gangguan dalam menulis (disgrafia). Santrock mendefinisikan
disgrafia sebagai kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam
mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan. Pada umumnya istilah
disgrafia digunakan untuk mendeskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk.
Anak-anak yang memiliki disgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil
tulisan mereka bisa jadi sangat tak terbaca, dan mereka mungkin melakukan
banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi
dan huruf.
2. Kriteria Diagnostik
Berdasarkan DSM V, terdapat kriteria diagnostik mengenai Specific
Learning Disorder , antara lain:
A. Kesulitan mempelajari & menggunakan kemampuan akademik, yang
diindikasikan dengan munculnya paling sedikit 1 dari gejala-gejala berikut ini
yang sudah menetap selama minimal 6 bulan:
1. Tidak akurat atau lambat dan perlu usaha keras untuk membaca kata (contoh:
membaca sebuah kata dengan salah atau lambat dan ragu-ragu, sering kali
menebak kata, kesulitan mengucapkan kata-kata).
2. Kesulitan memahami arti dari apa yang dibaca (mungkin bisa membaca dengan
akurat, tapi tidak mengerti urutan, hubungan, kesimpulan, atau makna yang
lebih dalam dari apa yang dibaca).
3. Kesulitan dengan mengeja (mungkin menambahkan, menghilangkan, atau
mengganti huruf vokal dan konsonan).
4. Kesulitan dengan menulis (membuat beberapa kesalahan dalam tata bahasa
atau tanda baca di dalam sebuah kalimat; pengaturan paragraf yang buruk;
kurangnya kejelasan dalam ide yang ia tuliskan).
5. Kesulitan menguasai pemahaman tentang angka atau penghitungan angka (juga
bisa tiba-tiba buyar di tengah-tengah penghitungan matematika, langkah-
langkah/prosedur penyelesaian soal matematika bisa tertukar-tukar).
6. Kesulitan dengan penalaran matematika (memiliki kesulitan yang besar dalam
menerapkan fakta, konsep, dan prosedur matematika untuk menyelesaikan
masalah-masalah kuantitatif).
B. Kemampuan akademik tersebut sangat jauh di bawah ekspektasi untuk anak
seusianya, dan menyebabkan gangguan yang signifikan pada performa
akademik atau pekerjaan, atau pada aktivitas sehari-hari.
C. Kesulitan belajar dimulai saat usia sekolah, namun mungkin belum terlalu
terlihat sampai tuntutan akademik di sekolah melampaui batasan kemampuan
anak tersebut (tes dengan batasan waktu, membaca atau menulis laporan yang
panjang & kompleks dalam batasan waktu yang ketat, beban akademik yang
berat & banyak).
D. Kesulitan belajar ini bukan karena Tunagrahita – intellectual disability, kurang
tajamnya penglihatan atau pendengaran, gangguan mental lainnya, hambatan
psikososial, kurangnya penguasaan bahasa dalam instruksi akademis, atau
instruksi edukasional yang tidak mencukupi.
B. Pembahasan
Berdasarkan pengertian disgrafia yang kesulitan khusus dimana anak-
anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk
tulisan, karena mereka tidak bisa menyusun kata dengan baik dan
mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Hal ini relevan
dengan apa yang dialami oleh subjek, dimana subjek mengalami kesulitan dalam
menulis.
Berdasarkan dasar teori pada kriteria diagnostik specific learning
disorder yang bersumber dari DSM V, dapat disimpulkan bahwa MASR
mengalami gangguan dalam menulis (disgrafia). Hal itu dapat diketahui karena
terdapat kesesuaian antara kriteria diagnostik dengan hasil observasi dan
wawancara yang saya lakukan terhadap MASR.
Pada ketepatan dalam tanda baca. Hal ini sesuai dengan hasil observasi
yang saya lakukan terhadap MASR ketika saya melihat buku catatan MASR dia
belum bisa dalam menggunakan tanda baca yang benar dalam suatu kalimat. Dan
saya juga sempat meminta MASR untuk menuliskan 1 paragraf berisi tentang
kegiatan yang dia lakukan. Dari situlah saya dapat mengetahui bahwa MASR
belum mempu dalam penggunaan tanda baca yang sesuai.
Pada kejelasan dan keteraturan dalam menulis. Berdasarkan hasil
observasi yang saya lakukan saya sempat meminta MASR untuk menuliskan
huruf “b-d, p-q, w-m, n-u” , MASR tampak mengalami kesulitan untuk
membedakan huruf “b-d, p-q, w-m, n-u”
Pada kemampuan akademik MASR sangat jauh di bawah ekspektasi
untuk anak seusianya, dan menyebabkan gangguan yang signifikan pada performa
akademik atau pekerjaan, atau pada aktivitas sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara yang saya lakukan terhadap MASR, dia mengatakan bahwa dulu
ketika kelas 1 sampai kelas 2 SD, dia sempat menempuh pendidikan di SD
reguler, namun ketika telah menduduki bangku kelas 2 SD, MASR masih belum
bisa dalam hal menulis, hal ini cukup mengganggu dirinya, sehingga tingkat
prestasinya menjadi rendah dan dia tertinggal jauh dari teman-temannya yang lain.
MASR mengetahui bahwa ia mengalami kesulitan belajar ketika ia sudah
berada pada usia sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang saya
lakukan, bahwa MASR baru mengetahui bahwa dia memiliki kesulitan dalam
belajar ketika dimana dia sudah memasuki usia sekolah.
Kesulitan belajar bukan terjadi karena intellectual disability, hal ini
sesuai dengan apa yang terjadi pada MASR. Saya memberikan test SPM kepada
MASR, dari hasil itu saya dapat mengetahui tingkat IQ MASR. Berdasarkan hasil
dari test SPM dapat diketahui bahwa MASR memiliki IQ 94, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar khususnya gangguan dalam menulis yang
dialami MASR bukan karena intellectual disability.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
America Psychiatric Association (APA).2013. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder DSM-5: America Psychiatric Association (APA).
Maryani, Ika. 2018. Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar.
Yogyakarta : K-Media
Piaget, Jean. 2002. Tingkat Perkembangan Kognitif. Jakarta : Gramedia
Santrock. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika
Syahrun. 2014. “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Teknik Mind
Mapping Murid Kelas III SD Kartika XX-1 Kota Makassar”. E-Buletin Media
Pendidikan LPMP Sulsel: 13-1.
LAMPIRAN
1. Guide Observasi
Tabel 9.2 Guide Observasi Terkait Kondisi Fisik Subjek
No Indikator Kondisi Fisik Keterangan
1. Tinggi Badan 130 cm
2. Berat Badan 35 kg
3. Bentuk Wajah Lonjong
4. Warna Kulit Sawo matang
5. Rambut Tipis – Hitam
6. Mata Bola mata berwarna hitam
7. Hidung Mancung
8. Bibir Tipis – Warna agak terang
d. Berdiskusi √
3 Listening Activities Mendengarkan guru √
4 Writing Activities Mencatat pelajaran √
a. Menggambar √
5 Drawing Activities b. Membuat
√
grafik/diagram
a. Melakukan
√
6 Motor Activities percobaan/praktikum
b. Bermain √
a. Menanggapi dalam
√
7 Mental Activities diskusi
b. Memecahkan soal √
a. Semangat dalam
√
pembelajaran
8 Emotional Activities
b. Merasakan dalam
√
pembelajaran
Sumber : Modul Deteksi Dini Learning Disorder
4. Verbatim
Tabel 7.8 Verbatim Subjek
Baris RH/MASR Verbatim
1 RH Assalamualaikum de
2 MASR Waalaikumsalam
3 RH Ini kaka yang kemarin datang kesekolah R
4 MASR Iya
5 RH R, masih ingat lah sama kaka? Siapa nama kaka?
6 MASR Eemmmm ka….. Siapa ka lupa
7 RH Nah ayo, ingati siapa nama kaka
8 MASR Ka Ridha iyalah
Nah iya bujur. R lagi apa? Kada istirahat kaya teman-
9 RH
teman yang lain kah?
10 MASR Sudah tadi ka
11 RH Oh iya R, kaka boleh lah tanya-tanya?
12 MASR Nanya ulun kah ka?
13 RH Iya, sebentar aja
14 MASR Ayo ka tanya apa
15 RH R, sekolah disini dari kelas 1 kah atau pindahan?
16 MASR Pindahan ka ay
17 RH Dulu sekolah dimana?
18 MASR Di SD ****** ka
19 RH Dekat mana itu?
20 MASR Dekat irigasi sana
21 RH Oh iya iya, dari kelas berapa R pindah kesini
22 MASR Dari kelas 3 ka
23 RH Kenapa R jadi pindah kesini?
24 MASR Disuruh kepala sekolahnya
25 RH Apa jar kepala sekolahnya?
26 MASR Pas itu kada naik jadi disuruh pindah
Oh iya iya, jadi kelas 1 sampai kelas 2 R SD itu lah, pas
27 RH
kelas 3 pindah kesini
28 MASR Iya
29 RH Yang milih pindah sekolah disini siapa?
30 MASR Mama
31 RH R senang aja lah sekolah disini?
32 MASR Senang ay banyak kawan
33 RH R biasanya belajar apa aja kalo dikelas?
34 MASR Belajar kaya tadi, nama pekerjaan habis tuh disuruh baca
35 RH Kalau matematika sudah belajar lah?
36 MASR Sudah ay
37 RH Apa aja?
38 MASR Biasanya tambahan sama kurangan aja
R pernah lah disuruh ibu guru membaca tulisan yang di
39 RH
papan tulis?
40 MASR Pernah
41 RH R bisa lah?
42 MASR Bisa
43 RH Coba pang baca yang kaka tulis nih
Nama saya R (R membaca kalimat yang saya tulis
44 MASR
selembar kertas)
Nah bisa. R pang bisa lah kalo kaka suruh nulis, coba tulis
45 RH
nama lengkap R pang
Ka nama lengkap ulun ada S********, nulis nya kayak
46 MASR
apa ka?
47 RH Kakak eja akan lah, R kena tulis lah
48 MASR Ngalih nulisnya ka
Oh iya iya, R biasanya kalau di sekolah ibu gurunya
49 RH
membantui R terus lah kalo misalnya R ada yang kada bisa
50 MASR Iya dibantui
R pang pernah lah disuruh ibu guru maju gasan nulis di
51 RH
papan tulis
52 MASR Pernah ay tapi ngalih
53 RH Kenapa?
54 MASR Ya kada bisa
55 RH R paling suka pelajaran apa?
56 MASR Olahraga
57 RH Kenapa jadi suka olahraga?
58 MASR Suka ay main bola
59 RH R cita-citanya mau jadi apa?
60 MASR Pemain bola pang
61 RH Terus kawan-kawan R dikelas ini baikan lah?
62 MASR Baik-baik aja
63 RH R kalo disekolah paling akrab lawan siapa?
Sama itu pang si R***** akrab. Kawan ulun main mobile
64 MASR
legend
65 RH Pernah lah R bekelahi lawan kawan disekolah?
66 MASR Kalau ulun kada pernah, tapi yang lain ada ay
67 RH Gara-gara apa jadi kelahi?
68 MASR Besambatan biasanya
69 RH R kada boleh lah bekelahi lawan temannya, kada bagus itu
70 MASR Iya kada
71 RH Kalau kawan-kawan R yang binian pang kayak apa?
72 MASR Cerewet kalo cewe
73 RH Wah kenapa jadi kayak itu?
74 MASR Ribut suka bepandir
75 RH Tapi mereka baikan aja lo?
76 MASR Baik ay
R biasanya kalau ke sekolah nih diantar kah atau kayak
77 RH
apa?
78 MASR Beimbai kawan
79 RH Siapa kawannya?
80 MASR F****
81 RH Kelas berapa kawannya?
82 MASR Sudah SMP
83 RH Disini jua kah?
84 MASR Iya ka
85 RH Kalau di rumah pang adalah kawan R yang parak rumah?
86 MASR Ada ay biasanya main terus
87 RH Main apa? Setiap sore gitu kah mainnya?
88 MASR Iya tiap sore main bola di lapangan dekat rumah
89 RH Kawan-kawan R baik aja lo?
90 MASR Baik ay
91 RH Pernah lah besambatan? Atau R kah disambati kawanan R
92 MASR Pernah ay
93 RH Kayak apa R? Sarik lah?
94 MASR Ya kayak itu ay
95 RH R ada punya kakak atau ading lah?
96 MASR Kada punya, ulun anak sorangan
97 RH Oh iyakah, terus pang siapa kawan R kalo lagi dirumah?
98 MASR Kadeda ay
99 RH R dirumah tinggal sama siapa?
100 MASR Lawan mama
101 RH Bapa nya R pang?
102 MASR Kerja jauh
103 RH Oh iya iya, sering lah bapa R nelpon?
104 MASR Jarang jadinya kangen
105 RH Oh lama kah sudah R kada ketemu?
106 MASR Lumayan
Kalau R ada dapat PR dari sekolah, biasanya R dibantui
107 RH
lah?
108 MASR Kada, kerjakan sendiri aja
109 RH Mama R pang kada bantui kah?
110 MASR Jar mama harus bisa sorangan
111 RH Oh iya iya, mama R ibu rumah tangga kah atau apa?
112 MASR Mama bejualan dipasar
113 RH Oh gitu kah, R pang pernah lah bantu mama jualan?
114 MASR Pernah ay kalau lagi libur
115 RH Kalau dirumah tuh, biasanya R beapa?
116 MASR Main hp, nonton tv ay
117 RH Kada belajar lagi kah?
118 MASR Kan sudah disekolah
119 RH Oh iya iya. R kalau misalnya kakak mau ketemu sama
mama nya R bisa lah? kaka handak tanya tanya jua ke
mama R
120 MASR Bisa ay
121 RH Nanti kakak yang kerumah R
122 MASR Iya kena ulun bepadah lawan mama
123 RH Biasanya mama jam berapa ada dirumah?
124 MASR Sore ada
125 RH Oh yaudah kena lah kaka kerumah
126 MASR Oke ka
Nah R sudah datang tuh ibu gurunya, kena lagi lah kena
127 RH
kakak ke rumah R
128 MASR Iya ka
129 RH Kakak keluar dulu lah, R belajar ja dulu, makasih R
130 MASR Iya ka, kakak langsung bulik kah?
131 RH Iya setumat lagi kakak bulik
132 MASR Kakak kena jadi lo kerumah?
133 RH Jadi, R belajar ja dulu kena lagi lah, makasih R
134 MASR Inggih ka sama-sama
6. Surat Izin
Gambar 7.7 Surat Izin
Gambar 7.8 Surat Izin
7. Absen Bimbingan
8. Hasil Test
Gambar 7.10 Test SPM
Gambar 7.11 Test Informal
Gambar 7.12 Test Informal