Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Sultan Iskandar Muda/ Darma Wangsa Perkasa Alam Syas

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Daerah Aceh


Semester VII
Tahun Ajaran 2016 / 2017

Disusun oleh :
Nama : NURHADISAH
NIM : 130411047
Kelas : Idi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA

(UNSAM)

2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sejarah Daerah Aceh. Kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang
senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat sederhana dan belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak manapun
senantiasa akan kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga
makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umunya.

Wassalamualaikum Warhmatullahi Wabarakatuh

Idi, Desember 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………….......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Sultan Iskandar Muda………………………………..…………… 3

B. Pemikiran Sultan Iskandar Muda………………………………………………… 7

C. Karya Sultan Iskandar Muda…………………………………………………….. 10

D. Penghargaan Sultan Iskandar Muda……………………………………………… 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……................................................................................................ 12

B. Saran……………….……………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintahan kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda adalah pada

tahun 1607-1636. Yang sebelumnya ia dipenjara oleh sultan Ali Ri’ayat Syah karena

ia tidak setuju terhadap pemerintahannya. Iskandar muda melihat bahwa sultan Ali

tidak Cakap dalam menangani masalah perampokan dan bahaya kemiskinan yang di

derita oleh rakyat Aceh. Hal itulah yang dilirik oleh Portugis yang melihat bahwa

pemerintahan Aceh sedang lemah, dan berusaha menyiapkan armadanya untuk

menyerang Aceh. Melihat kondisi tersebut Sultan Iskandar Muda mengirimkan surat

kepada Sultan Ali agar membebaskannya, agar ia bisa membantu menyerang Portugis

permintaanya itu dikabulkan sehingga Ia dibebaskan. Yang kemudian pada tanggal 4

april 1607 ia berhasil mengusir Portugis dari Aceh.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Riwayat Hidup Sultan Iskandar?

b. Bagaimana Pemikiran Sultan Iskandar?

c. Apa Saja Karya Sultan Iskandar?

d. Apa Saja Penghargaan Sultan Iskandar?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
a. Mengetahui Riwayat Hidup Sultan Iskandar

b. Mengetahui Pemikiran Sultan Iskandar Muda

c. Mengetahui Karya Sultan Iskandar Muda

d. Mengetahui Penghargaan Sultan Iskandar Muda

2
BAB II
PEMBAHASAN

B. Riwayat Hidup Sultan Iskandar

Snouck Hurgronje pernah menyatakan bahwa kisah tentang Sultan Iskandar

Muda hanya dongeng belaka. Sayangnya, Horgronje hanya mendasari penelitiannya

pada karya-karya klasik Melayu, seperti Bustan al-Salatin, Hikayat Aceh, dan Adat

Aceh. Sejarah Aceh rupanya dipahami Horgronje secara keliru. Sebagai

perbandingan, kita bisa membaca penelitian Denys Lombard, Kerajaan Aceh: Zaman

Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang di samping menggunakan sumber-sumber

Melayu setempat (Bustan al-Salatin, Hikayat aceh, dan Adat Aceh), juga

menggunakan sumber-sumber Eropa dan Tionghoa. Di samping kedua sumber itu,

Lombard juga menggunakan kesaksian para musafir Eropa yang sempat tinggal di

Aceh pada saat itu, seperti Frederik de Houtman, John Davis, dan terutama Augustin

de Beaulieu. Penelitian Lombard bisa dikatakan mampu menyajikan fakta sejarah

sesuai aslinya, dan itu berarti ia justru membalikkan tesis Horgronje. Lombard

membuktikan bahwa masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda merupakan masa

kejayaan yang sangat gemilang.

Sultan Iskandar Muda merupakan raja paling berpengaruh pada Kerajaan

Aceh. Ia lahir di Aceh pada tahun 1593. Nama kecilnya adalah Perkasa Alam. Dari

pihak ibu, Sultan Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal,

sedangkan dari pihak ayah ia merupakan keturunan Raja Makota Alam. Ibunya

bernama Putri Raja Indra Bangsa, atau nama lainnya Paduka Syah Alam, yang

3
merupakan anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10. Putri Raja

Indra Bangsa menikah dengan Sultan Mansyur Syah, putra dari Sultan Abdul Jalil

(yang merupakan putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-

3). Jadi, sebenarnya ayah dan ibu dari Sultan Iskandar Muda merupakan sama-sama

pewaris kerajaan. Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang putri dari

Kesultanan Pahang, yang lebih dikenal dengan Putroe Phang. Dari hasil pernikahan

ini, Sultan Iskandar Muda dikaruniai dua buah anak, yaitu Meurah Pupok dan Putri

Safiah. Perjalanan Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Melaka pada 1612 sempat

berhenti di sebuah Tajung (pertemuan sungai Asahan dan Silau) untuk bertemu

dengan Raja Simargolang. Sultan Iskandar Muda akhirnya menikahi salah seorang

puteri Raja Simargolang yang kemudian dikaruniai seorang anak bernama Abdul Jalil

(yang dinobatkan sebagai Sultan Asahan 1).

Sultan Iskandar Muda mulai menduduki tahta Kerajaan Aceh pada usia yang

terbilang cukup muda (14 tahun). Ia berkuasa di Kerajaan Aceh antara 1607 hingga

1636, atau hanya selama 29 tahun. Kapan ia mulai memangku jabatan raja menjadi

perdebatan di kalangan ahli sejarah. Namun, mengacu pada Bustan al-Salatin, ia

dinyatakan sebagai sultan pada tanggal 6 Dzulhijah 1015 H atau sekitar awal April

1607. Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda tersebut ini dikenal sebagai masa paling

gemilang dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dikenal sangat piawai dalam

membangun Kerajaan Aceh menjadi suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja

disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, namun juga oleh dunia luar. Pada

masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh termasuk dalam lima kerajaan terbesar di dunia.

4
Langkah utama yang ditempuh Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat

kerajaan adalah dengan membangun angkatan perang yang umumnya diisi dengan

tentara-tentara muda. Sultan Iskandar Muda pernah menaklukan Deli, Johor, Bintan,

Pahang, Kedah, dan Nias sejak tahun 1612 hingga 1625. Sultan Iskandar Muda juga

sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan. Dalam wilayah

kerajaan terdapat bandar transito (Kutaraja, kini lebih dikenal Banda Aceh) yang

letaknya sangat strategis sehingga dapat menghubungkan roda perdagangan kerajaan

dengan dunia luar, terutama negeri Barat. Dengan demikian, tentu perekonomian

kerajaan sangat terbantu dan meningkat tajam.

Dalam bidang ekonomi, Sultan Iskandar Muda menerapakan sistem baitulmal.

Ia juga pernah melakukan reformasi perdagangan dengan kebijakan menaikkan cukai

eksport untuk memperbaiki nasib rakyatnya. Pada masanya, sempat dibangun juga

saluran dari sungai menuju laut yang panjangnya mencapai sebelas kilometer.

Pembangunan saluran tersebut dimaksudkan untuk pengairan sawah-sawah

penduduk, termasuk juga sebagai pasokan air bagi kehidupan masyarakat dalam

kerajaan.

Sultan Iskandar Muda dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan

Eropa. Konon, ia pernah menjalin komunikasi yang baik dengan Inggris, Belanda,

Perancis, dan Ustmaniyah Turki. Sebagai contoh, pada abad ke-16 Sultan Iskandar

Muda pernah menjalin komunikasi yang harmonis dengan Kerajaan Inggris yang

pada saat itu dipegang oleh Ratu Elizabeth 1. Melalui utusannya, Sir James Lancester,

Ratu Elizabeth 1 memulai isi surat yang disampaikan kepada Sultan Iskandar Muda

5
dengan kalimat: “Kepada Saudara Hamba, Raja Aceh Darussalam”. Sultan kemudian

menjawabnya dengan kalimat berikut: “I am the mighty ruler of the religions below

the wind, who holds way over the land of Aceh and over the land of Sumatera and

over all the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset

(Hambalah sang penguasa perkasa negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di

atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatera dan atas seluruh wilayah-wilayah yang

tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari

terbenam)”.

Pada masa pemerintahannya, terdapat sejumlah ulama besar. Di antaranya

adalah Syiah Kuala sebagai mufti besar di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar

Muda. Hubungan keduanya adalah sebagai penguasa dan ulama yang saling mengisi

proses perjalanan roda pemerintahan. Hubungan tersebut diibaratkan: Adat bak Peutu

Mereuhum, syarak bak Syiah di Kuala (adat di bawah kekuasaan Sultan Iskandar

Muda, kehidupan beragama di bawah keputusan Tuan Syiah Kuala). Sultan Iskandar

Muda juga sangat mempercayai ulama lain yang sangat terkenal pada saat itu, yaitu

Syeikh Hamzah Fanshuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatrani. Kedua ulama ini

juga banyak mempengaruhi kebijakan Sultan. Kedua merupakan sastrawan terbesar

dalam sejarah nusantara.

Sultan Iskandar Muda meninggal di Aceh pada tanggal 27 Desember 1636,

dalam usia yang terbilang masih cukup muda, yaitu 43 tahun. Oleh karena sudah

tidak ada anak laki-lakinya yang masih hidup, maka tahta kekuasaanya kemudian

dipegang oleh menantunya, Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Setelah Sultan

6
Iskandar Tani wafat tahta kerajaan kemudian dipegang janda Iskandar Tani, yaitu

Sultanah Tajul Alam Syafiatudin Syah atau Puteri Safiah (1641-1675), yang juga

merupakan puteri dari Sultan Iskandar Muda.

B. Pemikiran Sultan Iskandar

Sultan Iskandar Muda merupakan pahlawan nasional yang telah banyak

berjasa dalam proses pembentukan karakter yang sangat kuat bagi nusantara dan

Indonesia. Selama menjadi raja, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti-

kolonialismenya. Ia bahkan sangat tegas terhadap kerajaan-kerajaan yang

membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis, sebagai salah satu penjajah

pada saat itu. Sultan Iskandar Muda mempunyai karakter yang sangat tegas dalam

menghalau segala bentuk dominasi kolonialisme. Sebagai contoh, kurun waktu 1573-

1627 Sultan Iskandar Muda pernah melancarkan jihad perang melawan Portugis

sebanyak 16 kali, maski semuanya gagal karena kuatnya benteng pertahanan musuh.

Kekalahan tersebut menyebabkan jumlah penduduk turun drastis, sehingga Sultan

Iskandar Muda mengambil kebijakan untuk menarik seluruh pendudukan di daerah-

daerah taklukannya, seperti di Sumatera Barat, Kedah, Pahang, Johor dan Melaka,

Perak, serta Deli, untuk migrasi ke daerah Aceh inti.

Pada saat berkuasa, Sultan Iskandar Muda membagi aturan hukum dan tata

negara ke dalam empat bidang yang kemudian dijabarkan secara praktis sesuai

7
dengan tatanan kebudayaan masyarakat Aceh. Pertama, bidang hukum yang

diserahkan kepada syaikhul Islam atau Qadhi Malikul Adil. Hukum merupakan asas

tentang jaminan terciptanya keamanan dan perdamaian. Dengan adanya hukum

diharapkan bahwa peraturan formal ini dapat menjamin dan melindungi segala

kepentingan rakyat. Kedua, bidang adat-istiadat yang diserahkan kepada

kebijaksanaan sultan dan penasehat. Bidang ini merupakan perangkat undang-undang

yang berperan besar dalam mengatur tata negara tentang martabat hulu balang dan

pembesar kerajaan. Ketiga, bidang resam yang merupakan urusan panglima. Resam

adalah peraturan yang telah menjadi adat istiadat (kebiasaan) dan diimpelentasikan

melalui perangkat hukum dan adat. Artinya, setiap peraturan yang tidak diketahui

kemudian ditentukan melalui resam yang dilakukan secara gotong-royong. Keempat,

bidang qanun yang merupakan kebijakan Maharani Putro Phang sebagai permaisuri

Sultan Iskandar Muda. Aspek ini telah berlaku sejak berdirinya Kerajaan Aceh.

Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang sangat tegas dalam

menerapkan syariat Islam. Ia bahkan pernah melakukan rajam terhadap puteranya

sendiri, yang bernama Meurah Pupok karena melakukan perzinaan dengan istri

seorang perwira. Sultan Iskandar Muda juga pernah mengeluarkan kebijakan tentang

pengharaman riba. Tidak aneh jika kini Nagroe Aceh Darussalam menerapkan syariat

Islam karena memang jejak penerapannya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sultan

Iskandar Muda juga sangat menyukai tasawuf.

8
Sultan Iskandar Muda pernah berwasiat agar mengamalkan delapan perkara, di

antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, ia berwasiat kepada para wazir,

hulubalang, pegawai, dan rakyat agar selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji

yang telah diucapkan. Kedua, jangan sampai para raja menghina alim ulama dan ahli

bijaksana. Ketiga, jangan sampai para raja percaya terhadap apa yang datang dari

pihak musuh. Keempat, para raja diharapkan membeli banyak senjata. Pembelian

senjata dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan dan pertahanan kerajaan dari

kemungkinan serangan musuh setiap saat. Kelima, hendaknya para raja mempunyai

sifat pemurah (turun tangan). Para raja dituntut untuk dapat memperhatikan nasib

rakyatnya. Keenam, hendaknya para raja menjalankan hukum berdasarkan al-Qur‘an

dan sunnah Rasul. Di samping kedua sumber tersebut, sumber hukum lain yang harus

dipegang adalah qiyas dan ijma‘, baru kemudian berpegangan pada hukum kerajaan,

adat, resam, dan qanun. Wasiat-wasiat tersebut mengindikasikan bahwa Sultan

Iskandar Muda merupakan pemimpin yang saleh, bijaksana, serta memperhatikan

kepentingan agama, rakyat, dan kerajaan.

Hamka melihat kepribadian Sultan Iskandar Muda sebagai pemimpin yang

saleh dan berpegangan teguh pada prinsip dan syariat Islam. Tentang kepribadian

kepemimpinannya, Antony Reid melihat bahwa Sultan Iskandar Muda sangat berhasil

menjalankan kekuasaan yang otoriter, sentralistis, dan selalu bersifat ekspansionis.

Karakter Sultan Iskandar tersebut memang banyak dipengaruhi oleh sifat kakeknya.

Kejayaan dan kegemilangan Kerajaan Aceh pada saat itu memang tidak luput dari

9
karakter kekuasaan monarkhi karena model kerajaan berbeda dengan konsep

kenegaraan modern yang sudah demokratis.

C. Karya Sultan Iskandar

Surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris King James 1 pada tahun

1615 merupakan salah satu karyanya yang sungguh mengagumkan. Surat

(manuskrip) tersebut berbahasa Melayu, dipenuhi dengan hiasan yang sangat indah

berupa motif-motif kembang, tingginya mencapai satu meter, dan konon katanya

surat itu termasuk surat terbesar sepanjang sejarah. Surat tersebut ditulis sebagai

bentuk keinginan kuat untuk menunjukkan kepada dunia internasional betapa

pentingnya Kerajaan Aceh sebagai kekuatan utama di dunia.

Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di samping kebijakan reformatifnya,

juga ditandai dengan luasnya cakupan kekuasaannya. Pada masanya, wilayah

Kerajaan Aceh telah mencapai pesisir barat Minangkabau dan Perak.

D. Penghargaan Sultan Iskandar

` Melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14

September 1993, Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh

Pemerintah RI serta mendapat tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana

(Kelas II). Sebagai wujud pernghargaan terhadap dirinya, nama Sultan Iskandar

10
Muda diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, misalnya

sebagai nama jalan di Banda Aceh. Nama Iskandar Muda telah diabadikan sebagai

nama Kodam-1.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Aceh

merupakan kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur pelayaran

dan perdagangan internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan yang sangat

luas, sehingga Kerajaan ini sangan maju terutama di bidang perekonomiannya.

Perkembangannya sangat pesat terlebih saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan

berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah menjadi Bandar transito yang dapat

menghubungkan seluruh pedagang dunia barat.

B. Saran

` Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah

tersebut.

12
Daftar Pustaka

Hasjmy, A. 1961. Ichtiar Susunan dan Sistem Keradjaan Atjeh di Zaman Sultan

Iskandar Muda. Banda Aceh: Tidak Diterbitkan.

Langen, van, K.F.H. 1986. Susunan Pemerintahan Aceh Semasa Kesultanan. Alih

Bahasa oleh Aboe bakar. Banda Aceh: Dokumentasi dan Informasi Aceh

Lombard, Denys. 2007. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai