Disusun oleh :
Nama : NURHADISAH
NIM : 130411047
Kelas : Idi
(UNSAM)
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sejarah Daerah Aceh. Kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang
senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat sederhana dan belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak manapun
senantiasa akan kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga
makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umunya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran……………….……………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda adalah pada
tahun 1607-1636. Yang sebelumnya ia dipenjara oleh sultan Ali Ri’ayat Syah karena
ia tidak setuju terhadap pemerintahannya. Iskandar muda melihat bahwa sultan Ali
tidak Cakap dalam menangani masalah perampokan dan bahaya kemiskinan yang di
derita oleh rakyat Aceh. Hal itulah yang dilirik oleh Portugis yang melihat bahwa
menyerang Aceh. Melihat kondisi tersebut Sultan Iskandar Muda mengirimkan surat
kepada Sultan Ali agar membebaskannya, agar ia bisa membantu menyerang Portugis
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Riwayat Hidup Sultan Iskandar?
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
a. Mengetahui Riwayat Hidup Sultan Iskandar
2
BAB II
PEMBAHASAN
pada karya-karya klasik Melayu, seperti Bustan al-Salatin, Hikayat Aceh, dan Adat
perbandingan, kita bisa membaca penelitian Denys Lombard, Kerajaan Aceh: Zaman
Melayu setempat (Bustan al-Salatin, Hikayat aceh, dan Adat Aceh), juga
Lombard juga menggunakan kesaksian para musafir Eropa yang sempat tinggal di
Aceh pada saat itu, seperti Frederik de Houtman, John Davis, dan terutama Augustin
sesuai aslinya, dan itu berarti ia justru membalikkan tesis Horgronje. Lombard
Aceh. Ia lahir di Aceh pada tahun 1593. Nama kecilnya adalah Perkasa Alam. Dari
pihak ibu, Sultan Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal,
sedangkan dari pihak ayah ia merupakan keturunan Raja Makota Alam. Ibunya
bernama Putri Raja Indra Bangsa, atau nama lainnya Paduka Syah Alam, yang
3
merupakan anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10. Putri Raja
Indra Bangsa menikah dengan Sultan Mansyur Syah, putra dari Sultan Abdul Jalil
(yang merupakan putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-
3). Jadi, sebenarnya ayah dan ibu dari Sultan Iskandar Muda merupakan sama-sama
pewaris kerajaan. Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang putri dari
Kesultanan Pahang, yang lebih dikenal dengan Putroe Phang. Dari hasil pernikahan
ini, Sultan Iskandar Muda dikaruniai dua buah anak, yaitu Meurah Pupok dan Putri
Safiah. Perjalanan Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Melaka pada 1612 sempat
berhenti di sebuah Tajung (pertemuan sungai Asahan dan Silau) untuk bertemu
dengan Raja Simargolang. Sultan Iskandar Muda akhirnya menikahi salah seorang
puteri Raja Simargolang yang kemudian dikaruniai seorang anak bernama Abdul Jalil
Sultan Iskandar Muda mulai menduduki tahta Kerajaan Aceh pada usia yang
terbilang cukup muda (14 tahun). Ia berkuasa di Kerajaan Aceh antara 1607 hingga
1636, atau hanya selama 29 tahun. Kapan ia mulai memangku jabatan raja menjadi
dinyatakan sebagai sultan pada tanggal 6 Dzulhijah 1015 H atau sekitar awal April
1607. Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda tersebut ini dikenal sebagai masa paling
gemilang dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dikenal sangat piawai dalam
membangun Kerajaan Aceh menjadi suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja
disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, namun juga oleh dunia luar. Pada
masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh termasuk dalam lima kerajaan terbesar di dunia.
4
Langkah utama yang ditempuh Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat
kerajaan adalah dengan membangun angkatan perang yang umumnya diisi dengan
tentara-tentara muda. Sultan Iskandar Muda pernah menaklukan Deli, Johor, Bintan,
Pahang, Kedah, dan Nias sejak tahun 1612 hingga 1625. Sultan Iskandar Muda juga
kerajaan terdapat bandar transito (Kutaraja, kini lebih dikenal Banda Aceh) yang
dengan dunia luar, terutama negeri Barat. Dengan demikian, tentu perekonomian
eksport untuk memperbaiki nasib rakyatnya. Pada masanya, sempat dibangun juga
saluran dari sungai menuju laut yang panjangnya mencapai sebelas kilometer.
penduduk, termasuk juga sebagai pasokan air bagi kehidupan masyarakat dalam
kerajaan.
Sultan Iskandar Muda dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan
Eropa. Konon, ia pernah menjalin komunikasi yang baik dengan Inggris, Belanda,
Perancis, dan Ustmaniyah Turki. Sebagai contoh, pada abad ke-16 Sultan Iskandar
Muda pernah menjalin komunikasi yang harmonis dengan Kerajaan Inggris yang
pada saat itu dipegang oleh Ratu Elizabeth 1. Melalui utusannya, Sir James Lancester,
Ratu Elizabeth 1 memulai isi surat yang disampaikan kepada Sultan Iskandar Muda
5
dengan kalimat: “Kepada Saudara Hamba, Raja Aceh Darussalam”. Sultan kemudian
menjawabnya dengan kalimat berikut: “I am the mighty ruler of the religions below
the wind, who holds way over the land of Aceh and over the land of Sumatera and
over all the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset
atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatera dan atas seluruh wilayah-wilayah yang
tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari
terbenam)”.
adalah Syiah Kuala sebagai mufti besar di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar
Muda. Hubungan keduanya adalah sebagai penguasa dan ulama yang saling mengisi
proses perjalanan roda pemerintahan. Hubungan tersebut diibaratkan: Adat bak Peutu
Mereuhum, syarak bak Syiah di Kuala (adat di bawah kekuasaan Sultan Iskandar
Muda, kehidupan beragama di bawah keputusan Tuan Syiah Kuala). Sultan Iskandar
Muda juga sangat mempercayai ulama lain yang sangat terkenal pada saat itu, yaitu
Syeikh Hamzah Fanshuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatrani. Kedua ulama ini
dalam usia yang terbilang masih cukup muda, yaitu 43 tahun. Oleh karena sudah
tidak ada anak laki-lakinya yang masih hidup, maka tahta kekuasaanya kemudian
6
Iskandar Tani wafat tahta kerajaan kemudian dipegang janda Iskandar Tani, yaitu
Sultanah Tajul Alam Syafiatudin Syah atau Puteri Safiah (1641-1675), yang juga
berjasa dalam proses pembentukan karakter yang sangat kuat bagi nusantara dan
Indonesia. Selama menjadi raja, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti-
membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis, sebagai salah satu penjajah
pada saat itu. Sultan Iskandar Muda mempunyai karakter yang sangat tegas dalam
menghalau segala bentuk dominasi kolonialisme. Sebagai contoh, kurun waktu 1573-
1627 Sultan Iskandar Muda pernah melancarkan jihad perang melawan Portugis
sebanyak 16 kali, maski semuanya gagal karena kuatnya benteng pertahanan musuh.
daerah taklukannya, seperti di Sumatera Barat, Kedah, Pahang, Johor dan Melaka,
Pada saat berkuasa, Sultan Iskandar Muda membagi aturan hukum dan tata
negara ke dalam empat bidang yang kemudian dijabarkan secara praktis sesuai
7
dengan tatanan kebudayaan masyarakat Aceh. Pertama, bidang hukum yang
diserahkan kepada syaikhul Islam atau Qadhi Malikul Adil. Hukum merupakan asas
diharapkan bahwa peraturan formal ini dapat menjamin dan melindungi segala
yang berperan besar dalam mengatur tata negara tentang martabat hulu balang dan
pembesar kerajaan. Ketiga, bidang resam yang merupakan urusan panglima. Resam
adalah peraturan yang telah menjadi adat istiadat (kebiasaan) dan diimpelentasikan
melalui perangkat hukum dan adat. Artinya, setiap peraturan yang tidak diketahui
bidang qanun yang merupakan kebijakan Maharani Putro Phang sebagai permaisuri
Sultan Iskandar Muda. Aspek ini telah berlaku sejak berdirinya Kerajaan Aceh.
Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang sangat tegas dalam
sendiri, yang bernama Meurah Pupok karena melakukan perzinaan dengan istri
seorang perwira. Sultan Iskandar Muda juga pernah mengeluarkan kebijakan tentang
pengharaman riba. Tidak aneh jika kini Nagroe Aceh Darussalam menerapkan syariat
Islam karena memang jejak penerapannya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sultan
8
Sultan Iskandar Muda pernah berwasiat agar mengamalkan delapan perkara, di
hulubalang, pegawai, dan rakyat agar selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji
yang telah diucapkan. Kedua, jangan sampai para raja menghina alim ulama dan ahli
bijaksana. Ketiga, jangan sampai para raja percaya terhadap apa yang datang dari
pihak musuh. Keempat, para raja diharapkan membeli banyak senjata. Pembelian
kemungkinan serangan musuh setiap saat. Kelima, hendaknya para raja mempunyai
sifat pemurah (turun tangan). Para raja dituntut untuk dapat memperhatikan nasib
dan sunnah Rasul. Di samping kedua sumber tersebut, sumber hukum lain yang harus
dipegang adalah qiyas dan ijma‘, baru kemudian berpegangan pada hukum kerajaan,
saleh dan berpegangan teguh pada prinsip dan syariat Islam. Tentang kepribadian
kepemimpinannya, Antony Reid melihat bahwa Sultan Iskandar Muda sangat berhasil
Karakter Sultan Iskandar tersebut memang banyak dipengaruhi oleh sifat kakeknya.
Kejayaan dan kegemilangan Kerajaan Aceh pada saat itu memang tidak luput dari
9
karakter kekuasaan monarkhi karena model kerajaan berbeda dengan konsep
Surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris King James 1 pada tahun
(manuskrip) tersebut berbahasa Melayu, dipenuhi dengan hiasan yang sangat indah
berupa motif-motif kembang, tingginya mencapai satu meter, dan konon katanya
surat itu termasuk surat terbesar sepanjang sejarah. Surat tersebut ditulis sebagai
September 1993, Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh
(Kelas II). Sebagai wujud pernghargaan terhadap dirinya, nama Sultan Iskandar
10
Muda diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, misalnya
sebagai nama jalan di Banda Aceh. Nama Iskandar Muda telah diabadikan sebagai
nama Kodam-1.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
merupakan kerajaan bercorak Islam yang letaknya sangat strategis di jalur pelayaran
dan perdagangan internasional. Aceh juga memiliki daerah kekuasaan yang sangat
Dibawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan yang besar dan
berkuasa atas perdagangan Islam. Bahkan telah menjadi Bandar transito yang dapat
B. Saran
` Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kemajuan dari makalah
tersebut.
12
Daftar Pustaka
Hasjmy, A. 1961. Ichtiar Susunan dan Sistem Keradjaan Atjeh di Zaman Sultan
Langen, van, K.F.H. 1986. Susunan Pemerintahan Aceh Semasa Kesultanan. Alih
Bahasa oleh Aboe bakar. Banda Aceh: Dokumentasi dan Informasi Aceh
Lombard, Denys. 2007. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
13