Anda di halaman 1dari 11

2.3.

1 Perhitungan Momen Puntir


Dari daya yang di ketahui (Hp) dan putaran (rpm) maka dapat
Diketahui momen puntir (Mp) :
𝑁𝑖
Mp = 716 𝑛1 .....................................................................................(1)
Dimana :
Mp = Momen puntir
Ni = Daya
n = Putaran
2.3.2 Pemilihan Jumlah Gigi
Ditanyakan dengan perbandingan putaran dan perbandingan roda
gigi, jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan (𝑛1 )
(rpm) pada poros penggerak (𝑛2 )dengan poros yang digerakkan (𝑛2 )
atau jumlah roda gigi (𝑍2 ) di gerakkan dengan jumlah roda gigi (𝑍1 )
𝑍1 minimal = 18 ...................................................................(2)
𝑍2 𝑛1
i= = ............................................................................(3)
𝑍1 𝑛2
2.3.3 Diameter Lingkaran Roda Gigi (d)
Mempunyai lingkaran singgung, karena pada dua roda gigi yang
bekerja sama, lingkaran ini lah yang bersinggungan dengan kecepatan
keliling yang sama. Lingkaran jarak bagi ini juga melalui kontak yang
sebenarnya. Lingkaran tersebut berupa lingkaran khayal karena tidak
bisadi ukur dengan modul dari Z jumlah roda gigi.
d = m . Z .............................................................................(4)
2.3.4 Diameter Kepala (dk)
Yaitu lingkaran batas paling atas yang merupakan batas puncak dari
Roda gigi. dk = m ( Z + 2 )
(1)Neiman, Gustav, 1978, Machine Elemen, Desidn and Calculation in
Mechanical Enginering, Volume II, Studen Edition, Spingger Verlng-India,
Hal 88.
(2)Ibid, hal 130
(3)Ibid, hal 187
(4)Ibid,hal 31

11
2.3.5 Diameter Kaki (df)
Yaitu lingkaran batas bawah dari roda gigi.
df = m (Z – 2,5)
2.3.6 Tinggi Gigi (H)
Yaitu tinggi puncak + tinggi gigi roda gigi.
H = 2 . m + Ck
2.3.7 Jarak Sumbu Poros (a)
Jarak antara diameter bagi (𝑑𝑜1 ) penggeak dengan diameter jarak bagi
yangdigunakan (𝑑𝑜2 ).
(𝑑𝑜1 + 𝑑𝑜2 )
a= .................................................................................(5)
2
2.3.8 Lebar Roda Gigi (b)
Dengan mengacu pada tabel 22/17 buku gustav Neiman dapat
direncanakan :
𝑏
𝑚𝑛 = 25 maka b = 𝑚𝑛 . 25 ................................................................(6)
2.4 Tinjauan Keamanan dan Kekuatan Roda Gigi
2.4.1 Penemuan Sudut Roda Gigi
Direncanakan sudut tekanan gigi 𝛼 ° = 20° dan sudut kemiringan gigi
𝛽° = 30° dimaksudkan agar gaya-gaya merata disepanjang
Permukaan gigi.
2.4.2 Faktor Kesalahan Gigi
Harga f diambil harga terbesar dari 𝑓𝑐 , 𝑓𝑟 , 𝑓𝑟𝑤
1. 𝑓𝑐 = 𝑔𝑐 (3 + 0,3 + 0,2√𝑑𝑜
2. 𝑓𝑟 = 𝑔𝑟 √𝑏
3. 𝑓𝑟𝑤 = 0,75 𝑓𝑟 + 𝑔𝑘 . 𝜇 . 𝑐𝑠 .........................................................(7)
Dimana :
𝑔𝑐 = dari tabel 22/17

(5)Ibid, hal 130


(6)Ibid, hal 187
(7)Ibid, hal 31

12
𝑔𝑟 = dari tabel 22/17
𝑐𝑠 = faktor beban lanjut (untuk motor listrik, 𝑐𝑠 = 1)
𝑔𝑘 = dari tabel 22/17
𝑏 = lebar gigi
𝜇 = gaya singgung gigi (𝜇 = 𝐵 . 𝑑𝑏)...............................................(8)
2.4.3 Perhitungan Kontak Rasio Gigi (𝜀, , 𝜀𝑠𝑝 , 𝜀𝑛 , 𝜀𝑤 )
1. Harga 𝜀
𝜀1 + 𝜀2
𝜀= ..................................................................(9)
𝑚 . 𝜋 .cos 𝛼
𝜀1 𝑑𝑎𝑛 𝜀2 dicari pada gambar 22/17 buku Neiman dengan cara
- Mencari rumus :
ℎ𝑘
100 𝑑𝑏 = 𝑛
- Kita tarik garis vertikal dari sudut kotak 𝛼 ke arah garis
harga tadi.
- Dari garis harga kita tarik garis horizontal ke kiri dan akan
Kita temui harga “x”.
- Denari harga tersebut 𝜀1 𝑑𝑎𝑛 𝜀2 dicari dengan
menggunakan
𝑣
𝑚𝑛+
4
𝑡𝜀𝑤 = 1 + (𝜀𝑛 − 1 𝑓 ) ≤ 2....................................(13)
𝑚𝑛+
6

2.5 Perhitungan Intensitas Bahan


1. Intensitas Bahan Normal (B)
𝑈
B = 𝑑𝑏 .𝑏..........................................................................................(14)
Dimana :
U = Gaya tangensial
db = Diameter gigi
b = lebar gigi
2. Intensitas Beban Efektif (Bw)
𝐵𝑤 = B . 𝐶𝑆 . 𝐶𝐷 . 𝐶𝑟 . 𝐶𝛽 ...............................................................(15)
Dimana :
B = Intensitas bahan normal
𝐶𝑠 = faktor kejut beban (tabel 22/17) untuk motor listrik 𝐶𝑠 = 1,1
𝐶𝐷 = faktor beban dinamis (gambar 22/17)

13
𝑣 𝑑𝑦𝑛
𝐶𝐷 = 1+ ...................................................(16)
𝑣 . 𝑐𝑠 (𝜀𝑠𝑝+1)
Dari gambar 22/17 halaman 131 buku G. Niemann harga kecepatan
keliling (U) di tarik gaya vertikal kearh garis harga U. 𝐶𝑠 + 0,26 𝑓,
dari garis ini kita tarik garis horizontal ke kiri akan ketemu harga U
dengan :

𝐶𝑟 = faktor distribusi (tabel 22/19)


𝜀𝛽= faktor kemiringan gigi (gambar 22/19)
1,4
Untuk 𝜀𝑠𝑝 = 1, 2, 3, … … … … … … … … … … , 𝐶𝐵 =
𝜀
Untuk 𝜀𝑠𝑝 ≥ 1 … … … … … … … … … … … … … … … , 𝐶𝐵 = 1,4/𝜀
2.6 Pengecekan Terhadap Tegangan Gigi (𝑺𝑩 )
S𝑩 merupakan faktor keamanan terhadap kepatahan dari pada gigi dimana
bila harga 𝑆𝐵 ≥ maka roda gigi tersebut aman. Harga 𝑆𝐵 dicari dengan rumus
𝜎𝐷
𝑆𝐵 =𝐵 ................................................................................................(17)
𝑊 𝑍𝑞 𝑤

Dimana :
𝜎𝐷 = teganggan kaki gigi ( tabel 22/25) buku G.Niemann hal 135
Dari bahan yang digunakan dapat dicari 𝜆𝐷 - nya

Qw = faktor tegangan
qw = qk . 𝑞𝜀 ............................................................................(18)
Dari garis Zn ditarik garis vertikal ketemu harga “X” kemudian di
tarik garis horizontal kekiri maka ketemu harga 𝑞𝑘
1,4
. 𝑞𝜀 = ................................................................(19)
𝜀𝑛 +0,4

(13)Ibid,hal 134
(14)Ibid,hal 88
(15)Ibid,hal 88
(16)Ibid,hal 131
(17)Ibid,hal 98

14
2.7 Keamanan dari Cacat Kerusakan Gigi ( Sg)
𝐾𝐷 𝑖
Sg = . ...................................................................................(20)
𝐵𝑊 . 𝑌𝑊 𝑖+1
Dimana :
i = rasio perputaran
𝐾𝐷 = 𝐾𝑜 → tabel 22/25
𝐵𝑤 = intensitas beban efektif
𝑦𝛽
𝑦𝑤 − 1 = 𝑦𝑐 . ............................................................(21)
𝑦𝜀

𝑦𝑤 − 2 = 𝑦𝑐 . 𝑦𝛽
*) 𝑦𝑐 dari tabel 22/23
*) 𝑦𝛽 dicari dari tabel 22/24
2𝜋(1− 𝜀1 −𝑛)
*) 𝑦𝑐 =𝑍1 . ..............................................................................(22)
𝑛 . 𝑡𝑔𝛼 .𝑏 . 𝑛

Jika 𝑆𝐺 ≤ 1 roda gigi akan rusak pada peristiwa penting atau cacat lubang
pada permukaan kontak gigi.
2.8 Umur Gigi (𝑳𝑯 )
2.8.1 Tekanan permukaan
kO = yG . yH .yS .yv . ko..................................................................(23)
Harga yG, yH, yS, yv, ko terdapat pada tabel 22/26 buku G.Neimann
hal 136.
0,6
Untuk YV = 0,7 + 8 .................................................................(24)
1+( )2
𝑉

Sedangkan harga ko dicari pada tabel 22/25 disesuaikan dengan


material yang digunakan.

(18) Ibid, hal 97


(19) Ibid, hal 97
(20) Ibid, hal 112
(21) Ibid, hal 101
(22) Ibid, hal 134
(23) Ibid, hal 136

15
2.8.2 Perhitungan Umur Gigi (LH)
167 . 103 . 𝐾𝐷
LH = . (𝑆𝐺 ).................................................................(25)
𝑁
LH = .....Jam
2.9 Keamanan Terhadap Goresan / Seoring (Sf)
𝑘𝑡𝑒𝑠𝑡 . 𝑐𝑜𝑠𝛽 𝑖
SF = . .................................................................................(26)
𝐵𝑊 . 𝑌𝐶 . 𝑌𝐹 𝑖𝐻
Dimana :
𝑦𝛾 = faktor tekanan gores (G.Neimann hal 137 )
12,7 𝑖+1 𝐶𝑚𝑎𝑥 4
*) yF = [ 𝑑𝑏 . ] [1 + ( ) ]√𝑚𝑛 .................................................................(27)
𝑖 10

Selanjutnya dipilih minyak pelumas yang di sesuaikan dengan nomor SAE-


nya pada tabel 22/29 maka akan didapat 𝑚𝑡𝑒𝑠𝑡 . Dari 𝑚𝑡𝑒𝑠𝑡 kita cari 𝑚𝑡𝑒𝑠𝑡
pada gambar 22/43.Sedangkan 𝑒𝑚𝑎𝑥 dicari dengan rumus :
ℎ𝑘 𝑐𝑜𝑠𝛽
𝑒𝑚𝑎𝑥 = .........................................................................................(28)
𝑠𝑖𝑛𝛽
Dimana : cos2𝛽𝑔 di cari pada tabel 22/21
Jika Sf≥ 1 gigi aman terhadap goresan.
2.10 Perhitungan Poros
Poros merupakan bagian yang penting dari setiap mesin, hampir setiap mesin
Meneruskan tenaga bersama dengan putaran. Perantara utama transmisi
dipegang poros. Menurut pembebanannya poros dapat dibedan menjadi :
a) Poros Transmisi
Pada poros ini dapat menahan beban puntir murni atau lentur. Daya
Ditransmisikanke poros melalui kopling,roda gigi, pulley.
b) Spindell , Poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama mesin
perkakas dimana beban utama puntiran ditransmisikan ke kopling
c) Gardan
Poros ini biasanya dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir bahkan kadang tidak berputar.

(24) Ibid, hal 136


(25) Ibid, hal 136
(26) Ibid, hal 120
(27) Ibid, hal 137
(28) Ibid, hal 137

16
2.10.1 Dasar Perencanaan Poros
1. Momen Puntir (Mp)
𝑁
Mp = 716 𝑛 ...............................................................................(29)
Dimana :
Mp = momen puntir
N = daya
n = putaran
2. Momen Teruk (Mb)
a). Gaya Tumpu Vertikal (Bv)
𝑓1 . 𝑣 . 𝑎+ 𝑓1 . 𝑣 . 𝐶
Bv = ....................................................(30)
1
b). Gaya Tumpu Horisontal (𝐵𝐻 )
𝐹1 . 𝐻 . 𝑎 + 𝐹1 . 𝐻 . 𝐶
𝐵𝐻 = ..............................................(31)
1
c). Gaya Tumpu Resultan (𝐵𝑟𝑒𝑠 )
𝐵𝑟𝑒𝑠 = √𝑀𝑏2 + 𝐵𝐻2 ..........................................................(32)
Momen tekuk resultan maksimum (Mb2)
Mb2 = Brest . b ...................................................................(33)
3 . Momen Penyeimbang (MV)
Karena poros ini menerima beban dan beban tekuk maka perlu di
Seimbangkan dengan perhitaungan penyeimbang (MV)
𝑑
MV = √𝑀𝑏2 ( 2 𝑀12 ) .............................................................(34)

(29)Ibid, hal 88
(30) G.Neimann , 1992, hal 325
(31)Ibid, hal 325
(32)Ibid, hal 235
(33)Ibid, hal 235
(34)Ibid, hal 235

17
4. Diameter poros
Dalam perhitungan diameter poros, kekuatan taraik bahan(𝜏𝑏)
dan momen penyeimbang (MV) sangat dipengaruhi sehingga
d dapat di cari dengan rumus :
3 𝑀𝑣
d = 2,17 √ ...................................................................(35)
𝜏𝑏

2.10.2 Putaran kritis


Bila putaran suatu mesin dinaikkan, maka pada suatu
harga putaran tertentu dapat terjadi putaran yang luar biasa
besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi
pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain-lain, dan dapat
menghasilkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga
putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
Sebelum perencanan poros dimulai, kita harus
memperhitungkan adanya beban tambahan yang terjadi pada poros.
Untuk mengatasi beban tambahan kita harus menghasilkan daya
yang sudah ada dengan faktor koreksinya antara:1-15
Penggunaan dalam rumus adalah:

Pd = fc x P (kw)

Dimana: Pd = daya yang direncakan


fc = faktor koreksi untuk beban yang
tiba – tiba
P = daya mesin

2.11 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sporket, pulley, kopling, dan lain-lain.
Fungsi serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spilter gerigi yang meneyer-
upai gerigi luar pada poros dan gigi dalam degna jumlah gigi yang sama pada

18
naf yang saling terkait satu dengan yang lain. Gigi pada splinter adalah
besar-besar, sedangkan pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang
kecil pula.
2.11.1 Macam-macam pasak
1. Pasak tembereng
Pasak tembereng adalah memiringkan sendiri dan menghasilkan
pasak yang paling mudah dan sedikit pengerjan akhir, khususnya
digunakan pada mesin perkakas dan serta pada kendaraan serta
pada momen putar yang tidak terlalu besar.
2. Pasak rata
Perlemahan poros tidak sebesar perlemahan alur. Momen yang
dapat ditransmisikan agar besar dari lubang.
3. Pasak alur
Pasak yang terpasang di bedakan dengan yang bergerak. Kalau
yang dikehendaki bisa dilepaskan, dilengkapi juga dengan kepala.
Momen putar yang di transmisikan lebih besar dari pada pasak rata.
4 .Pasak singgung
Merupakan satu-satunya sambungan pasak, pada naf dan arah poros
yaang juga ditengangkan pada arah keliling sehingga juga
mentransmisikan momen puntir tersentak-sentak kedua arah
putaran dalam pasangan.
2.11.2 Panjang pasak
𝑛
Untuk naf st, tekanan sambungan p ≤ 90 𝑚𝑚2 dan L/d = 1,1 – 1,4 .
Jikad diketahui maka panjang pasak :
L = d . (1,1 – 1,4 ) ........................................................................(36)
2.11.3 Tekanan Permukaan yang diujikan (P)
Tekanan permukaan yang diijinkan untuk bahan naf st, p ≤90 𝑛/𝑚𝑚2

(35)Ibid, hal 321


(36)Ibid, hal 34

19
2 . 𝑀𝑝
P= .................................................................................(37)
𝑑(ℎ−𝑡)𝐿
Rumus tersebut didapat dari :
2 . 𝑚𝑡
Fu = = 𝑝 (ℎ − 𝑡)𝐿 . 𝑡 ............................................(38)
𝑑
2.12 Bantalan
Bantalan adalah elem mesin menumpu poros beban, sehingga putaran dan
Gerakan bolak-balik dapat bergerak secara halus, aman, dan panjang umur.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen lain
Bekerja dengan baik .jika bantalan tidak bekerja dengan baik ,prestasi akan
Menurun atau tidak bekerja dengan semestinya.
2.12.1 Klasifikasi Bantalan
1. Menurut gerak bantalan terhaap poros
a. Bantalan luncur
Bantalan ini terjadi gesekan luncur antara bantalan dengan poros.
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berporos dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol, atau jarum, danrol bulat.
2. Menurut Arah Beban Terhadap Poros
a. Bantalan aksi
Bantalan ini dapat menumpu yang arahnya sejajar dengan sumbu
poros.
b. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu pada bantalan ini adalah tegak lurus
terhadap sumbu poros.
c. Bantalan aksial – radial
Bantalan ni dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan
tegak lurus terhadap sumbu poros.

20
2.12.2 Perencanaan Bantalan
a. Pemilihan jenis sesuai dengan poros.
b. Pembebanan pada bantalan(P).
P = 𝑥 . 𝐹1 + 𝑌 . 𝐹𝑎 ..........................................................(39)
Dimana :
X = faktor koreksi beban radial.
𝐹𝑟 = gaya yang diterima dengan diameter poros.
Y = faktor beban koreksi beban aksial.
Fa = gaya yang diterima bantalan aksial.
*) Gaya dan faktor diatas dicari pada tabel 14/6 buku
Gustav Neimann 1992 halaman 264.
c. Umur bantalan (Lh)
Umur nominal L = [c/p]³ juta putaran ......................................(40)
Diubah keadaan jam, maka dapat :
106 𝜄
𝐿ℎ = (didalam jam )..............................................(41)
60 . 𝑛

21

Anda mungkin juga menyukai