Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
A. ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik
merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang dapat
menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik dapat bersifat bakterisid atau
bakteriostatik (9).
B. RESISTENSI ANTIBIOTIK
Resistensi obat (antibiotik) atau drug resistance didefinisikan sebagai kemampuan suatu
mikroorganisme untuk bertahan terhadap efek suatu obat yang mematikan bagi sebagian
besar anggota spesiesnya. Resistensi obat primer merujuk infeksi yang dari awal terjadi
karena suatu organisme resisten; resistensi obat sekunder merujuk resistensi yang
berkembang selama pemberian terapi (10).
Resistensi antibiotik adalah suatu fenomena biologi. Secara laboratoris, dikatakan
resisten bila mikroba dapat tumbuh dengan adanya konsentrasi antibiotik yang tinggi
dalam darah (4). Suatu antibiotik dikatakan efektif secara klinis bila 60% dari jumlah total
isolat bakteri memberikan hasil sensitif (11).
Pemakaian antibiotik secara luas akan meningkatkan kejadian resistensi antibiotik.
Jumlah pemakaian antibiotik merupakan faktor penyebab resistensi antibiotik yang
penting meskipun hubungan antara jumlah pemakaian dan resistensi antibiotik bukan
korelasi yang sederhana. Faktor-faktor pemakaian antibiotik lain yang dapat
mempengaruhi resistensi antibiotik antara lain dosis, lama pemberian, rute pemberian,
dan interval waktu pemberian antibiotik. Pemakaian antibiotik yang berlebihan (overuse)
dan pemakaian antibiotik yang kurang (underuse) dapat menyebabkan resistensi
antibiotik. Pemakaian antibiotik yang kurang tepat akan mempengaruhi hasil terapi dan
dapat menyebabkan munculnya kejadian resistensi antibiotik (4).
C. PERAN APOTEKER DALAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIBIOTIK
Pengendalian resistensi antibiotik memerlukan kolaborasi berbagai profesi kesehatan
antara lain Dokter, Ahli Mikrobiologi, Perawat dan Apoteker. Program pengendalian
resistensi antibiotik bertujuan untuk :
1. Menekan resistensi antibiotik
2. Mencegah toksisitas akibat penggunaan antibiotik
3. Menurunkan biaya akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak
4. Menurunkan risiko infeksi nosokomial.
Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan tujuan tercapainya hasil terapi yang optimal
pada pasien dengan penyakit infeksi dan menurunkan risiko transmisi infeksi pada pasien
lain atau tenaga kesehatan. Peran penting apoteker dalam penyakit infeksi untuk
mengendalikan resistensi antibiotik dapat dilakukan melalui:
a. Upaya mendorong penggunaan antibiotik secara bijak
1) Meningkatkan kerjasama multidisiplin untuk menjamin bahwa penggunaan
antibiotik profilaksis, empiris dan definitif memberikan hasil terapi yang optimal.
Kegiatan ini mencakup penyusunan kebijakan dan prosedur, misalnya restriksi
penggunaan antibiotik, saving penggunaan antibiotik, penggantian terapi
antibiotik, pedoman penggunaan antibiotik maupun kegiatan selama perawatan
pasien penyakit infeksi. Kegiatan terkait perawatan pasien penyakit infeksi
misalnya pemilihan antibiotik yang tepat, mempertimbangkan pola kuman
setempat, optimalisasi dosis, pemberian antibiotik sedini mungkin pada pasien
dengan indikasi infeksi, de-eskalasi, pemantauan terapi antibiotik.
2) Terlibat aktif dalam Komite Farmasi dan Terapi
b. Menurunkan transmisi infeksi melalui keterlibatan aktif dalam Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
c. Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat tentang
penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik yang bijak (6).
D. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah penggunaan antibiotik di rumah sakit
2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik di rumah sakit
3. Sebagai dasar dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotik di rumah sakit
secara sistematik dan terstandar.
4. Sebagai indikator kualitas layanan rumah sakit
Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.
Evaluasi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan penghitungan DDD per 100 hari rawat
(DDD per 100 bed days), untuk mengevaluasi jenis dan jumlah antibiotik yang
digunakan. Evaluasi secara kualitatif dapat dilakukan antara lain dengan metode Gyssen,
untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik.
Kuantitas penggunaan antibiotik adalah jumlah penggunaan antibiotik di rumah sakit
yang diukur secara retrospektif dan prospektif melalui studi validasi. Evaluasi
penggunaan antibiotik secara retrospektif dapat dilakukan dengan memperhatikan
ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose). DDD adalah asumsi
dosis rata-rata per hari penggunaan antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa.
Penilaian penggunaan antibiotik di rumah sakit dengan satuan DDD/100 hari rawat; dan
di komunitas dengan satuan DDD/1000 penduduk. Untuk mempermudah perhitungan
dapat dilakukan dengan menggunakan piranti lunak ABC calc yang dikembangkan oleh
World Health Organization (WHO). Studi validasi adalah studi yang dilakukan secara
prospektif untuk mengetahui perbedaan antara jumlah antibiotik yang benar digunakan
pasien dibandingkan dengan yang tertulis di rekam medis.
Berikut adalah rumus perhitungan konsumsi antibiotik, DDD per 100 hari rawat :
Cara perhitungan :
Untuk menghitung penggunaan antibiotik selama 1 tahun
1. Jumlah antibiotik terjual adalah jumlah antibiotik terjual dalam waktu 1 tahun
2. DDD WHO sesuai dengan ATC/DDD, WHO 2006
3. Angka 100 untuk 100 hari rawat
4. Jumlah populasi: (jumlah tempat tidur x dengan Bed Occupation Rate (BOR) Rumah
Sakit dalam tahun yang sama)
5. Angka 365: lamanya hari dalam 1 tahun.
Kuantitas penggunaan antibiotik juga dapat dinyatakan dalam DDD 100 patient-days.
Cara perhitungan :
1. Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotik
2. Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total Length Of Stay, LOS
semua pasien)
3. Hitung jumlah dosis antibiotik (gram) selama dirawat
4. Hitung DDD 100 patient-days:
Jenis dan desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif retrospektif, menggunakan data
periode Juli hingga Oktober 2019. Penggunaan antibiotika dievaluasi dengan pendekatan
kuantitatif menggunakan metode DDD/100 patient-days. Bahan penelitian adalah rekapan
data pasien rawat inap dan rawat jalan di RS TNI AL Dr. Mintohardjo di Jakarta periode Juli
– Oktober 2019.
Data yang dikumpulkan dari rekapan data pasien rawat jalan dan rawat inap meliputi
jenis antibiotika yang digunakan, bentuk sediaan, dosis antibiotika, dan lama rawat inap
pasien ataupun jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Data diolah dengan bantuan program
EXCEL dari Microsoft. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitas penggunaan
antibiotika yang dihitung dengan rumus DDD (Defined Daily Dose) 100 patient-days sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2011) :
A. RAWAT INAP
1. Juli 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 0.52 0.31
Amoxicillin J01CA04 3.05 1.84
Ampicillin J01CA01 0.00 0.00
Cefadroxil J01DB05 13.08 7.91
Cefixime J01DD08 48.93 29.62
Cefoperazone J01DD12 2.41 1.46
Cefotaxime J01DD01 0.94 0.57
Ceftazidime J01DD02 0.29 0.18
Ceftizoxime J01DD07 0.03 0.02
Ceftriaxone J01DD04 51.26 31.02
Ciprofloxacin J01MA02 11.26 6.82
Clindamycin J01FF01 3.09 1.87
Co-Amoxiclav J01CR02 3.76 2.27
Cotrimoxazole J01EE01 0.65 0.39
Doxycycline J01AA02 0.13 0.08
Ethambutol J04AK02 0.11 0.06
Fluconazole J02AC01 0.26 0.16
Gentamycin J01GB03 0.78 0.47
Isoniazid (INH) J04AC01 2.67 1.62
Ketoconazole J02AB02 1.87 1.13
Levofloxacin J01MA12 9.08 5.50
Meropenem J01DH02 2.19 1.33
Metronidazole J01XD01 5.36 3.24
Pyrazinamide J04AK01 1.87 1.13
Rifampisin J04AB02 1.64 0.99
Total 165.21 100
Pada bulan Juli, antibiotik yang paling banyak digunakan oleh pasien rawat inap
adalah Ceftriaxone dengan nilai DDD / 100 patient-days 51.26 dan persentase
Ceftriaxone terhadap total nilai DDD pada bulan Juli yakni 31.02%. Nilai DDD yang
tinggi menerangkan bahwa penggunaan antibiotik Ceftriaxone di RS TNI AL Dr.
Mintohardjo kurang selektif dibandingkan dengan antibiotik lainnya (12).
Persentase DDD Antibiotik Bulan Juli
(Rawat Inap)
Acyclovir
Amoxicillin
Ampicillin
Cefadroxil
Cefixime
0%
Cefoperazone
1% 0% Cefotaxime
0% 1%
0% Ceftazidime
2% 1% 2% 0%
1%
0% Ceftizoxime
3% 8%
0% 5%
Ceftriaxone
2%
2% Ciprofloxacin
7% 30% Clindamycin
Co-Amoxiclav
Cotrimoxazole
31% Doxycycline
Ethambutol
Fluconazole
1%
0% 1% Gentamycin
0% Isoniazid (INH)
Ketoconazole
Levofloxacin
Meropenem
Metronidazole
Pyrazinamide
Rifampisin
2. Agustus 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 0.01 0.01
Amoxicillin J01CA04 0.14 0.10
Ampicillin J01CA01 0.01 0.01
Azithromycin J01FA10 5.75 4.17
Cefadroxil J01DB05 8.88 6.44
Cefixime J01DD08 37.56 27.25
Cefoperazone J01DD12 1.82 1.32
Cefotaxime J01DD01 0.48 0.35
Ceftazidime J01DD02 0.20 0.15
Ceftizoxime J01DD07 0.01 0.01
Ceftriaxone J01DD04 43.94 31.88
Chloramphenicol J01BA01 0.01 0.01
Ciprofloxacin J01MA02 7.15 5.19
Clindamycin J01FF01 2.50 1.81
Co-Amoxiclav J01CR02 4.80 3.48
Cotrimoxazole J01EE01 0.88 0.64
Doxycycline J01AA02 0.34 0.25
Ethambutol J04AK02 0.67 0.49
Fluconazole J02AC01 0.51 0.37
Gentamycin J01GB03 0.62 0.45
Isoniazid (INH) J04AC01 0.68 0.49
Ketoconazole J02AB02 1.16 0.84
Levofloxacin J01MA12 12.69 9.21
Meropenem J01DH02 3.08 2.23
Metronidazole J01XD01 2.93 2.13
Pyrazinamide J04AK01 0.31 0.22
Rifampisin J04AB02 0.55 0.40
Streptomycin J01GA01 0.17 0.12
Total 137.85 100
Serupa dengan bulan Juli, pada bulan Agustus antibiotik yang paling banyak
digunakan oleh pasien rawat inap adalah Ceftriaxone dengan nilai DDD / 100 patient-
days 43.94 dan persentase terhadap total nilai DDD pada bulan Agustus yaitu 31.88%.
Persentase DDD Antibiotik Bulan Agustus
(Rawat Inap)
Acyclovir
Amoxicillin
Ampicillin
Azithromycin
0% Cefadroxil
0% 0%
0% 0% Cefixime
0% Cefoperazone
0% 2% 2% 0%
0% Cefotaxime
1%
0% 4% 6% Ceftazidime
0% 9%
1% Ceftizoxime
3%
Ceftriaxone
2% 5% 27%
Chloramphenicol
Ciprofloxacin
0% Clindamycin
32% Co-Amoxiclav
Cotrimoxazole
1%
Doxycycline
0%
0% 0% Ethambutol
Fluconazole
Gentamycin
Isoniazid (INH)
Ketoconazole
Levofloxacin
Meropenem
Metronidazole
Pyrazinamide
Rifampisin
Streptomycin
3. September 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 0.59 0.28
Amoxicillin J01CA04 4.25 2.05
Ampicillin J01CA01 0.002 0.00
Azithromycin J01FA10 2.01 0.97
Cefadroxil J01DB05 10.94 5.26
Cefixime J01DD08 37.66 18.12
Cefoperazone J01DD12 1.57 0.76
Cefotaxime J01DD01 0.77 0.37
Ceftriaxone J01DD04 86.81 41.78
Chloramphenicol J01BA01 0.04 0.02
Ciprofloxacin J01MA02 17.79 8.56
Clindamycin J01FF01 5.38 2.59
Co-Amoxiclav J01CR02 3.85 1.85
Doxycycline J01AA02 11.23 5.40
Ethambutol J04AK02 5.70 2.74
Gentamycin J01GB03 0.65 0.31
Isoniazid (INH) J04AC01 3.56 1.71
Levofloxacin J01MA12 4.77 2.30
Meropenem J01DH02 2.36 1.14
Metronidazole J01XD01 3.21 1.54
Pyrazinamide J04AK01 0.72 0.35
Rifampisin J04AB02 3.94 1.90
Total 207.80 100
Serupa dengan bulan Juli dan Agustus, pada bulan September antibiotik yang paling
banyak digunakan oleh pasien rawat inap adalah Ceftriaxone dengan nilai DDD / 100
patient-days 86.81 dan persentase terhadap total nilai DDD pada bulan September
yaitu 41.78%.
Persentase DDD Antibiotik Bulan September
(Rawat Inap)
Acyclovir
Amoxicillin
Ampicillin
2% Azithromycin
2% Cefadroxil
2%
1%
0% 0% 0% 0% Cefixime
2% 2% 1%
3% Cefoperazone
5%
2% 5% Cefotaxime
3% 18%
Ceftriaxone
9% Chloramphenicol
1%
Ciprofloxacin
Clindamycin
0% 0% Co-Amoxiclav
42%
Doxycycline
Ethambutol
Gentamycin
Isoniazid (INH)
Levofloxacin
Meropenem
Metronidazole
Pyrazinamide
Rifampisin
4. Oktober 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Amoxicillin J01CA04 2.43 0.61
Azithromycin J01FA10 3.52 0.89
Cefadroxil J01DB05 80.07 20.13
Cefixime J01DD08 150.19 37.77
Cefoperazone J01DD12 2.01 0.51
Cefotaxime J01DD01 4.20 1.06
Ceftazidime J01DD02 0.11 0.03
Ceftriaxone J01DD04 57.61 14.49
Chloramphenicol J01BA01 1.44 0.36
Ciprofloxacin J01MA02 37.42 9.41
Clindamycin J01FF01 0.21 0.05
Cotrimoxazole J01EE01 0.99 0.25
Gentamycin J01GB03 18.66 4.69
Levofloxacin J01MA12 17.34 4.36
Meropenem J01DH02 7.82 1.97
Metronidazole J01XD01 4.86 1.22
Pyrazinamide J04AK01 8.79 2.21
Total 397.67 100
Pada bulan Oktober, antibiotik yang paling banyak digunakan oleh pasien rawat inap
adalah Cefixime dengan nilai DDD / 100 patient-days 150.19 dan persentase
Ceftriaxone terhadap total nilai DDD pada bulan Oktober yakni 37.77%. Nilai DDD
yang tinggi menerangkan bahwa penggunaan antibiotik Cefixime di RS TNI AL Dr.
Mintohardjo pada bulan Oktober 2019 kurang selektif dibandingkan dengan antibiotik
lainnya (12).
Persentase DDD Antibiotik Bulan Oktober
(Rawat Inap)
Amoxicillin
1% Azithromycin
2% 1% 2% 1% Cefadroxil
Cefixime
0% 0% 5%
4%
20% Cefoperazone
9% Cefotaxime
0% Ceftazidime
Ceftriaxone
14%
Chloramphenicol
38% Ciprofloxacin
Clindamycin
Cotrimoxazole
0% Gentamycin
1% Levofloxacin
1% Meropenem
Metronidazole
Pyrazinamide
B. RAWAT JALAN
1. Juli 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 2.17 0.36
Amoxicillin J01CA04 21.70 3.59
Azithromycin J01FA10 20.41 3.38
Cefadroxil J01DB05 31.97 5.29
Cefixime J01DD08 143.69 23.77
Cefoperazone J01DD12 0.04 0.01
Ceftriaxone J01DD04 1.28 0.21
Chloramphenicol J01BA01 0.01 0.00
Ciprofloxacin J01MA02 53.34 8.82
Clindamycin J01FF01 25.26 4.18
Co-Amoxiclav J01CR02 1.77 0.29
Cotrimoxazole J01EE01 2.27 0.38
Doxycycline J01AA02 55.39 9.16
Erytromycin J01FA01 5.86 0.97
Ethambutol J04AK02 5.42 0.90
Gentamycin J01GB03 0.51 0.08
Isoniazid (INH) J04AC01 25.03 4.14
Ketoconazole J02AB02 88.70 14.68
Levofloxacin J01MA12 96.66 15.99
Pyrazinamide J04AK01 7.51 1.24
Rifampisin J04AB02 15.43 2.55
Total 604.42 100
Pada bulan Juli, antibiotik yang paling banyak digunakan oleh pasien rawat jalan
adalah Cefixime dengan nilai DDD / 100 patient-days 143.69 dan persentase
Cefixime terhadap total nilai DDD pada bulan Juli yakni 23.77%. Nilai DDD yang
tinggi menerangkan bahwa penggunaan antibiotik Cefixime di RS TNI AL Dr.
Mintohardjo kurang selektif dibandingkan dengan antibiotik lainnya (12).
Persentase DDD Antibiotik Bulan Juli
(Rawat Jalan)
Acyclovir
Amoxicillin
Azithromycin
Cefadroxil
1% 0%
Cefixime
3% 4% 3% Cefoperazone
16% 5%
Ceftriaxone
Chloramphenicol
24% Ciprofloxacin
15% Clindamycin
Co-Amoxiclav
4% Cotrimoxazole
9% Doxycycline
9% 4% Erytromycin
0% Ethambutol
0%
1% 0% Gentamycin
0%
Isoniazid (INH)
1% 0% 0%
Ketoconazole
Levofloxacin
Pyrazinamide
Rifampisin
2. Agustus 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 0.30 0.17
Amoxicillin J01CA04 8.97 5.17
Azithromycin J01FA10 7.54 4.34
Cefadroxil J01DB05 8.51 4.90
Cefixime J01DD08 38.89 22.41
Ciprofloxacin J01MA02 12.80 7.37
Clindamycin J01FF01 13.05 7.52
Co-Amoxiclav J01CR02 1.50 0.86
Cotrimoxazole J01EE01 0.03 0.02
Doxycycline J01AA02 22.64 13.04
Erytromycin J01FA01 0.67 0.39
Ethambutol J04AK02 1.36 0.78
Gentamycin J01GB03 0.17 0.10
Isoniazid (INH) J04AC01 7.05 4.06
Ketoconazole J02AB02 12.45 7.17
Levofloxacin J01MA12 32.00 18.44
Pyrazinamide J04AK01 1.09 0.63
Rifampisin J04AB02 4.55 2.62
Total 173.57 100
Seperti pada bulan Juli, pada bulan Agustus antibiotik yang paling banyak digunakan
oleh pasien rawat jalan adalah Cefixime dengan nilai DDD / 100 patient-days 38.89
dan persentase Cefixime terhadap total nilai DDD pada bulan Agustus yakni 22.41%.
Nilai DDD yang tinggi menerangkan bahwa penggunaan antibiotik Cefixime di RS
TNI AL Dr. Mintohardjo kurang selektif dibandingkan dengan antibiotik lainnya (12).
Persentase DDD Antibiotik Bulan Agustus
(Rawat Jalan)
Acyclovir
Amoxicillin
Azithromycin
1% 0% Cefadroxil
3% 5% Cefixime
4%
18% 5% Ciprofloxacin
Clindamycin
7% Co-Amoxiclav
22%
Cotrimoxazole
4%
Doxycycline
13% 7% Erytromycin
0% 8% Ethambutol
1%
0% Gentamycin
Isoniazid (INH)
0% 1%
Ketoconazole
Levofloxacin
Pyrazinamide
Rifampisin
3. September 2019
Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD / 100 patient-days Persentase
Acyclovir J05AB01 2.06 0.24
Amoxicillin J01CA04 33.49 3.93
Azithromycin J01FA10 19.17 2.25
Cefadroxil J01DB05 33.97 3.98
Cefixime J01DD08 60.18 7.05
Ciprofloxacin J01MA02 72.12 8.45
Clindamycin J01FF01 42.88 5.03
Co-Amoxiclav J01CR02 7.37 0.86
Doxycycline J01AA02 123.89 14.52
Erytromycin J01FA01 11.14 1.31
Ethambutol J04AK02 37.27 4.37
Gentamycin J01GB03 1.02 0.12
Isoniazid (INH) J04AC01 52.21 6.12
Ketoconazole J02AB02 127.73 14.97
Levofloxacin J01MA12 195.72 22.94
Pyrazinamide J04AK01 8.85 1.04
Rifampisin J04AB02 24.07 2.82
Total 853.14 100
Pada bulan September, antibiotik yang paling banyak digunakan oleh pasien rawat
jalan adalah Levofloxacin dengan nilai DDD / 100 patient-days 195.72 dan persentase
Levofloxacin terhadap total nilai DDD pada bulan September yakni 22.94%. Nilai
DDD yang tinggi menerangkan bahwa penggunaan antibiotik Levofloxacin di RS TNI
AL Dr. Mintohardjo kurang selektif dibandingkan dengan antibiotik lainnya (12).
Persentase DDD Antibiotik Bulan September
(Rawat Jalan)
Acyclovir
Amoxicillin
1% 0% 2% Azithromycin
3% 4% Cefadroxil
4%
23% 7% Cefixime
Ciprofloxacin
8%
Clindamycin
5% Co-Amoxiclav
Doxycycline
15%
Erytromycin
15%
6% Ethambutol
4% 1%
Gentamycin
Isoniazid (INH)
Ketoconazole
0% 1%
Levofloxacin
Pyrazinamide
Rifampisin
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Rawat Inap
a. Pada bulan Juli antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Ceftriaxone dengan
nilai DDD/100 patient-days = 51.26 (31.02%).
b. Pada bulan Agustus antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Ceftriaxone
dengan nilai DDD/100 patient-days = 43.94 (31.88%).
c. Pada bulan September antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Ceftriaxone
dengan nilai DDD/100 patient-days = 86.81 (41.78%).
d. Pada bulan Oktober antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Cefixime
dengan nilai DDD/100 patient-days = 150.19 (37.77%).
2. Rawat Jalan
a. Pada bulan Juli antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Cefixime dengan
nilai DDD/100 patient-days = 143.69 (23.77%).
b. Pada bulan Agustus antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Cefixime
dengan nilai DDD/100 patient-days = 38.89 (22.41%).
c. Pada bulan September antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu
Levofloxacin dengan nilai DDD/100 patient-days = 195.72 (22.94%).
B. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan metode kuantitatif yang lain, seperti PDD
(Prescribed Daily Dose) dan DU (Drug Utilization) 90%.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kerasionalan peresepan antibiotika di
rumah sakit tersebut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas penggunaan
antibiotika.
DAFTAR PUSTAKA