Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah diberikan pijat

perineum

Tabel 4.1. Rerata laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah


diberikan pijat perineum pada ibu bersalin normal di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.

laserasi perineum N Mean Std. Min Max


deviation
Pijat perineum 16 0.187 0.403 0 1

Berdasarkan tabel 4.1. maka dapat diketahui bahwa derajat

laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah diberikan pijat perineum

mempunyai rata-rata/mean 0.187, std.deviasi 0.403 dan derajat laserasi

perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

2. Laserasi perineum kelompok kontrol sesudah diberikan gerakan

prenatal yoga

Tabel 4.2. Rerata laserasi perineum kelompok kontrol sesudah


diberikan gerakan prenatal yoga pada ibu bersalin normal di
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.

Std.
Laserasi perineum N Mean Min Max
deviation
prenatal yoga 16 0.75 0.447 0 1

Berdasarkan tabel 4.2. maka dapat diketahui bahwa laserasi

perineum kelompok kontrol sesudah diberikan gerakan prenatal yoga


mempunyai rata-rata/mean 0.75, std.deviasi 0.447 dan derajat laserasi

perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

3. Efektivitas pijat perineum terhadap laserasi perineum pada ibu

bersalin normal di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas untuk menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam

analisa bivariat. Hasil uji normalitas laserasi perineum yang diberikan pijat

perineum dan prenatal yoga didapatkan nilai p value 0,000 < 0,05

sehingga data disimpulkan terdistribusi tidak normal sehingga

menggunakan uji korelasi Mann-Whitney Test dengan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.3. Analisa statistik efektivitas pijat perineum terhadap laserasi


perineum pada ibu bersalin normal di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.

Mean Rank p_value


Pijat perineum 12.00
0,002
Prenatal yoga 21.00

Berdasarkan analisa bivariat dengan menggunakan uji korelasi

Mann-Whitney Test maka didapatkan p value sebesar 0,002 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada Perbedaan Efektivitas pijat perineum terhadap

laserasi perineum pada ibu bersalin normal di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Semarang, didapatkan nila mean rank pijat perineum 12.00

dan prenatal yoga 21.00, nilai mean rank pijat perineum lebih rendah

dibandingkan dengan prenatal yoga , dapat disimpulkan bahwa laserasi


perineum yang diberikan pijat perineum lebih efektif dibandingkan dengan

prenatal yoga.

B. Hasil Penelitian

1. Laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah diberikan pijat

perineum

Berdasarkan tabel 4.1. maka dapat diketahui bahwa derajat

laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah diberikan pijat perineum

mempunyai rata-rata/mean 0.187, std.deviasi 0.403 dan derajat laserasi

perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

Pijat perineum merupakan teknik memijat pada daerah

perineum pada masa kehamilan atau beberapa minggu menjelang

persalinan guna meningkatkan perubahan hormonal yang melembutkan

jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih elastis dan lebih

mudah meregang. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah

robekan perineum maupun episiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu

kali sehari selama beberapa minggu terakhir kehamilan di daerah

perineum atau antara vagina dan anus (Aprillia, 2010). Masase

perineum digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

aliran darah, elastisitas dan relaksasi otot-otot dasar panggul, jika

dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai minggu ke-34) sebelum

persalinan juga akan membantu mengenali dan membiasakan diri


dengan jaringan yang akan dibuat rileks pada bagian yang akan dilalui

bayi (Mongan, 2007).

Penelitian Yustika Rani, hasil penelitian menunjukkan bahwa

kejadian ruptur perineum 90% mengalami laserasi derajat II dan 70%

mengalami laserasi derajat I.(13) Didukung penelitian Rochmayanti,S.N

hasil penelitian didapatkan 85,7% mengalami laserasi perineum dan 14%

tidak mengalami laserasi perineum.(14)

2. Laserasi perineum kelompok kontrol sesudah diberikan gerakan

prenatal yoga

Berdasarkan tabel 4.2. maka dapat diketahui bahwa volume

laserasi perineum kelompok kontrol sesudah diberikan gerakan prenatal

yoga mempunyai rata-rata/mean 0.75, std.deviasi 0.447 dan derajat

laserasi perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

Laserasi perineum selama persalinan adalah penyebab

perdarahan masa nifas terbanyak nomor dua. Pada beberapa kasus

laserasi perineum ini menjadi lebih berat, vagina mengalami laserasi

dan perineum sering robek terutama pada primigravida, laserasi dapat

terjadi secara spontan selama persalinan pervaginam (Oxorn, 2010).

Jaringan lunak dan struktur disekitar perineum akan mengalami

kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih nyata pada

wanita primipara karena jaringan pada primipara lebih padat dan

lebih mudah robek dari pada wanita multipara (Bobak, 2005).


Prenatal yoga adalah jenis yoga yang didesain khusus untuk ibu

hamil untuk mempersiapkan proses persalinan yang nyaman. Prenatal

yoga fokus melatih pernapasan, latihan untuk area pinggul, dan pose-pose

restorasi yang bermanfaat untuk mengembalikan energi di kala merasa

lelah akibat perubahan hormonal dalam tubuh.(24) Pada dasarnya,prenatal

yoga merupakan modifikasi dari yoga klasik yang disesuaikan dengan

kondisi wanita hamil yang dilakukan dengan intensitas yang lebih lembut

dan perlahan.(25) Berlatih prenatal yoga secara sistematis akan melatih

otot-otot tubuh, membuatnya lebih kuat dan elastis. Otot yang kaku tidak

akan membantu proses persalinan, sebaliknya otot yang rileks akan

membantu saat melahirkan, membuatnya lebih mudah untuk melemas,

terbuka, dan memberi ruang untuk jalan sang buah hati ke dunia.(25)

Sedangkan dalam penelitian Putri (2013), angka kejadian

robekan perineum saat persalinan mencapai 90% pada ibu yang tidak

melakukan senam hamil. Menururt penelitian Widyawati & Syahrul

(2013), ibu yang melakukan senam hamil mengalami persalinan lebih

cepat 1,80 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak senam (Widyawati

& Syahrul, 2013). Sedangkan dalam penelitian Maharana et al(2013),

intervensi senam hamil yoga 1 jam perhari dari usia kehamilan 19-20

minggu didapatkan hasil lama persalinan kala I, lebih singkat dari pada

kelompok kontrol. Selain itu menurut penelitian Almasyhur (2010), ada

pengaruh senam hamil yoga terhadap kekuatan otot dasar panggul


wanita primigravida postpartum pervaginam sebesar 1,75 mmHg pada

kondisi tanpa kontraksi dan 1,5 mmHg pada kondisi kontraksi.

3. Efektivitas pijat perineum terhadap laserasi perineum pada ibu

bersalin normal di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

Berdasarkan analisa bivariat dengan menggunakan uji korelasi

Mann-Whitney Test maka didapatkan p value sebesar 0,002 < 0,05 maka

dapat disimpulkan ada Perbedaan Efektivitas pijat perineum terhadap

laserasi perineum pada ibu bersalin normal di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro Semarang, didapatkan nila mean rank pijat perineum 12.00

dan prenatal yoga 21.00, nilai mean rank pijat perineum lebih rendah

dibandingkan dengan prenatal yoga , dapat disimpulkan bahwa laserasi

perineum yang diberikan pijat perineum lebih efektif dibandingkan dengan

prenatal yoga.

Elastisitas perineum yang tidak adekuat merupakan faktor

maternal yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya laserasi

perineum maupun tindakan episiotomi (Cunningham, 2013). Ketika

semua otot-otot tersebut menjadi elastis, maka ibu tidak perlu

meneran terlalu keras cukup pelan-pelan saja bahkan bila prosesnya

lancar laserasi pada perineum tidak terjadi dan vagina tidak perlu

dijahit (Indivara, 2009). Chomaria (2014) juga mengatakan bahwa

resiko episiotomi dapat dikurangi dengan cara melatih elastisitas

perineum selama kehamilan, sehingga tenaga medis yang membantu ibu

ketika melahirkan bayinya tidak perlu melakukan episiotomi.


Penelitian tentang masase perineum pernah dilakukan oleh

Savitri, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh Pemijatan Perineum pada

Primigravida terhadap Kejadian Laserasi Perineum saat Persalinan di

Bidan Praktek Mandiri di Kota Bengkulu Tahun 2014” dengan 28

sampel ibu primigravida usia kehamilan 36 minggu yang terdiri dari 14

orang kelompok intervensi dan 14 orang kelompok kontrol. Data

dianalisis dengan uji Chi Square. Kejadian laserasi perineum pada

kelompok intervensi setelah dilakukan pemijitan perineum hanya

21,4% sementara pada kelompok kontrol 71,4%. Hasil penelitian

membuktikan bahwa ada pengaruh pemijatan perineum pada

primigravida terhadap kejadian laserasi perineum dengan nilai (p <

0,05).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Laserasi perineum kelompok perlakuan sesudah diberikan pijat perineum

mempunyai rata-rata/mean 0.187, std.deviasi 0.403 dan derajat laserasi

perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

2. Laserasi perineum kelompok kontrol sesudah diberikan gerakan prenatal

yoga mempunyai rata-rata/mean 0.75, std.deviasi 0.447 dan derajat

laserasi perineum terendah 0 dan tertinggi 1.

3. Ada Perbedaan Efektivitas pijat perineum terhadap laserasi perineum pada

ibu bersalin normal di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang,

B. Saran

1. Bagi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

Bagi instansi hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

upaya pencegahan untuk menurunkan derajat laserasi perineum.

2. Bagi Responden

Ibu hamil hendaknya menggunakan masase perineum sebagai terapi

untuk melenturkan daerah perineum sehingga terhindar dari tindakan

episiotomi, agar proses persalinan berjalan dengan lancar dan nyaman.


3. Bagi Lembaga Pendidikan

hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan STIKES

Karya Husada guna menunjang penelitian yang akan datang.

4. Bagi Peneliti

Hal-hal yang sebelumnya menjadi keterbatasan penelitian ini perlu

diteliti lebih lanjut, seperti faktor- faktor yang mempengaruhi seperti,

budaya, pengalaman nyeri, gaya koping, keletihan, makna nyeri,

dukungan keluarga dan social.

Anda mungkin juga menyukai