Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep
sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Jika sampah dibiarkan begitu saja maka
akan berakibat buruk untuk lingkungan maupun kesehatan manusia.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
daur ulang, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan
keterampilan khusus untuk masing-masing jenis zat.
Dalam pengelolaan sampah harus dibedakan berdasarkan jenis-jenis
sampah. Secara umum sampah dibedakan menjadi 2 yaitu sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa
makhluk hidup yang terdapat di alam, seperti: tumbuhan dan hewan, serta
berbagai macam hasil olahannya yang kemudian dibuang dan dapat terurai
secara alami oleh bakteri tanpa perlu tambahan bahan kimia apapun dalam
penguraiannya. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah atau limbah yang
dihasilkan dari berbagai macam proses, di mana jenis sampah ini tidak akan
bisa terurai oleh bakteri secara alami dan pada umumnya akan memerlukan
waktu yang sangat lama dalam penguraiannya. Contoh sampah anorganik
yaitu plastik, kaca, kaleng, besi, dan lainnya. Sampah anorganik merupakan
salah masalah terbesar yang ditemukan di dalam kehidupan manusia dimana
sampah ini telah begitu berdampak buruk pada kehidupan manusia. Oleh

1
karena itu pengelolaan sampah organik maupun organik pada setiap bangunan
harus dikelola dengan baik.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan system sampah?
b. Bagaimana sistem sampah yang ada pada rumah IAN SOSO ?
c. Apa saja komponen sistem sampah yang ada pada rumah IAN SOSO. Seminyak,
Kuta ?

1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sistem sampah
pada rumah IAN SOSO. Seminyak, Kuta.
b. Untuk mengetahui bagaimana sistem sampah pada objek observasi bangunan
dua lantai IAN SOSO. Seminyak, Kuta.
d. Untuk mengetahui komponen sistem sampah apa saja yang terdapat pada
rumah IAN SOSO. Seminyak, Kuta ? yang merupakan bangunan bertingkat.

1.4 MANFAAT

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:


1. Mahasiswa arsitektur dan arsitek, akan memperoleh pengetahuan yang
cukup mengenai sistem utilitas dan Mengerti cara merencanakan sistem
sampah dan plambing dalam suatu bangunan khususnya pada bangunan
bertingkat.
2. Masyarakat umum/klien, yaitu memperoleh wawasan tambahan mengenai
sistem sampah dan plambing, jenis sistem sampah dan plambing yang ada,
serta bagaimana sistem sampah dan plambing tersebut bekerja pada rumah
tinggal masing-masing.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. SISTEM SAMPAH


2.1.1 PENGERTIAN SISTEM SAMPAH
"Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.

Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :

1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah


dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa
makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum


adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup
besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti
pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa
makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-
kaleng serta sampah lainnya.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian


kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak

3
akan pernah lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di
tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar.

Jenis-jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah
rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,
sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua)


yaitu sebagai berikut :

1. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas,
karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu,
pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti
sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non


hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh
alam/ mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis
ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik,
dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau


limbah yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair
yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu
bungkus snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu
karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
4
Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak tidak
dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang
dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( refuse)
karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi
bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya.

Berdasarkan bentuknya :

1. Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,


urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.

2. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

 Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.

 Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

3. .Sampah gas

Sampah gas adalah sampah sisa dari metabolisme tubuh manusia atau gas
alam yang tidak dapat di gunakan lagi bagi keperluan manusia. Contoh

 karbondioksida(CO2)

 karbon monoksida (CO)

 HCl

 NO2

5
2.1.2 DAMPAK SAMPAH

a. Dampak terhadap kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah


yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme
dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat
menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut :

 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.

 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu


contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia).
Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak
melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

b. Dampak terhadap lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

6
 Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati kerumah sakit).

 Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.

2.2 SISTEM PLAMBING

2.2.1 PENGERTIAN PLAMBING

Plambing adalah kosa kata dari Bahasa Inggris, dan orang Indonesia biasa
menyebutnya sebagai Plambing. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah : Pipa ledeng atau jenis pekerjaan penyambungan dan pemasangan pipa
air ledeng. Jadi plambing adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan, pemeliharaan, perawatan instalasi air, baik di perumahan maupun di
gedung.

7
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN OBJEK

3.1 METODE PENDATAAN

- Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teori sebagai
pembanding data observasi yang diperoleh. Studi pustaka tersebut dapat diperoleh
dari literatur, catatan kuliah serta artikel-artikel yang berhubungan dengan
penelitian.
- Metode Obeservasi
metode observasi ini melibatkan pengumpulan data baik secara langsung di lokasi
serta observasi secara tidak langsung melalui denah gambar kerja.

3.2 METODE PEMBAHASAN

Metode Pembahasan merupakan metode yang digunakan untuk


melakukan analisis terhadap sistem dan komponen sistem yang diamati. Ini
dilakukan dengan cara membandingkan sistem yang telah ada pada obyek
observasi dengan prinsip–prinsip dan teori–teori dasar dalam merancang
sebuah utilitas bangunan. Analisis dilakukan berdasarkan prinsip–prinsip dan
teori-teori yang telah dipahami dari hasil pembelajaran mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa metode
analisis ini juga menggunakan pengamatan obyek secara langsung. Dengan
adanya pengamatan secara langsung maka penulis dapat merasakan aspek–
aspek kenyamanan, keamanan, dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan serta
menentukan seberapa berhasilnya sebuah sistem utilitas bekerja pada suatu
bangunan.

3.3 ANALISA OBJEK BANGUNAN


3.3.1 FUNGSI OBJEK

Dengan mempertimbangkan kelengkapan sistem utilitas yang ada dalam


suatu fungsi bangunan, kami memilih sebuah bangunan dengan fungsi rumah
sebagai objek observasi kami.
8
Rumah yang kami observasi dengan luas total 210M² ini memiliki 2 lantai
yang dihubungkan dengan tangga. Rumah merupakan tempat tinggal permanen
sebuah keluarga. Dalam rumah tinggal tersebut terdapat berbagai aktivitas di
dalamnya seperti mandi, tidur, berkumpul, makan dan lain-lain. Dalam melakukan
aktivitas tersebut tentu saja dibutuhkan suatu fasilitas untuk mengakomodasi
aktivitas tersebut, oleh karena itu didalam suatu bangunan harus ada suatu
pengadaan sistem utilitas.

3.3.2. KAPASITAS OBJEK

Objek rumah tinggal yang kami observasi memiliki kapasitas 5 orang,


dimana terdapat 5 kamar tidur yang terdiri dari satu kamar tidur utama dengan
kasur king size dan satu kamar tidur dengan kasur queen size yang keduanya
memungkinkan ditempati 2 orang tiap tempat tidur. Dalam rumah tersebut
memiliki 1 kamar tudur utama, 2 kamar tidur anak, kamar tidur pembantu, dan
kamar tidur tamu.

3.4 LOKASI & IDENTITAS OBJEK BANGUNAN


Nama pemilik : Ian soso
Tahun : 2016
Alamat : Jl. Raya Seminyak Gg. Keraton, Seminyak, Kuta, Kabupaten
Badung, Bali 80361

Batas bangunan :

Batas Utara : Bangunan Tetangga

Batas Selatan : Bangunan Tetangga

Batas Barat : Gg. Keraton

Batas Timur : Site kosong

Jam operasional : 24 jam


Nama Arsitek : Putu Payana
Fungsi bangunan : Rumah Tinggal

9
Kapasistas : kapasistas 5 orang
Luas bangunan : lantai 1 ± 210 m2
lantai 1 ± 97.5 m2

Objek yang diamati adalah sebuah bangunan rumah tinggal dua lantai yang
mengusung tema bangunan bergaya minimalis,yang berlokasi diJl. Raya Seminyak
Gg. Keraton, Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361

Gambar 3.1. Peta Pulau Bali


Sumber : google.maps.com

10
Gambar 3.2. Peta Lokasi
Sumber: google.maps.com

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 SISTEM SAMPAH


4.1.1 DENAH

Gambar 4.1. denah lantai 1


(Sumber: Arsip OG Architects)

12
Pada lantai 1, tempat penampungan sampah berada pada tiap masing-masing
ruang yang dimana civitasnya menghasilkan sampah, seperti contohnya adalah dapur,
kamar tidur, dan ruang keluarga.

Keterangan:
Gambar 4.2. Denah Lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects) = Lokasi tempat sampah
sementara 1

= Lokasi tempat sampah


sementara 2
13
= Lokasi tempat sampah
akhir
Lantai lantai 2, penempatan tempat sampah terletak pada
kamar tidur.

4.1.2. SISTEM PENGUMPULAN SAMPAH


a. Pada tahap 1, sampah dikumpulkan secara individu pada tempat
sampah sementara yang menampung sampah dari sumbernya yang
merupakan sisa dari aktivitas yang dihasilkan oleh civitas. Pada tahap
ini sampah pada objek observasi berupa sampah organik dan anorganik
yang tidak berbahaya sehingga tidak memerlukan tempat khusus.
Penempatan tempat sampah tahap 1 adalah pada masing-masing kamar
tidur, dapur dan ruang keluarga
b. Pada tahap 2 sampah individu dari masing- masing sumber kemudian
dikumpulkan menjadi satu tempat di pojok halaman rumah.
c. Pada tahap 3, sampah individu dari masing-masing sumber yang telah
dikumpulkan di tempat sampah pojok halaman rumah dibawa ke depan
rumah menjadi satu pada tempat sampah komunal yang terletak di
bagian depan rumah untuk siap diangkut menuju TPA. Komposisi
sampah pada objek observasi kira-kira 70% sampah anorganik dan
30% sampah organik.
d. Pada tahap 4 merupakan tahap terakhir, sampah dibawa ke TPA dan
merupakan akhir dari sistem sampah pada objek observasi.

4.1.3. SISTEM ALUR PEMBUANGAN SAMPAH

TAHAP 1 TAHAP 2

Pengumpulan Pengumpulan
Sampah individu Sampah sementara 2

TAHAP 3 TAHAP 4

Pengumpulan Pembuangan ke TPA


Sampah akhir

14
Gambar 4.3 Alur tahapan sampah.

4.1.4. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH


a. Pengolahan Kembali Secara Fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal
(kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah
tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum,
kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas
karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP,
dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai
dan dikelompokan menurut jenis bahannya

Gambar 4.4. Pengolahan sampah fisik


Sumber: google.com
b. Pengolahan Biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau
kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau
dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa
digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.

15
Gambar 4.5. Pengkomposan Sampah
Sumber: google.com

Pada objek obsservasi belum terdapat adanya pengolahan sampah baik fisik
ataupun biologis, Sampah individu langsung dikumpulkan pada sampah komunal
untuk kemudian di bawa ke tahap 3. Jika dilihat dari komposisi sampah sebaiknya
sampah organik dapat diolah sebelum semuanya di bawa ke TPA, namun hal itu
tidak dilakukan pada objek observsi.

4.1.5 KOMPONEN SAMPAH

a. Tempat sampah individu

Merupakan tempat pengumpulah sampah pada tiap ruang yang merupakan


tempat pengumpulan sampah yang langsung berasal dari sumbernya sehingga
tempat sampah ini berada pada tahap 1. Kapasitas tempat sampah ini
merupakan yang paling kecil dari yang lainnya karena hanya untuk tiap
ruangan, kapasitasnya adalah 10-30 liter.

Gambar 4.6. tempat sampah individu

16
Sumber : dokumen pribadi
b. Tempat sampah yg berada di pojok halaman rumah adalah tempat sampah
penampungan sampah dari masing-masing individu. Seperti ruang keluarga,
dapur, kamar tidur.

Gambar 4.6. tempat sampah halaman rumah


Sumber : dokumen pribadi

c. Penampungan sampah depan rumah merupakan tempat sampah yang


mengumpulkan sampah dari tempat sampah yang berada di pojok halaman
rumah sehingga dapat menjadi satu dan siap dibawa ke tahap selanjutnya.
Kapasitas tempat sampah ini lebih besar dari tempat sampah individu.

Gambar 4.6. penampungan sampah depan rumah


Sumber : dokumen pribadi
17
d. Tempat pembuangan akhir
Merupakan akhir dari sistem sampah pada objek observasi. Disini terjadi
pengolahan sampah dengan cara penimbunan dan terjadi pembusukan secara
alami sehingga sampah diurai oleh mikroba.

Gambar 4.7. Tempat pembuangan akhir


Sumber: google.com

18
4.2 SISTEM PELAMBING

4.2.1 PRINSIP DASAR PLAMBING

Prinsip dasar plambing termasuk masalah kualitas air, dan masalah


pencemaran terhadap lingkungan. Peraturan yang berlaku di Indonesia adalah sesuai
dengan standar SNI No. 01-0220-1987 yang membahas tentang air minum yang boleh
dialirkan melalui peralatan plambing.

Dari survey pada tahun 1978 di Jepang (noerbambang momimura, 1991),


menunjukan bahwa kegagalan sistem plumbing terjadi pada tahap perencanaan atau
desain serta tahap pelaksanaan dan pemasangannya. Dalam gambaran persentase :

 37 % karena kurang cermat dalam perancangan.


 34 % dari kurang baiknya pemasangan.
 Dan 29 % dari masalah dari mesin dan sitem pipa.

Oleh karena itu sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari bangunan gedung, dan perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri.
Dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas maupun
penyaluran air bekas pakai dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak
mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya.

4.2.2 JENIS-JENIS SISTEM PLAMBING

A. AIR BERSIH

Pada sistem air bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi
dengan debit, tekanan dan kuantitas yang cukup dengan kualitas air sesuai
standar/higienis. Oleh karena itu perencanaan penyediaan air bersih harus dapat
memenuhi jumlah yang cukup, higienis, teknis yang optimal dan ekonomis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak. Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih suatu bangunan, kebutuhan
19
air bersih tergantung dari fungsi kegunaan bangunan, jumlah peralatan saniter dan
jumlah penghuninya.

a) Sumber Air Bersih


Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah. Sumber air bersih pada bangunan
dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :
1) Sumber air PDAM
Sumber air yang didapat dari PDAM sudah melewati tahapan secara klinis untuk
memenuhi standart kebutuhan air bersih. Sumber air PDAM juga bersifat kontinu atau dapat
menyuplai kebutuhan air bersih selama 24 jam. Sumber air ini dapat langsung ditampung
pada tangki air bawah (Ground Water Tank) yang lalu dipompakan ke tangki air atas (roof
tank).
2) Sumber air Deep Wheel
Sumber air bersih yang didapat dari deep well tidak kontinu seperti sumber air bersih
dari PDAM. Sumber air yang didapat dari pengeboran harus dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu untuk memastikan telah memenuhi syarat air 6 bersih. Jika belum memenuhi
persyaratan, maka air harus diolah terlebih dahulu sebelum ditampung pada tangki air bawah
(Ground Water Tank). Jika air dari deep wheel telah memenuhi persyaratan dapat langsung
dialirkan untuk dapat ditampung pada tangki air bawah.

b) Syarat Air Bersih


Kriteria air bersih meliputi tiga aspek yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Disamping itu pula harus memenuhi persyaratan tekanan air.
a. Syarat Kualitas

Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air
yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.

b. Syarat Kuantitas

Air bersih yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke dalam sistem plambing
harus memenuhi syarat dari aspek kuantitas, yaitu kapasitas air bersih harus
mencukupi untuk berbagai kebutuhan bangunan tersebut. Untuk menghitung besarnya

20
kebutuhan air bersih dalam bangunan didasarkan pada pendekatan jumlah penghuni
bangunan dan jumlah unit beban alat plambing.
c. Syarat Kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya


dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Artinya,
kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil
terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan.

d. Syarat Tekanan

Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam


pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena
pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam
suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan 7 pemakaian atau
alat yang harus dilayani. Tekanan air yang berada pada sistem plambing (pada pipa)
tekanannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu, untuk
perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter kolom air (mka) sampai 3,5
kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka). Tekanan tersebut tergantung dari peraturan
setempat.

21
c. Layout Air Bersih

Gambar 3.1 Layout air bersih lantai 1


(Sumber: Arsip OG Architects)

Gambar 3.2 Layout air bersih lantai 2


22
(Sumber: Arsip OG Architects)

Gambar 3.3 Keterangan dari layout air bersih lantai 1 & lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects)

Pada bangunan ini, air bersih diperoleh langsung dari sumber dan didistribusikan
menggunakan pipa PPR (Polypropylene Random) yaitu pipa yang memiliki
karakteristik unik karena dapat tahan dari suhu tinggi, suhu rendah, dan tegangan
tinggi. maka dari itu pipa ini digunakan untuk menyalurkan air dingin dan air panas
pada bangunan ini, seperti kamar mandi pada lantai 1 dan lantai 2, dapur, kolam
renang, dan setiap keran di luar bangunan. Ukuran dari pipa yang digunakan mulai
dari berdiameter 20mm hingga 63mm. Disamping pipa-pipa tersebut pada sistem air
bersih ini menggunakan katup/gate valve dengan merk kitz yang berfungsi sebagai
membuka dan menutup aliran air guna mengatur debit air pada sistem plambing air
bersih ini.

Gambar 3.4 Gate valve dan pengontrol debit air


23
(sumber : dokumentasi pribadi)

Untuk air dingin menggunakan pipa PPR.PN-20 yang memiliki pressure


nominal 20 dimana pada pipa memiliki ciri strip merah dan cocok untuk pemasangan
air panas sedangkan untuk air dingin menggunakan pipa PPR.PN-10 yang memiliki
pressure nominal 10, pada pipanya terdapat strip berwarna biru cocok untuk
pemasangan air dingin

Gambar 3.5 Pipa PPR untuk air panas dan air dingin

(Sumber: https://www.rucika.co.id/)

d. Kapasitas Kebutuhan Air Bersih.

Kapasitas = Pemakaian × Jumlah Pemakai

Sesuai dengan standar yang tercantum pada tabel dibawah


kebutuhan air/penghuni untuk sebuah bangunan rumah mewah
adalah 250 liter/penghuni/hari. Maka dapat dihitung kebutuhan air
untuk semua penghuni rumah mewah sebagai berikut:

Kapasitas tangki = 250 liter/penghuni/hari x 5 orang =


1250 liter/hari

jadi untuk sebuah rumah mewah dengan jumlah penghuni 5


orang, dapat menggunakan tangki tipe TB-160 dengan kapasitas
1.550liter.

24
Gambar 3.6 Tabel standar kapasitas persediaan air bersih sesuai tipologi
Bangunan

B. AIR PANAS
1) Dasar-Dasar Sistem Penyediaan Air Panas
Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan
menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari
alat pemanas ataupun melalui sistem perpipaan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000)

2) Instalasi Penyediaan Air Panas

Dalam memenuhi kebutuhan akan air panas, ada dua jenis instalasi yang dapat di
gunakan yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):

25
1. Instalasi lokal
Pada jenis ini suatu pemanas air dipasang di tempat atau berdekatan dengan alat
plambing yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik
ataupun uap sebagai sumber kalor.

2. Instalasi sentral
Jenis ini yaitu air panas yang dihasilkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian
dengan pipa distribusi dialirkan keseluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air
panas.

3) Temperatur Air Panas

Air panas dalam alat plambing digunakan untuk mencuci muka dan tangan,
mandi, mencuci pakaian, alat-alat dapur dan sebagainya. Temperatur air yang
digunakan untuk berbagai keperluan tersebut berbeda-beda. Standar temperatur air
panas menurut jenis pemakaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

Gambar 3.7 Tabel Standar Temperatur Air Panas Menurut Jenis Pemakaiannya
No Jenis Pemakaiannya Temperatur (◦C)
1 Minum 50-55
2 Mandi: - dewasa 42-45
- anak-anak 40-42
3 Pancuran mandi 40-43
4 Cuci muka dan cuci tangan 40-42
5 Cuci tangan untuk keperluan pengobatan 43
6 Bercukur 46-52
7 Dapur:
* Macam-macam keperluan 45
* Untuk mesin cuci:
- proses pencucian 45-60
- proses pembilasan 70-80
8 Cuci pakaian:
* Macam-macam pakaian 60

26
1
* Bahan sutra dan wol 33-49
* Bahan linen dan katun 49-60
9 Kolam renang 21-27
10 Cuci mobil (di bengkel) 24-30
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000

4) Sistem Pipa

Sistem penyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi


berdasarkan sistem pipa, cara pengaliran dan cara sirkulasinya.

Menurut sistem pipanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000):

1. Sistem aliran ke atas (up feed)

Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari
suatu pipa utama yang di pasang pada lantai terbawah gedung.

2. Sistem aliran ke bawah (down feed)

Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari
suatu pipa utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.

Menurut cara penyediaannya dibagi lagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000):
3. Sistem pipa tunggal

Pipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau
pemanas tanpa pipa balik.

4. Sistem sirkulasi atau dua pipa

Pipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas
dan kemudian air akan dibalikkan kembali ke tangki penyimpanan dengan pipa balik
apabila tidak ada pemakaian air panas pada alat plambing.

Berikut merupakan denah instalasi air panas dan dingin.

26
2
Gambar 3.8 instalasi air panas dan dingin
(Sumber: Arsip OG Architects)

Pada bangunan ini, penghuni menggunakan 1 buah storage water heater dan
elektrik water heater yang diletakkan di area lantai 1. Maka dari itu, sistem air panas
ini menggunakan sistem pipa up feed yaitu aliran air panas dialirkan dari lantai hingga
lantai 2. Tangki water heater yang digunakan yaitu memiliki kapasitas 30 liter dan
200 liter. Untuk yang 200 liter memiliki power 2.6kW.

26
3
Gambar 3.9 water heater dan shower
(sumber : dokumentasi pribadi)
Pada gambar pemanas air tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa komponennya
yaitu:
1. Alat water heater
2. Kabel , berfungsi sebagai penyalur daya listrik yang bersumber dari listrik dalam rumah.
3. Safety valve ( menjaga keamanan water heater agar tabung water heater tidak meledak
karna suhu panas ).
3. Pipa air panas
4. Shower
5. ELCB tombol pengaman jika terjadi konslet pada water heater untuk mengecek tekan
tombol reset.

Setelah air hangat jadi, air tersbut lalu didistribusikan ke kran atau
shower yang merupakan tempat keluarnya air panas. Air panas yang keluar
tidak semata- mata hanya air panas saja, namun air panas dapat dicampur
lagi dengan air bersih yang suhunya masih normal/dingin. Air bersih untuk
campuran ini berasal dari cabang pipa kedua tadi. Tujuan pencampuran air
dingin dengan air panas ini bertujuan untuk pengguna agar dapat mengatur
suhu air yang diinginkan.

26
4
Gambar 4.0 letak pemanas air
(Sumber: Arsip OG Architects)
C. Air Buangan

Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-
tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.

1) Jenis air buangan

Air buangan dapat dibedakan atas (SNI 03-6481-2000):

1. Air kotor

Sistem plambing air kotor atau sistem pembuangan air limbah merupakan
sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang berasal dari peralatan saniter:
closet dan urinoir. Sistem instalasi ini kemudian diteruskan ke septictank, atau diolah
dalam bioseptictank atau instalasi IPAL, hingga akhirnya menuju saluran kota

2. Air bekas

Sistem pembuangan air bekas merupakan instalasi untuk mengalirkan air


buangan yang berasal dari peralatan saniter: wastafel, FD (floor drain) dan kitchen

26
5
zink. Instalasi air bekas pada umumnya memeiliki instalasi tersendiri yang berbeda
dengan instalasi air kotor. Pada gedung-gedung yang lebih besar, misalnya:mall,
instalasi yaang berasal dari kitchen dipisahkan dan mempunyai instalasi sendiri yang
kemudian dialirkan hingga ke greese trap. sistem air bekas juga biasanya dialirkan ke
sistem pengolahan air limbah (IPAL), atau ada juga yang langsung dialirkan ke
saluran kota, jika tidak membahayakan.

3. Air hujan

Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.

4. Air buangan khusus

Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti:
yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah
sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau
mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak.

2) Sistem Penyaluran Air Buangan

Sistem pembuangan air terdiri atas (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo


Morimura,2000):

1. Sistem pembuangan air kotor dan air bekas


Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu:
a. Sistem tercampur: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air
kotor dan air bekas kedalam satu saluran.

b. Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air


kotor dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.

2. Sistem penyaluran air hujan

Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang
terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan, maka
apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik
dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut.

Dalam sistem penyaluran air buangan, air buangan yang biasanya


mengandung bagian-bagian padat harus mampu dialirkan dengan cepat. Untuk

26
6
maksud tersebut pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang
cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang akan dialirkan. Sistem
penyaluran air hujan pada prinsipnya hanya mengalirkan debit hujan yang terjadi di
atap bangunan ke tempat yang diinginkan, seperti drainase perkotaan.

3) Perangkap Air Buangan

Tujuan utama sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari dalam gedung
keluar gedung, ke dalam instalasi pengolahan atau riol umum, tanpa menimbulkan
pencemaran pada lingkungan maupun terhadap gedung itu sendiri. Karena alat
plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air dan
dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga.
Untuk mencegah hal ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi
penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

Gambar 4.1 Perangkap air buangan

(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)

Suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat berikut (Soufyan M.Noerbambang


dan Takeo Morimura, 2000):

1. Kedalaman air penutup

Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm. Pada
kedalaman 50 mm, kolom air akan tetap dapat diperoleh penutup air sebesar 25 mm
dengan tekanan (positif maupun negatif) sebesar 25 mm. Angka 100 mm merupakan
pedoman batas maksimum, walaupun batas ini tidak mutlak. Ada beberapa alat

26
7
plambing khusus yang mempunyai kedalaman air penutup lebih dari 100 mm, tetapi
perangkapnya dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan.

2. Konstruksinya harus sedemikian rupa agar selalu bersih dan tidak menyebabkan
kotoran tertahan atau mengendap.

3. Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai penutup tetap
dapat terpenuhi;

Kriteria yang harus dipenuhi untuk syarat ini adalah:

a. Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga;

b. Mudah diketahui dan diperbaiki kalau ada kerusakan;

c. Dibuat dari bahan yang tidak berkarat.

4. Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya


karena endapan kotoran lama kelamaan akan tetap terjadi

5. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian bergerak
ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.

Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut (Soufyan


M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):

1. Dipasang pada alat plambing

- Perangkap jenis P, berbentuk menyerupai huruf P dan banyak digunakan.


Perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa Vent.
Perangkap jenis P biasanya dipasang pada kloset, lavatory, dan lain-lain.
- Perangkap jenis S, berbentuk menyerupai huruf S dan seringkali menimbulkan
kesulitan akibat efek siphon, biasanya dipasang pada lavatory.

26
8
Gambar 4.2 jenis perangkap air buangan

(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)

2. Dipasang pada pipa pembuangan

- Perangkap jenis U, berbentuk menyerupai huruf U dan dipasang pada pipa


pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuangan air hujan. Kelemahan jenis ini
adalah memberikan tambahan tahanan terhadap aliran. Perangkap jenis ini biasanya
dipasang pada peturasan, pada pipa pembuangan air hujan di dalam tanah.
- Perangkap jenis tabung, mempunyai sekat berbentuk tabung, sehingga mengandung
air lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lainnya sehingga air penutup tidak mudah
hilang, biasanya dipasang pada floor drain dan bak cuci dapur.

3. Menjadi satu dengan alat plaming

Perangkap jenis ini merupakan bagian dari alat plambing itu sendiri, misalnya pada
kloset dan beberapa jenis peturasan;

26
9
Gambar 4.3 jenis perangkap air buangan

(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)

1. Dipasang di luar gedung.

Gambar 4.4 jenis perangkap air buangan

(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)

Berikut merupakan layout dari air bekas dan air kotor pada bangunan

10
26
Gambar 4.5 layout air kotor dan air bekas lantai 1
(Sumber: Arsip OG Architects)

Gambar 4.6 layout air kotor dan air bekas lantai 1


(Sumber: Arsip OG Architects)

11
26
Gambar 4.7 Keterangan dari layout air bekas dan air kotpr lantai 1 & lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects)

12
26
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Sampah merupakan material sisa dari suatu proses. Sampah dapat menimbulkan
masalah yang serius apabila tidak ditanggulangi dengan baik yang menyebabkan
penumpukan sampah. Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi sampah
alam, manusia, konsumsi, nuklir, industry, dan pertambangan. Berdasarkan
sifatnya sampah dibagi menjadi sampah organik dan anorganik, sampah organik
biasanya di peroleh dari tumbuhan yang mati sedangkan anorganik diperoleh dari
benda benda yang tdk dapat di jadikan pupuk. Berdasarkan bentuknya sampah
dibagi menjadi sampah padat dan sampah cair. Terdapat metode untuk mengolah
sampah seperti metode pembuangan, metode daur ulang dan metode penghindaran
dan pengurangan.

5.2. SARAN
Pemilik rumah sebaiknya meningkatkan kesadarannya masing masing akan
bahayanya dampak sampah yang dihasilkan oleh manusia bagi lingkungan serta
sebaiknya pada objek observasi, pemilik rumah melakukan pengolahan sampah
sebelum dibuang ke TPA. Sampah plastik dapat dikumpulkan dan diolah kembali
menjadi barang yang berguna, sampah organik dapat dijadikan pupuk dengan cara
diolah pada lubang biopori. Jika tidak melakukan pengolahan sampah maka semakin
banyak sampah yang akan ditimbun di TPA.

13
26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Dasar – Dasar Pengelolaan Sistem Persampahan”. Diakses pada tanggal 5


September 2015. http://www.sanitasi.net/dasar-dasar-sistem-pengelolaan-
sampah.html
Phynkyawati, Theresia. 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta: Griya
Kreasi.
Tanggoro, Dwi. 2010. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press.
Poerbo, Hartono. 1992. Utilitas Bangunan. Jakarta: Djambatan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html

14
26

Anda mungkin juga menyukai