Sistem Sampah Dan Pelambing (Study
Sistem Sampah Dan Pelambing (Study
PENDAHULUAN
1
karena itu pengelolaan sampah organik maupun organik pada setiap bangunan
harus dikelola dengan baik.
1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sistem sampah
pada rumah IAN SOSO. Seminyak, Kuta.
b. Untuk mengetahui bagaimana sistem sampah pada objek observasi bangunan
dua lantai IAN SOSO. Seminyak, Kuta.
d. Untuk mengetahui komponen sistem sampah apa saja yang terdapat pada
rumah IAN SOSO. Seminyak, Kuta ? yang merupakan bangunan bertingkat.
1.4 MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
akan pernah lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di
tempat-tempat umum seperti di pasar-pasar.
Jenis-jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah
rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan,
sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
1. Sampah organic, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas,
karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu,
pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti
sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
Berdasarkan bentuknya :
1. Sampah padat
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
3. .Sampah gas
Sampah gas adalah sampah sisa dari metabolisme tubuh manusia atau gas
alam yang tidak dapat di gunakan lagi bagi keperluan manusia. Contoh
karbondioksida(CO2)
HCl
NO2
5
2.1.2 DAMPAK SAMPAH
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan
biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam
organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini
pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
6
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
(untuk mengobati kerumah sakit).
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
Plambing adalah kosa kata dari Bahasa Inggris, dan orang Indonesia biasa
menyebutnya sebagai Plambing. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
artinya adalah : Pipa ledeng atau jenis pekerjaan penyambungan dan pemasangan pipa
air ledeng. Jadi plambing adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan, pemeliharaan, perawatan instalasi air, baik di perumahan maupun di
gedung.
7
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN OBJEK
- Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teori sebagai
pembanding data observasi yang diperoleh. Studi pustaka tersebut dapat diperoleh
dari literatur, catatan kuliah serta artikel-artikel yang berhubungan dengan
penelitian.
- Metode Obeservasi
metode observasi ini melibatkan pengumpulan data baik secara langsung di lokasi
serta observasi secara tidak langsung melalui denah gambar kerja.
Batas bangunan :
9
Kapasistas : kapasistas 5 orang
Luas bangunan : lantai 1 ± 210 m2
lantai 1 ± 97.5 m2
Objek yang diamati adalah sebuah bangunan rumah tinggal dua lantai yang
mengusung tema bangunan bergaya minimalis,yang berlokasi diJl. Raya Seminyak
Gg. Keraton, Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, Bali 80361
10
Gambar 3.2. Peta Lokasi
Sumber: google.maps.com
11
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Pada lantai 1, tempat penampungan sampah berada pada tiap masing-masing
ruang yang dimana civitasnya menghasilkan sampah, seperti contohnya adalah dapur,
kamar tidur, dan ruang keluarga.
Keterangan:
Gambar 4.2. Denah Lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects) = Lokasi tempat sampah
sementara 1
TAHAP 1 TAHAP 2
Pengumpulan Pengumpulan
Sampah individu Sampah sementara 2
TAHAP 3 TAHAP 4
14
Gambar 4.3 Alur tahapan sampah.
15
Gambar 4.5. Pengkomposan Sampah
Sumber: google.com
Pada objek obsservasi belum terdapat adanya pengolahan sampah baik fisik
ataupun biologis, Sampah individu langsung dikumpulkan pada sampah komunal
untuk kemudian di bawa ke tahap 3. Jika dilihat dari komposisi sampah sebaiknya
sampah organik dapat diolah sebelum semuanya di bawa ke TPA, namun hal itu
tidak dilakukan pada objek observsi.
16
Sumber : dokumen pribadi
b. Tempat sampah yg berada di pojok halaman rumah adalah tempat sampah
penampungan sampah dari masing-masing individu. Seperti ruang keluarga,
dapur, kamar tidur.
18
4.2 SISTEM PELAMBING
Oleh karena itu sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari bangunan gedung, dan perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri.
Dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas maupun
penyaluran air bekas pakai dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak
mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya.
A. AIR BERSIH
Pada sistem air bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi
dengan debit, tekanan dan kuantitas yang cukup dengan kualitas air sesuai
standar/higienis. Oleh karena itu perencanaan penyediaan air bersih harus dapat
memenuhi jumlah yang cukup, higienis, teknis yang optimal dan ekonomis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak. Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih suatu bangunan, kebutuhan
19
air bersih tergantung dari fungsi kegunaan bangunan, jumlah peralatan saniter dan
jumlah penghuninya.
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air
yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
b. Syarat Kuantitas
Air bersih yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke dalam sistem plambing
harus memenuhi syarat dari aspek kuantitas, yaitu kapasitas air bersih harus
mencukupi untuk berbagai kebutuhan bangunan tersebut. Untuk menghitung besarnya
20
kebutuhan air bersih dalam bangunan didasarkan pada pendekatan jumlah penghuni
bangunan dan jumlah unit beban alat plambing.
c. Syarat Kontinuitas
d. Syarat Tekanan
21
c. Layout Air Bersih
Gambar 3.3 Keterangan dari layout air bersih lantai 1 & lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects)
Pada bangunan ini, air bersih diperoleh langsung dari sumber dan didistribusikan
menggunakan pipa PPR (Polypropylene Random) yaitu pipa yang memiliki
karakteristik unik karena dapat tahan dari suhu tinggi, suhu rendah, dan tegangan
tinggi. maka dari itu pipa ini digunakan untuk menyalurkan air dingin dan air panas
pada bangunan ini, seperti kamar mandi pada lantai 1 dan lantai 2, dapur, kolam
renang, dan setiap keran di luar bangunan. Ukuran dari pipa yang digunakan mulai
dari berdiameter 20mm hingga 63mm. Disamping pipa-pipa tersebut pada sistem air
bersih ini menggunakan katup/gate valve dengan merk kitz yang berfungsi sebagai
membuka dan menutup aliran air guna mengatur debit air pada sistem plambing air
bersih ini.
Gambar 3.5 Pipa PPR untuk air panas dan air dingin
(Sumber: https://www.rucika.co.id/)
24
Gambar 3.6 Tabel standar kapasitas persediaan air bersih sesuai tipologi
Bangunan
B. AIR PANAS
1) Dasar-Dasar Sistem Penyediaan Air Panas
Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan
menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari
alat pemanas ataupun melalui sistem perpipaan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000)
Dalam memenuhi kebutuhan akan air panas, ada dua jenis instalasi yang dapat di
gunakan yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
25
1. Instalasi lokal
Pada jenis ini suatu pemanas air dipasang di tempat atau berdekatan dengan alat
plambing yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik
ataupun uap sebagai sumber kalor.
2. Instalasi sentral
Jenis ini yaitu air panas yang dihasilkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian
dengan pipa distribusi dialirkan keseluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air
panas.
Air panas dalam alat plambing digunakan untuk mencuci muka dan tangan,
mandi, mencuci pakaian, alat-alat dapur dan sebagainya. Temperatur air yang
digunakan untuk berbagai keperluan tersebut berbeda-beda. Standar temperatur air
panas menurut jenis pemakaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
Gambar 3.7 Tabel Standar Temperatur Air Panas Menurut Jenis Pemakaiannya
No Jenis Pemakaiannya Temperatur (◦C)
1 Minum 50-55
2 Mandi: - dewasa 42-45
- anak-anak 40-42
3 Pancuran mandi 40-43
4 Cuci muka dan cuci tangan 40-42
5 Cuci tangan untuk keperluan pengobatan 43
6 Bercukur 46-52
7 Dapur:
* Macam-macam keperluan 45
* Untuk mesin cuci:
- proses pencucian 45-60
- proses pembilasan 70-80
8 Cuci pakaian:
* Macam-macam pakaian 60
26
1
* Bahan sutra dan wol 33-49
* Bahan linen dan katun 49-60
9 Kolam renang 21-27
10 Cuci mobil (di bengkel) 24-30
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000
4) Sistem Pipa
Menurut sistem pipanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000):
Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari
suatu pipa utama yang di pasang pada lantai terbawah gedung.
Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari
suatu pipa utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.
Menurut cara penyediaannya dibagi lagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000):
3. Sistem pipa tunggal
Pipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau
pemanas tanpa pipa balik.
Pipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas
dan kemudian air akan dibalikkan kembali ke tangki penyimpanan dengan pipa balik
apabila tidak ada pemakaian air panas pada alat plambing.
26
2
Gambar 3.8 instalasi air panas dan dingin
(Sumber: Arsip OG Architects)
Pada bangunan ini, penghuni menggunakan 1 buah storage water heater dan
elektrik water heater yang diletakkan di area lantai 1. Maka dari itu, sistem air panas
ini menggunakan sistem pipa up feed yaitu aliran air panas dialirkan dari lantai hingga
lantai 2. Tangki water heater yang digunakan yaitu memiliki kapasitas 30 liter dan
200 liter. Untuk yang 200 liter memiliki power 2.6kW.
26
3
Gambar 3.9 water heater dan shower
(sumber : dokumentasi pribadi)
Pada gambar pemanas air tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa komponennya
yaitu:
1. Alat water heater
2. Kabel , berfungsi sebagai penyalur daya listrik yang bersumber dari listrik dalam rumah.
3. Safety valve ( menjaga keamanan water heater agar tabung water heater tidak meledak
karna suhu panas ).
3. Pipa air panas
4. Shower
5. ELCB tombol pengaman jika terjadi konslet pada water heater untuk mengecek tekan
tombol reset.
Setelah air hangat jadi, air tersbut lalu didistribusikan ke kran atau
shower yang merupakan tempat keluarnya air panas. Air panas yang keluar
tidak semata- mata hanya air panas saja, namun air panas dapat dicampur
lagi dengan air bersih yang suhunya masih normal/dingin. Air bersih untuk
campuran ini berasal dari cabang pipa kedua tadi. Tujuan pencampuran air
dingin dengan air panas ini bertujuan untuk pengguna agar dapat mengatur
suhu air yang diinginkan.
26
4
Gambar 4.0 letak pemanas air
(Sumber: Arsip OG Architects)
C. Air Buangan
Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-
tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.
1. Air kotor
Sistem plambing air kotor atau sistem pembuangan air limbah merupakan
sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang berasal dari peralatan saniter:
closet dan urinoir. Sistem instalasi ini kemudian diteruskan ke septictank, atau diolah
dalam bioseptictank atau instalasi IPAL, hingga akhirnya menuju saluran kota
2. Air bekas
26
5
zink. Instalasi air bekas pada umumnya memeiliki instalasi tersendiri yang berbeda
dengan instalasi air kotor. Pada gedung-gedung yang lebih besar, misalnya:mall,
instalasi yaang berasal dari kitchen dipisahkan dan mempunyai instalasi sendiri yang
kemudian dialirkan hingga ke greese trap. sistem air bekas juga biasanya dialirkan ke
sistem pengolahan air limbah (IPAL), atau ada juga yang langsung dialirkan ke
saluran kota, jika tidak membahayakan.
3. Air hujan
Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti:
yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah
sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau
mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak.
Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang
terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan, maka
apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik
dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut.
26
6
maksud tersebut pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang
cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang akan dialirkan. Sistem
penyaluran air hujan pada prinsipnya hanya mengalirkan debit hujan yang terjadi di
atap bangunan ke tempat yang diinginkan, seperti drainase perkotaan.
Tujuan utama sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari dalam gedung
keluar gedung, ke dalam instalasi pengolahan atau riol umum, tanpa menimbulkan
pencemaran pada lingkungan maupun terhadap gedung itu sendiri. Karena alat
plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air dan
dapat menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga.
Untuk mencegah hal ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi
penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)
Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm. Pada
kedalaman 50 mm, kolom air akan tetap dapat diperoleh penutup air sebesar 25 mm
dengan tekanan (positif maupun negatif) sebesar 25 mm. Angka 100 mm merupakan
pedoman batas maksimum, walaupun batas ini tidak mutlak. Ada beberapa alat
26
7
plambing khusus yang mempunyai kedalaman air penutup lebih dari 100 mm, tetapi
perangkapnya dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan.
2. Konstruksinya harus sedemikian rupa agar selalu bersih dan tidak menyebabkan
kotoran tertahan atau mengendap.
3. Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai penutup tetap
dapat terpenuhi;
5. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian bergerak
ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.
26
8
Gambar 4.2 jenis perangkap air buangan
(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)
Perangkap jenis ini merupakan bagian dari alat plambing itu sendiri, misalnya pada
kloset dan beberapa jenis peturasan;
26
9
Gambar 4.3 jenis perangkap air buangan
(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)
(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/)
Berikut merupakan layout dari air bekas dan air kotor pada bangunan
10
26
Gambar 4.5 layout air kotor dan air bekas lantai 1
(Sumber: Arsip OG Architects)
11
26
Gambar 4.7 Keterangan dari layout air bekas dan air kotpr lantai 1 & lantai 2
(Sumber: Arsip OG Architects)
12
26
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Sampah merupakan material sisa dari suatu proses. Sampah dapat menimbulkan
masalah yang serius apabila tidak ditanggulangi dengan baik yang menyebabkan
penumpukan sampah. Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi sampah
alam, manusia, konsumsi, nuklir, industry, dan pertambangan. Berdasarkan
sifatnya sampah dibagi menjadi sampah organik dan anorganik, sampah organik
biasanya di peroleh dari tumbuhan yang mati sedangkan anorganik diperoleh dari
benda benda yang tdk dapat di jadikan pupuk. Berdasarkan bentuknya sampah
dibagi menjadi sampah padat dan sampah cair. Terdapat metode untuk mengolah
sampah seperti metode pembuangan, metode daur ulang dan metode penghindaran
dan pengurangan.
5.2. SARAN
Pemilik rumah sebaiknya meningkatkan kesadarannya masing masing akan
bahayanya dampak sampah yang dihasilkan oleh manusia bagi lingkungan serta
sebaiknya pada objek observasi, pemilik rumah melakukan pengolahan sampah
sebelum dibuang ke TPA. Sampah plastik dapat dikumpulkan dan diolah kembali
menjadi barang yang berguna, sampah organik dapat dijadikan pupuk dengan cara
diolah pada lubang biopori. Jika tidak melakukan pengolahan sampah maka semakin
banyak sampah yang akan ditimbun di TPA.
13
26
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html
14
26