Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampung idiot, bagi beberapa orang sebutan ini tidaklah asing. Kampung
Idiot merupakan sebuah julukan untuk beberapa desa yang berlokasi di
Kecamatan Balong dan Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo. Julukan
Kampung Idiot ini sudah lama melekat pada desa tersebut, bahkan terhitung
sejak puluhan tahun silam. Julukan tersebut diberikan oleh masyarakat kepada
beberapa kampung di desa yang mana sebagian warganya terpapar retradisi
mental atau biasa kita kenal dengan tunagrahita, desa-desa tersebut adalah Desa
Karangpatihan, Pandak, Krebet dan Sidoharjo.
Menurut Hanif (2016) data mengenai jumlah warga dalam kecacatan dan
retradisi mental di Desa Siharjo Kecamatan Jambon menunjukkan angka yang
cukup tinggi yaitu 164 warga. Berbeda dengan Desa Sidoharjo, data Desa
Karangpatihan Kecamatan Balong menunjukkan bahwa jumlah penduduk
secara keseluruhan adalah 5746 jiwa, dengan laki-laki sebanyak 2924 jiwa dan
untuk perempuan sebanyak 2826 jiwa. Sedangkan jumlah penderita Down
syndrome adalah 98 jiwa. Data statistik Desa Karangpatihan tahun 2016
menunjukkan bahwa jumlah masyarakat dengan down syndrome lebih sedikit
atau kurang dari sepertiga jumlah penduduk yang ada.
Banyaknya warga yang mengalami retradisi mental di kampung ini tidak
terjadi begitu saja. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa penyebab warga di
mengalami retradisi mental terdiri dari beberapa faktor seperti gizi buruk,
sarana prasarana dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai, air tanah yang
dikonsumsi sangat rendah kadar yodiumnya, dan ada juga yang berpendapat
kejadian ini karena ada kutukan dari leluhur desa. Berdasarkan isu yang beredar
hal tersebut juga diakibatkan dari perkawinan sedarah antar warga dalam satu
kampung tersebut yang mengakibatkan retradisi mental menjadi turun temurun.
Letak geografis dari kampung tersebut juga bisa menjadi sebab musabab dari
banyaknya warga yang mengalami retradisi mental. Lokasi kampung yang
berada di lereng Gunung Rejekwesi yang memiliki lahan tandus sehingga hanya
beberapa tanaman pangan yang bisa tumbuh dengan baik disana.
Meskipun demikian, masyarakat yang tinggal di Desa Karangpatihan hidup
dengan rukun. Tidak mudah bagi mereka untuk hidup berdampingan dengan
warga yang mengalami keterbelakangan mental. Masyarakat memberikan sikap
positif terhadap warga yang mengalami retradisi mental. Mereka harus
beradaptasi, menentukan sikap dan mengayomi satu sama lain untuk mencapai
kesejahteraan hidup bersama. Masyarakat Desa Karangpatihan menerima
warga yang mengalami retradisi mental menjadi bagian dari komunitasnya.
Bahkan mereka saling bahu membahu untuk memberdayakan warga yang
memiliki keterbelakangan mental tersebut agar dapat mandiri dalam
menjalankan kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, berikut adalah rumusan masalah
dalam paper ini :
1. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan pemerintah dan warga setempat
dalam rangka pemberdayaan Tunagrahita di Kampung Idiot?
2. Apakah yang dimaksud kapabilitas ekstraktif dalam system politik
Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara pemberdayaan Tunagrahita di Kampung Idiot
dengan kapabilitas ekstraktif dalam system politik Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah:
1. Menjelaskan tindak lanjut apa yang diambil oleh pmerintah dan warga
setempat dalam rangka pemberdayaan Tunagrahita di Kampung Idiot
2. Menjelaskan mengenai kapabiltas ekstraktif dalam system politik Indonesia
3. Menjelaskan hubungan antara pemberdayaan Tunagrahita di Kampung
Idiot dengan kapabilitas ekstraktif dalam system politik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tindak Lanjut Masyarakat dan Pemerintah Setempat dalam Pemberda-


yaan Tuna Grahita di Kampung Idiot

Seperti yang kita ketahui pelabelan terhadap Desa Karangpatihan dan


beberapa lain sebagai “Kampung Idiot” sudah terjadi sejak tahun 2008. Pada
saat itu beberapa media nasional dan beberapa mahasiswa melakukan peliputan
terhadap salah satu kampung yang berada di Desa Karangpatihan, Kecamatan
Balong. Warga Desa Karangpatihan tidak pernah memandang orang-orang
disekelilingnya yang memiliki keterbelakangan mental adalah ancaman yang
membahayakan. Mereka hidup rukun berdampingan saling bahu membahu
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Warga Desa Karangpatihan cukup
kooperatif membantu mengentaskan desa ini dari keterpurukan. Budaya lokal
yang positif berdampak baik bagi perkembangan warga yang mengidap
retradisi mental. Mereka tidak mengucilkan dan mengintimidasi orang-orang
yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka juga melibatkan penyandang
retradisi mental ini dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada di
lingkungannya agar mampu menjalankan aktivitas sosialnya, seperti gotong
royong hajatan, memperbaiki jalan, saluran air, dan lain sebagainya.
Letak geografis desa yang jauh dari akses publik membuat desa ini semakin
miris dan mengundang empati bagi khalayak luas. Setelah terekspose oleh
media, berbagai kalangan masyarakat dari berbagai daerah dan pemerintah
menggelontorkan berbagai macam bantuan untuk Kampung Idiot ini sebagai
bentuk kepedulian mereka terhadap warga yang terpapar retradisi mental di
kampung tersebut. Sejauh ini banyak bantuan dari pemerintah maupun non
pemerintah yang dialokasikan untuk membantu mengentaskan desa ini dari
keterpurukan. Bantuan yang diberikan berupa sandang, pangan dan pembetulan
rumah bagi warga yang menyandang keterbelakangan mental.
Tidak kurang akal, Eko Mulyadi, Kepala Desa Karangpatihan tidak mau
membiarkan warganya bergantung pada bantuan-bantuan dari pemerintah. Jiwa
sosial dan semangat kepedulian membuat beliau tergerak untuk mengajak
masyarakat memberdayakan warga yang terpapar retradisi mental untuk
mampu hidup mandiri. Mandiri dalam artian tidak bergantung pada orang lain
dan lingkungannya secara terus menerus. Warga yang mengidap retradisi
mental diberi beberapa pelatihan seperti membuat keset atau pernak pernik dari
kain perca. Selain itu, Pak Eko juga melatih warganya yang menyandang
tunagrahita untuk membudidayakan ikan lele. Dimana di setiap halaman rumah
warganya dibangun kolam lele yang berukuran sekitar 1x2 meter lalu diberi
bibit lele sekitar 1000 ekor agar kemudian bisa dibudidayakan oleh warga
penyandang tunagrahita tersebut. Pak Eko juga memberikan beberapa kambing
kepada warga yang mengidap retradisi mental agar dirawat dan dibesarkan.
Hasil panen dari semuanya dijual untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Sedikit demi sedikit, peningkatan invoasi tetaplah dilakukan. Tidak hanya
melatih warga dalam bercocok tanam, beternak akan tetapi di Kampung Idiot
juga sudah didirikan Balai Pelatihan Khusus. Pada balai ini penyandang
tunagrahita diajari membuat berbagai kerajinan tangan seperti tasbih, lampion
dan beberapa pernak pernik yang bernilai jual. Sejauh ini Kampung Idiot sudah
memiliki beberapa bidang usaha seperti percetakan batu bata, ternak potong
ayam, peternakan kambing dan lain sebagainya.
Lelaki yang akrab dipanggil Pak Eko ini juga cukup melek akan teknologi.
Di era digital ini penggunaan teknologi dan media menjadi kebutuhan hampir
setiap individu. Pak Eko membuat sebuah website yang berisi tentang Desa
Karangpatihan atau biasa kita kenal dengan Kampung Idiot ini sebagai media
promosi agar lebih banyak lagi orang-orang yang mau berkunjung dengan
harapan dapat memberikan dampak positif juga bagi desanya. Berkat usahanya
dalam pemberdayaan warga dengan keterbelakangan mental agar bisa hidup
lebih mandiri ini, Pak Eko banyak memenangkan berbagai penghargaan yang
kemudian beliau diundang untuk menjadi pembicara atau tamu dibeberapa
stasiun televisi.
2.2 Kapabilitas Sistem Politik Ekstraktif
System politik sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu system dan politik.
Menurut KBBI system berarti perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sedangkan kata politik menurut
KBBI berarti segala urusan dan tindakan (kebijakan,siasa dan sebagainya)
mengenai pemerintahan negara. Jadi berdasarkan suku katanya, system politik
dapat diartikan sebagai perangkat unsur yang secara teratur salin berkaitan
mengenai segala urusan atau tindakan menyangkut pemerintahan negara.
Menurut Anggara (2013:23) sistem politik Indonesia adalah seperangkat
interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial melalui nilai-nilai
yang disebarkan kepada masyarakat dan negara Indonesia. Anggara kemudian
menyebutkan bahwa sistem politik Indonesia adalah kumpulan atau
keseluruhan berbagai kegiatan dalam negara Indonesia yang berkaitan dengan
kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya mewujudkan
tujan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Sistem politik Indonesia berfungsi sebagai mekanisme yang sesuai dengan
dasar negara, ketentuan konstitusional juga memperhitungkan lingkungan
masyarakatnya secara real.
Sebuah system politik harus selalu mempunyai kapabilitas dalam
menghadapi kenyataan dan tantangan yang dihadapinya. Menurut Rahman
(2007:71), kapabilitas sistem politik adalah kemampuan sistem politik dalam
bidang ekstraktif, distributif, regulatif, simbolik, responsif, dan dalam negeri
dan internasional untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang
termaksud dalam pembukaan UUD 1945. Terdapat berbagai macam
kapabilitas sistem politik, yang salah satunya adalah kapabilitas ekstraktif.
Kapabilitas ekstraktif adalah kemampuan system politik untuk melakukan
eksplorasi terhadap potensi yang ada. Menurut Anggara (2013:78) ekstraktif
adalah kemampuan pemerintah untuk melakukan pengelolaan terhahap
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di lingkungan dalam maupun
lingkungan luar.
2.3 Hubungan Antara Pemberdayaan Tuna Grahita di Kampung Idiot
dengan Kapabilitas Ekstraktif dalam System Politik Indonesia

Pelabelan Kampung Idiot di beberapa desa yang berlokasi di Kecamatan


Jambon dan Balong, Kabupaten Ponorogo karena banyak warganya yang
menderita retradisi mental menjadi kesan tersendiri bagi masyarakat yang
tinggal di desa tersebut. Padahal tidak semua yang tinggal di desa tersebut
mengalami gangguan keterbelakangan mental. Terlepas dari apa penyebab yang
membuat sebagian banyak warga di Desa Karangpatihan menderita retradisi
mental, masyarakat desa bekerjasama dan kooperatif dalam mengentaskan desa
tersebut dari keterpurukan.
Pembinaan dan pemberdayaan warga yang keterbelakangan mental untuk
menjadikan hidup mereka lebih mandiri merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia. Tuna
grahita yang selama ini hanya dipandang sebelah mata oleh beberapa lapisan
masyarakat karena memiliki IQ dibawah rata-rata sehingga tidak bisa
diberdayakan ternyata memiliki potensi yang luar biasa. Mereka mampu
berusaha untuk hidup lebih mandiri dengan beberapa fasilitas dan pembinaan
yang disediakan oleh pemerintah setempat. Perlu kesabaran dan ketlatenan
dalam membina para tuna grahita ini sampai mereka mampu dan benar-benar
bisa hidup lebih mandiri, mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tunagrahita yang tadinya tidak memiliki memiliki pendapatan atau pekerjaan
tetap, serta hanya mengandalkan bantuan dari orang lain, pada akhirnya mereka
berhasil diberdayakan oleh kelompok masyarakat di desa tersebut.
Pemberdayaan warga tunagrahita yang dilakukan oleh pemerintah desa
setempat merupakan salah satu contoh penerapan kapabilitas ektraktif. Dimana
pengembangan potensi terhadap warga yang terpapar retradisi mental sangat
membantu dalam menyongsong kehidupan mereka yang lebih mandiri. Warga
tunagrahita yang terkadang dipandang sebelah mata oleh masyarakat ternyata
memiliki potensi yang luar biasa. Mengajak mereka saling berkontribusi dan
bahu membahu dalam kehidupan sosial menjadi bentuk sikap positif warga
Desa Karangpatihan terhadap lingkungannya.
Meskipun demikian, perlu pembinanaan, perhatian dan pengawasan lebih
lanjut terhadap keberhasilan pemberdayaan tunagrahita untuk menekan
bertambahnya jumlah warga yang terpapar retradisi mental di Desa
Karangpatihan. Pembangunan desa yang dilakukan secara berkala harus tetap
memperhatikan kondisi lingkungan sosial dan ekonomi didalamnya. Penguatan
internalisasi dan peningkatan pemahaman, kesadaran, kepedulian, serta
partisipasi masyarakat dapat menunjang pemberdayaan terhadap penyandang
tunagrahita untuk hidup lebih mandiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kapabilitas system politik Indonesia menjadi parameter keberhasilan suatu
pemerintahan, kapabilitas ektraktif salah satunya. Kapabilitas ekstraktif adalah
kemampuan system politik dalam mengelola potensi yang ada pada sumber
daya alam maupun sumber daya manusia. Kemampuan mengolah dan
eksploitasi terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan tidak
berlebihan dapat membantu pemerintah dalam menyejahterakan rakyatnya.
Pemberdayaan tunagrahita di Kampung Idiot merupakan salah satu contoh
kapabilitas ekstraktif. Sikap yang diambil warga dan pemerintahan setempat
untuk tetap hidup berdampingan dan membina kerukunan memberikan dampak
yang baik dalam perkembangan para warga yang terpapar retradisi mental untuk
hidup lebih mandiri. Tindakan suportif dari pemerintah setempat dan
masyarakat luas akan membantu warga di Desa Karangpatihan, Kecamatan
Balong ini mentas dari keterpurukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.


Hanif, M. 2016. Kearifan lokal masyarakat dalam menyikapi warga retardasi
mental (studi kasus di kampung idiot desa sidoharjo kecamatan jambon
kabupaten ponorogo) dalam Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan (hlm. 242-
248). Madiun : Institut Press
Rahman H.I., A. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [19


Oktober 2019]. Tersedia pada: https://kbbi.web.id/.
Sosiologi. [19 Oktober 2019]. Menelisik Kampung Idiot di Karangpatihan
Ponorogo. Tersedia pada : http://sosiologi.fis.um.ac.id/?p=427
Desa Karangpatihan. [19 Oktober 2019]. Tersedia pada
http://www.karangpatihan.com/
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Pemberdayaan Warga Tunagrahita di Kampung Idiot,
Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo” ini ditulis dalam
rangka menyelesaikan tugas pada Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ignatius Agung Setiawan selaku
dosen Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia dan pihak-pihak yang berkontribusi
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya serta dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 19 Oktober 2019

Riyandhiani Kartika Dewi


NIM D1219043
MAKALAH
ANALISIS KAPABILITAS EKSTRAKTIF TERHDAP
PEMBERDAYAAN WARGA TUNAGRAHITA DI KAMPUNG
IDIOT, DESA KARANGPATIHAN, KECAMATAN BALONG,
KABUPATEN PONOROGO

OLEH:
RIYANDHIANI KARTIKA DEWI
D1219043

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI NON REGULER


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai