UNIVERSITAS INDONESIA
SERIAL KASUS
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
SERIAL KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Gizi Klinik
Universitas Indonesia
Penulisan makalah serial kasus ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 18Juni 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang atas berkat,
rahmat dan karuniaNya telah memberikan segala kesempatan, kekuatan dan
kemampuan sehingga penyusunan laporan serial kasus ini dapat penulis
selesaikan.
Serial kasus ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Ilmu Gizi Klinik, yang melaporkan
penatalaksanaan dan dukungan terapi nutrisi pada empat pasien penderita diabetes
melitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum pedis yang menjalani rawat
inap di Rumah Sakit Sumber Waras (RSSW) Jakarta Barat.
Dengan selesainya penyusunan laporan kasus ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih dan penghargaan kepada para pembimbing. Kepada dr.
Murdjiah Dinarto MS, SpGK selaku pembimbing akademis, atas kesabaran,
waktu, bimbingan, asupan dan pengarahan berharga yang telah diberikan selama
penulis menjalani pendidikan, serta kepada dr. Victor Tambunan, MS, SpGK
selama penulisan laporan serial kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih Kepada dr. Victor Tambunan MS,
SpGK sebagai Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik, dr. Sri Sukmaniah, MSc,
SpGK selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Ilmu
Gizi Klinik (PPDS-1 PSIGK), Dr. dr. Johana Titus, MS, SpGK selaku Sekretaris
PPDS-1 PSIGK, serta seluruh staf pengajar PPDS-1 PSIGK baik yang bertugas di
RS Cipto Mangunkusumo, RSUD Tangerang, RSAB Harapan Kita, maupun
RSSW. Bimbingan, pengarahan, ilmu dan pengalaman yang sangat berhaga,
kesabaran, waktu dan energi telah diberikan kepada penulis sejak awal pendidikan
sampai saat ini.
Terima kasih kepada Direktur RSSW Jakarta Barat atas kesempatan
penulis untuk belajar dan bekerja sebagai peserta pendidikan PPDS-1 PSIGK,
serta seluruh anggota Tim Terapi Gizi (TTG), seluruh perawat, karyawan, serta
seluruh pasien RSSW yang terlibat dalam tata laksana dan dukungan terapi nutrisi
yang dilakukan dalam serial kasus ini.
iv Universitas Indonesia
Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Mamah dan Papah, kedua
mertua tercinta, Ayah dan Bunda yang telah senantiasa memberikan dukungan
dalam do’a, waktu, biaya, tenaga dan dukungan moril selama menjalani
pendidikan. Untuk suami tercinta dr. Badai Bhatara Tiksnadi, MM, SpJP atas
seluruh doa, kasih sayang, bantuan, kesabaran, semangat, waktu, tenaga dan biaya
yang diberikan setiap hari. Tak lupa kepada anak tercinta Otto Tjakrabuana
Tiksandi atas dukungan dan kesabarannya selama Mami menjalani pendidikan.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh rekan-rekan
seperjuangan PPDS-1 PSIGK angkatan kedua, serta seluruh kakak dan adik
angkatan yang tercinta yang telah memberikan bantuan, semangat dan
kebersamaan dalam menyelesaikan pendidikan.Kepada seluruh karyawan
Departemen Ilmu Gizi Klinik serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.Semoga Allah SWT membalas dengan limpahan berkat dan
rahmatNya atas seluruh bantuan yang diberikan kepada penulis.
Universitas Indonesia
vi Universitas Indonesia
ABSTRAK
Komplikasi ulkus diabetikum pedis (UDP) terjadi pada 15% pasien DM tipe 2.
Seluruh kasus UDP dalam serial kasus ini diawali oleh trauma pedis sehingga
menyebabkan luka yang tidak menyembuh disertai demam, kelemahan tubuh,
mual, anoreksia, dengan atau tanpa disertai gejala klasik DM. Suatu uji klnis
mendapatkan sebanyak 69% penderita DM dengan komplikasi UDP menderita
malnutrisi. Tata laksana nutrisi pada serial kasus ini adalah pemberian nutrisi
optimal, meliputi makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki dan mencegah malnutrisi, komplikasi lainnya, dan
kekambuhan serta mendukung penyembuhan ulkus.
Rentang usia pasien pada serial kasus ini adalah 52–70 tahun. Kebutuhan
energi basal dihitung dengan persamaan Harris-Benedict. Kebutuhan energi total
didapat dari perkalian kebutuhan energi basal dengan faktor stres. Pemberian
nutrisi dilakukan bertahap sesuai toleransi sampai mencapai kebutuhan
total.Makronutrien diberikan dengan komposisi sesuai dengan keadaan
pasien.Pemberian protein sesuai dengan fungsi ginjal, pembatasan asam lemak
jenuh dan kolesterol, karbohidrat terutama jenis kompleks, dan cukup serat.Garam
diberikan sesuai tekanan darah.Diusulkan pemberian mikronutrien berupa vitamin
dan mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) serta nutrien spesifik asam
lemak omega-3.Pemantauan dilakukan terhadap perkembangan klinis, toleransi
asupan makanan, kapasitas fungsional, status ulkus, laboratorium, dan
antropometri.
Seluruh pasien membutuhkan insulin dengan dosis yang terus meningkat
untuk menjaga kadar glukosa darah dan mengalami penurunan berat badan,
namun kebutuhan energi total dapat tercapai, luka membaik dan kapasitas
fungsional meningkat. Tata laksana nutrisi yang diberikan harus bersifat
individual disesuaikan dengan keadaan umum dan klinis pasien.Edukasi nutrisi
selama dan pasca rawat penting diberikan dalam meningkatkan motivasi pasien
menjalankan diet yang benar untuk menjaga status gizi. Status gizi dan kontrol
glikemik yang baik penting dalam penyembuhan luka, mencegah kekambuhan
dan timbulnya komplikasi diabetes melitus yang lain.
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Diabetic foot ulcers are common and estimated to affect 15% of all diabetic
individuals. All patients had pedal trauma as an initiation of their non-healing
wounds which were then developed to form ulcers. The ulcers presented with
febrile, lethargy, nausea, anorexia, with or without diabetes mellitus classical
symptoms. A clinical trial found 69% patients of this disease were malnourished.
The goal of medical nutrition therapy on type 2 diabetes mellitus with diabetic
foot ulcer is to provide the patients with appropriate nutrition containing
macronutrient, micronutrient, and specific nutrient according to the requirement,
to reverese and prevent malnutrition, other complications and recurrence, and
support the wound healing.
Patient’s age range in this case series was 52–70 years old. Basal energy
requirements calculated using Harris-Benedict equation and multiplyit by stress
factor for the total energy requirements. Diets were gradually given according
patient’s tolerance until total energy requirements were achieved.Macronutrients
composition were given according to patient’s condition, with protein adjusted to
renal function, limiting saturated fat and cholesterol, complex carbohydrate,
sufficient fiber and sodium given according to blood pressure. Micronutrient
recommendation was vitamin and mineral sejumlah as much as Recommended
Dietary Allowance (RDA) and omega-3 fatty acid. Monitoring was done at
clinical status, nutrition intake and tolerance, functional capacity, wound/ulcer
status, laboratory and anthropometric assessment.
All patients needed increasing dose of insulin in maintainingglucose
control and experienced mild weight loss, total energy requirements were
achieved by all patients. Patient’s functional capacities were increased, and had
improvement wound status. Nutrition therapy for patients should be given
individuallyaccording to general and clinical condition. Nutrition education and
motivation during and after hospitalization are important part of this disease’s
management to keep the patient’s compliance on nutrition intake as recommended
to maintain good nutritional status and glycemic control, prevent other
complications and re-ulceration.
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
3. KASUS ............................................................................................................. 30
3.1 Kasus 1 ........................................................................................................ 30
3.2 Kasus 2 ........................................................................................................ 36
3.3 Kasus 3 ........................................................................................................ 42
3.4 Kasus 4 ........................................................................................................ 48
4. PEMBAHASAN .............................................................................................. 54
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 64
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 64
5.2 Saran ............................................................................................................ 65
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xx
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
xii
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
malnutrisi. Status gizi buruk menyebabkan prognosis ulkus yang buruk dan
meningkatkan mortalitas.
Tata laksana penyakit DM dengan komplikasi UDP terfokus pada tata
laksana DM dengan menjaga keseimbangan kadar glukosa darah dalam
memperlambat terjadinya komplikasi, tata laksana luka, serta memperbaiki dan
menjaga keadaan umum termasuk status gizi.1,6
Serial kasus ini dilakukan terhadap empat pasien rawat inap DM tipe 2
dengan komplikasi UDP.Tata laksana nutrisi diberikan sesuai anjuran dengan
memperhatikan keadaan klinis dan komorbid pasien.Tata laksana yang baik
diharapkan dapat memberikan usia harapan hidup lebih panjang dengan kesehatan
dan kualitas hidup yang baik.2,6,7
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penyusunan serial kasus ini bertujuan untuk mempelajari tata laksana nutrisi pada
diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi UDP.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui perjalanan penyakit DM dan komplikasi UDP serta fisiologi
dan perubahan metabolisme substrat pada penderita DM dan UDP.
2. Menilai riwayat perjalanan penyakit, keadaan klinis, asupan nutrisi,
pemeriksaan laboratorium dan penunjang dalam menentukan status gizi,
metabolisme, saluran cerna, keseimbangan cairan dan asam basa dalam
menegakkan diagnosis kerja nutrisi.
3. Menerapkan Terapi Nutrisi Medis (TNM) pada penderita DM tipe 2 dan
komplikasinya sebagai bagian dari tata laksana DM yang menyeluruh.
4. Mengevaluasi perkembangan klinis penderita selama perawatan.
1.3 Manfaat
1. Manfaat bagi pasien:
Penderita DM tipe 2 dan komplikasi UDP dapat menerima
penatalaksaanaan nutrisi yang adekuat sesuai dengan anjuran pemberian
nutrisi dalam usaha meningkatkan dan mempertahankan keadaan umum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Patofisiologi
Perjalanan penyakit DM diawali dengan terjadinya resistensi insulin yang
dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Resistensi insulin adalah suatu kondisi
dimana terdapat penurunan respon sel-sel target pada jaringan (sel hepar, sel otot,
11,12
dan sel adiposa) terhadap insulin Keadaan resistensi insulin tidak serta merta
menyebabkan DM. Untuk berkembang menjadi DM, resistensi insulin harus
disertai dengan penurunan jumlah atau fungsi sel beta pankreas. Sel beta pankreas
yang normal akan terus mengkompensasi keadaan resistensi insulindengan
Universitas Indonesia
4
Tatalaksana nutrisi...., Nurly Hestika, FK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
2.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan terutama berdasarkan kadarglukosa darah yang dapat
dinilai dalam kondisi puasa (glukosa plasma puasa), dua jam pasca asupan
glukosa murni sebanyak 75 gram, atau secara acak (glukosa plasma sewaktu).
Glukosa plasma puasa adalah kadarglukosa darah yang dinilai setelah pasien tidak
mendapat kalori tambahan setidaknya selama delapan jam. Glukosa plasma
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat tanpa memperhatikan watu makan
terakhir.Dalam penegakan diagnosis DM, dapat dilakukan tes toleransi glukosa
oral (TTGO). Tes ini dilakukan dengan memberikan 75 gram glukosa anhidrus
pada dewasa atau 1,75 gram glukosa pada anak yang dilarutkan dalam 250 ml air
dan diminum dalam waktu lima menit. Pemeriksaan TTGO dilakukan dua jam
pasca pemberian glukosa.Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah
plasma vena. Sedangkan untuk pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah kapiler.2Penegakan diagnosis DM tipe 2 berdasarkan konsensus
penatalaksanaan DM oleh PERKENI tahun 2011, adalah seperti terlihat pada
Tabel 2.1.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada pasien dengan peningkatan trigliserida, terutama bila kadarnya sangat tinggi
(>400 mg/dL) untuk mencegah pankreatitis.2,13
Terapi perubahan gaya hidup bersifat esensial pada penderita dislipidemia.
Anjuran National National Cholesterol Education Program-Adult Treatment
Panel (NCEP-ATP III) dan American Diabetes Association (ADA)yang meliputi
pengurangan asupan saturated fatty acid (SAFA) <7%, energi total serta
mengganti asupan SAFA dengan karbohidrat atau mono unsaturated fatty acid
(MUFA). Anjuran asupan kolesterol adalah <200 mg per hari. Asupan serat 10–25
gram per hari, dan dianjurakan membatasi asupan karbohidrat sampai dengan
<60% asupan energi total bila terdapat peningkatan trigliserida dan penurunan
kolesterol HDL. Dianjurkan pula untuk meningkatkan aktivitas fisik dan
mendapatkan berat badan yang sesuai.13
2.6.2 Hipertensi
Hipertensi dan DM seringkali terjadi bersamaan.Terjadinya hipertensi dan DM
sebagian besar didasari oleh terdapatnya resistensi insulin, inflamasi, stres
oksidatif dan obesitas. Faktor genetik dan lingkungan (diet dan aktivitas fisik)
serta faktor yang didapat (obesitas) akan menyebabkan terjadinya inflamasi,
peningkatan stres oksidatif, resistensi insulin, dan sistem saraf simpatis. Resistensi
insulin akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia, dislipidemia, dan
hiperinsulinemia, yang mengarah kepada disfungsi vaskuler. Peningkatan stres
oksidatif akan meningkatkan sistem renin angiotensin aldosterone (RAA).
Meningkatnya sistem saraf simpatis, retensi natrium akibat hiperinsulinemia, serta
disfungsi vaskuler dan peningkatan RAA akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah. Target tata laksana hipertensi pada penderita DM tipe 2 adalah <130/80
mmHg.15,16
2.6.3 Obesitas
Obesitas terutama obesitas viseral berperan penting dalam perkembangan DM.
Mobilisasi asam lemak bebas dalam sitokin pro inflamasi menyebabkan resistensi
insulin.17
Universitas Indonesia
2.7 Komplikasi
Keadaan hiperglikemia dalam jangka waktu lama pada penderita DM
akanmenimbulkan kerusakan pada sel dan jaringan. Paparan ini menyebabkan
terbentuknya protein dan lipid yang terglikasi menjadi advanced glycation end
products (AGE). Senyawa-senyawa ini akan terakumulasi di berbagai tipe sel baik
ekstra maupun intraseluler serta akan bekerja sebagai zat prooksidan dan
proinflamasi yang akan merusak sel-sel, jaringan, dan organ termasuk mikro dan
makrovaskuler. Senyawa ini penting dalam menyebabkan perkembangan penyakit
kronis dengan dasar inflamasi.18,19
Sumber AGE dapat berasal dari endogen maupun eksogen. Metabolisme
normal dan proses penuaan memproduksi AGE endogen. Sumber AGE eksogen
berasal dari makanan.Beberapa jenis makanan memiliki kandungan AGE yang
tinggi.Pengolahan bahan makanan juga berpengaruh terhadap peningkatan
produksi AGE, misalnya dengan pemanasan yang lama.Kebiasaan merokok juga
akan meningkatkan AGE.18,20
Penderita DM tipe 2 berpotensi menderita berbagai komplikasi/penyulit
yang meliputi komplikasi akut (penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh
darah tepi), serta komplikasi kronis (makrovaskuler, mikrovaskuler, dan
neuropati).Dikatakan bahwa 50% penderita DM telah menyandang satu
komplikasi kronis saat diagnosis DM ditegakkan. Pembentukan AGE ini juga
telah diketahui merupakan mekanisme patofisiologi dalam perkembangan
berbagai komplikasi DM.3,21
2.7.1 Komplikasi akut
Komplikasi akut DM antara lain dapat berupa ketoasidosis diabetikum,
hiperglikemia hiperosmolari dan hipoglikemia. Ketoasidosis diabetikum ditandai
dengan peningkatan kadarglukosa darah sekitar 300–600 mg/dL, timbulnya gejala
asidosis, peningkatan keton plasma, peningkatan osmolaritas plasma (sekitar 300–
320 mOs/ml). Hiperglikemia hiperosmolar ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (sekitar 600–1.200 mg/dL), gejala asidosis, keton plasma dapat
normal atau meningkat, disertai peningkatan osmolaritas plasma (sekitar 330–380
mOs/ml).2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan kontrol glikemik yang buruk. Berdasarkan data dari ADA, sebanyak
sekitar 15% penderita DM menderita komplikasi UDP dan merupakan 80%
penyebab amputasi non traumatik.23,27,28
Pada penderita DM terdapat peningkatan terjadinya risiko utama penyebab
timbul dan berkembangnya UDP, yaitu neuropati perifer, penyakit vaskuler
perifer, dan terganggunya respon terhadap infeksi.Selain daripada itu, pada DM
terdapat gangguan penyembuhan luka sehingga meningkatkan risiko infeksi.28,29
Neuropati perifer dapat terjadi pada keadaan hiperglikemia yang
berkelanjutan. Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan kerja enzim aldose
reduktase dan sorbitol dehidrogenase, yang mengubah glukosa intraseluler
menjadi sorbitol dan fruktosa.Akumulasi dari keduanya, menurunkan sintesis
mioinositol, yang diperlukan untuk konduksi.Selain itu, terjadi penurunan
cadangan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate yang diperlukan untuk
detoksifikasi reactive oxygen species (ROS) dan sintesis NO. Hal tersebut akan
meningkatkan stres oksidatif pada sel saraf serta vasokonstriksi yang
menyebabkan iskemia, injuri, dan kematian sel saraf.28
Neuropati pada DM bermanifestasi terhadap motorik, sensorik dan
otonom.Kerusakan persarafan otot kaki menyebabkan ketidakseimbangan antara
fleksi dan ekstensi kaki, sehingga terjadi deformitas dan perubahan titik-titik
penekanan. Secara bertahap hal ini akan menimbulkan kerusakan kulit yang
berkembang menjadi ulkus. Neuropati otonom menurunkan aktivitas kelenjar
minyak dan keringat sehingga kelembaban kaki berkurang dan rentan terhadap
luka. Neuropati sensorik menurunkan ambang nyeri sehingga seringkali tidak
disadari keberadaan luka hingga luka memburuk.28
Pada arteri perifer, keadaan hiperglikemia menyebabkan terjadinya
disfungsi endotel dan otot pembuluh darah, serta penurunan produksi vasodilator
oleh endotel sehingga terjadi konstriksi.Hiperglikemia pada DM meningkatkan
tromboksan A2 yaitu vasokontriktor dan agonis agregsi platelet, sehingga terjadi
peningkatan risiko hiperkoagulabilitas plasma.Hipertensi dan dislipidemia juga
berkontribusi menyebabkan terjadinya penyakit arteri perifer. Hal-hal tersebut
diatas, bila diakumulasikan akan menimbulkan penyakit arteri oklusif yang
kemudian menyebabkan iskemia ekstremitas bawah dan meningkatkan risiko
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pemeriksaan kadar glukosa sebelum dan sesudah makan untuk menyesuaikan baik
jumlah asupan atau terapi dalam mencapai target terapi. Jumlah recommended
dietary allowances (RDA) karbohidrat adalah 130 gram per hari, yang merupakan
anjuran jumlah minimum konsumsi untuk menyediakan glukosa yang adekuat
bagi sistem saraf pusat. Jumlah total kandungan karbohidrat dalam makanan
sangat berpengaruh terhadap kontrol glikemik. Komposisi asupan karbohidrat
adalah 45–65% asupan energi total.1,12,22
Karbohidrat seringkali digolongkan dalam dua kategori yaitu karbohidrat
simpleks (mono dan disakarida) misalmya gula pasir, dan karbohidrat kompleks
(polisakarida) misalnya pada roti, sayuran dan biji-bijian.Karbohidrat simpleks
cenderung diserap lebih cepat dibandingkan karbohidrat kompleks.12
Dalam mengontrol kadar glukosa darah, dikembangkanlah perhitungan
indeks glikemik/glycemic index(GI) untuk membandingkan respon postprandial
terhadap berbagai makanan dengan kandungan karbohidrat yang berbeda-
bedadalam jumlah yang konstan. Indeks glikemik makanan adalah peningkatan
glukosa darah dalam dua jam pasca asupan suatu bahan makanan (biasanya dalam
50 gram), yang dibandingkan dengan makanan acuan (glukosa atau roti putih).
Setiap gram karbohidrat makanan dengan indeks glikemik tinggi akan
menyebabkan kadar glukosa darah 2 jam postrandial yang lebih tinggi
dibandingkan dengan makanan dengan indeks glikemik yang rendah.Indeks
glikemik tidak menilai seberapa cepat glukosa darah dapat meningkat.Klasifikasi
indeks glikemik meliputi: rendah (<55); sedang 55–70 (misalnya sukrosa,
fruktosa, laktosa, dan lemak); serta tinggi (>70) (karbohidrat simpleks).
Penelitian-penelitian belum secara konsisten memperlihatkan perbaikan kontrol
glikemik dengan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah,
sehingga rekomendasi berdasarkan nilai indeks glikemik tidak terlalu disarankan
pada pasien DM.1,3,12,22,34,35
Selain indeks glikemik, terdapat pula nilai beban glikemik/glycemic load
(GL)yang didapat dari perkalian antara nilai indeks glikemik suatu makanan
dengan jumlah kandungan karbohidrat dalam makanan tersebut.Dengan demikian,
bahan makanan dengan indeks glikemik tinggi belum tentu memiliki beban
glikemik yang tinggi bila kandungan karbohidrat dalam didalamnya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.9.1.4 Mikronutrien
Anjuran asupan mikronutrien terhadap penderita DM tidak berbeda dengan
anjuran terhadap individu tanpa DM. Suplementasi vitamin dan mineral tidak
dianjurkan kecuali bila terdapat defisiensi. Menurut ADA, suplementasi rutin
vitamin antioksidan tidak dianjurkan karena kurangnya bukti ilmiah pada manfaat
dan keamanan konsumsi jangka lama. Suplementasi multivitamin dan mineral
harian dapat diberikan pada penderita DM lanjut usiadengan asupan energi yang
kurang.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa suplementasi kromium dapat
memperbaiki toleransi glukosa pada DM tipe 2 dengan membantu insulin
menempel pada reseptor sel dan meningkatkan ambilan glukosa ke dalam sel.
Namun hasil penelitian-penelitian yang ada belum konsisten.Efek positif yang
didapatkan dari beberapa penelitian mungkin karena adanya keadaan defisiensi
kromium pada subyek penelitian. Saat ini pemberian kromium pada penderita DM
tipe 2 tidak dianjurkan.1,10,22
2.9.1.5 Berat badan
Berat badan yang berlebih dapat menurunkan resistensi insulin, sehingga
sensitivitas insulin penderita DM menjadi lebih buruk.Penderita DM dengan berat
badan lebih atau obes disarankan untuk mengurangi berat badan.Mengurangi berat
badan telah menjadi anjuran pada pendertia DM dengan berat badan lebih
(overweight) atau obes, yaitu sebesar 7% dari berat badan aktual.10
2.9.1.6 Serat
Anjuran konsumsi serat untuk penderita DM setara dengan individu sehat. Serat
bermanfaat dalam nutrisi penderita DM karena serat dalam makanan dikatakan
dapat menurunkan indeks glikemiknya, memperlambat absorbsi glukosa,
memberikan rasa kenyang, serta menurunkan kadar kolesterol darah.33,36
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, pemberian serat sebanyak
4–40 gram per hari memberikan efek positif terhadap GDP dan HbA1C.
Walaupun konsumsi serat yang tinggi (lebih dari 50 gram/hari atau lebih) dapat
memperbaiki kontrol glikemik, beberapa penelitian belum menunjukkan
manfaatnya yang konsisten, dan beberapa individu mungkin akan sulit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk memberikan substrat nutrisi yang adekuat pada luka diperlukan penilaian
kebutuhan asupan energi. Setiap injuri akan menyebabkan hiperkatabolisme dan
keadaan katabolik, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan energi.42
Secara ideal kebutuhan energi dinilai dengan menggunakan indirek
kalorimetri.Namun demikian, penilaian juga dapat dilakukan dengan persamaan
yang memprediksi KEB.Kebutuhan energi basal individu normal adalah sekitar 25
kkal/kgBBideal/hari untuk dewasa dan dewasa muda, serta 20 kkal/kgBB/hari
untuk lansia.Jumlah kebutuhan energi total (KET) adalah KEB yang telah
dikalikan dengan faktor stres dan faktor aktivitas.Faktor stres meningkat sesuai
dengan keparahan luka. Selain faktor stres, faktor aktivitas juga
diperhitungkan.41,44 Acuan faktor stres dan faktor aktivitas terlihat pada Tabel 2.7
dan 2.8.
Universitas Indonesia
diatur oleh karbohidrat di permukaan sel. Glukosa juga digunakan untuk aktivitas
sel inflamasi dalam pembuangan bakteri dan sel nekrotik.Laktat merupakan hasil
metabolisme glukosa, yang peningkatannya diperlukan untuk pelepasan faktor
angiogenesis makrofag. Laktat juga menstimulasi sintesis kolagen oleh
fibroblast.41
2.9.2.3 Protein
Telah diketahui secara luas peran protein dalam penyembuhan luka serta
bagaimana defisiensi protein akan memperlambat prosesnya. Pada peyembuhan
luka protein merupakan nutrien yang sangat penting. Penyembuhan luka tidak
akan terjadi tanpa sintesis jaringan. Protein diberikan dalam komposisi yang
cukup. Pemberian protein harus disertai dengan pemberian total kalori yang cukup
untuk mencegah pemakaian protein sebagai sumber energi. Protein berperan
paling penting dalam proses penyembuhan luka, karena sebagian besar komponen
sel yang terlibat terdiri dari protein, misalnya sel-sel sistem imun, kolagen dan
fibroblas. Penderita DM cenderung terjadi defisiensi protein, sedangkan
kebutuhan protein meningkatuntuk produksi protein fase akut dan mobilisasi asam
amino dari otot untuk glukoneogenesis hepatik.Deplesi protein dapat terus terjadi
sampai luka tertutup dan respon stres berkurang. Rekomendasi pemberian protein
menurut EPUAP adalah 1,0–1,5 g/kgBB ideal/hari. Referensi lain menganjurkan
1,2–1,5 g/kgBB ideal/hari. Pemberian protein harus tetap disertai dengan
pengawasan fungsi ginjal terutama pada pasien dengan nefropati.29,41,47,48
2.9.2.4 Mikronutrien
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam menilai peran suplementasi vitamin
dan mineral pada perkembangan penyembuhan luka.
Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan jaringan epitel dan tulang,
diferensiasi seluler, serta fungsi imun.Defisiensi vitamin A akan menghambat
reepitelisasi, sintesis dan stabilisasi kolagen, serta meningkatkan kerentanan
terhadap penyembuhan luka. Dari suatu penelitian observasional didapatkan
terdapat penurunan kadarvitamin A pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi
UDP. Penelitian lain menyarankan pemberian vitamin A sebanyak 25.000 IU per
hari sebelum dan sesudah operasi elektif untuk menurunkan komplikasi dan
mempercepat penyembuhan luka. Belum terdapat penelitian yang menyatakan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
baik.Anjuran pemberian seng adalah 15–30 mg per hari dan belum pernah tercatat
terjadinya efek samping dengan pemberian dalam jumlah ini.41,47
Penelitian-penelitian telah menunjukkan peran asam amino spesifik
terhadap proses penyembuhan luka dan mendapatkan bahwa glutamin dan arginin
diperlukan dalam penyembuhan luka yang baik.47
Arginin adalah asam amino non esensial yang berperan penting dalam
sintesis protein dan asam amino.Didapatkan dari makanan serta secara endogen
dari sitrulin melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim arginin sintetase.Arginin
jaringan yang adekuat diperlukan dalam perbaikan jaringan luka dan fungsi
imun.Fungsi arginin sebagai substrat untuk sintesis protein, deposisi kolagen,
proliferasi sel, fungsi limfosit-T dan memberikan keseimbangan nitrogen.Arginin
juga merupakan precursor NO yang bemanfaat pada penyembuhan luka dalam
potensi sebagai vasodilator, anti bacterial dan angiogenesis.46,47
Asupan arginin menjadi esensial pada keadaan hipermetabolisme dan
asupan nutrisi yang buruk. Ulkus diabetik pedis merupakan kondisi inflamasi
kronis yang diharapkan akan mendapat manfaat suplementasi arginin pada proses
penyembuhan lukanya. Dari penelitian terhadap pasien lansia pasca pembedahan,
pemberian arginin sebanyak 17 gram per hari menunjukkan peningkatan
signifikan hidroksiprolin (deposisi kolagen) dan akumulasi protein ke jaringan
luka dibandingkan dengan kontrol tanpa suplementasi arginin.Selain itu juga
terdapat peningkatan respon limfosit, aktivitas imun dan insulin-like growth
factor-1 yang merupakan molekul kontrol untuk penyembuhan luka. Dari
penelitian lain yang memberikan arginin 17 gram dan 24,8 gram selama 2 minggu
didapatkan peningkatan signifikan pembentukan kolagen dibanding kontrol tanpa
efek yang merugikan.46,47
Glutamin merupakan asam amino non esensial yang kadarnya turun pasca
injuri dan selama penyembuhan luka.Pasca respon stres glutamin digunakan
sebagai sumber energi dan dikeluarkan dari sel untuk dikonversi menjadi glukosa
di hati.Glutamin juga sumber energi utama bagi sel yang membelah cepat seperti
sel epitel dalam penyembuhan luka.Glutamin digunakan oleh sel inflamatorik di
dalam luka untuk proliferasi dan sumber energi. Fibroblas juga menggunakan
glutamin untuk tujuan yang sama dan juga untuk sintesis protein dan asam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
KASUS
3.1 Kasus 1
Seorang pasien bernama TK, perempuan berusia 52 tahun, buruh cuci rumah
tangga, dirawat selama 16 hari di bangsal perawatan wanita RSSW menggunakan
jaminan pembayaran Kartu Jakarta Sehat (KJS). Diagnosis perawatan pasien
adalah DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV pedis sinistra,
hipermetabolisme sedang, anemia, berat badan normal berisiko malnutrisi.Pasien
datang dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri akibat terkena sudut kompor
minyak tanah yang terendam saat rumah pasien terkena banjir, sekitar dua minggu
sebelum masuk rumah sakit (SMRS).Luka kemudian diberi obat luka, namun
semakin merah, bertambah besar dan nyeri.Sekitar satu minggu SMRS keluhan
disertai lemah badan, demam, penurunan nafsu makan, mual dan luka menjadi
berair.Pasien berobat ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSSW dan dianjurkan untuk
menjalani rawat inap.Keluhan sering lapar, sering haus, sering buang air kecil
(BAK), sesak napas, penurunan ketajaman penglihatan atau kesemutan atau nyeri
pada kaki, baik saat pemeriksaan maupun sebelum sakit disangkal. Riwayat
menderita luka sebelumnya, kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung atau penyakit paru-paru, baik pada pasien maupun keluarga disangkal.
Sebelum sakit, kebiasaan makan pasien kurang baik, yaitu banyak
mengonsumsi nasi dengan mie instant tanpa lauk sebagai makanan utama.Lauk
terutama lauk nabati berupa tahu atau tempe goreng tepung dikonsumsi 3–4
potong, dan sayur 1–2 mangkok per hari. Pasien jarang mengonsumsi buah dan
susu. Dalam 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien tidak dapat menghabiskan
makanan rumah sakit karena masih merasa lemas, mual dan kurang nafsu makan.
Berat badan pasien sebelum sakit tidak diketahui.Pasien serta keluarganya tidak
melihat kesan perubahan berat badan.Keluhan yang dialami pasien selama
perawatan terlihat pada Tabel 3.1. Pasien memerlukan pemantauan Tim Terapi
Gizi (TTG) karena asupan yang tidak adekuat selama 3–5hari dan kadar albumin
≤3,0 g/dL.
30 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pembedahan pada perawatan hari ke-6 yaitu pembersihan luka secara luas dan
amputasi phalanx digiti IV pedis sinistra.
Penilaian antropometri mendapatkan tinggi badan pasien 146 cm, berat
badan 48 kg dan IMT 22,5 kg/m2. Pada penilaian antropometri ulang hari
perawatan ke-8, didapakan berat badan 47 kg dan IMT 22,0 kg/m2.
Analisis asupan pasien sebelum sakit dan dalam 24 jam sebelum
pemeriksaan terlihat pada Gambar 3.2. Perencanaan pemberian energi dilakukan
dengan menilai KEB dan KET.Kebutuhan energi basal dihitung dengan
menggunakan persamaan Harris-Benedict dan didapatkan besarnya 1.149 kkal ≈
1.100 kkal per hari. Kebutuhan energi total diperoleh dari perkalian KEB dengan
faktor stres 1,3 yaitu 1.494 kkal ≈ 1.500 kkal per hari. Komposisi makronutrien
yang direncanakan terdiri dari protein 1,4 g/kgBB/hari yaitu 67,5 gram ≈ 70 gram
per hari ≈ 18,6% KET dengan perbandingan protein hewani dan nabati 2:1.
Lemak diberikan sampai dengan 25% KET yaitu 42 gram ≈ 40 gram per hari
dengan komposisi SAFA <7%, MUFA <10% dan PUFA <8%. Pemberian
karbohidrat sebesar 215 gram per hari (57% KET) terutama berupa karbohidrat
kompleks.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2 Kasus 2
Pasien I, perempuan berusia 59 tahun, pedagang nasi uduk, dirawat selama 10 hari
dengan jaminan pembayaran menggunakan KJS.Pasien dirawat dengan diagnosis
DM tipe 2, ulkus diabetikum plantar pedis dekstra, hipermetabolisme sedang,
anemia, dislipidemia, berat badan normal berisiko malnutrisi. Keluhan utama
pasien adalah luka pada telapak kaki kanan akibat terkena staples sekitar enam
hari SMRS. Luka tidak membaik tampak semakin lebar dan dalam serta dirasakan
nyeri.Keluhan kemudian disertai dengan demam, lemah badan, mual, penurunan
nafsu makan, dan sakit kepala.Pasien berobat ke poliklinik DM di RSSW dan
mendapat anjuran untuk rawat inap.Adanya keluhan sering BAK dan sering haus
diakui pasien.Adanya keluhan sering lapar disangkal.Saat dilakukan pemeriksaan
pasien mengeluh lemas badan, tidak demam, tidak mual, tidak nyeri, dan nafsu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bentuk makanan lunak, yang terbagi menjadi tiga kali makanan utama dan tiga
kali makanan selingan.Pemberian nutrisi kemudian ditingkatkan 10–20% sesuai
dengan toleransi pasien.Mikronutrien yang diusulkan adalah pemberian
multivitamin dan mineral setara dengan AKG dan vitamin C 1 x 500 mg, terutama
selama asupan nutrisi belum baik.Anjuran nutrien spesifik yang diberikan adalah
omega-3 (EPA dan DHA) sebanyak 2 gram per hari.Anjuran pemenuhan cairan
adalah sebesar 30-40 ml/hari.Analisis asupan energi dan makonutrien pasien
selama perawatan terlihat pada Gambar 3.8 dan 3.9.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3 Kasus 3
Pasien T, perempuan berusia 60 tahun, ibu rumah tangga, dirawat selama 13 hari
dengan jaminan pembayaran menggunakan KJS. Diagnosis perawatan pasien
adalah DM tipe 2, ulkus pedis dekstra,gangren digiti I pedis dekstra, hipertensi
grade I, hipermetabolisme sedang, anemia, leukositosis, berat badan
normalberisiko malnutrisi.Pasien memerlukan pemantauan TTG karena asupan
yang tidak adekuat selama 3 – 5hari.Pasien datang dengan keluhan utama ibu jari
kaki kanan yang tampak melepuh, kemerahan, nyeri dan bertambah besar sejak
empat hari SMRS.Keluhan disertai panas badan dengan suhu naik turun, lemah,
nyeri kepala, dan mual.Pasien kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas atas
keluhannya.Luka dibersihkan dan pasien diberi obat, serta disarankan untuk
berobat lebih lanjut ke RS untuk fasilitas yang lebih baik.Satu hari SMRS pasien
merasakan keluhan demam, mual dan turunnya nafsu makan tidak membaik serta
badan semakin lemas.Luka di ibu jari pasien menjadi semakin luas, bernanah, dan
kebiruan.Pasien kemudian berobat ke UGD RSSW dan dianjurkan menjalani
rawat inap.Keluhan adanya sering haus, sering BAK dan lemah badan dirasakan
pasien terutama sejak dua bulan SMRS.Keluhan sering lapar tidak ada.Adanya
keluhan penurunan ketajaman penglihatan, kesemutan, atau sesak nafas baik saat
Universitas Indonesia
pemeriksaan maupun sebelum sakit disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat luka
yang sama sebelumnya. Riwayat menderita kencing manis, tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, stroke, atau penyakit paru-paru disangkal. Ibu dan kakak
kandung pasien menderita kencing manis. Adanya riwayat penyakit lain dalam
keluarga disangkal. Saat dilakukan pemeriksaan pasien masih demam dan
mengeluh mual, nafsu makan menurun, lemah badan, nyeri kepala dan pada
luka.Riwayat adanya perubahan berat badan disangkal.Pasien tidak memiliki
riwayat merokok.Penilaian subyektif pasien selama perawatan terlihat pada Tabel
3.3.
Selama perawatan didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis.Perkembangan tanda vital pasien selama perawatan
terlihat pada Gambar 3.11.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kg dan IMT 22,3 kg/m2. Pada hari ke-7 dilakukan penimbangan dengan hasil berat
badan pasien adalah 52 kg dan IMT 21,6 kg/m2.
Analisis asupan pasien sebelum sakit dan dalam 24 jam sebelum
pemeriksaan digambarkan pada gambar 3.12. Perencanaan pemberian energi
dilakukan dengan menilai KEB dan KET.Kebutuhan energi basal dihitung dengan
menggunakan persamaan Harris-Benedict, besarnya 1.181 kkal per hari.
Kebutuhan energi total diperoleh dari perkalian KEB dengan faktor stres 1,3 yaitu
1.535 kkal ≈ 1.500 kkal per hari. Komposisi nutrien yang direncanakan terdiri dari
protein 1,3 g/kgBB/hari yaitu 69,5 gram ≈ 70 gram per hari dengan perbandingan
protein hewani dan nabati sebesar 2:1. Lemak diberikan sampai dengan 25% KET
yaitu 42 gram ≈ 40 gram per hari dengan komposisi SAFA <7%, MUFA <10 %
dan PUFA < 8%. Karbohidrat diberikan sebesar 214 gram per hari (57% KET)
terutama berupa karbohidrat kompleks.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.4 Kasus 4
Pasien H, laki-laki berusia 70 tahun, tidak bekerja, dirawat selama 8 hari dengan
jaminan pembayaran menggunakan KJS. Diagonis perawatan pasien adalah DM
tipe 2, ulkus diabetikum dengan gangren dorso pedis dekstra, PGK/chronic kidney
disease (CKD), hipertensi grade II, hipermetabolisme sedang, anemia,
hipoalbuminemia, hiperkalemia, obes I.
Pasien datang dengan keluhan luka akibat terkena potongan kayu saat
pasien memotong kayu penyangga genting rumah sekitar dua minggu SMRS.Luka
tidak membaik dengan pemberian obat luka maupun obat-obatan yang diberikan
oleh Puskesmas.Luka kemudian menjadi merah disertai bengkak disekitar luka,
demam, lemah badan, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.Pasien berobat
ke dokter umum, dan dirujuk ke RSSW.Pasien juga mengeluhkan menjadi sering
berkemih terutama malam hari sejak dua minggu SMRS.Adanya keluhan sering
haus dan cepat lapar disangkal.Saat dilakukan pemeriksaan lemah pasien mual,
demam, dan nafsu makan turun. Pasien pernah dikatakan menderita hiperglikemia
saat akan dilakukan operasi katarak pada tahun 2008, namun kemudian tidak
memeriksakan kembali/kontrol kadar glukosa darah. Adanya riwayat menderita
penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi sebelumnya disangkal.Riwayat pernah
menderita penyakit jantung, paru-paru, asma, atau alergi disangkal.Riwayat
penyakit-penyakit tersebut pada anggota keluarga pasien tidak diketahui.Riwayat
adanya penurunan berat badan disangkal, dan keluarga menyatakan tidak tampak
kesan perubahan berat badan.Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau
minum alkohol.Pasien memerlukan pemantauan TTG karena asupan yang tidak
adekuat selama 3–5hari.
Selama perawatan didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis.Perkembangan tanda vital pasien selama perawatan
terlihat pada Gambar 3.16.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Serial kasus ini membahas empat buah kasus pasien yang dirawat dengan
diagnosis DM tipe 2 dengan komplikasi UDP disertai komplikasi lain dan
berbagai komorbid. Berdasarkan skrining gizi yang dilakukan terhadap keempat
pasien saat masuk rumah sakit, seluruh pasien memerlukan pemantauan
TTG.Skrining gizi pasien rawat inap saat masuk rumah sakit dilakuan untuk
mengidentifikasi terdapatnya malnutrisi (gizi lebih maupun gizi kurang) atau
risiko terjadinya malnutrisi, sehingga dapat ditentukan rencana pemberian nutrisi
yang adekuat.Anjuran pemakaian skrining gizi khusus untuk penderita DM yang
dirawat inap belum ada, namun metode Malnutrition Universal Screening Tool
(MUST) dikatakan valid untuk digunakan pada pasien rawat inap. Formulir
skrining gizi yang digunakan pada keempat pasien serial kasus ini meliputi
penilaian yang terdapat dalam MUST. Berdasarkan skrining gizi yang dilakukan,
didapatkan asupan makanan seluruh pasien tidak adekuat dalam 3–5 hari serta
adanya hipoalbuminemia (kadar albumin kurang dari 3 g/dL) pada dua orang
pasien.Gambaran karakteristik pasien terlihat pada Tabel 4.1.
54
Universitas Indonesia
Sebagian besar usia pasien adalah dewasa tua dan usia lanjut. Dikatakan
bahwa faktor risiko terjadinya DM adalah usia>45 tahun, sehingga pada individu
dengan usia tersebut dianjurkan untuk dilakukan skrining DM walaupun tidak
terdapat gejala klasik.2,3,23Faktor risiko lain yang terdapat pada pasien-pasien
tersebut adalah obesitas pada pasien kasus 4 serta riwayat keluarga menderita
diabetes pada pasien kasus 2 dan 3. Kompliksai UDP cenderung terjadi pada tahap
lanjut perjalanan penyakit DM, dimana fungsi beberapa komplikasi makro dan
mikrovaskuler telah berkembang sehingga meningkatkan risiko terjadinya UDP.23
Status sosial ekonomi dan pendidikan pasien mempengaruhi perjalanan
penyakit DM dengan komplikasi UDP, terutama berkaitan dengan keterlambatan
dan tidak adekuatnya penangangan luka bahkan tidak terdiagnosisnya penyakit.
Keempat pasien didiagnosis dengan DM tipe 2.Kadar GDS seluruh pasien
saat MRS ≥200 mg/dL. Walaupun dari anamnnesis tidak semua pasien memiliki
gejala klasik DM, namun kadar HbA1C keempat pasien HbA1C ≥6,5%, sehingga
pasien memenuhi kriteria diagnosis DM tipe 2 berdasrkan PERKENI.2
Diagnosis UDP ditegakkan berdasarkan pada diagnosis atau riwayat
menderita DM dengan adanya luka yang tidak menyembuh/luka kronis.Luka
kronis adalah luka yang tidak mengalami perbaikan dalam enam minggu atau
terjadi berulang.Sebagian besar pasien tidak mengetahui menderita DM tipe 2 dan
ulkus terjadi akibat injuri/trauma yang kemudian berkembang menjadi luka yang
tidak kunjung sembuh, bahkan membesar dan memburuk dalam waktu kurang
dari dua minggu.
Status gizi tiga dari keempat pasien adalah berat badan normal dengan satu
pasien obes I. Keempat pasien tetap memiliki risiko menderita
malnutrisi.Walaupun selama perawatan tidak didapatkan penurunan berat badan
yang signifikan.Namun demikian, pasien kasus 4 mengalami perubahan status gizi
dari obes I menjadi berat badan lebih. Terlepas dari status gizi yang masih dalam
batas normal, pasien kasus 1 dan 3 mengalami penurunan berat badan sebesar 2,0
dan 2,8%. Walaupun jumlah penurunannya tidak besar, namun kedua pasien
memiliki kecenderungan untuk mengalami penurunan berat badan.
Pada penderita UDP cenderung terjadi peningkatan KEB. Penyakit DM
sendiri tergolong pada penyakit kronis yang akanmeningkatkan turnover dan
Universitas Indonesia
kehilangan protein. Pada penelitian oleh Zhang dkk tahun 2013,5 terhadap pasien
DM tipe 2 dengan UDP skor Wagner 1–5. Terdapat korelasi antara status nutrisi
dengan keparahan infeksi dan perkembangan ulkus.Risiko perburukan ulkus
meningkat dengan malnutrisi.Status nutrisi memburuk sejalan dengan perburukan
ulkus.Dan malnutrisi merupakan prediktor prognosis ulkus yang buruk.Malnutrisi
terdapat pada 62% subyek dan dikatakan dikatakan bahwa IMT <25
kg/m2berhubungan signifikan dengan amputasi. Sejalan dengan peningkatan skor
Wagner, terjadi penurunan IMT yang disertai dengan komplikasi vaskuler
termasuk neuropati, nefropati dan penyakit vaskuler perifer, serta kekacauan
beberapa parameter (Hb, albumin serum dan kolesterol total) yang akan diperberat
dengan keadaan uremia. Keberadaan UDP akan menurunkan massa bebas lemak
tubuh sebanyak 20%. Hal inilah yang menyebabkan fokus terapi UDP adalah tata
laksana luka/ulkus dan keadaan umum pasien termasuk perbaikan status
nutrisi.5,50
Adanya DM, ulkus dan kecenderungan terjadinya infeksi akan
meningkatkan KEB penderitanya. Status metabolisme keempat pasien adalah
hipermetabolisme sedang berdasarkan keadaan klinis serta parameter metabolisme
dari pemeriksaan laboratorium.
Anemia terjadi pada keempat pasien.Pemeriksaan morfologi darah hanya
dilakukan pada pasien kasus 1 dengan hasil normokrom normositer. Pada pasien
ini juga terdapat hasil pemeriksaan TIBC dan kadar besi serum yang rendah. Pada
DM, anemia dapat terjadi karena nuropati otonom berat sehingga mengganggu
persarafan simpatik eferen dan menurunkan produksi eritropoietin (Epo),
kerusakan interstitium renal, inflamasi sistemik dan inhibisi pelepasan Epo.
Dikatakan pula bahwa pada DM dapat terjadi anemia normokrom normositer
sebelum terjadi penurunan fungsi ginjal/nefropati.51Leukositosis yang terjadi pada
keempat pasien mencerminkan respon terhadap infeksi yang
terjadi.Hipoalbuminemia terjadi pada pasien kasus 1 dan 2.Hipoalbuminemia pada
sebagian besar pasien DM tipe 2 dengan komplikasi UDP dapat disebabkan dari
kurangnya asupan, peningkatan kebutuhan protein dan hilangnya protein melalui
luka/ulkus. Pada keadaan hipermetabolisme juga terjadi peningkatan
Universitas Indonesia
pembentukan protein fase akut dan penurunan kadar protein anti inflamasi,
diantaranya adalah albumin.
Kadar glukosa darahpada penilaian kadarglukosa darah harian, sebagian
besar pasien terkontrol mendekati normal, namun dosis insulin yang diperlukan
untuk mengontrolnya menjadi lebih besar dari hari ke hari. Dikatakan bahwa
sedikit sekali dari pasien dengan UDP yang dapat mencapai glukosa darah
target.51
Kebutuhan energi keempat pasien dinilai dengan persamaan Harris-
Benedict dan faktor stres ditetapkan 1,3. Referensi mengenai besar peningkatan
KEB pasien DM tipe 2 dengan komplikasi UDP belum ada. Pada
hipermetabolisme sedang, faktor stres yang digunakan adalah 1,3.46
Terlepas dari restriksi kalori terutama karbohidrat dalam mencapai target
glukosa serta restriksi protein dalam mencegah komplikasi nefropati dan
mempertahankan fungsi ginjal, pasien DM tipe 2 dengan komplikasi UDP
cenderung disertai dengan infeksi, sehingga memerlukan asupan energi yang
meningkat.
Selama perawatan, dilakukan edukasi nutrisi pada pasien saat pemerikaan,
pemantauan sehari-hari dan saat pasien pulang.Diabetes melitus merupakan
penyakit menahun yang akan diderita oleh pasien seumur hidup dengan sebagian
besar kegiatannya memerlukan tata laksana mandiri.Edukasi dan motivasi sangat
penting dalam membantu pasien menerima keadaan klinisnya, memahami
perjalanan penyakit DM dan komplikasinya, dan memotivasi menuju proses
perubahan gaya hidup. Penatalaksanaan yang baik diharapkan akan memberikan
usia harapan hidup lebih panjang dengan kesehatan dan kualitas hidup yang
baik.2,6
Jumlah anjuran asupan energi yang diberikan kepada pasien dengan
peningkatan bertahap sesuai toleransi pasien.Target jumah pemenuhan energi
tidak langsung tercapai di awal perawatan.Hal ini terutama disebabkan oleh
terdapatnya mual, lemah badan dan penurunan nafsu makan yang dapat
dipengaruhi oleh efek keadaan DM terhadap saluran cerna, serta konsumsi obat-
obatan yang memberikan efek gangguan saluran cerna.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
serta perubahan asupan makanan yang besar merupakan beberapa contoh yang
kerap timbul.54
Hiperglikemia adalah kadarglukosa darah >140 mg/dL, dengan indikasi
terapi bila terdapat keadaan glukosa darah >140–180 yang persisten. Selama
perawatan, kadarglukosa darah harian pasien berfluktuasi. Beberapa kali dalam
pemeriksaan pasien mengalami peningkatan kadarglukosa darah >200mg/dL.
Namun tidak pernah terjadi episode akut hiperglikemia hiperosmolaritas.55
Pemantauan glukosa darah selama pemberian nutrisi perlu berhati-hati
terhadap risiko terjadinya komplikasi akut hipoglikemia dan hiperglikemia
Selama perawatan, baik pemberian makanan, pemberian obat antiglikemik oral
dan insulin pada pasien hampir tidak pernah terlambat. Demikian pula dengan
penilaian kadar glukosa darah harian dilakukan tepat pada waktunya, dan asupan
makanan pada tiap kali makan tidak pernah terlalu jauh berbeda.54
Terlepas dari ketepatan waktu dalam hal-hal tersebut diatas dan perbaikan
keadaan umum serta luka/ulkus pasien, dari gambaran kadar glukosa darah harian
pasien didapatkan bahwa kadar glukosa pasien cenderung meningkat kembali
pada akhir perawatan setelah tercapai kadar normal di pertengahan masa
perawatan. Hal ini dapat terjadi akibat adanya asupan makanan yang tidak diakui
pasien kepada TTG. Sejalan dengan meningkatnya nafsu makan yang disertai
dengan kejenuhan pasien terhadap menu makanan rumah sakit, diduga pasien
mengonsumsi makanan di luar sajian rumah sakit.
Kendala lain yang dihadapi dalam memberikan tata laksana nutrisi adalah
keterbatasan rumah sakit terutama dalam pengadaan jenis makanan yang sesuai
dengan anjuran.
Selama pemantauan pasien tidak mengalami komplikasi akut.Dokter
penanggung jawap pasien (DPJP) senantiasa menyesuaikan dosis pemberian
insulin dengan kadar glukosa darah dari pemeriksaan kurva glukosa darah harian.
Meski demikian kepada pasien diberikan edukasi bahwa pada penderita DM tipe 2
dengan glukosa darah terkontrolpun komplikasi akut masih dapat terjadi, terutama
pasien dengan terapi insulin yang rentan terhadap komplikasi hipoglikemia.
Kontrol glikemik yang baik sedapatnya juga dilakukan dengan
pemantauan kadar glukosa darah di rumah secara berkala yang disebut dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan garam. Ranitidin adalah bloker reseptor histamin H2 yang berikatan dengan
reseptor H2 sel parietal gaster dan selanjutnya menurunkan sekresi asam lambung.
Ondansentron adalah antagonis reseptor 5-HT3serotonin yang akan menurunkan
kerja serotonin sehingga menurunkan keluhan gastrointestinal.61
Pasien mendapatkan amlodipine yaitu golongan dihidropiridin (antagonis
ion kalsium) dengan tujuan menurunkan tekanan darah.Amlodipine menghambat
masuknya kalsium ekstraseluler melalui membran ke dalam otot polos pembuluh
darah dan jantung, sehingga menghambat kontraksi otot tersebut dan
menyebabkan dilatasi arteri koronaria. Efek samping obat ini dapat berupa edema
dan nyeri kepala, namun jarang terjadi.62
Pasien dengan penurunan fungsi ginjal pada serial kasus ini mendapatkan
Kalitake, yaitu sediaan calcium polystyrene sulfonate yang bertujuan untuk
menurunkan kadar kalium pada keadaan hiperglikemia akibat gagal ginjal. Obat
ini bekerja sebagai resin penukar ion yang melepaskan kalsium dan mengikat
kalium di dalam usus besar dan diekskresikan. Obat ini memberikan efek mual,
penurunan nafsu makan, konstipasi, dan hipokalemia.63Pasien dengan penurunan
fungsi ginjal juga mendapatkan terapi Ketosteril, yaitu asam keto analog asam
amino bebas nitrogen, yang diberikan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan
asam amino pada diet rendah protein dan mencegah malnutrisi. Sediaan ini juga
meningkatkan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin, serta memperbaiki profil
lipid.64
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan laporan serial kasus pasien DM tipe 2 dengan komplikasi UDP, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tata laksana nutrisi pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi UDP
mencakup pemberian jumlah energi yang adekuat sesuai dengan status
metabolismenya, dengan komposisi makronutrien yang seimbang,
mikronutrien yang disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, pemberian
nutrient spesifik, menjaga imbang cairan dan elektrolit, serta pemberian
edukasi nutrisi.
2. Selama pemantauan, seluruh pilar tata laksana penderita DM tipe 2 diberikan,
yaitu terapi nutrisi, aktivitas fisik, farmakologi dan edukasi. Tata laksana
perawatan ulkus pasien dilakukan dengan baik dan teratur.
3. Perbaikan klinis pasien terutama terlihat dari perbaikan keadaan umum, klinis,
asupan nutrisi, kapasitas fungsional dan status luka. Terlepas dari perbaikan
yang tercapai, asupan nutrisi pasien lambat meningkat. Pasien mengeluhkan
mual dan lemah badan serta tidak nafsu makan dalam waktu yang cukup lama
selama perawatan, sehingga KETtercapai dengan lambat.
4. Pemberian mikronutrien lengkap sejumlah AKG dan suplementasi nutrient
spesifik omega-3 ada pasien-pasien tidak terlaksana karena alasan ketidak
tersediaan dan pasien tidak mampu menyediakan secara swadaya. Namun
demikian, pada kegiatan edukasi nutrisi selama rawat dan di hari pasien
diperbolehkan pulang, diberikan kiat mengonsumsi nutrisi sesuai rekomendasi
dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup dan jenis bervariasi dan
sesuai dengan jadwal serta memberikan alternatif bahan makanan sumber kaya
omega-3.
64
Universitas Indonesia
5.2 Saran
1. Pemenuhan jumlah kebutuhan energi total dihitung dengan hati-hati
berdasarkan parameter antropometrik yang diukur dan dipantau dengan baik
sehingga dapat memberikan rencana pemberian nutrisi yang tepat dan adekuat.
2. Suplementasi mikronutrien tetap diberikan mengingat potensi manfaatnya
terhadap keadaan DM dan UDP terlepas dari belumadekuatnya dukungan
penelitian, terutama pada pasien lanjut usia dan saat asupan nutrisi pasien
masih belum adekuat atau mencapai KET.
3. Pemberian suplementasi atau bahan makanan kaya omega-3 sebaiknya
dilakukan untuk mendukung penyembuhan luka, keadaan diabetes dan
menurunkan gejala simptomatik yang menurunkan asupan makanan seperti
anoreksia.
4. Penderita DM sangat penting untuk mendapatkan edukasi dan motivasi dalam
menerapkan empat pilar terapi DM terutama setalah pasien pulang dan
melanjutkan terapi rawat jalan. Terapi DM sangat individual dan
berkelanjutan sehingga memerlukan perubahan gaya hidup. Perubahan ini
akan lebih mudah bila pasien mendapat pendekatan dari tenaga medis dalam
memahami perjalanan penyakit dan terapinya khusunya terapi nutrisi melalui
edukasi dan motivasi.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
1. Rolfes S.R., Pinna K., Whitney E. (2006). Nutrition and Diabetes Mellitus.
Dalam Understanding Normal and Clininal Nutrition. Thomson Wadsworth,
USA. .
2. PERKENI (2011). Konsensus Penglelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta. Indonesia.
3. Buku Panduan Pengelolaan Prediabetes dan Penceghan Diabetes Tipe 2
(2010). PB. PERSADIA
4. Pradhan L, Andersen ND, Nabzdyk C,LoGerfo FW, Veves A. Wound-
Healing Abnormalities in Diabetes and New Therapeutic Interventions. US
Endocrinology 2007;(1):68-72.
5. Zhang SS, Tang ZY, Fang P, Qian HJ, Xu L, Ning G. Nutritional status
deteriorates as the severity of diabetic foot ulcers increases and independently
associates with prognosis. Exp Ther Med. 2013;5:215-22.
6. Ramsdell J.W., Schwartzberg J.G. (2007) Medical Managemet of the Home
Care Patients. American Medical Associated and American Academy of
Home Care Physician.
7. Heimburger D.C., Jamy D (2006) Hand Book of Clinical Nutrition.
Philadelpia: Mosby Elsevier. .
8. American Diabetes Association. (2013). Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 36 (1), S67-S74.
9. Jun H, Bae HY, Lee BR, Koh KS, Kim YS, Lee KW, et al. Pathogenesis of
non-insulin-dependent (type II) diabetes mellitus (NIDDM) - genetic
predisposition and metabolic abnormalities. Adv Drug Deliv Rev.
1999;35:157-77.
10. American Diabetes Association. (2013). Standard of Medical Care in
Diabetes. Diabetes Care,36(1),S12-S66.
11. American Diabetes Association. (2012). Executive Summary: Standard of
Medical Care in Diabetes. Diabetes Care, 35, (1), S4-S10.
12. Franz MJ. Medical nutrition therapy for diabetes mellitus and hypoglycemia
of non diabetic origin. Dalam: Mahan LK, Escott-Stump (editor). Food and
nutrition therapy. Edisi ke-12. Canada, Saunders Elsevier; 2008. h764-802.
13. Solano MP, Goldberg RB. Lipid Management in Type 2 Diabetes. Clinical
DIabetes. 2006;24:27-32.
14. Vijayaraghavan, K. (2010). Treatment of Dyslipidemia in Patients With Type
2 Diabetes. Lipids in Health and Disease, 9, 414, 1-12.
15. Cheung BM, Li C. Diabetes and hypertension: is there a common metabolic
pathway? Curr Atheroscler Rep. 2012;14:160-166.
16. American Diabetes Association. (2007). Nutrition Recommendations and
Interventions for Diabetes. Diabetes Care, 30, (1), S48-S65.
17. Hussain A, Hydrie MZI, Claussen B, Asghar A. Type 2 Diabetes and obesity:
A review. Journal of Diabetology, June 2010; 2:1.
66
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
51. Craig, K.J., Williams, J.D., Riley S.G., SMith, R.N., Owens, D.R., Worthing,
D., Cavill. I., Phillips A.O. (2005). Anemia and Diabetes in the Absence of
Neuropathy. Diabetes Care, 28, 1118–1123.
52. Komposisi dan informasi nilai gizi preparat multivitamin dan mineral yang
TM
diusulkan terhadap pasien (Renovit ).
http://www.konimex.com/product/vitamin/vitamins/renovit. Diunduh 1 Juli
2013.
53. Akinsete, J., Ion, G., Hardman, W. (2008). Maternal Consumption of Canola
Oil Reduces Mammary Gland Cancer Risk in C3 (1) Tag Offspring. Cancer
Prevention Research,1,(7).
54. Koutkia, P., Apovian, C.O.(2002). Nutrition Support in the Critically Ill
Diabetic Patient. Dalam Nutritional Considerations in the Intensive Care Unit.
Shikora, S.A., Martindale, R.G. Schwaitzberg, S.D.ed. Kendal/Hnt Publishing
Company. .
55. Magaji V, Johnston JM. Inpatient Management of Hyperglycemia and
Diabetes. CLinical DIabetes. Volume 29, Number 1, 2011.
56. Mycek MJ, Gertner SB, Perper MM. Insulin and oral hypoglycemic drugs.
Dalam: Harvey RA, Champe PC (editor). Pharmacology. Philadelphia, J.B.
Lippincott Company; 1992.
57.http://www.fda.gov/OHRMS/DOCKETS/dailys/02/May02/053102/800471e6.
pdf. Metformin hydrochloride tablets. Diunduh tanggal 25 Mei 2013.
58. Mycek MJ, Gertner SB, Perper MM. Inhibitors of cell wall synthesis. Dalam:
Harvey RA, Champe PC (editor). Pharmacology. Philadelphia, J.B.
Lippincott Company; 1992.
59. Mycek MJ, Gertner SB, Perper MM. Antiprotozoal drugs. Dalam: Harvey
RA, Champe PC (editor). Pharmacology. Philadelphia, J.B. Lippincott
Company; 1992.
60. Co amoxiclav: Pion baru menghadapi resistensi antibiotik. Medika Jurnal
Kedokteran Indonesia. Edisi No 10. Vol. XXXVII, 2011. .
61. Mycek MJ, Gertner SB, Perper MM. Gastrointestinal drugs. Dalam: Harvey
RA, Champe PC (editor). Pharmacology. Philadelphia, J.B. Lippincott
Company; 1992.
62. http://www.hexpharmjaya.com/page/amlodipine.aspx. Amlodipine. Diunduh
tanggal 25 Mei 2013.
63. Hiperkalemia berat pengaruhi fungsi jantung. Medika Jurnal Kedokteran
Indonesia. Edisi No 01. Vol. XXXVIII, 2012.
64. Teplan V. Supplements of keto acids in patients with chronic renal failure.
Nefroloji Dergisi 2004;13(1):3-7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
T PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 kaplet, PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1
kaplet, antasida 4 x 500, antasida 4 x 500. kaplet, antasida 4 x 500.
IV: metronidazole 1 x 1 g, ranitidine 2 x 50 mg, IV: metronidazole 1 x 1 g, ranitidine 2 x 50 mg, IV: metronidazole 1 x 1 g, ranitidine 2 x 50 mg,
cefotaksim 3 x 1 g, Nuvorapid sesuai kadar gula cefotaksim 3 x 1 gram, Nuvorapid sesuai kadar gula cefotaksim 3 x 1 g, Nuvorapid sesuai kadar gula
darah. darah, Levemir 1 x 5 unit darah, Levemir 1 x 5 unit, KCl: 25 mEq/hari,
NaCl 0,9% 500 ml/hari
Universitas Indonesia
A DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV
pedis sinistra pedis sinistra pedis sinistra
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
anemia, leukositosis, leukositosis, anemia, leukositosis, hipoalbumineamia
St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual
St. elektrolit:hiponatremia St. elektrolit: tidak dilakukan pemeriksaan St. elektrolit: tidak dilakukan pemeriksaan
St. cairan: - 350 ml/24 jam St. cairan: + 230 ml/24 jam St. cairan: + 180 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: dalam batas normal St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
Universitas Indonesia
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan glukosa darah, keseimbangan cairan setiap hari
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan dan antropometri setiap minggu. Usulan:
laboratorium darah perifer lengkap, albumin, laboratorium darah perifer lengkap, albumin, fungsi pemeriksaan laboratorium darah perifer
fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi hepar dan lengkap, albumin, fungsi ginjal dan elektrolit
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu; dan profil lipid setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap minggu; fungsi hepar dan profil lipid
kadar HbA1C setiap tiga bulan. setiap tiga bulan. setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan tiga bulan.
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
AA E: 1.400 kkal/hari, P: 56 g/hari, L: 40 g/hari, KH: E: 1.400 kkal/hari, P: 53 g/hari, L: 37 g/hari, KH: E: 1.500 kkal/hari, P: 67 g/hari, L: 42 g/hari,
204 g/hari 214 g/hari KH: 214 g/hari
T PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 kaplet, PO: parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1
kaplet, amlodipine 1 x 5 mg cefotaksim 3 x 1 gram, amlodipine 1 x 5 mg kaplet, antasida 4 x 1, levofloksasin 1 x 500 mg,
IV: metronidazole 1 x 500 mg, cefotaksim 3 x 1 IV: metronidazole 1 x 500 mg, cefotaksim 3 x 1 amlodipine 1 x 5 mg.
gram, Nuvorapid sesuai kadar gula darah, gram,Nuvorapid sesuai kadar gula darah, ranitidine 2 IV: cefotaksim 3 x 1 gram, Nuvorapid sesuai
ranitidine 2 x 50 mg, Levemir 1 x 5 unit, KCl: 25 x 50 mg, Levemir 1 x 5 unit, kadar gula darah, ranitidine 2 x 50 mg, Levemir
mEq/hari, NaCl 0,9% 500 ml/hari 1 x 5 unit
A DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV DK: DM tipe 2, UDP sinistra,pasca amputasi digiti DK: DM tipe 2, UDP sinistra,pasca amputasi
pedis sinistra, hipertensi grade I IV pedis sinistra, hipertensi grade I digiti IV pedis sinistra, hipertensi grade I
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
anemia, leukositosis, leukositosis, anemia, leukositosis
St. saluran cerna: dalam batas normal St. saluran cerna: dalam batas normal St. saluran cerna: dalam batas normal
St. elektrolit: hipokalemia St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal
St. cairan: + 80 ml/24 jam St. cairan: - 270 ml/24 jam St. cairan: - 20 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
Universitas Indonesia
E P L KH E P L KH E P L KH
(k al) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g)
1.500 70 40 214 1.500 70 40 214 1.500 70 40 214
18,6%, 1,4 g/kgBB 18,6%, 1,4 g/kgBB 18,6%, 1,4 g/kgBB
N NPC 1:109 25% 57% N:NPC 1:109 25% 57% N:NPC 1:109 25% 57%
Universitas Indonesia
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan glukosa darah, keseimbangan cairan setiap hari
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan dan antropometri setiap minggu. Usulan:
laboratorium darah perifer lengkap, albumin, laboratorium darah perifer lengkap, albumin, fungsi pemeriksaan laboratorium darah perifer
fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi hepar dan lengkap, albumin, fungsi ginjal dan elektrolit
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu; dan profil lipid setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap minggu; fungsi hepar dan profil lipid
kadar HbA1C setiap tiga bulan. setiap tiga bulan. setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan tiga bulan.
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
AA E: 1.500 kkal/hari, P: 67 g/hari, L: 42 g/hari, KH: E: 1.500 kkal/hari, P: 67 g/hari, L: 42 g/hari, KH: E: 1.500 kkal/hari, P: 67 g/hari, L: 42 g/hari,
214 g/hari 214 g/hari KH: 214 g/hari
T PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1 kaplet, PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Pujimin 3 x 1
kaplet, antasida 4 x 1, levofloksasin 1 x 500 mg, antasida 4 x 1, levofloksasin 1 x 500 mg, amlodipine kaplet, antasida 4 x 1, levofloksasin 1 x 500 mg,
amlodipine 1 x 5 mg. 1 x 5 mg. amlodipine 1 x 5 mg.
IV: cefotaksim 3 x 1 gram, Nuvorapid sesuai IV: cefotaksim 3 x 1 gram, Nuvorapid sesuai kadar IV: cefotaksim 3 x 1 gram, Nuvorapid sesuai
kadar gula darah, ranitidine 2 x 50 mg, Levemir 1 gula darah, ranitidine 2 x 50 mg. Levemir 1 x 10 unit kadar gula darah, ranitidine 2 x 50 mg. Levemir
x 5 unit 1 x 10 unit
A DK: DM tipe 2, UDP sinistra,pasca amputasi DK: DM tipe 2, UDP sinistra,pasca amputasi digiti DK: DM tipe 2, UDP sinistra,pasca amputasi
digiti IV pedis sinistra, hipertensi grade I IV pedis sinistra, hipertensi grade I digiti IV pedis sinistra, hipertensi grade I
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
anemia, leukositosis, leukositosis, anemia, leukositosis,
St. saluran cerna: dalam batas normal St. saluran cerna: dalam batas normal St. saluran cerna: dalam batas normal
St. elektrolit:dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal
St. cairan: - 470 ml/24 jam St. cairan: - 30 ml/24 jam St. cairan: - 120 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lab -
Universitas Indonesia
P Kebutuhan kalori:
KEB:1.139 kkal/hari
KET: 1.480 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3)
Komposisi :
Protein: 1,4 g/kgBB/hari ≈ 67,5 g ≈ 70 g ≈ 280
kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:109
Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari
Karbohidrat: 856 kkal = 214 g ≈ 57 % KET
Serat: 20–25 g/hari
Garam: 5 g/hari
Kebutuhan cairan: 30-40 ml/kgBB/hari = 1.410-
1.880 ml/hari
Anjuran:
Jenis: Makanan biasa
Rute: Per oral; frekuensi 6 kali (3x makanan
utama & 3x makanan selingan)
E P L KH
(kkal) (g) (g) (g)
1.500 70 40 215
18,6%, 1,4 g/kgBB
N:NPC 1:109 25% 57%
Universitas Indonesia
Lab Hb: 10,3 g/dL, Ht: 29,9%, Leu:12.500, Trom: TG: 89 mg/dL, KT: 116 mg/dL, K-HDL: 16, K- AGD: pH: 7,44, PCO2: 31, PO2: 109, HCO3:
340.000 /uL, SGOT: 17 U/L, SGPT: 12 U/L, LDL: 82 mg/dL 21, Base exess: -2
LED: 115 mm/jam, Asam urat: 4,4 mg/dL, Pemeriksaan sinar-X pedis: infeksi jaringan lunak
ureum: 47 mg/dL, kreatinin: 0,6 mg/dL, Na: 137 pada phalanx distal digiti I.
mmol/dL, K: 3,6 mmol/dL, Cl: 104 mmol/dL Pemeriksaan sinar-X toraks: jantung dan kedua paru
dalam batas normal
AC I: 1.700 ml O: 1.795 Imbang: - 95 ml I: 2.300 ml O: 2.045 ml, Imbang: + 255 ml I:2.250 ml O: 2.045 ml, Imbang: + 205 ml
AA E: 942 kkal/hari, P: 37,8 g/hari, L: 26,5 g/hari, E: 1.050 kkal/hari, P: 53 g/hari, L: 31 g/hari, KH: E: 1.150 kkal/hari, P: 41 g/hari, L: 28 g/hari,
KH: 138 g/hari 139 g/hari KH: 183 g/hari
T PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Co-Amoxiclav 3 x PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Co-Amoxiclav 3 x 625 PO: Parasetamol 3 x 500 mg, Co-Amoxiclav 3 x
625 mg, gemfibrozil 1 x 600 mg, metformin 3 x mg,gemfibrozil 1 x 600 mg, glibenklamid 15 gram 625 mg,gemfibrozil 1 x 600 mg, glibenklamid
500 mg, glibenklamid 15 gram dalam 2 kali dalam 2 kali pemberian, simvastatin 1 x 20 mg, 15 gram dalam 2 kali pemberian, simvastatin 1 x
pemberian, simvastatin 1 x 20 mg, 20 mg,
IV: Ringer lactate 500 ml/24 jam.
Universitas Indonesia
A DK: DM tipe 2, UDP dekstra. DK: DM tipe 2, UDP dekstra, dislipidemia DK: DM tipe 2, UDP dekstra, dislipidemia
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
anemia, leukositosis, leukositosis, anemia, leukositosis,
St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual
St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal
St. cairan: - 95 ml/24 jam St. cairan: + 255 ml/24 jam St. cairan: + 205 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: alkalosis respiratorik kompensata
P Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori:
KEB:1.181 kkal/hari KEB:1.181 kkal/hari KEB:1.181 kkal/hari
KET: 1.535 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.535 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.535 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3)
Komposisi : Komposisi : Komposisi :
Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 68,9 g ≈ 70 g = 270 Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 68,9 g ≈ 70 g = 270 kkal Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 68,9 g ≈ 70 g = 270
kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:108 ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:108 kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:108
Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari
(SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%)
Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56% KET Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56% KET Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56% KET
Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari
Garam: 6–7 g/hari Garam: 6–7 g/hari Garam: 6–7 g/hari
Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari =1.590- Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari =1.590- Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari
2.120 ml/hari 2.120 ml/hari =1.590- 2.120 ml/hari
Anjuran: Anjuran: Anjuran:
Jenis: Makanan lunak Jenis: Makanan lunak Jenis: Makanan biasa
Rute: Per oral Rute: Per oral Rute: Per oral
Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x
makanan selingan) makanan selingan) makanan selingan)
E P L KH E P L KH E P L KH
(kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g)
1.100 53 30 154 1.300 58 36 185,7 1.300 58 36 185,7
19,2%; 1,0 g/kgBB 17,8%, 1,1 g/kgBB 17,8%, 1,1 g/kgBB
N:NPC 1:104 25% 56% N:NPC 1:115 25% 57% N:NPC 1:115 25% 57%
Universitas Indonesia
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan:
laboratorium darah perifer lengkap, albumin, laboratorium darah perifer lengkap, albumin, fungsi pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap,
fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi hepar dan albumin, fungsi ginjal dan elektrolit setiap
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu; dan profil lipid setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C minggu; fungsi hepar dan profil lipid setiap tiga
kadar HbA1C setiap tiga bulan. setiap tiga bulan. minggu; dan kadar HbA1C setiap tiga bulan.
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
A DK: DM tipe 2, UDP dekstra, dislipidemia DK: DM tipe 2, UDP dekstra, dislipidemia DK: DM tipe 2, UDP dekstra, dislipidemia
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
anemia, leukositosis, leukositosis, anemia, leukositosis,
St. saluran cerna: mual (minimal) St. saluran cerna: dalam batas normal St. saluran cerna: dalam batas normal
St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal St. elektrolit: dalam batas normal
St. cairan: - 295 ml/24 jam St. cairan: + 405 ml/24 jam St. cairan: - 145 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan glukosa darah, keseimbangan cairan setiap hari
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan dan antropometri setiap minggu. Usulan:
laboratorium darah perifer lengkap, albumin, laboratorium darah perifer lengkap, albumin, fungsi pemeriksaan laboratorium darah perifer
fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi hepar dan lengkap, albumin, fungsi ginjal dan elektrolit
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu; dan profil lipid setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap minggu; fungsi hepar dan profil lipid
kadar HbA1C setiap tiga bulan. setiap tiga bulan. setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C setiap
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan tiga bulan.
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
A DK: DM tipe 2, UDP dekstra, gangren digiti I DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV DK: DM tipe 2, UDP sinistra, gangren digiti IV
pedis dekstra pedis sinistra, hipertensi grade I pedis sinistra, hipertensi grade I
St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi St. gizi: berat badan normal berisiko malnutrisi
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, anemia,
anemia, leukositosis, anemia, leukositosis, leukositosis,
St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual (minimal)
St. elektrolit:hiponatremia St. elektrolit: hiponatremia St. elektrolit: dalam batas normal
St. cairan: - 402 ml/24 jam St. cairan: - 352 ml/24 jam St. cairan: - 2 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. asam basa: alkalosis respiratorik St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
terkompensasi
P Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori:
KEB:1.181,5 kkal/hari KEB:1.181,5 kkal/hari KEB:1.181,5 kkal/hari
KET: 1.535,4 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.535,4 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.535,4 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3)
Komposisi : Komposisi : Komposisi :
Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 69,6 g ≈ 70 g ≈ 280 Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 69,6 g ≈ 70 g ≈ 280 Protein: 1,3 g/kgBB/hari ≈ 69,6 g ≈ 70 g ≈ 280
kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:109 kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:109 kkal ≈ 18,6% KET ≈ N:NPC ≈ 1:109
Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari
(SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%)
Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56 % KET Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56 % KET Karbohidrat: 842 kkal ≈ 210 g ≈ 56 % KET
Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari
Garam: 6–7 g/hari Garam: 5 g/hari Garam: 5 g/hari
Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari =1.605- Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari =1.605- Kebutuhan cairan: 30–40 ml/kgBB/hari =1.605-
2.140 ml/hari 2.140 ml/hari 2.140 ml/hari
Anjuran: Anjuran: Anjuran:
Jenis: Makanan lunak Jenis: Makanan lunak Jenis: Makanan lunak
Rute: Per oral Rute: Per oral Rute: Per oral
Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x Frekuensi: 6 kali ( 3x makanan utama dan 3x
makanan selingan) makanan selingan) makanan selingan)
E P L KH E P L KH E P L KH
(kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g)
1.100 40 30 167,5 1.300 60 36 186 1.300 60 36 186
15%, 0,75 g/kgBB 17,8%, 1,1 g/kgBB 17,8%, 1,1 g/kgBB
N:NPC 1:146 25% 61% N:NPC 1:115 25% 57% N:NPC 1:115 25% 57%
Universitas Indonesia
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan
laboratorium darah perifer lengkap, albumin, pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap, laboratorium darah perifer lengkap, albumin, fungsi
fungsi ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi albumin, fungsi ginjal dan elektrolit setiap ginjal dan elektrolit setiap minggu; fungsi hepar dan
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu; dan minggu; fungsi hepar dan profil lipid setiap tiga profil lipid setiap tiga minggu; dan kadar HbA1C
kadar HbA1C setiap tiga bulan. minggu; dan kadar HbA1C setiap tiga bulan. setiap tiga bulan.
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 –
ditingkatkan 10 – 20%. ditingkatkan 10 – 20%. 20%.
Universitas Indonesia
Lab Hb: 9,4 g/dL, Ht: 28,3%, Leu:9.600, Trom: TG: 85 mg/dL, KT: 126 mg/dL, K-HDL: 31, K- Na: 139 mmol/dL, K: 5,8 mmol/dL, Cl: 108
206.000 /uL. Hitung jenis leukosit: dalam batas LDL: 79 mg/dL mmol/dL, ureum: 111 mg/dL, Kreatinin: 4,7
normal. Albumin: 3,2 g/dL, SGOT: 32 U/L, AGD: pH: 7,34, PCO2: 33, PO2: 68, HCO3: 17, mg/dL,
SGPT: 46 U/L, alkali fosfatase: 192 U/L. GDS: Base exess: -7.
272 mg/dL, HbA1C: 11,2 %, LED: 125 mm/jam, USG abdomen: ginjal kanan kiri sesuai kesan untuk
Na: 136 mmol/dL, K: 6,4 mmol/dL, Cl: 105 CKD dengan kista kecil-kecil pada kedua ginjal dan
mmol/dL, ureum: 136 mg/dL, Kreatinin: 5,0 tidak terlihat adanya batu atau bendungan. Organ
mg/dL, asam urat: 7,2 mg/dL. lain dalam batas normal
Foto sinar-X toraks: kardiomegali ringan
(pembesaran ventrikel kiri), kedua lapang paru dalam
batas normal.
Foto sinar-X pedis: edema dan emfisema jaringan
lunak pedis kanan tersangka terdapat gas gangren,
tidak tampak destruksi/osteomielitis pada tulang-
tulang pedis kanan.
Universitas Indonesia
AC I: 2.000 ml O: 2.300 ml, Imbang: - 300 ml/24 jam I: 2.200 ml O: 2.050 ml, Imbang: + 150 ml/24 jam I:1.800 ml O:2.050 ml, Imbang: + 250 ml/24jam
AA E: 1.250 kkal/hari, P: 37 g/hari, L: 40 g/hari, KH: E: 750 kkal/hari, P: 25 g/hari, L: 14 g/hari, KH: 131 E: 800 kkal/hari, P: 27 g/hari, L: 20 g/hari, KH:
190 g/hari g/hari 134 g/hari
T PO: Parasetamol 3 x 500 mg, amlodipine1 x 5 PO: Parasetamol 3 x 500 mg, amlodipine 1 x 5 mg, PO: Parasetamol 3 x 500 mg, amlodipine 1 x 5
mg. Ketosteril 3 x 2 kapsul, CaCo3 1 x 1.000 mg, asam mg, Ketosteril 3 x 2 kapsul, CaCo3 1 x 1.000
IV: metronidazole 1 x 1 g, ceftriakson 1 x 2 g, folat 2 x 1, vitamin B kompleks 3 x 1 tablet mg, Kalitake 3 x 1 sachet, asam folat 2 x 1,
ondansentron 2 x 8 mg, Nuvorapid sesuai kadar IV: metronidazole 1 x 1 g, ceftriakson1 x 2 g, vitamin B kompleks 3 x 1 tablet
gula darah, Ringer lactate 500 ml/hari. ondansentron 2 x 8 mg, Nuvorapid sesuai kadar gula IV: metronidazole 1 x 1 g, ceftriakson1 x 2 g,
darah, Ringer lactate 500 ml/hari ondansentron 2 x 8 mg, Nuvorapid sesuai kadar
gula darah
A DK: DM tipe 2, UDP dengan gangren dorso pedis DK: DM tipe 2, UDP dengan gangren dorso pedis DK: DM tipe 2, UDP dengan gangren dorso
dekstra, PGK/CKD, hipertensi grade II. dekstra, PGK/CKD, hipertensi grade II. pedis dekstra, PGK/CKD, hipertensi grade II
St. gizi: obes I St. gizi: obes I pasca nekrotomi.
St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St.metabolisme: hipermetabolisme sedang, St. gizi: obes I
hipoalbuminemia, anemia, leukositosis. hipoalbuminemia, anemia, leukositosis. St.metabolisme: hipermetabolisme sedang,
St. saluran cerna: mual St. saluran cerna: mual hipoalbuminemia, anemia, leukositosis.
St. elektrolit: hiperkalemia St. elektrolit: hiperkalemia St. saluran cerna: mual
St. cairan: - 300 ml/24 jam St. cairan: + 150 ml/24 jam St. elektrolit: hiperkalemia
St. asam basa: asidosis metabolik terkompensasi St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan St. cairan: - 250 ml/24 jam
St. asam basa: tidak dilakukan pemeriksaan
P Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori: Kebutuhan kalori:
KEB:1.199 kkal/hari KEB:1.199 kkal/hari KEB:1.199 kkal/hari
KET: 1.558 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.558 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3) KET: 1.558 ≈ 1.500 kkal/hari (FS 1,3)
Komposisi : Komposisi : Komposisi :
Protein: 0,8 g/kgBB/hari ≈ 46 g ≈ 70 g ≈ 184 kkal Protein: 0,8 g/kgBB/hari ≈ 46 g ≈ 70 g ≈ 184 kkal ≈ Protein: 0,8 g/kgBB/hari ≈ 46 g ≈ 70 g ≈ 184
≈ 12,2% KET ≈ N:NPC ≈ 1:178 12,2% KET ≈ N:NPC ≈ 1:178 kkal ≈ 12,2% KET ≈ N:NPC ≈ 1:178
Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari Lemak : 25% KET ≈ 378 kkal ≈ 42 g/hari
(SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%) (SAFA<7%, MUFA<10%, PUFA<8%)
Karbohidrat: 938 kkal ≈ 234 g ≈ 62,5% KET Karbohidrat: 938 kkal ≈ 234 g ≈ 62,5% KET Karbohidrat: 938 kkal ≈ 234 g ≈ 62,5% KET
Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari Serat: 20–25 g/hari
Garam: 5 g/hari Garam: 5 g/hari Garam: 5 g/hari
Kebutuhan cairan: disesuaikan dengan output Kebutuhan cairan: disesuaikan dengan output Kebutuhan cairan: disesuaikan dengan output
Universitas Indonesia
E P L KH E P L KH E P L KH
(kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g)
1.500 46 42 234 900 40 25 129 1.000 40 28 147
12,2%, 0,8 g/kgBB 17,7%, 0,7 g/kgBB 16%, 0,7 g/kgBB
N:NPC 1:178 25% 62,5% N:NPC 1:115 25% 57% N:NPC 1:131 25% 59%
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan glukosa darah, keseimbangan cairan setiap hari
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan dan antropometri setiap minggu. Usulan:
fungsi ginjal, analisis gas darah dan elektrolit tiap fungsi ginjal, analisis gas darah dan elektrolit tiap pemeriksaan fungsi ginjal, analisis gas darah
tiga hari, darah perifer setiap minggu, fungsi tiga hari, darah perifer setiap minggu, fungsi hepar dan elektrolit tiap tiga hari, darah perifer setiap
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu, HbA1C dan profil lipid setiap tiga minggu, HbA1C setiap minggu, fungsi hepar dan profil lipid setiap tiga
setiap tiga bulan. tiga bulan. minggu, HbA1C setiap tiga bulan.
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
E P L KH E P L KH E P L KH
(kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g) (kkal) (g) (g) (g)
1.100 46 31 160 1.200 46 33 180 1.500 46 42 234
18,7%, 0,8 g/kgBB 15,3%, 0,8 g/kgBB 12,2%, 0,8 g/kgBB
N:NPC 1:124 25% 58% N:NPC 1:138 25% 60% N:NPC 1:178 25% 62,5%
M Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa Monitoring: klinis dan tanda vital, kadar glukosa
darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan darah, keseimbangan cairan setiap hari dan
antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan: pemeriksaan antropometri setiap minggu. Usulan:
fungsi ginjal, analisis gas darah dan elektrolit tiap fungsi ginjal, analisis gas darah dan elektrolit tiap pemeriksaan fungsi ginjal, analisis gas darah dan
tiga hari, darah perifer setiap minggu, fungsi tiga hari, darah perifer setiap minggu, fungsi hepar elektrolit tiap tiga hari, darah perifer setiap
hepar dan profil lipid setiap tiga minggu, HbA1C dan profil lipid setiap tiga minggu, HbA1C setiap minggu, fungsi hepar dan profil lipid setiap tiga
setiap tiga bulan. tiga bulan. minggu, HbA1C setiap tiga bulan.
Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila asupan Evaluasi: asupan dan toleransi asupan, bila
asupan baik, jumlah pemberian nutrisi baik, jumlah pemberian nutrisi ditingkatkan 10 – asupan baik, jumlah pemberian nutrisi
ditingkatkan 10 – 20%. 20%. ditingkatkan 10 – 20%.
Universitas Indonesia
Keterangan: S: subyektif, O: obyektif, A: assessment, P: planning, M: monitoring, AA: analisis asupan, AC: analisis cairan, T: terapi yang diterima pasien, PO: per
oral, IV: intravena, TSS: tampak sakit sedang, CM: compos mentis, TV: tanda vital, TD: tekanan darah, FN: frekuensi nadi, FP: frekuensi pernapasan, S: suhu, PF:
pemeriksaan fisik, TB: tinggi badan, PB: panjang badan, BB: berat badan, BBp: berat badan perkiraan, IMT: indeks massa tubuh, Trom: Trombosit, Leu: leukosit,
LED: laju endap darah, GDS: gula darah sewaktu, TG: trigliserida, KT: kolesterol total. K-LDL: kolesterol- low density lipoprotein, K-HDL: kolesterol-high density
lipoprotein, Na: natrium, K: kalium, Cl: klorida, E: energi, P: protein, L: lemak, KH: karbohidrat, I: input, O: output, DM: diabetes melitus, UDP: ulkus diabetikum
pedis.
Universitas Indonesia