Anda di halaman 1dari 3

Kerangka konseptual ini merupakan acuan dalam pengembangan standar akuntansi dan solusi atas

berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Ketika terjadi pertentangan antara kerangka
konseptual dan standar akuntansi keuangan sector public, ketentuan standar akuntansi keuangan
sector public akan diuji menurut unsur kerangka konseptual yang relevan.

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan bagi :

1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya, termasuk tim
penyusun standar akuntansi pemerintahan.

2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi
yang secara umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.

3. Auditor, seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

4. Para pemakai laporan keuangan sector public untuk menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku
disektor publik.

Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Sebagai sebuah siklus, akuntansi sector public terangkai dari proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban. Dengan demikian, pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi
sektor publik ini akan meliputi:

1. Perencanaan publik 5. Pelaporan sektor publik

2. Penganggaran publik 6. Audit sektor publik

3. Realisasi anggaran publik 7. Pertanggungjawaban publik

4. Pengadaan barang dan jasa publik

B. STRUKTUR DAN KOMPONEN APBD (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH)

1. Pendapatan Daerah

Sesuai dengan Pasal (79) UU No.22 Tahun 1999 dan Pasal (3),(4) UU No. 25 Tahun 1999 dan Pasal
(157) UU No.32 Tahun 2004 dikatakan bahwa sumber pendapatan/penerimaan daerah terdiri dari :

Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi :

a. Pajak Daerah

 Retribusi Daerah  Lain-lain pendapatan asli daerah yang


sah
 Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah

b. Dana Perimabangan, meliputi

 Dana Bagi Hasil Pajak  Dana Alokasi Umum (DAU)

 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak  Dana Alokasi Khusus (DAK)


c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

2. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah adalah anggaran pengeluaran yang digunakan untuk keperluaan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan Daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayarkan kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan ataupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.

1. ANGGARAN TRADISIONAL
Terdapat beberapa ciri utama dari pendekatan anggaran tradisional, yaitu:

1. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas


pendekatan incrementalism
Anggaran tradisional bersifat incrementalisn berarti hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan
besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang
mendalam.
1. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item Struktur anggaran ini
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-
item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran.
c. Cenderung sentralistis

d. Bersifat spesifikasi

e. Tahunan

f. Menggunakan prinsip anggaran bruto

Era New Public Management

Anggaran publik dengan pendekatan New Publik Management (NPM) mulai dikenal sejak
tahun 1980-an yang mulai merubah sistem anggaran tradisional yang terkesan kaku,
birokratis, dan hierarkis menjadi lebih fleksibel dan mementingkan pasar. Model NPM
berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Salah satu model pemerintahan di era NPM adalah
model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) dalam Mardiasmo
(2002), yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep ‘reinventing
government”. Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
1. Pemerintahan katalis, fokus pada pemberian pengarahan, bukan produksi
pelayanan publik.
2. Pemerintahan milik masyarakat,
memberdayakan masyarakat daripada melayani.
3. Pemerintah yang kompetitif, menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian
pelayanan publik.

4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi, mengubah organisasi


yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan
oleh misi.

5. Pemerintah yang berorientasi hasil, membiayai hasil bukan masukan.

6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan,


memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.

7. Pemerintahan wirausaha, mampu menciptakan pendapatan dan


tidak sekedar membelanjakan.

8. Pemerintah antisipatif, pemerintah wirausaha tidak hanya mencoba untuk mencegah


masalah, tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan.

9. Pemerintah desentralisasi, dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja.


10. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar,
mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar dan bukan dengan mekanisme
administratif.

Perbandingan anggaran tradisional dengan anggaran berbasis NPM

Anggaran Tradisional New Public Management

Desentralisasi & devolved


Sentralistis
management

Berorientasi pada input, output &


Berorientasi pada input
outcome

Tak terkait dengan perencanaan Utuh & komprehensif dengan


jangkaPanjang perencanaanjangka panjang

Line-item & incremental Berdasarkan sasaran kinerja

Batasan departemen yang kaku Lintas departemen

Gunakan aturan klasik: vote accounting ZBB, PPBS

Prinsip anggaran bruto Sistematik & rasional

Bersifat tahunan

Anda mungkin juga menyukai