Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional

Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,


Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

PENERAPAN PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER


PENULARAN TB DI TEMPAT KERJA

IMPLEMENTATION OF PRIMARY, SECONDARY AND TERTIER PREVENTION OF


TRANSMISSION TUBERCULOSIS IN WORK SITE

Achmad Arman Subijanto1, Khotijah2, Vitri Widyaningsih1,2


1
Department of Public Health and Preventive Medicine,
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University Surakarta.
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Jebres, Surakarta 57126 Telepon (0271) 664178
2
Occupational Health and Safety Program,
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Jl. Kolonel Sutarto No. 150 K, Jebres surakarta Jawa Tengah 57126 Telp. (0271) 664126
2
Email : khotijahfk@staff.uns.ac.id

ABSTRAK
Tuberculosis (Tb) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis masih
merupakan masalah kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia. Tb merupakan penyebab
kematian dan kesakitan utama akibat infeksi di dunia. WHO mengestimasikan sepertiga
penduduk di dunia yang terinfeksi Tb, sekitar 5-10% diantaranya berkembang menjadi Tb aktif
yang dapat menular. Industri Batik merupakan industri informal yang mempunyai cukup
banyak tenaga kerja. Lingkungan kerja pada workplace printing dan cap yang mengharuskan
lembab dan tertutup dapat meningkatkan perkembangbiakan mycobacterium tuberculosis
sehingga risiko penularan penyakit Tb pada tenaga kerja sangat tinggi. Perlu dilakukan
identifikasi faktor lingkungan di tempat kerja serta kondisi kesehatan secara umum untuk
mencegah terjadinya penularan Tb di tempat kerja pada pekerja sektor informal. Langkah yang
dilakukan meliputi identifikasi hazard, risk assessment, dan risk control dengan melaksanakan
hirarkhi pengendalian yang meliputi eliminasi, substitusi, pengendalian teknik, pengendalian
administratif, serta pemakaian alat pelindung diri. Setiap industri memiliki risiko dan prioritas
risiko masing-masing sehingga memerlukan tindakan pengendalian yang berbeda. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan skrining dan pencegahan tersier dilakukan dengan merujuk
penderita Tb ke Puskesmas.
Kata Kunci: Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier, Tempat Kerja, Tuberculosis

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) caused by Mycobacterium tuberculosis remain a major health
problem in the world, including in Indonesia. Tuberculosis is a major cause of mortality and
morbidity in the world due to infection. WHO estimates that one-third of the world population
are infected with tuberculosis, about 5-10% of them develop into active tuberculosis that can be
transmitted. Batik industry is an informal industry that has quite a lot of employees. The
working environment at the stamp and printing workplace moist and closed environment may
increase the proliferation of mycobacterium tuberculosis so that the risk of transmission of
tuberculosis is very high. It is necessary to identify the environmental factors at work as well as
general health conditions to prevent the spread of tuberculosis at work. Steps taken include
hazard identification, risk assessment, and risk control by executing the control hierarchy that
includes the elimination, substitution, engineering controls, administrative controls, and the use
of personal protective equipment. Every industry has its risks and risk prioritization so that

1
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

each require different control measures. Secondary prevention is done by screening and tertiary
prevention is done with reference to tuberculosis patients to the primary health care.
Keyword : Hierarchy of Control, Transmission, Tuberculosis, Worksite

PENDAHULUAN
Tuberculosis (Tb) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, masih menjadi masalah
kesehatan utama dunia maupun Indonesia (WHO : 2009). Tb menginfeksi sekitar 33% populasi dunia
(infeksi laten Tb), sekitar 5-10% diantaranya berkembang menjadi Tb aktif yang dapat menular.(Donald
PR : 2009). Pekerja di sektor informal seperti industri batik, adalah populasi yang sangat rentan terhadap
penularan Tb terutama di tempat kerja yang tidak memenuhi syarat standar kesehatan. Pengabdian ini
dilaksanakan di pekerja sektor informal batik tulis di Kecamatan Masaran Sragen. Pada survei
pendahuluan, lingkungan kerja bagian batik cap dan printing sangat lembab dan tertup, hal ini
dikarenakan agar proses pewarnaan pada cap dan printing lebih cepat menyerap. Lingkungan yang
lembab dan tertutup dapat meningkatkan perkembangbiakan bakteri tuberkulosis sehingga penularan Tb
di tempat kerja menjadi sangat rentan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi faktor lingkungan di
tempat kerja dan kondisi kesehatan secara umum untuk mencegah terjadinya penularan Tb di tempat kerja
pada pekerja sektor informal.
Saat ini pekerja sektor informal, termasuk pekerja di industri batik belum mendapatkan
perhatian khusus untuk masalah kesehatan. Berbeda dengan sektor formal yang program pelayanan
kesehatannya sudah diatur sedemikian rupa, pada sektor informal belum dilakukan. Untuk itu perlu
dilakukan suatu upaya pencegahan penyakit menular di tempat kerja pada sektor informal, termasuk di
indutri batik. Hasil survei awal, masih terdapat lingkungan kerja yang dapat meningkatkan penyebaran
penyakit menular Tb di tempat kerja seperti lingkungan kerja yang lembab, tertutup dan kotor. Perilaku
yang tidak sehat seperti merokok secara bergantian dan perilaku batuk – meludah sembarangan juga
masih dijumpai di industri batik. Hingga saat ini belum pernah dilakukan identifikasi faktor risiko
penularan penyaikit Tb di tempat kerja serta penanganannya. Lingkungan yang lembab pada workshop
printing yang dimaksudkan untuk memudahkan proses penyerapan warna pada proses mencetak batik,
sangat memungkinkan untuk berkembangbiaknya bakteri tuberkulosis dan menyebabkan infeksi pada
tenaga kerja. Selain itu, tempat kerja yang tidak tertata rapi dan kotor juga menjadi faktor dalam
penularan Tb di tempat kerja. Apabila faktor tersebut tidak segera dilakukan pencegahan dan
pengendalian maka akan meningkatkan penularan Tb pada tenaga kerja. Pencegahan penularan penyakit
Tb di tempat kerja dapat dilakukan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Tujuan kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk menerapkan pencegahan primer,
sekunder dan tersier sebagai upaya pencegahan primer dalam penularan Tb di tempat kerja, lingkungan
kerja menjadi kondusif dan tidak menyebabkan faktor risiko terhadap penyakit akibat kerja.

METODE
Kelompok Sasaran
Pemilik industri batik dan semua tenaga kerjanya adalah kelompok yang akan menjadi sasaran
dalam kegiatan pengabdian ini. Sebanyak tiga industri batik yang ada di sragen menyetujui untuk
dilakukan suatu upaya pencegahan penyakit Tb menular di tempat kerja. Kurang lebih 100 tenaga kerja
dilakukan skrining penyakit Tb.
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Problem solving adalah metode yang diterapkan dalam upaya pencegahan penularan Tb di
tempat kerja. Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan masalah. Data dikumpulkan melalui identifikasi
semua faktor risiko yang dapat menularkan penyakit Tb mulai dari identifikasi faktor lingkungan kerja
(fisik, biologi, kimia) dan faktor manusianya. Setelah data terkumpul, kemudian diolah menggunakan
software excel dan spss. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif dan masalah yang akan diselesaikan berdasakan skala prioritas. Setelah

2
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

mendapatkan prioritas masalah maka dilakukan pemecahan masalah dan dilakukan evaluasi untuk
melihat hasil kinerja program. Ketika masalah masih timbul maka dilakukan pengumpulan data kembali
dan apablia masalah dapat diselesaikan maka program tersebut dipertahankan.

Gambar 1. Bagan Metode Problem Solving Sycle


Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan risk assesment untuk menentukan upaya
pengendaliannya. Saat ini telah ada pedoman penanggulangan Tb di tempat kerja yang telah diterbitkan
oleh Departemen Ketenagakerjaan dan Department Kesehatan pada tahun 2008, akan tetapi belum
mencakup teknis pelaksanaan di lapangan terutama untuk sektor industri informal (Depkes RI, 2008).
Hierarchy of Control adalah metode pengendalian risiko yang sudah diterapkan dalam bidang kesehatan
dan keselamatan kerja serta kedokteran kerja (CDC, 2015). Menurut CDC (2015) prinsip Hierarchy of
Control meliputi : elimination, subtitution, engineering controls, administrative controls, behaviour,
personal protective equipment)
Adapun aspek yang dikaji dalam identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab
timbulnya penyakit Tb di tempat kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Aspek Identifikasi Potensi Bahaya/Faktor Risiko Penularan Tb dan Skrining Tb di
Industri Batik
No. Aspek
1. Lingkungan (Environment) Kelembaban, pencahayaan, sanitasi, keadaan lantai,
keadaan atap, dan keadaan dinding.
Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja
2. Pejamu (Host) Riwayat penyakit menular dan tidak menular terdahulu
Riwayat penyakit menular dan tidak menular saat ini
Faktor risiko penularat Tb pada orang dewasa (kontak
dengan penderita Tb, status gizi, perilaku, gaya hidup
merokok, sosial ekonomi

Gambar 2. Bagan Hierarchy of Control (Sumber : CDC, 2015)

3
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

Instrumen penunjang yang dipakai dalam mengumpulkan data antara lain sebagai berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner dipakai untuk skrining penderita Tb di tempat kerja berisi identitas responden, riwayat
penyakit, keluhan penyakit yang sedang dialami.
2. Heat Stress Area
Digunakan untuk mengukur tekanan panas lingkungan kerja
3. Lux Meter
Digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan lingkungan kerja
4. Co Meter
Digunakan untuk mengukur gas karbon monoksida yang ada di lingkungan kerja
5. Lembar Observasi
Digunakan untuk mengetahui kondisi kebersihan tempat kerja, kerapian tempat kerja, luas ventilasi,
dan kelembaban lingkungan kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN


Telah dilakukan pengabdian di industri informal di Kabupaten Sragen. Langkah yang
dilakukan sebagai upaya pencegahan primer meliputi identifikasi hazard, risk assessment, dan risk
controls dimana risk controsl dilakukan dengan melaksanakan hierarchy pengendalian yang meliputi
eliminasi, substitusi, pengendalian teknik, pengendalian administratif, serta pemakaian alat pelindung diri.
Sedangkan upaya pencegahan sekunder dan tersiernya adalah skrining penyakit Tb dan rekomendasi
rujuk ke Puskesmas. Setiap industri memiliki risiko dan prioritas risiko masing-masing sehingga
memerlukan tindakan pengendalian yang berbeda. Telah dilakukan pengabdian pada tiga lokasi industri
sebagai berikut :
Tabel 2. Kegiatan Pengabdian Pada Ketiga Industri Batik Di Sragen
Jenis Kegiatan Industri A Industri B Industri C
Hazard 1. Ventilasi kurang 1. Pekerja sebagai 1. Pekerja sebagai
Identification 2. Pengetahuan pekerja Suspect Tb penderita Tb
yang masih kurang 2. Pencahayaan kurang
3. Kebersihan
lingkungan kurang
Risk Assessment Ventilasi Kurang Pekerja suspect Tb Pekerja sebagai penderita
merupakan risiko yang merupakan risiko paling Tb merupakan risiko paling
paling tinggi untuk tinggi untuk transmisi tinggi untuk transmisi Tb
transmisi Tuberculosis Tb karena dapat karena dapat menularkan ke
menularkan ke pekerja pekerja lain, terutama
lain, terutama apabila apabila pekerja kontak
pekerja kontak langsung langsung dengan intensitas
dengan intensitas tinggi tinggi dan waktu yang lama
dan waktu yang lama

Risk Control Pemberian exhaust untuk Rekomendasi untuk Rekomendasi untuk pekerja
meningkatkan ventilasi pekerja suspek Tb penderita Tb kontrol ke
ruangan, sehingga terjadi kontrol ke Puskesmas, Puskesmas, dan apabila
pertukaran udara yang dan apabila terdiagnosis terdiagnosis dilakukan
lebih baik dilakukan eliminasi eliminasi dengan
dengan pengobatan, atau pengobatan, atau substitusi
substitusi dengan dengan memutasi pekerja
memutasi pekerja ke ke area pekerjaan yang
area pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak
tidak membutuhkan kontak dengan pekerja lain
banyak kontak dengan
pekerja lain
Sumber : Data Primer Bulan Agustus 2015

4
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8

Monitoring dan evaluasi dilakukan dalam rangka untuk melihat keberhasilan program.
Evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali, yakni evaluasi pada saat proses pelaksanaan kegiatan dan evaluasi
setelah tiga bulan serta evaluasi tahunan yang melibatkan pihak puskesmas sekitar.
KESIMPULAN
Upaya pencegahan penularan penyakit Tb di tempat kerja sektor informal termasuk industri
batik di Sragen dapat dicegah melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer
dilakukan dengan penerapan hierarchy of control yang meliputi (eliminasi, substitusi, pengendalian
teknik, pengendalian administratif, dan pemberian alat pelindung diri), sedangkan pencegahan sekunder
dilakukan dengan skrining Tb pada tenaga kerja serta pencegahan tersier dilakukan dangan merujuk
suspek Tb ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan apabila terdiagnosis Tb.

UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini secara khusus, perkenankan kami menyampaikan penghargaan dan rasa
terima kasih kepada Pemilik Industri Batik beserta tenaga kerjanya di kawasan Sragen yang telah
mengijinkan untuk menerapkan upaya pencegahan Tb di tempat kerja sektor informal.

DAFTAR PUSTAKA
CDC, 2015. Hierarchy of Control [WWW Document]. URL http://www.cdc.gov/niosh/topics/hierarchy/
(accessed 4.9.15).
Depkes RI, 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace)-[BUKU].
Donald, P.R., van Helden, P.D., 2009. The Global Burden of Tuberculosis — Combating Drug Resistance
in Difficult Times. N. Engl. J. Med. 360, 2393–2395. doi:10.1056/NEJMp0903806
Lu, Y.-T., Chen, P.-J., Sheu, C.-Y., Liu, C.-L., 2006. Viral load and outcome in SARS infection: the role
of personal protective equipment in the emergency department. J. Emerg. Med. 30, 7–15.
doi:10.1016/j.jemermed.2005.03.011
Thorne, C.D., Khozin, S., McDiarmid, M.A., 2004. Using the hierarchy of control technologies to
improve healthcare facility infection control: lessons from severe acute respiratory syndrome. J.
Occup. Environ. Med. Am. Coll. Occup. Environ. Med. 46, 613–622.
WHO, 2012. Global tuberculosis report 2012 [WWW Document]. URL
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/ (accessed 11.24.12).

Anda mungkin juga menyukai