Anda di halaman 1dari 1

“Review Koran Jawa Pos “Sebut Rp 1,5 Triliun Proyek Kecil”

Review Koran/Artikel
Megaproyek DPR senilai Rp 1,5 Triliun menuai kontroversi bagi publik. Pasalnya publik
menilai pernyataan sebelumnya tentang rencana pembangunan 7 gedung DPR, akan
tetapi pernyataan tersebut diianulir oleh Wakil Ketua DPR bahwa 7 yang dimaksud adalah
7 tahapan pembangunan yang meliputi pembangunan ruangan untuk tenaga ahli,
perpustakaan, ruang pusat kajian hukum, museum, aula demokrasi yang dibangun
terpisah. Terkait dengan proyek ini DPR menganggarkan dana proyek sebesar Rp 1,5
Triliun dan menganggap proyek ini proyek kecil. Menurutnya, angka dalam proyek ini
belum final dan bukan tidak mungkin nilainya akan berkurang. Pada perkembangan yang
sama, Badan Anggaran DPR mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengusulkan
pembangunan gedung dan belum tahu proyek tersebut masuk dalam APBN 2016.
Menurut salah satu staff pemerintah proyek tersebut bisa saja disetujui oleh pemerintah
karena pemerintah mengalami peningkatan APBN tetapi belum tentu juga APBN tersebut
dialokasikan untuk pembangunan gedung DPR. Dalam rencana pembangunan gedung
DPR ini yang mengurus hanya internal yaitu Sekretariat Jendral DPR dengan
pemerintahan. Akan tetapi dalam setiap proyek anggaran DPR dilibatkan juga
Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Setjen DPR
Permasalahan Pembiayaan
DPR menganggarkan dana sebesar Rp 1,5 T untuk pembangunan gedung DPR pasalnya
DPR menyebut proyek tersebut merupakan proyek kecil dan merupakan sebagian kecil
nilai dari peningkatan APBN nasional. Akan tetapi dalam APBN 2016, DPR melalui
Sekretariat Jenderal belum mengusulkan anggaran pembangunan gedung DPR terbukti
dengan empat kali pengecekan bahwa DPR belum melakukan usulan.
Instansi atau Pihak yang Terlibat
DPR (Wakil Ketua DPR,Ketua Implementasi Reformasi Parlemen, Badan Anggaran DPR)
Pihak dalam Anggaran proyek DPR (Setjen DPR, Kementerian Keuangan, Bappenas),
Pemerintah dan staf pemerintahan, Politikus.
Solusi yang ditawarkan berdasarkan Artikel/Koran
Pemerintah (Presiden) tidak mau menandatangi prasasti anggaran proyek DPR karena
proyek tersebut dicek tidak masuk dalam anggaran Rencana APBN 2016 dan memang
anggaran proyek tersebut tidak ada. Sebelum DPR menganggarkan anggaran proyek
pembangunan gedung ada baiknya proyek tersebut dibahas jauh hari sebelum
pembahasan Rencana APBN 2016.
Komentar berdasarkan solusi
Setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh Pemerintah dengan tidak menandatangani
prasasti proyek DPR. Proyek tersebut perlu ditinjau ulang sebab sangat tidak patut negara
mengeluarkan uang untuk pembangunan gedung baru DPR saat Indonesia sedang
menghadapi krisis. Dan harusnya DPR dalam menganggarkan sebuah proyek harus
mengusulkan sebelum diadakannya Rencana APBN.
Erlina Maghfiroh, 3613100022

Anda mungkin juga menyukai