Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ORGANISASI MANAJEMEN KEBIDANAN

NAMA : TATI MULYATI


KELAS : C7
NPM : 195401426190

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

dengan berdasarkan peri kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata,

serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara

lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula, dan keluarga miskin.

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian

Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status

kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan

dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) 2007, AKI 228/100.000 Kelahiran Hidup, AKB 34/1000 Kelahiran Hidup, AKN

19/1000 Kelahiran Hidup, AKABA 44/1000 Kelahiran Hidup.

Dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak Indonesia, system

pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat

untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk

menilai sejauh mana keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat

perencanaan ditahun-tahun berikutnya dengan melaksanakan berbagai program KIA.

Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA

tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritasditingkat kabupaten atau kota. Peningkatan

mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah
kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau

secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana

dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan.

Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi

tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA. Bidan haruslah dapat

membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan

mitra lainnya serta dapat bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam

proses tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan PWS KIA ?

2. Bagaimana pengelolaan PWS KIA ?

3. Apa yang dimaksud dengan kohort ibu, bayi dan balita ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian PWS KIA

2. Untuk mengetahui pengelolaan dari PWS KIA

3. Untuk mengetahui peengertian dari kohort ibu, bayi dan balita


BAB II

PEMBAHASAN

A. PWS KIA

1. Pengertian

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat

manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara

terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA

yang dimaksud meliputi : pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan

komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan

komplikasi, bayi dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,

analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program

dan pihak/ instansi terkait untuk tindak lanjut.

Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi surveilens. Menurut

WHO, surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari

kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk

selanjutnya dijadikan landasan dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi

suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam

kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus disetiap

wilayah kerja.
b. Tujuan Khusus

1) Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort.

2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur

(bulanan) dan terus menerus.

3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.

4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang

ditetapkan.

5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara

intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

dan yang potensial untuk digunakan.

7) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan

mobilisasi sumber daya.

8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan

pelayanan KIA.

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.

Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai

berikut :

a. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua

fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahlan ke

fasilitas kesehatan.

c. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar disemua fasilitas

kesehatan.

d. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonates sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan.

e. Peningkatan deteksi dini factor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonates oleh

tenaga kesehatan maupun masyarakat.

f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonates secara adekuat dan

pengamatn secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.

g. Peningkatan pelayanan kseshatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan.

h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

4. Pelayanan Program KIA itu meliputi :

a. Pelayanan Antenatal

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya

sesuai dengan standar pelayanan antenatal, walaupun pelayanan antenatal

selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik

(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi

dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya

dikenal standar minimal “7T” untuk pelayanan antenatal, yang terdiri atas :
1) Timbang berat badan dan tinggi badan

2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri

4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) lengkap, minimal 2 kali pemberian.

5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

6) Tes terhadap penyakit menular seksual

7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Untuk menjamin mutu pelayanan ditetapkan frekuensi pelayanan minimal

4 kali, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Minimal 1 kali pada trimester 1

2) Minimal 1 kalii pada trimester II

3) Minimal 2 kali pada trimester III

b. Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang

aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan

dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan

dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan.. Teanaga kesehatan yang

berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter

spesialis kebidanan, dokter, dan bidan.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu

mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi

dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dan meningkatkan cakupan KB pasca persalinan dengan melakukan

kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah

persalinan.

2) Kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ike 28

setelah persalinan.

3) Kunjungam nifas ketiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke 42

setelah persalinan.

d. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonates adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3 kali,

selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik difasilitas kesehatan maupun

melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1) Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah

lahir

2) Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai

hari ke 7 setelah lahir

3) Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

dengan hari ke 28 setelah lahir.

e. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga

Kesehatan maupun Masyarakat

Deteksi dini kehamilan dengan factor resiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menemukan ibu hamil yang mempunyai factor resiko dan komplikasi kebidanan.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai

resiko terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan

dan masyarakat tentang adanya factor resiko dan komplikasi, serta penanganan

yang adekuat sedini mungkin meruapakan kunci keberhasilan dalam penurunan

angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

f. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi

kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh tenaga

kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka

diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan

pelayanan obstetric dan neonatal emergency secara berjenjang mulai dari

polindes,puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

g. Pelayanan neonates dengan komplikasi

Pelayanan neonates dengan komplikasi adalah penanganan neonates dengan

penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,kecacatan dan kematian

oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED,

rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas

penanganan komplikasi neonates tersebut antara lain penyediaan puskesmas

mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4

puskesmas mampu PONED. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan


pelayanan emergency dasar dan pelayanan operasi sectio secaria, perawatan

neonates level II serta transfusi darah.

h. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan keshatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan

oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai

dengan 11 bulan setelah lahir.

i. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang

pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden age period dimana

terbentuk dasar-dasar kemampuan keinderaan, berfikir, berbicara serta

pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.

j. Pelayanan KB berkualitas

Pelayanan Kb berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan

dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan

tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki 2 anak.

5. Batasan dan Indikator Pemantauan

a. Batasan

1) Pelayanan Antenatal

2) Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Beresiko

3) Kunjungan Ibu Hamil

4) Kunjungan Baru Ibu Hamil (KI)

5) K4
6) Kunjungan Neonatal (KN)

7) Kunjungan Ibu Nifas

8) Sasaran Ibu Hamil

9) Ibu Hamil Beresiko

b. Indikator Pemantauan

Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu :

1) Akses pelayanan antenatal (cakupan I)

2) Cakupan ibu hamil (cakupan k4)

3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

4) Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan

5) Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat

6) Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

6. Pengumpulan, Pencatatan, Pengolahan Data dan Pembuatan Grafik KIA

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA.

Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan ditungkat

puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan

dalam PWS KIA adalah data sasaran dan data pelayanan.

Data sasaran berasalv dari perkiraan jumlah sasaran (Proyeksi) yang dihitung

berdasarkan rumus. Berdasarkan data tersebut, bidan desa bersama dukun bersalin

dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya. Data

pelayanan umumnya bersal dari :

1) Register kohort ibu


2) Register kohort bayi

3) Register kohort anak balita

4) Register kohort KB

b. Pencatatan data

1) Data sasaran

Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan.

Data sasaran dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran

tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan

rumahnya.

2) Data Pelayanan

Bidan didesa/ kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA didalam kartu

ibu, kohort ibu,kohort bayi,kohort anak balita, kohort KB dan buku KIA.

c. Pengolahan Data

Setiap bulan bidan didesa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan

dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA.

d. Pembuatan Grafik PWS KIA

PWS KIA disajkan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai yang juga

menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan.

7. Pelaksanaan PWS KIA

a) Sosialisasi

Fokus pertemuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati peran lintas

sector dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.


b) Fasilitasi

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa kunjungan ke

lapangan atau pertemuan.

c) Evaluasi/ tindak lanjut

Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan program KIA dan

merencanakan kegiatan tindak lanjut.

8. Pemantauan dan Pelaporan

Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan PWS KIA

bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA berikut dengan :

a) Hasil analisis indikator PWS KIA antara lain : grafik hasil cakupan, hasil

penelusuran dll.

b) Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan

Pelaksanaan PWS KIA yang dilaporkan dimasing masing tingkatan adalah :

a) Di tingkat desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan

b) Di tingkat Puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap

bulan.

c) Di tingkat Kabupaten atau provinsi untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan

B. Kohort Ibu, Bayi dan Balita

1. Pengertian

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan

balita .
2. Tujuan

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi dirumah

tangga yang teridentifikasi dari data bidan

3. Jenis Register Kohort

1) Register kohort ibu

Merupakan sumebr data pelayanann ibu hamil dan bersalin, serta keadaanang

dipunyai ibu yang diorganisir sedemikian rupa yang pengkolekisannya melibatkan

kader dan dukun bayi diwilayahnya setiiap bulan yang mana informasi pada saat

ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi

informasi.

2) Register kohort bayi

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.

3) Register kohort balita

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan

5 tahun.

4. Cara Pengisian Kohort Ibu, Bayi dan Balita

1) Cara Pengisian Kohort Ibu

Kolom

1. Diisi nomer urut

2. Diisi nomer indeks dari family order

3. Diisi nama ibu hamil

4. Diisi nam suami ibu hamil

5. Diisi alamat ibu hamil


6. Diisi umur ibu hamil

7. Diisi umur kehamilan dalam minggu/tanggal HPL

8. Faktor resiko : Diisi v (rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun

9. Paritas diisi gravidanya

10. Diisi bila jarak kehamilan

11. Diisi bila BB ibu

12. Diisi TB ibu

13. Sd 17 resiko tinggi : diisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko

tinggi, HB diperiksa dan dapat ditulis hasil pemeriksaannya.

18. Pendeteksian factor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko

tinggi oleh tenaga kesehatan

19. itemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non Nakes

20. sd 22 diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya

23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :

K I : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan 1-

5 bulan dengan rambu rambu 0 dan secara langsung juga akses dengan rambu-

rambu

K4 : Kunjungan ibu hamil keempat kalinya. Untuk memperoleh K4 dapat memakai

rumus 1-1-2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu


Untuk K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7 bulan. Pada ibu hamil pertama kali

kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus

berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.

Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya di

wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bias mendapatkan

K1, K4 dan sekaligus akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan

dengan jelas.

Akses : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia

kehamilan dengan rambu-rambu 0

35. Penolong persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan

36. diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes

37. Hasil akhir kehamilan : Aboortus diisi tanggal kejadian abortus

38. Diisi lahir mati

39. Diisi BB bila BBL

40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram

41. Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat

42. Dijelaskan sakitnya

43. Diisi sebab kematiannya

44. Diisi v (rumput)

45. Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.


2) Cara Pengisian kohort bayi

Kolom

1. Diisi nomor urut. SEbaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomer urut ibu pada

register kohort ibu

2. Diisi nomer indeks dari family folder

3. Sd 7 jelas

8.. Diisi angka berat lahir dalam gram sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga

kesehatan

11. Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan

12. sd 23 diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu :

N = naik, T = turun, R = Bawah garis titik. (BGT), BGM = Bawah garis merah

24. sd 35 diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi

36. diisi tanggal bayi ditemukan meninggal

37. Diisi penyebab kematian bayi tersebut

38. Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan

3) Cara pengisian Kohort Balita

Kolom

1. Diisi nomer urut. Sebaiknya nomer urut bayi disesuaikan dengan nomer urut ibu pada

register kohort ibu.

2. Diisi nomer indeks dari family folder


3. Sd 7 jelas

8.. sd 31 dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32 sd 35 diisi

Tanggal pemberian vit A bulan februari dan Agustus

36. Diisi tanggal bila ditemukan sakit

37. Diisi penyebab sakit

38. Diisi tanggal emninggal

40. Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang

41. Diisi jenis kelainan tumbuh kembang

42. Diisi bila ada keterangan penting tentang balita tersebut.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat

manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara

terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA

yang dimaksud meliputi : pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan

komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir ddengan

komplikasi, bayi dan balita.

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi

dan balita. Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi

dan anak balita serta anak prasekolah.

B. SARAN

Untuk tenaga kesehatan khususnya bidan , alangkah baiknya untuk melakukan

pemantauan pelayanan kebidanan diadaerah kerjanya baik dengan menggunakan

PWS KIA maupun pendataan sasaran agar dapat mengetahui keadaan wilayah kerja

baik yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan

komplikasi kebidanan,keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan

komplikasi, bayi dan balita.


DAFTAR PUSTAKA

Simatupang, Erna Juliana.2008.”Manajemen Pelayanan Kebidanan”.Jakarta:EGC

Soepardan, Suryani.2007.”Konsep Kebidanan”.Jakarta:EGC

Syafrudin,2010.” Oragniasasi Manajemen Pelayanan Kesehatan”Jakarta:Trans Info Media


Langkah-langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan :

Manajemen pelayannan kebidanan tentu saja mengambil system manajemen pada umumnya.

Dalam pelayananya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, kordinasi dan pengawasan (supervise dan evaluasi).

1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan

cara :

 Anamnesa yang terdiri dari : Biodata, Riwayat menstruasi, Riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalinan & nifas, biopsikospiritual serta pengetahuan klien.

 Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital

 Pemeriksaan khusus dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

 Pemeriksaan penunjang misalnya pemeriksaan laboratorium

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Diagnosa

kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan. Standar nomenklatur diagnose kebidanan

 Diakui dan telah disahkan oleh profesi


 Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

 Memiliki ciri khas kebidanan

 Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose / masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan

kondisi klien.

5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah langkah

sebelumnya.

6. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan secara

efisien dan aman.


7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnose.

Anda mungkin juga menyukai