Anda di halaman 1dari 2

Ringkasan Kuliah ke 1

(Dr. Ir. Zahari Zen, MSc)

Review Teori Ekonomi SDA

1. Teori Klasikal Ekonomi (Clasical Economics) percaya bahwa bumi ada kapasitas daya
dukung, technologi tidak dipercayai mampu mengatasi kebutuhan manusia yang
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan jumlah
penduduk akan menimbulkan tekanan kepada fixed resources, standard of living, dan
degradasi lingkungan. Robert Malthus (1914) hukum ‘law of deminishing return’
penambahan supply buruh pada lahan yang tetap akan mencapai maksimum dan
marginal product selanjutnya akan negatif.
Neo-Malthusian mengembangkan asumsi peningkatan populasi manusia akan
menekan carrying capacity dan akan menciptakan degradasi lingkungan. Suatu negeri
disebut dalam ‘demographic trap’ apabila memiliki ‘laju kelahiran dan kematian
rendah’ karena terperangkap oleh lingkaran setan (vicious circle) karena adanya
hubungan timbal balik antara pertumbuhan penduduk dan degradasi lingkungan. Tanpa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keluarga berencana, pertumbuhan penduduk
akan secara berkelanjutan degradasi lingkungan dan kemiskinan.

2. Teori Neo-Klasikal Ekonomi (teori ekonomi konvensional) sering juga disebut


ekonomi marginalism dalam analisisnya berasumsi bahwa:
 Setiap orang mempunyai motivasi memaksimalkan kesejahteraannya melalui
aktivitas pasar melalui pembelian dan penjualan.
 Perilaku individual konsumsumen dianalisa dengan teori pilihan konsumen
(consumer choice) yang berasal dari teori utility --- jelaskan dengan grafis U = f
(X,Y, Z) – bahwa kebahagiaan meningkat jika jumlah konsumsi barang dan jasa
meningkat.
 Peranan sistem harga dalam mengalokasikan SDA secara optimal sangat penting
dalam berkompetisi didalam pasar.
 Problem hanya muncul jika pasar tidak beroperasi secara kompetitif, dalam pasar
yang tidak kompetitif (monopoli dan oligopoli) dapat mendorong harga pasar naik
dengan cara segmentasi atau mengurangi produksi sehinga merugikan konsumen.
 NK tidak melihat kekuatan yang mempengaruhi ekonom seperti ketimpangan
distribusi pendapatan, institusi-institusi sosial dan faktor-faktor etiket dalam
pengambilan keputusan.
 Faham utilitarianism percaya bahwa hanya ukuran kepuaan konsumen yang
mempengaruhi keputusan konsumen, jadi kesejahteraan ditentukan konsumsi SDA.
 Sumberdaya lingkungan hanya mempunyai nilai apabila dapat memberikan
kepuasan kepada keinginan manusia.
 Dalam kaitannya dengan pendapatan (income) teori NK menjelaskan sebuah pilihan
antara bekerja (u/ menghasilkan income) atau leisure (bersenang-senang).
 Orang akan memlih bekerja hinga titik tertentu dimana marginal benefit dari setiap
ekstra jam untuk bekerja, lebih rendah darpada marginal benefit dari setiap ekstra
leisure, demikian sebaliknya. Pendapatan tersebut sangat ditentukan oleh
endowment (skills dan assets) jadi ketidak merataan pendapatan merupakan hasil
dari penghargaan pasar kepada endowment yang dimiliki individu yang ditentukan
oleh permintaan pasar.
 Sedangkan tingkat upah yang diberkan kepada pekerja tergantung supply of labour.
Jadi distribusi income akan diselesaikan secara objectif melalui pasar tenaga kerja.

1
 Dalam kaitan pertumbuhan supply TK (pertambahan penduduk) terhadap
lingkungan adalah faktor netral, karena tergantung bagaimana kebijakan pasar
beroperasi. Jika pasar berfungsi efisien maka kelebihan penduduk akan diatasi oleh
peningkatan barang produksi (buruh diasumsikan input).Desamping meningkatnya
jumlah penduduk berarti meningkatnya konsumsi dan mendorong peningkatan
kapasitas produksi.
 Alasannya karena kelangkaan suatu barang akan dikontrol oleh harga SDA dan akan
terjadi substitusi dengan barang SDA lain bila terjadi kelangkaan atau konsumen
akan beralih ke SDA lain atau diatasi oleh kemampuan technologi akan mengatasi
cara yang lebih efisien dalam pengadaannya. Barang lingkungan (SDA) dianggap
mempunyai hubungan substitusi sempurna.

3. Environmental Economics menggunakan pendekatan baru atau melakukan perluasan


teori Neo-klasikal Ekonomi dalam menganalisa sumberdaya lingkungan. Kuliah
minggu lalu telah kita bahas masalah pendekatan ekonomi konvensional karena asumsi
SD lingkungan adalah bernilai nol (non-valuable atau non-measurable) sehingga sering
disebut undervalue. Hal ini disebabkan karena penilaian (marginal cost) tidak
didasarkan pada sumberdaya secara keseluruhan (entity). Tetapi dalam analisis EE
masih mendasarkan kekuatan pasar dalam alokasi optimal SDA dengan memasukkan
faktor-faktor non-marketable goods kedalam analisanya.
Konsep property rights (hak pemilikan) sangat penting untuk menjadikan price
mechanism (mekanisme harga) pasar bisa berjalan. Usaha memberikan nilai rupiah
lingkungan disebut ‘gets the price right’. Ingat contoh masalah yang dihadapi bila
menghadapi common property rights seperti sungai akan sangat sulit terjadi proses
transaksi antara pencemar (industri dihulu sungai) yang jumlahnya banyak menghadapi
korban masyarakat yang jumlahnya lebih banyak di hilir sungai, sehingga mekanisme
transaksi penentuan harga konpensasi hampir sulit terjadi dalam dunia nyata.
Rees (1996) – lihat artikel hal 101- menggaris bawahi persoalan teori ekonomi
konvensional (neo-klasikal dan env. economics) dalam kaitannya dengan SDA (natural
capital) dengan menyebut titik-titik buta (blind spot in conventional economics).

Blind Spots in Conventional Analysis


 Isu kecukupan dalam analisis stok kapital menggunakan nilai uang, padahal
uang dan harga merupakan abstraksi dari kesejahteraan materi.
 Harga dari barang ekologis yang menyediakan servis kepada kesejahteraan
tidak dapat merefleksikan ukuran dari stok yang masih tersedia, apakah
dalam kondisi kritis atau kemapuan memperbaharui (replenishable) diri
sendiri sudah hilang
 Banyak barang ekologis dan life support system yang tidak mungkin dinilai
harganya, jadi tidak tergantung pada mekanisme pasar.
 Usaha-usaha ‘internalise the externalities’ dan ‘gets the price right’
bermasalah dalam data dan fungsi-fungsi proses alami, karena kita tidak
tahu nilai sebenarnay sebelum mereka habis atau musnah.
 Standar analysis moneter buta terhadap struktur ekologi, sehingga tidak bisa
menggambarkan indikasi kelangkaan dan destabilisasi system ekologis.

Dengan dasar-dasar pengertian tersebut lebih lanjut bisa memahami konsep-


konsep yang sangat berbeda yaitu teori Ecological Economics.

Anda mungkin juga menyukai