Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMUNIKASI RADIO GELOMBANG MIKRO


MODUL I : KONFIGURASI TRANSMISSION ANALYSIS
DENGAN PATHLOSS 5.0

DISUSUN OLEH :
Tito Alif Panindita
(16201066)

Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2018


Asisten Praktikum :
1. Ahmad Nasih Prima (18101215)
2. Azharuddin Subhi (18101219)
3. M. Zidny Hilman (17101230)
4. Winda Ekaliya Rinanda (17101232)

Dosen Praktikum : Yosy Rahmawati S.ST., M.T.

LABORATORIUM APLIKASI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI DAN INFORMATIKA (FTII)
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2018
Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

BAB I
DASAR TEORI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi software Pathloss 5.0
2. Mahasiswa dapat memahami instruksi-instruksi pada software Pathloss 5.0
3. Mahasiswa dapat mengoperasikan software Pathloss 5.0

II. ALAT DAN BAHAN


1. Satu Unit Komputer
2. Software Pathloss 5.0
3. Alat Tulis

III. PATHLOSS
Pathloss merupakan penurunan level daya yang terjadi akibat adanya refraksi,
difraksi, refleksi, scattering dan absorpsi. Pathloss dipengaruhi pula oleh kontur
medan, kondisi lingkungan, udara sekitar, jarak antara Transmitter dan Receiver,
juga tinggi dan lokasi antena. Level daya yang diterima antena penerima akan lebih
kecil dari pada level daya antena pemancar sehingga kualitas telekomunikasi
nirkabel menurun. Nilai pathloss eksponen (n) diperlukan untuk menentukan
kualitas jaringan pada suatu tipe daerah karena adanya penghalang sinyal yang akan
diterima[1]. Pathloss Eksponen merupakan parameter n pada pathloss yang
berpengaruh kuat pada penurunan kualitas suatu link. Pathloss eksponen dipengaruhi
oleh kontur medan dan kondisi lingkungan sekitar. Pada daerah urban seperti pada
cluster Perumahan (Residences), Central Bussiness Distric (CBD), dan perkantoran
nilai pathloss eksponen sangat bervariasi. Untuk itulah diperlukan perkiraan rugi-
rugi lintasan yang akurat untuk efisiensi disain dan pengoperasian jaringan nirkabel
yang kuat.
Pathloss eksponen merupakan parameter n yang sangat berpengaruh dalam
menentukan batas kritis dari cakupan wilayah dan kapasitas sistem selular.
Parameter tersebut dapat dicari dengan berdasarkan pada data pengukuran yang
tergantung dari tinggi antena dan kondisi lingkungan sekitar. Model Okumura-Hata
ini memasukkan informasi grafik dari pemodelan okumura dan mengembangkan
lebih lanjut untuk mengetahui efek difraksi, refleksi dan scattering yang disebabkan

IT Telkom Purwokerto 1 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

oleh struktur kota. Model ini memprediksi rata-rata pathloss yang terjadi yang
berdasarkan pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan secara terus menerus di
dalam dan di sekitar kota Tokyo pada frekuensi 200 MHz sampai 2 GHz dengan
tinggi antena BTS 30m – 200m dan coverage area > 1 km serta tinggi antena MS 1m
- 10m. Gambar 1 menunjukkan paremeter-parameter yang digunakan pada Model
Okumura Hata[2]. Beberapa mekanisme utama yang mempengaruhi sinyal propagasi
sebagai berikut:
1. Reflection adalah pantulan atau yang dikenal dengan (refleks) yang
berlangsung ketika gelombang elektromagnetik mengenai objek yang memiliki
dimensi jauh lebih besar dari panjang gelombang yang dipancarkan. Dan
pantulan dapat terjadi pada permukaan tanah gedung serta tembok.
2. Diffraction adalah penguraian sinyal berlangsung ketika radio Tx dan Rx
bertabrakan atau dibelokan oleh benda yang memiliki sisi ujung lintasan yang
tajam (sharp edge). Gelombang-gelombang yang dihasilkan dari difraksi ini
juga akan mempengaruhi gelombang yang akan diterima meskipun bentuk
halangan tidak terlihat secara langsung. Pada frekuensi tinggi difraksi sangat
bergantung dengan bentuk objek.
3. Scattering adalah hamburan sinyal yang terjadi ketika saat sinyal
mengenai objek yang mempunyai dimensi lebih kecil dibandingkan panjang
gelombang sinyal sehingga menyebabkan energi menyebar kesegala arah.
Hamburan dihasilkan oleh permukaan yang kasar, benda kecil, atau dapat
disebabkan oleh ketidak teraturan dalam saluran frekuensi[3].

IT Telkom Purwokerto 2 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

BAB II
HASIL DATA DAN ANALISA

Pada praktikum kali ini yaitu pada modul yang pertama berjudul “Konfigurasi
Transmission Analysis Dengan Pathloss 5.0”, yang dengan konsep mengkonfigurasi atau
membuat sebuah jalur transmisi menggunakan aplikasi pathloss 5.0. Dengan aplikasi ini
praktikan bisa membuat sebuah jalur transmisi komunikasi antar tower Base Transceiver
Station (BTS) dengan kondisi Line Of Sight (LOS). Disini praktikan akan membuat
sebuah jalur transmisi dari BTS wanelerang ke BTS palopo dengan maps database yang
sudah disediakan oleh aplikasi ini, praktikan hanya tinggal mengekstrak database ke
aplikasi ini. Sebelum menghubungkan atau merancang transmisi praktikan disini akan
memasukan sebuah database map digital ke aplikasi dengan digunakan log SRTM(.hgt)
kemudian pada log menu configure ke Set Gis configuration

Gambar 1.2.1 Tampilan Configure Geographic System


Setelah masuk seperti gambar 1.2.1 yaitu pada tampilan Configure Geographic
System yang perlu praktikan lakukan selanjutnya yaitu mengatur pada box Digital
Elevation Model pada tab Primary DEM dan dirubah ke SRTM (world) yang gunanya
untuk mengekstrak atau memasukan database untuk mapnya, pada tahap ini yaitu map
yang berguna untuk melihat pada site mana saja yang akan dipilih untuk membangun
sebuah link transmisi yang akan dibuat, terdapat beberapa parameter pada database ini
seperti site name, arah mata angin seperti utara, selatan, timur, barat dan cell yang
terdapat pada gambar 1.2.2 tampilan SRTM (world)

IT Telkom Purwokerto 3 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Gambar 1.2.2 Tampilan SRTM (World)


Kemudian pada tahap selanjutnya praktikan akan memasukan sebuah list name
BTS yang akan dibuat yaitu BTS Welenrang dan Palopo yang akan dibuat sebuah
link transmisi, disini terdapat beberapa parameter pada tab site list seperti site name
yaitu nama BTS yang akan dirancang, kemudian ada latitude yaitu garis lintang
untuk BTS Palopo 03°00ʹ26ʺ20 S, S disini artinya pada arah mata angin South
(selatan) dan untuk BTS Welenrang 02°51ʹ43ʺ30 S, kemudian untuk longitude pada
BTS Palopo 120°11ʹ30ʺ60 E, E disini artinya East (timur), dan untuk BTS
Welenrang 120°10ʹ24ʺ80 E, kemudian selain itu terdapat elevation yang ditentukan
oleh aslab yaitu untuk BTS Palopo 14,0 Meter dan BTS Welenrang 31,7 Meter,
untuk Elevation disini gunanya untuk melihat ketinggian vertikal dari sebuah BTS
yang akan dirancang, untuk lebih jelasnya terdapat pada gambar 1.2.3 dibawah.

Gambar 1.2.3 Tampilan Site list

IT Telkom Purwokerto 4 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Setelah pada tampilan site list kemudian praktikan akan masuk ke penarikan titik
dari BTS Welenrang ke BTS Palopo dengan mengeklik gambar seperti yang telah
praktikan tandai dengan anak panah hitam yaitu tab tampilan 2 dimensi dibawah.

Gambar 1.2.4 Tampilan 2D


Pada percobaan selanjutnya praktikan akan mengkonfigurasi kontur bumi
melalui menu Generate Profil pada tab Operations, kemudian klik pada Generate
Path Profile, disini praktikan akan menambahkan obstacle pada kolom bawah yang
seperti kontur bumi, ada 3 obstacle pada pilihan disini, gedung, pepohonan, dan
water turn, bisa diatur tinggi dan rendahnya obstacle dan rangkapnya dari obstacle
tersebut, asalkan pada tinggi tower BTS lebih tinggi dari obstacle.

Gambar 1.2.5 Tampilan Terrain Data

IT Telkom Purwokerto 5 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Gambar 1.2.6 Tampilan Range of structure.


Setelah sudah memasukan obstacle seperti pepohonan dan gedung-gedung tinggi
untuk percobaan selanjutnya mengatur tinggi tower BTS atau mengatur tinggi antena
yang akan digunakan untuk berkomunikasi, pada mengatur tinggi antena ini
diharuskan antena lebih tinggi dari pada obstacle, ada dua garis pada gambar
dibawah ini, nomer 1 ialah garis Line Of Sight (LOS) yang seharusnya tidak boleh
terkena ataupun ada yang menutupi garis nomer 1 ini dikarenakan ini adalah inti dari
pancaran sinyal yang utama, gambar nomer 2 yaitu fresnel zone yaitu daerah lintasan
transmisi sinyal utama, pada gambar nomer 2 ini bisa terkena obstacle karena ada
nilai toleransi yang tinggi, tetapi jika fresnel zone tersebut terkenal obstacle yang
tinggi akan menyebabkan refraksi, difraksi, dan refleksi yang pada akhirnya akan
melemahkan sinyal yang diterima oleh Rx, fresnel zone dibagi beberapa tingkatan,
yang paling tidak boleh kena obstacle yaitu tingkat 1 fresnel zone, saran untuk
mengetahui tinggi antena tersebut dengan cara tekan icon seperti gambar kalkulator
untuk menghitung secara otomatis berapa ketinggian antena yang layak untuk
dipasang berdasarkan terrain data yang terlah dikonfigurasi di awal. Tetapi untuk
lebih baiknya jika fresnel zone tersebut tidak terkena obstacle sama sekali karna
sinyal akan lebih bagus tanpa adanya noise, lebih jelasnya terdapat pada gambar
1.2.7 pada tampilan Antena Heights. Disini praktikan akan lebih baik menaikan
tinggi antena lebih tinggi antena pengirim 40 meter dan tinggi antena penerima 33
meter yang bertujuan untuk tidak mengenai LOS maupun dari fresnel zone, jika itu
darurat dan kontur tanah tidak mendukung untuk tinggi antena maka boleh jika garis
fresnel zone tersebut itu mengenai obstacle asalkan bukan tingkatan yang pertama.

IT Telkom Purwokerto 6 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Gambar 1.2.7 Tampilan Antena Heights


Setelah tinggi antena diatur langkah selanjutnya yaitu melihat pantulan yang
dipancarkan oleh antenna, pada teorinya reflection atau pantulan adalahperubahan
arah rambat cahaya ke arah sisi asalnya setelah menumbuk antarmuka dua medium.
Cara melihat pantulan yang dihasilkan oleh pancaran antena yaitu klik menu design
masuk ke multiple reflections. Pada dasarnya Multiple reflections berfungsi untuk
melihat pantulan yang dipancarkan oleh antena dan melihat penghalang apa saja
yang letaknya diantara kedua antena.

Gambar 1.2.8 Tampilan Multiple Reflections.

IT Telkom Purwokerto 7 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Kemudian setelah selesai melihat pantulan atau reflection pada gambar 1.2.8
praktikan akan melihat transmisi analysis, jadi transmisi analysis ini gunanya untuk
menampilkan antena pengirim dan antena penerima dan terdapat juga obstacle dan
beberapa parameter lainnya seperti curah hujan, frekuensi yang akan digunakan,
penangkalan frekuensi dan yang lainnya.

Gambar 1.2.9 Tampilan Transmisi Analysis.


Kemudian praktikan akan mengatur parameter nilai frekuensi yang akan
digunakan untuk merancang komunikasi antar BTS ini, untuk frekuensi yang
digunakan dalam perancangan komunikasi gelombang mikro antara site palopo dan
site welenrang sebesar 23 Ghz, kemudian atur parameter terrain roughness sebesar
5,2 meter. Biasanya untuk tahap ini terdapat beberapa komputer yang tiba-tiba mati
sendiri, belum tau penyebabnya apa tetapi alangkah baiknya di save terlebih dahulu
agar tidak mengulang rancangan dari awal, karena sudah pada pertengahan
perangcangan komunikasi antar BTS ini, bisa dilihat pada gambar 1.2.10 dibawah.

Gambar 1.2.10 Tampilan pengaturan frekuensi

IT Telkom Purwokerto 8 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Gambar 1.2.11 Tampilan pengaturan terrain roughness


Selanjutnya praktikan akan mengkonfigurasi parameter TX-RX yaitu seperti
model antena, diameter antena, tinggi antena, penguatan antena, beamwidth antena,
azimuth antena, orientation loss antena, tilting antena, data tersebut diisi sesuai
database yang telah diberikan. Sebelum memulai konfigurasi, diperlukan data seperti
data antena, feeder, radio, tipe cuaca, frekuensi kerja, pengkanalan frekuensi, dll.
Masukan data pada perangkat dengan menekan icon sesuai dengan perangkat yang
akan dikonfigurasi. Seperti gambar 1.2.12 parameter antena.

Gambar 1.2.12 Konfigurasi Parameter – parameter Antena TX-RX

IT Telkom Purwokerto 9 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Gambar 1.2.13 Transmission Line TR-TR


Kemudian praktikan akan mengkonfigurasi parameter kabel transmisi yang
disesuaikan dengan frekuensi. Terlihat pada gambar yang dibawah ini.

Gambar 1.2.11 Memilih kabel transmisi yang digunakan


Setelah mengkonfigurasi parameter kabel, praktikan akan memasukan data dari ITU-
R rain, yang bermaksud untuk melihat cuaca sesuai daerah yang akan di bangun
tower BTS. Masukan database dari file bawaan dari pathloss 5.0 secara manual.
Parameter yang ada pada tahap ini terdapat pada gambar 1.2.12 dibawah ini.

Gambar 1.2.14 Tampilan Rain ITU-R

IT Telkom Purwokerto 10 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Untuk langkah selanjutnya praktikan akan mengkonfigurasi pada antena coupling


dan antena microwave dan data dimasukan nilai parameter circulator branching loss,
pada antena Tx dan Rx sama yaitu sebesar 3.00 seperti pada gambar 1.2.13 dan
1.2.14 untuk antena microwave yang ada dibawah ini.

Gambar 1.2.13 Konfigurasi Antena Coupling

Gambar 1.2.14 Konfigurasi perangkat microwave

IT Telkom Purwokerto 11 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

Setelah tadi mengkonfigurasi antena microwave dengan antena coupling langkah


selanjutnya praktikan akan konfigurasi channel yang akan digunakan untuk
mengatur channel masukan database yang sudah tersedia dan pemilihan channel juga
berdasarkan nilai dari frekuensi terdapat pada gambar 1.2.15 dan 1.2.16 channel
yang akan digunakan.

Gambar 1.2.15 Konfigurasi Channel

Gambar 1.2.16 Memilih Channel yang digunakan


Setelah semua sudah dikonfigurasi dan pada tahap akhir ini adalah laporan atau
report hasil dari semua konfigurasi yang telah dilakukan untuk membuat komunikasi
gelombang radio dengan site welenrang dengan site palopo. Tujuan dibuat report

IT Telkom Purwokerto 12 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

tersebut adalah agar dapat mengetahui apa yang telah dilakukan serta dapat
mengetahui data apa saja yang sudah di masukan.

Gambar 1.2.17 Hasil Report

IT Telkom Purwokerto 13 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Aplikasi Pathloss memudahkan perancangan komunikasi antar site terutama pada
daerah pegunungan yang banyak obstacle.
2. Pathloss mempengaruhi dalam kontur tanah seperti gedung-gedung perkotaan,
jarak pemancar dan penerima, tinggi dan lokasi antena.
3. konfigurasi curah hujan untuk mengatasi apabila terjadi hujan lebat karena hujan
lebat akan mempengaruhi terhadap kualitas sinyal yang dipancarkan.

B. SARAN
1. Berhati-hati dalam mengisi paramer-parameter antena, karena salah satu digit
angka saja pancaran sinyalnya sudah tidak LOS lagi.
2. Simpan data file pathloss setiap beberapa tahap, untuk mengantisipasi komputer
error atau mati dengan sendiri.
3. Selalu perhatikan arahan asisten praktikum saat berjalannya praktikum agar tidak
ketinggalan saat praktikum.

IT Telkom Purwokerto 14 16201066 – Tito Alif Panindita


Praktikum Komunikasi Radio Gelombang Mikro

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rapaport T. S., “Wireless Communication – Principle & Practice”, IEEE
Press, pp 71-131, 1996.
[2] Lina Mubarokah, “Pengukuran dan Perhitungan Pathloss Eksponen Untuk
Cluster Residences, Central Bussines District (CBD), dan Perkantoran
Daerah Urban”, [Online]. Available: http://repo.pens.ac.id [Diakses 16
Oktober 2018]
[2] Ulfah Maria, “Perhitungan Pathloss Teknologi Long Term Evolution (LTE)
Berdasarkan Parameter Jarak e Node B Terhadap Mobile Station di
Balikpapan”, [Online]. Available: https://www.researchgate.net [Diakses 16
Oktober 2018]

IT Telkom Purwokerto 15 16201066 – Tito Alif Panindita

Anda mungkin juga menyukai