Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-27

Internalisasi Biaya Eksternal


pada Angkutan Laut BBM Domestik
Ni Putu Intan Pratiwi dan Firmanto Hadi, S.T., M.Sc.
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: firmanto@na.its.ac.id

Abstrak— Aktivitas pengangkutan BBM domestik lewat laut, domestik yang ditanggung oleh konsumen BBM domestik dan
seperti halnya aktivitas transportasi yang lain memiliki biaya besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna jasa
transportasi yang harus ditanggung oleh penyedia jasa angkutan. angkutan laut yang lain.
Biaya ini adalah biaya internal transportasi yang timbul oleh Internalisasi biaya eksternal merupakan satu-satunya jalan
angkutan (moda) untuk mengangkut BBM dari pelabuhan muat
(loading) ke pelabuhan bongkar (discharge). Biaya ini adalah
agar efek negatif yang disebabkan oleh kegiatan transportasi
biaya yang terlihat langsung dan merupakan biaya yang laut ini ditanggung oleh pihak yang menimbulkannya.
berpengaruh dalam pengambilan keputusan transportasi. Namun Internalisasi biaya eksternal berarti membuat sebuah bagian
selain menimbulkan biaya internal, aktivitas pengangkutan BBM yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan para
domestik juga menimbulkan biaya eksternal. pengguna transportasi. Sesuai dengan pendekatan teori
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis seberapa besar kesejahteraan, internalisasi biaya eksternal dengan
biaya eksternal yang timbul akibat proses pengangkutan BBM
domestik lewat laut dan dampaknya pada unit biaya transportasi. menggunakan instrumen berbasis pasar dapat mengarah pada
Biaya eksternal adalah eksternalitas yang dikuantifikasi ke dalam penggunaan infrastruktur yang lebih efisien, pengurangan efek
satuan biaya. Biaya eksternal ini merupakan biaya yang biasanya samping negatif dari aktivitas transportasi dan peningkatan
tidak diperhitungkan, padahal biaya ini berdampak besar bagi rasa keadilan diantara pengguna jasa transportasi [1].
pengangkutan BBM domestik. Biaya eksternal yang dijabarkan
dalam penelitian ini antara lain biaya atas utilitas armada, biaya
atas kongesti dan biaya atas polusi udara. II. URAIAN PENELITIAN
Internalisasi biaya eksternal merupakan digunakan untuk
A. Tahap Telaah
mengetahui signifikansi biaya eksternal tersebut terhadap unit
biaya angkutan laut BBM domestik, mengingat beberapa jenis
Hal pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah
BBM masih disubsidi. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk menentukan poin permasalahan yang akan ditilik lebih dalam
masing-masing komponen biaya eksternal untuk mengetahui efek pada penelitian ini dan menetapkan batasan pembahasan
dari biaya tersebut terhadap unit biaya transportasi. Internalisasi masalah. Studi literatur merupakan langkah lanjut yang
ini akan menyebabkan rata-rata kenaikan unit biaya angkutan dilakukan untuk menemukan dasar teori yang mendukung
laut BBM domestik dari 363 Rp/Liter menjadi 586 Rp/Liter. proses pemecahan masalah. Selanjutnya konsolidasi data
Namun, proses internalisasi ini akan membuat penyedia jasa dilakukan untuk menngetahui gambaran kinerja dan
angkutan terhindar dari pengeluaran yang tidak terencana akibat mekanisme angkutan laut BBM domestik dari segi waktu dan
eskternalitas.
biaya. Metode yang digunakan pada tahap ini berupa
pengumpulan data secara langsung dan tidak langsung.
Kata Kunci— BBM domestik, biaya eksternal, eksternalitas,
internalisasi. Data yang dikumpulkan secara tidak langsung berupa
muatan jenis-jenis BBM ke tiap-tiap daerah di Indonesia
sebagai data awal untuk menggambarkan jumlah demand
I. PENDAHULUAN angkutan laut BBM domestik, jumlah dan spesifikasi masing-
egiatan transportasi laut memberikan dampak negatif masing kapal yang digunakan sebagai alat angkut (termasuk di

K (cost) pada lingkungan. Berlawanan dengan


keuntungannya, biaya dari efek negatif (eksternalitas)
transportasi laut ini umumnya tidak ditanggung oleh pengguna
dalamnya spesifikasi mesin yang digunakan kapal), nilai port
charges di masing-masing wilayah pelabuhan (labuh, tambat,
pandu, tunda), waktu keluar-masuk kapal dan waktu selama
transportasi laut. Pengguna transportasi biasanya tidak melakukan aktivitas loading/discharge di pelabuhan, charter
memperhitungkan biaya akibat eksternalitas ini dalam rate kapal serta data spesifikasi pelabuhan (draft) untuk
pengambilan keputusan mereka. Biaya inilah yang disebut menghitung unit biaya internal transportasi dan eksternalitas.
sebagai biaya eksternal. Sama halnya dalam proses Data yang langsung dikumpulkan adalah diskusi dengan pihak
pengangkutan bahan bakar minyak domestik (selanjutnya terkait tentang aturan pembebanan dan besaran demmurage
disebut BBM domestik), biaya dari efek ini tidak tercermin pada kondisi eksisting.
dalam unit biaya transportasinya. Tidak diperhitungkannya B. Tahap Analisis
biaya eksternal ini mempengaruhi besarnya harga BBM Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditetapkan,
dilakukanlah analisis pada data yang sudah dikumpulkan untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-28

mengetahui biaya internal transportasi dan biaya eksternal berupa kereta api, pipa, kapal tanker dan truk.
transportasi. Unit biaya eskternal ini selanjutnya diinternalisasi
B. Jenis dan Jumlah Angkutan Laut BBM Domestik
pada biaya eksisting (biaya internal). Selanjutnya analisis
sensitivitas dilakukan pada masing-masing komponen biaya BBM yang diangkut untuk memenuhi kebutuhan domestik
eksternal untuk mengetahui signifikansi pengaruhnya terhadap berjumlah rata-rata 34.05% dari total seluruh minyak yang
biaya pengangkutan BBM domestik. Tahap ini akan diangkut oleh badan usaha yang sama, dimana persentase ini
menghasilkan nilai unit biaya transportasi BBM domestik yang menunjukkan bahwa BBM merupakan angkutan laut yang
sudah mencerminkan biaya eksternalnya. paling dominan jumlahnya jika dibandingkan dengan
kelompok crude oil, black oil maupun white oil lainnya.
III. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Pengangkuran BBM di Indonesia

Swasta bukan Pemerintah Badan Usaha yang


pemerintah (BALAK) ditunjuk pemerintah

Gambar 3. Jumlah Angkutan BBM


Ekspor minyak Impor minyak Impor BBM Impor bukan
mentah mentah BBM
Jenis BBM yang dibahas dalam penelitian ini antara lain
dolar, kerosene, premium, pertamax, pertamax plus dan ADO.
BBM Kebutuhan
BBM domestik
Gambar 3. menunjukkan bahwa, solar memiliki rata-rata
Eksplorasi & Diolah di kilang Penjualan
61.05% (33883808 KL) dari total BBM yang diangkut lewat
Bukan BBM
Eksploitasi domestik bukan BBM laut tahun 2010 dan 2011. Secara berturut-turut peringkat
domestik jumlah angkutan BBM domestik berikutnya yaitu jenis
Refinery Fuels &
Losses
Ekspor bukan premium, kerosene. Terlihat dari jumlah ini pemakaian BBM
BBM
bersubsidi dapat dikatakan masih dalam jumlah yang besar.
Olan lanjut &
Blending C. Kapal Pengangkut BBM Domestik
Pelaksana
Kegiatan Pada tahun 2010, sebanyak 123 kapal tanker dengan
komposisi 95 kapal chater dan 28 kapal milik dioperasikan
untuk mengangkut BBM domestik. Sedangkan pada tahun
Gambar 1. Sistem dan Pelaksana Industri Perminyakan Indonesia
2011, sebanyak 126 kapal tanker yang dioperasikan untuk
Gambar 1 memperlihatkan bahwa dalam menyediakan BBM
memnuhi kebutuhan BBM domestik dengan komposisi 99
dalam negeri badan usaha yang ditunjuk pemerintah (PT.
kapal charter dan 27 kapal milik. Hanya ada tambahan 3 unit
Pertamina Persero) memperoleh minyak mentah dari hasil
kapal selama du tahun tersebut. Perkembangan jumlah kapal
eksplorasi dan eksploitasi dengan melakukan Kontrak Kerja pada tahun 2010 - 2011 untuk masing-masing jenis
Sama (KKS) atau Kontrak Production Sharing (KPS) dengan berdasarkan kategori DWT dapat dilihat pada Gambar 4.
Badan Pelaksana (BALAK) yaitu badan pelaksana Migas.
70
60
50
UNIT

40
30 2011
20
10 2010
0
BL GP I GP II MR S SM I SM II
2011 24 7 12 17 9 28 29
2010 24 5 12 16 8 32 25

Gambar 4. Kapal Pengangkut BBM Domestik

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Gambar 2. Proses Distribusi BBM A. Analisis Biaya Internal Transportasi
Analisis biaya internal transportasi ini dilakukan dengan
Proses distribusinya terdapat pada Gambar 2, dimana menghitung unit biaya internal untuk mengangkut BBM
minyak hasil pengolahan di kilang dalam negeri dan minyak domestik lewat laut dari sudut pandang pemilik moda angkut.
yang diimpor dangkut dengan menggunakan kapal dan di Penghitungan unit biaya internal ini biasanya diperhitungkan
timbun di depot utama. Minyak dari depot utama dapat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan transportasi.
langsung didistribusikan ke pengguna produk minyak atau Unit biaya yang dhihitung dalam bagian ini adalah ongkos
dapat ditimbun terlebih dahulu di depot akhir dan selanjutnya yang dibutuhkan untuk mengangkut BBM dari pelabuhan muat
didistribusikan ke pengguna (end user). Moda angkutnya (load) menuju ke pelabuhan bongkar (discharge) per satuan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-29

volume yang diangkut. 3,000,000


Sea time dan Port Time 2,500,000
AE_BUNKER
2,000,000
Komponen sea dan port time memberikan pengaruh besar

RP/NM
COST
1,500,000
terhadap besar atau kecilnya unit biaya angkutan laut BBM 1,000,000 ME_BUNKER
COST
domestik. Dimana sea time dalam penelitian ini adalah fungsi 500,000
-
dari jarak dan kecepatan rata-rata kapal untuk melalui jalur BL SM SM S GP I GP MR
tersebut. I II II
SHIP TYPE
Gambar 6. Bunker Cost Masing-masing Tipe Kapal
........................ (1) Selain itu didapatkan juga bahwa nilai bunker cost untuk ME
Port time adalah komponen yang lebih kompleks karena di dipengaruhi oleh jarak tempuh (nm), seperti yang tertera pada
dalamnya merupakan waktu dari semua kegiatan yang Gambar 7. Dimana semua korelasi dengan menggunakan
dilakukan kapal sejak memasuki area pelabuhan. Dengan, power regression, antara jarak tempuh (sumbu x) dengan
...... (2) bunker cost (sumbu y) memiliki nilai R2 > 0.5.
dan 14,000,000
...... (3) 12,000,000
R² = 0.6575

Bunker Cost (Rp/Nm)


Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap penggunaan 10,000,000 ME
BUNKER
8,000,000
waktu untuk setiap kegiatan kapal didapatkan rata-rata COST (SM
II)
6,000,000
penggunaan waktu di setiap daerah Pemasaran. Gambar 5 4,000,000
Power (ME
BUNKER
menunjukkan bahwa port time mengambil porsi lebih banyak 2,000,000 COST (SM
II))
dari pada sea time, kecuali untuk daerah Pemasaran VIII. Porsi -
0 500 1000
penggunaan waktu di pelabuhan paling besar ada pada daerah Distance (Nm)
Pemasaran III, sedangkan untuk daerah Pemasaran VIII
memiliki kondisi sebaliknya. Dimana wilayah Pemasaran III Gambar 7. Contoh Korelasi ME Bunker Cost dengan Jarak Tempuh
memilik rata-rata waktu di pelabuhan sebesar 2.6 hari
dibandingkan waktu pelayaran rata-rata untuk mencapai Port Charges
wilayah tersebut hanya selama 1.2 hari. Port charges adalah biaya yang dibebankan dengan fungsi
waktu kapal melakukan aktivitas di area pelabuhan, ukuran
VIII
VII
kapal (GT), tipe pelabuhan serta jenis muatannya. Merupakan
penjumlahan dari :
RETAIL AREA

VI
V
IV
III
............(5)
II
I ............(6)
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
............(7)
I II III IV V VI VII VIII
PORT_TIME 1.60 2.02 2.60 2.34 1.63 1.76 1.53 1.57
....(8)
SEA_TIME 1.26 1.25 1.20 1.49 0.97 1.35 1.15 1.89
DAYS ..................(9)
Gambar 5. Sea Time dan Port Time Masing-masing Daerah Pemasaran ..........(10)
Dari hasil analisis terhadap port charges, didapatkan bahwa
Bunker Cost kapal yang mengunjungi wilayah Pelindo 3 memiliki rata-rata
Bunker cost merupakan fungsi dari konsumsi bahan bakar port charges paling besar, menyusul pelindo 1 dan 2.
sesuai dengan spesifikasi teknis kapal. Untuk mendapatkan
konsumsi bahan bakar masing-masing kapal setiap jam untuk Charter Hire Rate
masing-masing gerakan dan masing-masing mesin digunakan Komponen ini merupakan komponen biaya operasional tetap
persamaan : yang nilainya didapat dari rata-rata data historis charter rate
........................ (3) kapal yang digunakan untuk mengangkut BBM tahun 2010-
Sehingga, 2011. Biaya ini diubah dari satuan US$ menjadi rupiah dengan
.......... (4)
mengalikan nilainya dengan rata-rata kurs di masing-masing
Hasil analisis yang dilakukan terhadap biaya bahan bakar
tahun. Rata-rata charter rate kapal pada tahun 2010 adalah Rp.
menunjukkan bahwa biaya bahan bakar untuk ME jauh lebih
77.623.321,-/day dengan rata-rata kurs Rp. 9085,- , sedangkan
besar daripada AE, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Hal ini disebabkan karena persentase dan waktu penggunaan pada tahun 2011 sebesar Rp. 75.016.439,-/day dengan rata-
ME jauh lebih banyak daripada AE. Konsumsi bahan bakar ini rata kurs Rp. 8779,-.
juga dipengaruhi oleh daya mesin yang tergambar dari ukuran
kapal, oleh sebab itu pemakaiannya terlihat meningkat seiring Unit Biaya Internal Transportasi
dengan bertambah besarnya ukuran kapal. Unit biaya untuk biaya internal transportasi merupakan
fungsi dari total semua biaya dan jumlah masing-masing jenis
BBM yang diangkut.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-30

yang kosong pada setiap 1000 ton ECC akibat deadfreight


............. (11) terhadap sisa margin. Margin yang digunakan dalam analis ini
Setiap daerah Pemasaran memiliki besaran unit biaya yang adalah sebesar 10%, 15% dan 20% dari unit biaya
berbeda, hal ini disebabkan karakteristik alur pelayaran setiap pengangkutan BBM. Variabel persentase ruang muat kosong
daerah yang beragam sehingga menyebabkan perbedaan waktu divariasikan hingga mengetahui pada persentase berapa
tempuh dan berdampak pada biaya operasional kapal. kekosongan ruang muat ini akan menghabiskan margin. Hasil
700

600
649
analisis sensitivitas ini menemukan bahwa 13.87% ruang muat
500
kosong akan mengurangi 10% margin dari unit biaya hingga
424
383 AVERAGE
nilai 0, 19.46% ruang muat kosong akan menghabiskan 15%
RP/LITER

400 UNIT

300
COST
margin dan 24.26% ruang muat kosong akan menghabiskan
200 256
207 213 220
236 20% margin keuntungan untuk setiap pengangkutan BBM
100
domestik (Gambar 9).
-
I II III IV V VI VII VIII 80.00 80.00
DAERAH PEMASARAN

70.00 70.00
Gambar 8. Rata-rata Unit Biaya Internal Cost of
Gambar 8 menunjukkan hasil analisis unit biaya internal Ship
Utility
60.00 60.00
dimana, daerah Pemasaran V memiliki unit biaya paling tinggi
yaitu sebesar. Sedangkan unit biaya paling rendah terjadi pada 50.00 50.00 Sisa 10%
pengangkutan BBM ke daerah Pemasaran III. Rata-rata unit

Cost of Ship Utility


Margin

Sisa Margin
(Rp/Liter)

(Rp/Liter)
biaya untuk mengangkut BBM ke semua daerah adalah 40.00 40.00

sebesar 363 Rp/Lt. Sisa 15 %


30.00 30.00
Margin

B. Analisis Biaya Eksternal Transportasi 20.00 20.00


Bagian ini akan mengkuantifikasikan eksternalitas yang Sisa 20 %
timbul akibat aktivitas pengangkutan BBM domestik lewat laut 10.00 10.00 Margin

ke bentuk biaya eksternal. Ada tiga komponen biaya eksternal


yang akan dihitung dalam bagian ini, seperti yang sudah - -

13.87%
12%

15%

19%
20%

24%
10%

17%

22%
2%
4%

8%
0%

6%
disinggung pada bagian pendahuluan.
Empty Cargo Space
Cost of Ship Utility
Gambar 9. Sensitivitas Ruang Muat Kosong Terhadap Margin
Komponen biaya ini merupakan biaya yang harus
ditanggung atas terjadinya deadfreight. Deadfreight sendiri
Congestion Cost
adalah kondisi dimana kapal tidak dapat membawa muatan
Congestion cost yang dianalisis pada Tugas Akhir ini dibagi
sebanyak kapasitasnya, akibat terbatasnya infrastruktur yang
menjadi dua bagian, yaitu bagian eksplisit dan implisit.
dalam hal ini adalah draft pelabuhan. Eksternalitas disini
Keduanya merupakan biaya yang harus ditanggung akibat
dilihat sebagai berapa selisih unit biaya yang terjadi saat
terjadinya kongesti yang terindikasi dengan adanya waktu
kondisi normal dan kondisi deadfreight.
tunggu (waiting time). Dari asal katanya, eksplisit berarti yang
........ (12) dapat terlihat. Biaya yang secara eksplisit timbul akibat
Dimana, kongesti dibagi menjadi dua dalam tahap perhitungan ini yaitu,
demmurage dan daily operating cost. Sedangkan biaya
...................... (13)
implisit adalah biaya yang secara tidak langsung terjadi selama
Dan
waiting time. Biaya implisit atas kongesti ini dijabarkan
....................................... (14) sebagai inventory carrying cost dalam tahap perhitungan biaya
Dari hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata biaya atas eksternal.
utilitas armada untuk seluruh daerah Pemasaran sebesar 8.48 Dimana,
Rp/Liter. Seperti yang terlihat pada gambar berikut, dimana (15)
daerah Pemasaran II memiliki rata-rata biaya paling tinggi dan
yaitu sebesar 34.74 Rp/Liter, menyusul daerah Pemasaran I .......... (16)
sebesar 22.92 Rp/Liter. dengan
Merujuk hasil analisis yang dilakukan terhadap biaya atas ...... (17)
utilitas armada (cost of ship utility), bahwa komponen biaya ini ...... (18)
nilainya tidak terlalu besar. Analisis sensitivitas dilakukan ................................... (19)
pada komponen biaya ini terhadap margin keuntungan yang dan
didapatkan penyedia jasa angkutan setiap kali mengangkut
BBM. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengukur .......................................................................................... (20)
bagaimana pengaruh setiap 1 % pertambahan ruang muatan Dari hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata komponen
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-31

ICC untuk semua daerah Pemasaran adalah sebesar 388 bakar dan biaya pelabuhan yang kecil jika dibagi dengan
Rp/Liter, sedangkan untuk komponen DOC adalah sebesar 133 muatan yang diangkut. Dimana 7,91 hari waiting time+excess
Rp/Liter, rata-rata komponen demmurage memiliki nilai paling laytime akan membuat nilai DOC menghabiskan 10% margin,
rendah yaitu sebesar 11.5 Rp/Liter. Nilai ICC tertinggi ada 11,86 hari akan menghabiskan 15% margin dan 15,81 hari
pada derah Pemasaran III dengan nilai ICC rata-rata sebesar akan menghabiskan 20% margin dari pengangkutan BBM
1576 Rp/Liter. Hal ini disebabkan jumlah muatan yang harus domestik.
menunggu lebih banyak, dimana daerah Pemasaran III salah
satunya terdiri dari daerah Jakarta, yang merupakan daerah Air Pollution Cost
dengan waktu tunggu yang tinggi. Nilai DOC tertinggi ada Bagian ini menghitung tentang seberapa besar polusi udara
pada daerah Pemasaran VIII hal ini disebabkan waiting time yang terjadi akibat aktivitas angkutan laut BBM domestik.
daerah Pemasaran tersebut lebih tinggi daripada daerah Sebelum mengkuantifikasi komponen eksternalitas ini menjadi
Pemasaran lain (akibat dari kecepatan bongkar muat yang biaya. Perlu diukur polusi udara mana yang memberikan
lebih rendah) yang menyebabkan kapal yang datang harus pengaruh paling besar. Dari perhitungan polusi udara yang
menunggu (waiting time lebih besar) sehingga nilai rata-rata dapat dihasilkan oleh satu kapal per gerakan per jam,
DOCnya menjadi sebesar 250 Rp/Liter. Sedangkan nilai rata- komponen polusi CO2 yang memberikan pengaruh paling
rata demmurage paling besar terletak pada daerah Pemasaran besar. Detil data dan hasil perhitungan masing-masing terdapat
V yaitu sebesar 15.3 Rp/Liter, hal ini dipengaruhi oleh nilai pada lampiran. Polusi udara merupakan fungsi dari
TCH kapal-kapal yang digunakan untuk pengangkutan BBM penggunaan daya mesin, jenis bahan bakar, dan lama
ke daerah tersebut memiliki rata-rata lebih besar daripada penggunaan mesin. Berikut adalah perumusan yang digunakan
kapal yang digunakan untuk pengangkutan ke daerah lain dan untuk menghitung polusi udara [2].
excess laytime yang lebih besar. ....(21)
Untuk mengetahui lebih lanjut apa dampak komponen biaya Dimana,
kongesti selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas dari biaya
kongesti terhadap margin. Analisis sensitivitas dilakukan pada ....(22)
komponen biaya ini terhadap margin keuntungan yang Dari hasil analisis biaya akibat polusi udara ini, diketahui
didapatkan penyedia jasa angkutan setiap kali mengangkut bahwa daerah Pemasaran VIII memiliki rata-rata biaya polusi
BBM. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengukur udara paling tinggi yaitu sebesar 70.4 Rp/Liter muatan BBM
bagaimana pengaruh pertambahan 1 hari waiting time+excess yang diangkut ke daerah tersebut. Sedangkan rata-rata biaya
laytime (pertambahan biaya kongesti setiap pertambahan satu polusi udara paling rendah ada pada daerah Pemasaran III
hari tunggu) pada setiap muatan (kL) yang diangkut terhadap yaitu sebesar 30.4 Rp/Liter. Rata-rata seluruh daerah
margin. Margin diasumsikan 10%, 15% dan 20% dari unit Pemasaran memiliki biaya polusi udara yang harus ditanggung
biaya angkut (Rp/kL). sebesar 41.8 Rp/Liter.
80 180.00 Analisis sensitivitas awal yang dilakukan untuk komponen
160.00
70
biaya ini adalah sensitivitas antara pertambahan tingkat polusi
Sisa Margin (Rp/Liter)

DOC
140.00
60 (Rp/Liter)
DOC (Rp/Liter)

50
120.00
100.00
Sisa 20 %
Margin
yang dihasilkan mesin dengan pertambahan umur penggunaan
40
30
80.00
60.00
Sisa 15 % mesin. Lalu analisis sensitivitas yang kedua dilakukan dengan
Margin
20 40.00 Sisa 10 % melihat hubungan pertambahan umur mesin dan lama
10 20.00 Margin
0 - pemakaian mesin terhadap polusi yang dihasilkannya. Gambar
1.13

15.81
1.42
1.70

2.14
2.26
2.85

7.91
11.86
0
1

3
4
5
6
7

11. menunjukkan hasil analisis pertama dan didapatkan bahwa


WAITING TIME+EXCESS LAYTIME (DAYS)
peningkatan umur mesin tidak membawa pengaruh signifikan
Gambar 10. Sensitivitas Waiting time+Excess Laytime terhadap Margin pada jumlah polutan CO2 yang dihasilkannya. Dimana hanya
Gambar 10 adalah hasil analisis sensitivitas dan ditemukan terjadi peningkatan 0,000067 Ton/Jam CO2 setiap 1 tahun
bahwa, jika kapal yang mengangkut BBM menghabiskan 2 pertambahan usia mesin.
hari (1.13 dan 1.7 hari dibulatkan menjadi 2 hari sewa) waiting
Engine Deterioration
time+excess laytime maka nilai demmurage-nya akan 9.082
Total Emission (Ton/hour)

mengurangi baik 10% maupun 15% margin hingga nilai 0 Rp. 9.081
9.081 Engine
Sedangkan pada kondisi 20% margin, 3 hari (2,26 hari 9.080
Deterioration

dibulatkan menjadi 3 hari sewa) akan menyebabkan nilai 9.080


demmurage menghabiskan nilai margin. Untuk komponen ICC 9.079

didapatkan bahwa, 1,42 hari waiting time+excess laytime akan 9.079


9.078
menghabiskan 10% margin pada pengangkutan BBM 0 10 20 30 40 50
domestik. 2,14 hari akan menyebabkan nilai ICC Engine Age (year)

menghabiskan 15% margin dan 2,85 hari akan menghabiskan Gambar 11. Hasil Sensitivitas Usia Mesin dengan Polusi Udara
20% margin. Sedangkan untuk komponen DOC, butuh waktu Hasil analisis kedua dijelaskan pada Gambar 12. RTD
waiting time+excess laytime lebih panjang untuk maksimal yang digunakan adalah 30 hari dan umur maksimal
menghabiskan margin. Hal ini disebabkan konsusi bahan kapal adalah 40 tahun dengan nilai tengah 17 tahun. Asumsi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-32

ini digunakan sesuai dengan kondisi eksisting. Pertambahan komponen biaya polusi udara yang paling besar juga. Hal ini
hari penggunaan mesin juga tidak berpengaruh signifikan disebabkan waktu tunggu yang tinggi di daerah tersebut.
terhadap polusi yang dihasilkannya. Hal ini senada dengan
hasil analisis satu yang juga mendapatkan tidak signifikannya 5000

pertambahan polusi akibat pertambahan umur mesin. Dapat 4500


4000
dilihat pada tabel berikut bahwa 1 hari penggunaan mesin 3500

RP/LITER
berumur 1 tahun akan menghasilkan 3,904 Rp/Liter biaya 3000
2500
polusi udara. 3,905 Rp/Liter untuk mesin berumur 17 dan 40 2000

tahun. 1500
1000
400.000 500
350.000 0
Air Pollution Cost (Rp/Liter)

Air Pollution I II III IV V VI VII VIII


300.000 Cost (30 ALL INTERNALIZED 594 746 1971 985 965 556 484 953
Year Engine) UNIT COST+AIR POLLUTION COST 291 432 238 249 697 253 268 494
250.000
UNIT COST+CONGESTION COST 536 663 1938 949 915 523 451 878
200.000 Air Pollution UNIT COST+COST OF SHIP UTILITY 279 418 209 214 650 220 237 428
Cost (17
150.000 Year Engine)
Gambar 14. Efek Internalisasi Masing-masing Komponen Biaya Eksternal
100.000
Air Pollution
50.000 Cost (1 Year
Engine)
0.000
1 5 10 15 20 25 30 V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Engine Use (Day)
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengerjaan tugas akhir
Gambar 12. Sensitivitas RTD, Umur Mesin dengan Biaya atas Polusi Udara ini antra lain :
Total unit biaya eksternal masing-masing daerah dapat dilihat 1. Rata-rata unit biaya internal transportasi untuk seluruh
pada gambar di bawah ini. Terlihat bahwa unit Pemasaran III daerah Pemasaran adalah sebesar 363 Rp/Lt.
memiliki unit biaya eksternal paling tinggi, hal ini disebabkan 2. Angkutan laut BBM domestik memberikan biaya internal
karena unit Pemasaran tersebut memilik unit ICC yang jauh dan biaya eksternal yang harus ditanggung pemilik
lebih tinggi dengan daerah lain, unit biaya eksternal pada angkutan. Dimana nilai biaya eksternal (kuantifikasi
daerah ini adalah 1763 Rp/Liter muatan yang diangkut. eksternalitas ke dalam unit biaya) lebih besar daripada
Sedangkan unit biaya eksternal paling kecil adalah daerah biaya internal. Dimana rata-rata unit biaya eksternal
Pemasaran VII yaitu sebesar 248 Rp/Liter.
untuk seluruh daerah Pemasaran adalah sebesar 583
VIII Rp/Liter. Dengan komposisi 92 % dari biaya eksternal
VII
tersebut merupakan komponen biaya kongesti, 7% biaya
DAERAH PEMASARN

VI
COST OF SHIP UTILITY polusi udara dan hanya 1% biaya atas utilitas armada.
V

IV
ICC 3. Internalisasi seluruh biaya eksternal akan menyebabkan
III
DOC
pembengkakan terhadap unit cost sebesar rata-rata 2 kali
DEMMURAGE
II AIR POLLUTION COST
lipat untuk daerah Pemasaran I, II, V, VI, VII, VIII, 5
I kali lipat untuk daerah Pemasaran IV dan 10 kali lipat
0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00
untuk daerah Pemasaran III. Pertambahan nilai yang
RP/LITER
tinggi pada daerah Pemasaran III disebabkan oleh
Gambar 13. Total Biaya Eksternal per Daerah Pemasaran komponen biaya kongesti, dimana komponen biaya ini
dipengaruhi oleh waktu tunggu kapal. Namun dengan
C. Analisis Internalisasi Biaya Eksternal
internalisasi semua biaya eksternal baik eksplisit maupun
Internalisasi dilakukan dengan langkah sederhana
implisist diperhitungkan sehingga mengurangi risiko
memasukkan biaya eksternal tranportasi kondisi eksisting ke
pengeluaran di luar rencana.
dalam biaya internal transportasi kondisi eksisting. Nilai
internalisasi ini merupakan fungsi dari total biaya internal dan
total biaya eksternal terhadap total angkutan. UCAPAN TERIMA KASIH
..... (23) Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Firmanto
Dari hasil analisis didapatkan sama seperti perhitungan unit Hadi, S.T., M.Sc atas bimbingan selama penelitian. Ucapan
biaya internal dengan kondisi semua biaya eksternal terima kasih juga ditujukan pada karyawan dan staff PT.
diinternalisasi (Gambar 14), daerah Pemasaran III memiliki Pertamina (Persero) yang memberikan bantuan informasi data
unit biaya internalisasi paling tinggi yaitu sebesar 1971 Rp/ yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
liter sedangkan unit Pemasaran VII memiliki unit biaya
internalisasi paling rendah yaitu sebesar 484 Rp/Liter. Pada
gambar di bawah terlihat bahwa biaya atas utilitas kapal DAFTAR PUSTAKA
memberikan pengaruh paling kecil pada keseluruhan nilai [1] Maibach, M. et al., 2008. Handbook on estimation of
internalisasi, sedangkan komponen biaya kongesti memberi external costs in the transport sector, Delft: CE-
pengaruh paling besar. Daerah Pemasaran III memiliki publications.
komponen biaya kongesti yang paling besar sejalan dengan [2] Entec, 2002. Ship Emissions, s.l.: Entec.

Anda mungkin juga menyukai