Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Memasuki era globalisasi ini, semakin marak terjadi kriminalitas,

kecelakaan lalu lintas dan bencana alam yang dirasakan merupakan suatu

kebutuhan yang sangat mendesak akan adanya catatan rekam medik gigi karena

dari pengalaman pada saat bencana massal, ternyata peran dokter gigi cukup

penting dalam proses identifikasi korban mati, misalnya dalam kasus bom Bali

2002, bom Mc Donald di Makassar pada tahun 2002, dan kasus bom Kedubes

Australia Oktober 2004. Berdasarkan pengalaman lapangan, identifikasi korban

mati massal melalui gigi-geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam

menentukan identitas seseorang (56% pada bom Bali 2002 dan 60% pada

kecelakaan lalu lintas di Situbondo, Oktober 2003). Seperti yang diketahui bahwa

bencana merupakan kejadian yang mendadak, tak terduga dapat terjadi pada siapa

saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta

benda, korban manusia yang relatif besar, baik mati maupun hidup.4

Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, maka manusia

dipaksa untuk menyesuaikan. Dalam penyesuaian ini ada hal-hal yang baik

maupun yang buruk. Untuk hal-hal yang baik tidak terlalu banyak masalah tetapi

untuk yang merugikan menuntut perhatian yang besar. Seperti misalnya adanya

ancaman teroris beberapa waktu lalu.1

1
Korban serangan ini sangat banyak dan umumnya sulit untuk dikenali

secara visual. Sehingga dapat menimbulkan kesulitan dalam identifikasi. Selain

itu korban juga sulit dikenali bisa timbul akibat faktor manusia maupun alam.

Untuk mengatasi hal seperti ini peran dokter gigi sangatlah penting dalam

mengungkap jati diri korban sesungguhnya.1

Selain berperan dalam menentukan identitas korban, dokter gigi dapat juga

membantu pihak kepolisian dalam mengungkap pelaku kejahatan. Sesuai dengan

bidang maka dokter gigi mengidentifikasi korban dengan melihat gigi geligi,

karena gigi merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya,

khususnya bila rekaman data gigi dan rontgen foto gigi semasa hidup di simpan

secara baik dan benar.1

Kedokteran gigi forensik mulai dikenal pada saat terjadinya kebakaran hebat

pada tahun 1897 di Le Bazar de La Chante Paris yang menewaskan 126 orang

dimana sebagian besar dapat di identifikasi dengan mengkombinasikan gigi yang

ada dengan data ante mortem yang tercatat dengan baik. Penggagas pemeriksa ini

adalah Oscar Amoedo, oleh karena itu dianggap sebagai Bapak dari kedokteran

gigi forensik.1

Perlu kita ketahui bahwa peran dokter gigi sangat besar sekali dalam

mengidentifikasi baik untuk korban yang tidak dikenal maupun yang bisa

dikenali. Untuk korban yang bisa dikenali secara visual bagaimanakah sebenarnya

peran dokter gigi. Seperti pada kejahatan yang meninggalkan bekas gigitan maka

2
dituntut untuk bisa membantu mengungkap pelaku baik itu karena gigitan

manusia atau bukan.1

Meskipun sebagai sarana identifikasi yang penting gigi juga memiliki

kelemahan. Seperti mayoritas masyarakat Indonesia jarang berobat ke dokter gigi

dan dokter gigi pun belum tentu melakukan pencatatan data gigi bahkan

penyimpanan yang tertata baik. Akibatnya, ketika diperlukan sebagai data

pembanding jika terjadi suatu musibah, tidak dapat diperoleh data gigi yang

tepat.1

Salah satu contoh kasus kecelakaan pesawat terbang Silk Air di perairan

sungai Musi Palembang pada tanggal 19 desember 1997 dimana dalam waktu

lima hari data ante mortem medis dan gigi dari hamper seluruh penumpang dapt

diperoleh dan diolah, sedangkan 23 penumpang Indonesia hanya satu data gigi

penumpang yang dikirim oleh dokter gigi dari Jakarta.1

Forensik odontology adalah salah satu metode penentuan identitas individu

yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini

bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris

menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi

dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan

lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat

dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan

dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah

3
sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh manusia yang

komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas

bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang

terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan

masing-masing mempunyai lima permukaan.5

Ilmu gigi forensik adalah ilmu pengetahuan yang relatif baru yang

memanfaatkan pengetahuan dokter gigi untuk melayani sistem peradilan. Seluruh

dunia, dokter gigi yang memenuhi syarat dalam ilmu forensik memberikan

pendapat ahli dalam kasus yang berkaitan dengan identifikasi manusia, analisis

bitemark, trauma kraniofasial dan malpraktik. Identifikasi manusia sangat

bergantung pada kualitas catatan gigi; Odontologists namun forensik masih bisa

berkontribusi untuk penyelidikan identitas dalam ketiadaan catatan gigi melalui

profil orang yang meninggal menggunakan fitur yang berhubungan dengan gigi.7

Dengan demikian Ilmu kedokteran gigi forensic adalah salah satu cabang

ilmu dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang relatif belum berkembang di

tanah air yang akhir-akhir ini pula sosialisasinya mulai di galakkan dalam suatu

penyelenggaraan penyebaran ilmu maupun latihan-latihan keterampilan

khususnya identifikasi forensic dentistry oleh departemen kesehatan RI.3

Dalam identifikasi korban ketetapan data sangatlah bervariasi dan banyak

korban yang tidak bisa dikenali secara visual serta identifikasi lebih mudah

dilakukan melalui gigi, maka pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan

4
telah mengadakan beberapa kali pelatihan di bidang kedokteran gigi forensik

antara lain di Bali pada tahun 2004 dan di Semarang pada 2005 mengenai Disaster

Victim Identification.1

Data antemortem erat kaitannya dengan ilmu forensik, dimana data

antemortem merupakan data yang dicatat semasa hidup. Data antemortem

biasanya berisikan identitas pasien, keadaan umum pasien, odontogram (data gigi

yang menjadi keluhan), data perawatan kedokteran gigi, dan nama dokter gigi

yang merawat. Selain itu, roentgenogram juga sangat penting untuk dimiliki baik

intra oral maupun ekstra oral. Pencatatan data antemortem telah terdapat pada

buku panduan serta format formulirnya yang diterbitkan DEPKES tahun 2004

dengan judul Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yang di dalamnya

terdapat formulir odontogram, namun hingga kini buku tersebut belum dikenal

seluruhnya oleh pelayan medik di tanah air.3

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang

dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain

identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai

tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan

kesehatan.6

5
Seperti yang kita ketahui bahwa odontogram merupakan catatan yang berisi

semua informasi tentang gigi seseorang. Secara umum odontogram adalah suatu

bentuk pemetaan gigi yang didalamnya terdapat data gigi geligi dan kelainan-

kelainannya dimana data tersebut dicatat dalam kartu status gigi.

Dimana odontogram memuat data tentang jumlahnya,bentuknya,

susunannya, dan lain-lain yang di tuangkan dalam bentuk gambar ataupun denah

standar mengenai keadaan gigi dalam mulutnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diajukan permasalaan sebagai

berikut :

 Apakah setiap dokter gigi yang melakukan praktek dikota Makassar

menggunakan data rekam medic yang didalamnya terdapat

odontogram ?

6
1.3. TUJUAN

Untuk mengetahui apakah di setiap dokter gigi yang melakukan praktek

dikota Makassar telah menggunakan data rekam medic yang didalamnya sudah

sesuai standar nasional dan bagi setiap dokter gigi yang sudah memenuhi rekam

medic standar nasional tersebut dapat menerapkan di tempat praktik swastanya

dan sebelum menerapkannya terlebih dahulu dokter gigi dapat memahami atau

mengetahui tentang pengisian rekam medic tersebut terutama untuk tekhnik

pengisian odontogram.

1.4. MANFAAT

 Dapat memberikan informasi tentang kepahaman dan penerapan data

rekam medic terutama odontogram oleh dokter gigi dalam praktik

swastanya.

 Memberi pengetahuan dan pengalaman langsung bagi setiap peneliti.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ODONTOLOGI FORENSIK

Ilmu kedokteran gigi forensic memiliki beberapa nama-nama sesuai

dengan sumber yang didapat yaitu : Forensic Dentistry, Odontology Forensik, dan

Forensik Odontology.3

Pengertian ilmu kedokteran gigi forensic yaitu :

a. Menurut Arthur D. Goldman mengatakan bahwa ilmu kedokteran gigi

forensic adalah suatu ilmu yang berkaitan erat dengan hukum dalam

penyidikan melalu gigi-geligi.

b. Menurut Dr. Robert Bj. Dorion mengatakan bahwa ilmu kedokteran

gigi forensic adalah suatu aplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi

yang terkait dalam memecahkan hukum perdata dan pidana.

c. Menurut Djohansyah Lukman mengatakan bahwa ilmu kedokteran

gigi forensic adalah terapan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi

yang berkaitan erat dalam penyidikan demi terapan hukum dan proses

peradilan.3

Kegunaan dan aplikasi pada ruang lingkup kedokteran gigi forensic dalam

pelayanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

8
1. Sipil ialah berbagai kecelakaan massal baik didarat, laut, udara,

maupun gempa bumi membutuhkan identifikasi korban yang

mengalami destruksi fisik tahap lanjut, malpraktek dan berbagai jenis

penggelapan.

2. Criminal ialah identifikasi individu dari berbagai barang bukti yang

berasal dari gigi dan rongga mulut, seperti barang bukti gigi sendiri

pada kasus-kasus perkosaan, bunuh diri, atau pembunuhan, melalui

analisis tanda gigitan (bite mark), rugoscopy, cheiloscopy.

3. Penelitian.

Penelitian dan pelatihan odontologi foresik bagi dokter gigi yang

bekerja di universitas, bagian kriminologi dan kepolisian.

Kedokteran gigi forensic banyak terlibat dalam berbagai macam pelayanan

identifikasi individu, baik pelaku kriminalitas maupun bencana missal. Pada

umumnya identifikasi individu dilakukan dengan membandingkan data gigi geligi

antemortem dan postmortem pada korban mati dengan keadaan degradasi lanjut,

maupun terbakar. Juga dilakukan perbandingan cetakan gigi tersangka, dengan

data pada bekas gigitan (bite mark) yang tertinggal pada korban.

9
Kedokteran gigi forensic memiliki ruang lingkup yang tidak lepas dari

kelengkapan visum et repertum, yaitu identifikasi melalui gigi geligi dan rongga

mulut dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi antara lain identifikasi korban dan

pelaku kejahatan melalui :

a. Sarana gigi dan rongga mulut.

b. Pola gigitan.

c. Analisis air liur yang terdapat di sekitar pola gigitan, maupun sisa makanan

yang dimakan oleh pelaku.

d. Identifikasi semua jenis penganiayaan yang berkaitan dengan semua disiplin

ilmu kedokteran gigi dengan aspek hukum serta perundang-undangan.

Data gigi pra kematian (Ante Mortem) adalah keterangan tertulis dan

catatan atau gabungan dalam kartu perawatan gigi (Dental Record) dilengkapi

dengan keterangan dari keluarga atau orang terdekat dengan korban mengenai

keadaan gigi geligi korban. Sedangkan Data gigi Post Mortem adalah hal-hal

mengenai gigi-geligi yang ditemukan pada jenazah korban.4

2.2. IDENTIFIKASI

Adapun kegunaan dari identifikasi ialah kebutuhan etis dan

kemanusiaan terhadap keluarganya, pemastian kematian seseorang secara resmi

dan yuridis, pencatatan identitas untuk keperluan administrative (akte kematian)

dan pemakaman, untuk pengurusan klaim asuransi, pension, deposito, dan sebagi

upaya awal dari suatu penyelidikan criminal.

10
Identifikasi forensic pada dasarnya terdiri dari 2 metode utama yaitu :

1. Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data post-mortem

(pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal, seperti

cirri fisik,pakain, identitas khusus dan lain-lain), dalam suatu komunikasi

yang terbatas.

2. Identifikasi rekonstruksi, yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan

dalam komunikasi yang tidak terbatas.

2.3. ODONTOGRAM

Odontogram adalah pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan

mulut pasien dilakukan dan dicacatkan pada kunjungan pertama atau kesempatan

pertama sehingga memeberikan gambaran keadaan secara keseluruhan. Data ini di

simpan penting untuk membuat rencana perawatan kedokteran gigi secara

menyeluruh, juga sangat berharga sebagai data untuk keperluan identifikasi jika

diperlukan sewaktu-waktu.4

Odontogram selalu di tempatkan pada bagian awal dari lembar rekam

medik gigi. Setelah data identitas pasian dan data keadaan umum pasien.

Selanjutnya baru diikuti oleh lembar data perawatan kedokteran gigi yang

dilakukan.4

11
Setelah pengisian pertama maka pembuatan odontogram diulangi atau

dilengkapi :

a. Setiap satu tahun

b. Setiap kedatangan untuk control

c. Jika pasien akan pindah kota / dokter gigi, atau

d. Jika sebelum satu tahun sudah sangat banyak restorasi permanen yang

dilakukan.4

Pada odontogram berisi data :

a. Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

b. Gambar denah gigi ( odontogram)

c. Hubungan oklusi

d. Ada atau tidaknya torus palatines, Torus mandibularis

e. Type langit langit-langit mulut ( palatum ) : Dalam/Sedang/Rendah

f. Ada atau tidaknya gigi berlebih (super numerary)

g. Ada atau tidaknya Diastem Sentral

h. Adakah anomali atau ciri-cirinya.4

Untuk mendukung Departemen Kesehatan RI dalam hal ini Direktorat

Jendral Pelayanan Medik bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran Gigi baik

Swasta maupun pemerintah di seluruh Indonesia serta profesi-profesi terkait dan

kepolisian Negara RI menyusun Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran gigi

dimana di dalamnya terdapat Odontogram.1

12
Setelah pengisian pertama, maka pembuatan odontogram ini dapat di

ulangi atau di lengkapi setiap satu tahun, setiap kedatangan atau control atau jika

pasien akan pindah kota atau dokter gigi serta dapat diperbaharui sebelum satu

tahun apabila sudah sangat banyak restorasi permanen yang dilakukan.1

Adapun pelaksanaan sosialisasi dilakukan melalui fakultas kedokteran

gigi dan dalam hal ini Rumah Sakit Gigi dan Mulut pendidikan yangmenwajibkan

mahasiswa membuat rekam medic sebelum mengerjakan pasien.1

2.4. TEKHNIK PENGISIAN ODONTOGRAM

1. Nomenklatur yang di gunakan adalah two digit system dengan :

 Kwadran 1 untuk gigi tetap atas kanan

 Kwadran 2 untuk gigi tetap atas kiri

 Kwadran 3 untuk gigi tetap bawah kiri

 Kwadran 4 untuk gigi tetap bawah kanan

 Kwadran 5 untuk gigi anak atas kanan

 Kwadran 6 untuk gigi anak atas kiri

 Kwadran 7 untuk gigi anak bawah kiri

 Kwadran 8 untuk gigi anak bawah kanan

1. Untuk memudahkan, maka pada saat pemeriksaan dalam mulut. dokter

atau perawat cukup membuat catatan ringkas dikertas terpisah pencatatan

kedalam gambar odontogram dilakukan kemudian berdasarkan catatan

ringkas tadi. Jika dokter pemeriksa men’dikte’kan hasil pemeriksaan dan

13
perawatan membuat catatan ringkas maka pemeriksaan untuk odontogram

ini dapat berlangsung cepat.

2. Pengisian gambar odontogram dilakukan dengan tanda-tanda seperti

lampiran yang ada di bawah ini :

No. Tanda-tanda keterangan

odontogram

1. karies

2. Gigi hilang /belum tumbuh

3. Sisa akar

4. Gigi gangren

5. Gresi

6. versi

7. Rotasi

8. D Diastema

9. AT Atrisi

10. MS Mesio Dens

11. PM Paramolar

12. Tumpatan amalgam

13. Tumpatan sintetis

14. Inlay sintetis

15. Inlay logam

14
16. Mahkota / jaket

17. Mahkota logam

18. Jembatan

19. Gigi pasak

20. PD Protesa Sebagian

21. FD Protesa Penuh

22. Karang Gigi

23. S staining

24. Y Gigi Pasak

25. 0 Impaksi

3. Pengisian data selanjutnya :

 Occlusi : oklusi diklasifikasikan secara sederhana. Tidak perlu terlalu

detil. Tujuan memberikan gambaran umum yang cepat terlihat.

 Torus palatines : cukup jelas.

 Palatum : berpedoman pada kaca mulut No.5 setengah kaca mulut

adalah palatum sedang.

 Supernumerary teeth : dilihat apakah ada mesiodents, premolar ketiga

dan sebagainya. Jika ada, disebutkan jenis supernumerary dan

letaknya.

 Diastema : yang umum adalah central diastema. Jika ada diastema lain

yang cukup jelas, termasuk general diastema harap ditulis.

15
 Gigi anomaly : misalnya pogshaped pada incisive kedua atas, micro-

molar, gigi fusi, dan sebagainya. Jika ada, di jelaskan dimana letaknya.

 Lain-lain : dicatat cirri-ciri lain diluar yang telah disebut. Cirri-ciri

tersebut yang bersifat menetap / permanen dan dapat ditemukan

sebagai cirri khas.

 Tanggal pemuatan odontogram : ditulis kapan pemeriksaan dilakukan.

Jika dilakukan pemeriksaan kedua, maka dibuat odontogram baru dan

odontogram yang lama dapat dibuang, atau dipertahankan, namun

diletakkan dibawah odontogram yang baru, sehingga yang pertama

terlihat adalah keadaan gigi-geligi yang terakhir dicatat.4

2.5. PETUNJUK PENGISIAN

1. kop (Nama,Alamat,tanggal) : Di isi lengkap nama, alamat dan telepon

dokter gigi yang memeriksa.

2. No. File : Di isi urut sesuai sistim administrasi klinik bersangkutan.

3. Data pribadi pasien : cukup jelas.

16
4. Data Medik Yang perlu Diperhatikan : Di isi data-data yang penting yang

dapat mempengruhi keputusan pemberian obat atau tindakan medis.

5. Tanggal Pencatatan data : Di isi tanggal data di isi jika terjadi perubahan

data karena pindah alamat misalnya, maka tanggal pencatatan data di

ubah, atau formulir di isikan. Formulir baru yang di letakkan di atas

formulir data lama.

6. Odontogram : di buat pada saat pasien pertama kali datang sebagai

pemeriksaan umum didalam mulut. Pembuatan diulang pada

saatpengontrolan kembali, setelah satu tahun atau jika sudah terjadi

banyak perubahan permanen pada gigi geligi. Odontogram lama dapat di

buang. Atau diletakkan dibawah odontogram baru. Cara pengisian

odontogram : lihat tekhnik pengisian odontogram.

17
2.6. GAMBAR DENAH GIGI ODONTOGRAM

Occlusi : Normal Bite / Cross Bite / Steep Bite


Torus Palatinus : Tidak Ada / Kecil / Sedang / Besar / Multiple
Torus Mandibularis : Tidak ada / sisi kiri / sisi kanan / kedua sisi
Palatum : Dalam / Sedang / Rendah :
Supermumerary teeth : Tidak Ada / Ada :
Diastema : Tidak Ada / Ada :
Gigi Anomali : Tidak Ada :
Lain – lain :
Tanggal Pembuatan :
Tanda Tangan

____________________

18
7. Lembar catatan perawatan : cukup jelas.4

Tanggal gigi Keluhan/Diagnosa perawatan paraf

19
BAB III

KERANGKA KONSEP

Era Globalisasi

Bencana alam kriminalitas Kecelakaan lalu lintas

Mortalitas

Hilangnya ciri fisik

Identifikasi Forensik

Sidik Jari Dokter gigi

DNA Data Antemortem Data postmortem

Odontology Forensik Odontogram

Tekhnik pengisian Petunjuk


pengisian
odontogram

20
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah Observasional Deskriptif, yaitu penelitian yang akan

dilakukan hanya dengan melaksanakan pengamatan saja tanpa adanya intervensi.

Dan data hasil penelitian disajikan seperti apa yang telah didapatkan ketika

penelitian. Kemudian disini peneliti tidak menganalisis mengapa hal tersebut

dapat terjadi.

4.2.DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross-sectional Study, yaitu

penelitian akan dilakukan tidak pada satu waktu, tetapi tiap subyek penelitian hanya

di observasi satu kali pengukuran saja dan tidak ada pengulangan. sehingga peneliti tidak

melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.

4.3. LOKASI PENELITIAN

Lokasi Penelitian dilakukan di seluruh tempat praktik dokter gigi yang

bersifat swasta, baik yang berpraktik secara sendiri maupun berpraktik secara

berkelompok di kota Makassar.

21
4.4. SUBYEK PENELITIAN

Seluruh dokter gigi yang berpraktik swasta baik secara sendiri maupun

berkelompok di Kota Makassar. Baik yang terdaftar dalam Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI) maupun yang tidak terdaftar pada Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI).

4.5. SAMPEL PENELITIAN

Semua dokter gigi yang masih aktif menjalankan praktik swasta, baik yang

sendiri maupun berkelompok di Kota Makassar.

4.6. KRITERIA SAMPEL

1. Kriteria Inklusi yang terdiri dari :

 Dokter gigi yang aktif melakukan praktik swasta di Kota Makassar.

 Dokter gigi yang bersedia memberikan data-data rekam medic yang

dia gunakan.

2. Kriteria Eksklusi yang terdiri dari :

 Dokter gigi yang tidak aktif melakukan praktik swasta di Kota

Makassar.

 Dokter gigi yang tidak bersedia memberikan data-data rekam

mediknya.

22
 Apabila sampel (responden) tereksklusi pada tempat Praktik Bersama,

maka dapat digantikan oleh dokter gigi lainnya yang berpraktik di

tempat yang sama.

4.7. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan rekam medik yang

digunakaan oleh dokter gigi dalam praktiknya.

4.8. ALAT YANG DIGUNAKAN

 Alat Tulis

 Camera

4.9. DATA

Data dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan rekam medik yang

digunakan oleh dokter gigi dalam praktiknya dan jenis data dari penelitian ini

adalah data primer, karna data diperoleh langsung dari rekam medik tersebut.

4.10. DEFENISI OPERASIONAL

1. Penggunaan Odontogram  Dokter gigi yang melakukan pemeriksaan

terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien dilakukan dan dicacatkan

pada kunjungan pertama atau kesempatan pertama sehingga memeberikan

gambaran keadaan secara keseluruhan.

23
2. Dokter gigi

Seorang praktisi kesehatan yang memiliki gelar dokter gigi.

3. Praktik swasta

Tempat praktik dokter gigi yang berisifat swasta, baik praktik secara

sendiri maupun secara berkelompok.

4.11. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Sebelum penelitian dilaksanakan, melakukan survei awal untuk

mengetahui dan mendata jumlah dokter gigi yang ada di Kota

Makassar.

2. melakukan pemilihan subyek dengan cara systematic random sampling

3. kemudian memberikan penjelasan kepada subyek tentang apa maksud

dari penelitian kita.

4. sehingga subyek dapat memahami maksud dari penelitian kita yaitu

meminta data rekam medic yang digunakan dalam praktiknya.

5. Bila ada sampel yang telah didatangi dan ternyata termasuk dalam

kriteria ekslusi, maka rekam medik tidak diminta.

6. Penelitian dinyatakan selesai apabila peneliti telah mendapat rekam

medik dari seluruh sampel.

7. Setelah sampel penelitian ditentukan dan didapatkan maka Peneliti

mencatat alamat tempat praktik sampel, mendatanginya, dan meminta

24
atau mengcopy data rekam medik yang digunakan di tempat

praktiknya.

8. Rekam medik kemudian dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data,

sehingga diperoleh hasil penelitian.

4.12. ALUR PENELITIAN

Pembuatan Proposal

Melakukan Survei awal penelitian

Penentuan populasi (subyek penelitian)

Subyek yang telah ditetapkan didatangi dan diminta data rekam mediknya

Penelitian dinyatakan selesai apabila mendapatkan semua sampel yang


ditetapkan

Pengelolaan data

Laporan Hasil penelitian

25
BAB V

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian pada data rekam medic yang digunakan oleh

dokter gigi dalam praktek swasta di kota Makassar. Dimana kami berusaha

meneliti apakah setiap rekam medic yang digunakan dokter gigi didalamnya

terdapat odontogram dan telah diterapkan pada setiap pasien yang melakukan

perawatan. Tapi ternyata diantaranya masih ada sebagian dokter gigi yang belum

melengkapi data rekam medicnya terutama gambar odontogramnya tetapi

didalam data rekam medicnya hanya tertuliskan identitasnya seperti nama, umur,

jenis kelamin, tanggal, alamat, nomor hp, pekerjaan, diagnose dan perawatannya.

Jadi populasi dari penelitian ini adalah semua data rekam medic dokter gigi yang

melakukan praktik swasta di kota makassar. Sehingga kami mendapatkan 68

sampel rekam medic manual yang telah kami pilih dengan teknik penelitian non-

probability sampling methods, judgmental sampling. Dan hasil pengambilan

sampel dari dokter gigi yang kami dapat merupakan pemilihan oleh peneliti

sendiri dengan menggunakan berbagai macam alat untuk mengambil sebuah

gambar rekam medic manual seperti kamera atau melakukan penggandaan pada

rekam medic asli. Berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti bahwa dokter gigi

tersebut dapat memadai untuk memberikan informasi bagi peneliti.

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk table dan diagram sebagai

berikut :

26
Tabel V. 1 Data-data rekam medic manual dokter gigi yang melakukan praktek di

kota Makassar (n=68).

No. Data rekam medic manual Frekuensi (N) Persen (%)

dokter gigi

1. Kelengkapan data rekam medic 68 100

pasien yang umum seperti

nama,alamat,umur,jenis

kelamin, no.hp,dan lain-lain.

2. Rekam medic manual yang 40 58,9

didalamnya berisi gambar

odontogram.

3. Rekam medic manual yang 28 24,3

tidak memiliki gambar

odontogram.

Tabel V.1 menunjukkan kelengkapan data rekam medic manual yang berisi

data-data umum pasien dapat dilihat bahwa kelengkapannya mencapai (100%).

Kemudian rekam medic manual dokter gigi yang terdapat gambar odontogram

sebanyak (58,9%) dan rekam medic yang tidak memiliki gambar odontogram

terdapat (24,3%).

27
Dari tabel V.1 diatas dapat dibuatkan diagram batang/tabung seperti yang

terlihat di bawah ini :

Dari diagram batang/tabung seperti yang terlihat diatas dapat di bandingkan

bahwa hanya penggunaan rekam medik yang umum digunakan oleh dokter gigi

dikota Makassar seperti hanya mencantumkan nama,alam,umur, dan lain-lain

adalah yang paling tinggi sehingga dokter gigi yang menggunakan odontogram

sudah maksimal sedangkan yang tidak menggunakan odontogram adalah rata-rata

dibawah maksimal.

28
BAB VI

PEMBAHASAN

Dilihat dari hasil penelitian pada data rekam medic manual yang

digunakan dokter gigi dalam praktek swasta kita dapat mengetahui bahwa dari 68

sampel yang didapatkan melalui teknik penelitian non-probability sampling

methods, judgmental sampling dan gambar hasil penelitian data rekam medic

manual didapatkan dengan menggunakan kamera dan penggandaan rekam medic

asli maupun dari sebagian dokter gigi yang suka rela memberikan data rekam

medic yang terdia di tempat prakteknya sehingga didapatkan sebanyak 40 data

rekam medic manual yang diperoleh dari setiap dokter gigi yang melakukan

praktik swasta dikota makassar memiliki gambar odontogram dan 28 dokter gigi

yang memiliki data rekam medic yang tidak memiliki gambar odontogram.

Pada hasil penelitian didapatkan data rekam medik dokter gigi yang

memiliki gambar odontogram 58,9 % dan data rekam medik yang tidak memiliki

gambar odontogram 24,3 % . sehingga dapat dilihat bahwa 100 % kelengkapan

data rekam medik dokter gigi yang umum seperti nama,umur,alamat, jenis

kelamin dan lain-lain.

Seperti yang kita ketahui bahwa data rekam medik yang lengkap sangatlah
diperlukan dalam melakukan suatu identifikasi sementara dari hasil penelitian
yang kami dapatkan masih ada beberapa dokter gigi yang benar-benar belum
menerapkan data rekam medik yang sesuai standar nasional bahkan ada sama
skali dokter gigi yang tidak menggunakan data rekam medik dengan berbagai

29
macam alasan seperti kewalahan karna mempunyai banyak pasien sehingga tidak
dapat membuat atau menyiapkan data rekam medik dalam praktek swatanya.

Dalam data rekam medik odontogram sangatlah penting sebab odontogram


memiliki beberapa tujuan diantanya digunakan oleh kedokteran gigi forensic
untuk mengidentifikasi dan membuat rencana perawatan kdokteran gigi secara
menyeluh.

Dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian data rekam medik dokter gigi
yang menggunakan odontogram sebanyak 58,9% . disini memang sudah jelas
dikatakan bahwa 58,9% memang sudah termasuk sebagai data rekam medik
standar nasional tetapi belum dapat diterapkan secara sempurna sebab masi ada
dokter gigi yang belum mengisi odontogram secara benar dan bahkan ada sama
skali yang tidak mengisi gambar odontogramnya tetapi hanya menentukan
diagnose dan perawatannya.

Dari hasil penelitian juga dikatakan bahwa dokter gigi yang tidak
menggunakan odontogram sebanyak 24,3%. Maka dari hasil penelitian ini sudah
jelas dikatakan bahwa 24,3% memang sudah tidak memenuhi standar nasional.

30
BAB VII

PENUTUP

7.1. SIMPULAN

Dari hasil penelitian ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa dokter gigi

yang memenuhi data rekam medic yang didalamnya terdapat odontogram ialah

58,9% dan data rekam medic yang tidak memilki odontogram ialah sebanyak

24,3%.

Seperti yang kita ketahui bahwa odontogram itu selalu memuat catatan

tentang semua isi dari odontogram tersebut seperti penambalan,pencabutan,sisa

akar dan lain-lain, hal ini dilakukan pada setiap pasien yang baru berkunjung ke

tempat praktek dokter gigi.

Maka dari itu diharapkan kepada dokter gigi yang memiliki praktik

swasta dikota Makassar dapat membuat data rekam medik yang sesuai standar

nasional dan perlu menerapkan dengan baik dan benar terutama ketika pengisian

odontogram harus lengkap dan teliti karna dari odontogram kita dapat melihat

seluruh rencana perawatan gigi yang dilakukan, sebab jika swaktu-waktu terjadi

suatu hal yang dapat menyebabkan berbagai macam suatu kejadian yang sulit

untuk di identifikasi maka dapat dilihat dari data odontogram dan

membandingkan data antemortem dan postmortemnya.

31
7.2. SARAN

1. Sebagai peneliti diharapkan sebaiknya penelitian lebih lanjut untuk mengambil

sampel lebih banyak lagi dari pada peneliti sebelumnya.

2. Bagi setiap dokter gigi diharapkan memiliki data rekam medik manual atau

rekam medik digital.

3. kami sebagai peneliti mengharapkan sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan odontogram pada setiap dokter gigi.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjuningsih E, Sucahyo B. Peran Dokter Gigi Dalam Identifikasi Forensik.

Jurnal kedokteran Gigi Agu 2006.(1);1-5.

2. Al-amad SH. Forensic Odontology. Smile Dental Journal. 2009.(1);22-23

3. Lukman D. Ilmu kedokteran gigi forensik ed 1. Jakarta : Sagung Seto; 2006,

p.3-4

4. Quendangen A, Hamurwono BG, Sahelangi P, Rosita R, Suseno U, Lebang Y.

Standar rekam medic kedokteran gigi. Ed 2. Jakarta: Departemen kesehatan;

2007.

5. Julianti R. Peranan forensic odontologi dalam bencana massal. [serial online]

2008 nov;1(1):[internet]. Available From:

URL:http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm.accessed november 23, 2008.

6. Pratama R. Defenisi dan isi rekam medis. . [serial online] 2009

Feb;1(1):[internet]. Available From:

URL:http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm.accessed februari 25, 2009.

7. Lukman D. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik ed 2. Jakarta : Sagung Seto; 2006,

p.1-3

33

Anda mungkin juga menyukai