Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR TEORI DAYA REAKTIF, DAYA RIIL,


FAKTOR DAYA

DOSEN PENGAJAR
EKO MURDYANTORO AM.

DISUSUN OLEH
Darell Adham Kumara Damsraji
(H1A018073)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “DASAR TEORI DAYA REAKTIF,
DAYA RIIL, FAKTOR DAYA” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengukuran Besaran Listrik yang diampu oleh Eko Murdyantoro AM.

Makalah ini berisi tentang dasar teori daya reaktif, daya riil, faktor daya
Dalam penyusunannya penulis melibatkan berbagai pihak yang ada di dalam
internet. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala
materi yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis
sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Purwokerto, 16 April 2019


DAFTAR ISI

 HALAMAN JUDUL......................................................................... i
 KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
 DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1. Latar Belakang .................................................................................. 1

II. PEMBAHASAN .................................................................................... 2


2.1 Dasar Teori ................................................................................
2.1.1 Pengertian Daya .....................................................................
2.1.2 Daya Reaktif ..........................................................................
2.1.3 Daya Nyata..............................................................................
2.1.4 Faktor Daya ...........................................................................
III. PENUTUP ..............................................................................................

 Kesimpulan .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................


BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dengan semakin tingginya tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam
pemakaian daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi
penggunaan daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah
kualitas daya listrik. Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan
jenis-jenis beban tertentu yang mengakibatkan turunnya efisiensi. Jenis-jenis
beban yang mempengaruhi kualitas daya listrik adalah beban-beban induktif,
seperti; motor induksi, kumparan, ballast, lampu TL. Demikian juga beban-
beban non linier seperti; konverter dan inverter untuk drive motor, mesin las,
furnace, komputer, ac, tv, lampu TL dan lain-lain. Baban-beban induktif akan
menurunkan faktor daya sehingga dapat menyebabkan denda apabila faktor
daya kurang dari 0.85 lag, sedangkan beban-beban non linier tersebut
menimbulkan harmonisa yang dampaknya akan mempengaruhi kualitas daya,
sehingga menimbulkan kerugian - kerugian. Kerugian yang disebabkan oleh
harmonisa umumnya adalah berupa :

Panasnya mesin-mesin listrik karena rugi histerisis dan arus eddy


meningkat
- Turunnya torsi motor yang diakibatkan oleh harmonisa urutan negatif

- Kegagalan fungsi relay (kadang-kadang trip sendiri) sehingga


mengganggu kontinuitas produksi

- Terjadinya resonansi antara kapasitor bank dan generator/trafo yang


dapat menyebabkan gangguan-gangguan pada sistem.
- Turunnya efisiensi sehingga menyebabkan rugi daya.

- Kesalahan pembacaan pada meter-meter listrik konvensional seperti


kwh meter (tidak berbasis thrue RMS)

- Panasnya trafo sehingga menurunkan efiensi maupun bisa


menyebabkan terbakarnya trafo.

- Panasnya kabel/kawat netral akibat harmonisa urutan nol sehingga


mengganggu sistem instalasi Sedangkan gangguan lain adalah gangguan yang
disebabkan karena adanya fluktuasi
pemakaian beban, terutama untuk beban-beban yang bersifat on/off seperti
crane, furnace, pompa, welding dll. Gangguan ini dapat mengakibatkan
kerusakan-kerusakan antara lain adalah;
- Kerusakan pada sistem instalasi,
- Terganggunya peralatan lain,
- Terputusnya suplai daya,
- Lepas sinkron,

Kerusakan pada prime mover generator, terutama Diesel genset dengan


pembebanan sampai 80%, sehingga pada akhirnya akan memperpendek usia
pemakaian, seringnya maintenance dan akan memakan biaya pemeliharaan
yang cukup besar. Untuk mendapatkan kualitas tenaga listrik yang baik, maka
perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan kualitas daya.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Daya

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam


sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt
atau Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP
setara 746 Watt atau lbft/second. Sedangkan Watt merupakan unit daya listrik
dimana 1 Watt memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian
arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt.

Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus


dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya dinyatakan :
P=VxI
P= Voltx Ampere x Cos φ
P = Watt

Gambar 1 Arah aliran arus listrik

2.1.2 Daya Reaktif

Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan


medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks
medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, lampu pijar dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var.

Q = V.I.Sin φ
Q = 3 . VL. IL. Sin φ

Secara sederhana, daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk


membangkitkan medan magnet di kumparan-kumparan beban induktif. Seperti
pada motor listrik induksi misalnya, medan magnet yang dibangkitkan oleh daya
reaktif di kumparan stator berfungsi untuk menginduksi rotor sehingga tercipta
medan magnet induksi pada komponen rotor. Pada trafo, daya reaktif berfungsi
untuk membangkitkan medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan
magnet primer tersebut menginduksi kumparan sekunder.

Gambar 2. ilustrasi daya reaktif

Daya reaktif diserap oleh beban-beban induktif, namun justru dihasilkan oleh
beban kapasitif. Peralatan-peralatan kapasitif seperti lampu neon, bank kapasitor,
bersifat menghasilkan daya reaktif ini. Daya reaktif juga ditanggung oleh
pembangkit listrik. Nampak pada ilustrasi di atas bahwa pada gambar pertama
daya reaktif yang dibutuhkan oleh motor listrik disupply oleh sistem pembangkit
(utility). Sedangkan pada gambar kedua, kebutuhan daya reaktif dicukupi oleh
kapasitor, sehingga daya total yang ditanggung oleh jaringan listrik berkurang.

Satuan daya reaktif adalah volt-ampere reactive dan disingkat dengan var.
Mengapa satuan daya reaktif adalah var dan bukannya watt, disinilah bahasan
mendalam mengenai daya reaktif kita butuhkan. Daya reaktif, sebenarnya
bukanlah sebuah daya yang sesungguhnya. Sesuai dengan definisi dari daya listrik
yang telah kita singgung di atas, bahwa daya listrik merupakan bilangan yang
menunjukkan adanya perpindahan energi listrik dari sumber energi listrik
(pembangkit) ke komponen beban listrik. Daya reaktif tidak menunjukkan adanya
perpindahan energi listrik, daya nyata-lah yang menjadi bilangan penunjuk adanya
perpindahan energi listrik. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan daya
reaktif?

Daya reaktif adalah daya imajiner yang menunjukkan adanya pergeseran grafik
sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat adanya beban reaktif. Daya reaktif
memiliki fungsi yang sama dengan faktor daya atau juga bilangan cos Ø. Daya
reaktif ataupun faktor daya akan memiliki nilai (≠0) jika terjadi pergeseran grafik
sinusoidal tegangan ataupun arus listrik AC, yakni pada saat beban listrik AC
bersifat induktif ataupun kapasitif. Sedangkan jika beban listrik AC bersifat murni
resistif, maka nilai dari daya reaktif akan nol (=0).

Sekalipun daya reaktif hanya merupakan daya ‘khayalan’, pengendalian daya


reaktif pada sistem jaringan distribusi listrik AC sangat penting untuk
diperhatikan. Hal ini tidak lepas dari pengaruh beban reaktif terhadap kondisi
jaringan listrik AC. Beban kapasitif yang bersifat menyimpan tegangan
sementara, cenderung mengakibatkan nilai tegangan jaringan menjadi lebih tinggi
daripada yang seharusnya. Sedangkan beban induktif yang bersifat menyerap arus
listrik, cenderung membuat tegangan listrik jaringan turun. Berubah-ubahnya
tegangan listrik jaringan tersebut sangat mengganggu proses distribusi energi
listrik dari pembangkit ke konsumen. Perubahan tegangan jaringan berkaitan
langsung dengan kerugian-kerugian distribusi listrik seperti kerugian panas dan
emisi elektromagnetik yang terbentuk sepanjang jaringan distribusi. Semakin jauh
nilai tegangan jaringan dari angka yang seharusnya, akan semakin besar kerugian
distribusi listriknya dan akan semakin mengganggu proses distribusi daya nyata
listrik. Di sinilah peran kontrol daya reaktif jaringan listrik sangat perlu
diperhatikan.

2.1.3 Daya Nyata

Secara sederhana, daya nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif.
Daya nyata menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke
jaringan beban untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh,
daya nyata yang digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang
mengalir dari jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi
panas oleh elemen pemanas kompor tersebut.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan
tegangan.

P=IxV

Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena


melibatkan faktor daya (cos ∅ ).

P = I x V x cos ∅

Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan grafik sinusoidal berikut.

Gambar 3. Gelombang Arus, Tegangan, dan Daya Listrik AC

Grafik di atas adalah grafik gelombang listrik AC dengan beban murni resistif.
Nampak bahwa gelombang arus dan tegangan berada pada fase yang sama (0°)
dan tidak ada yang saling mendahului seperti pada beban induktif dan kapasitif.
Dengan kata lain nilai dari faktor daya (cos ∅ ) adalah 1. Sehingga dengan
menggunakan rumus daya di atas maka nilai dari daya listrik pada satu titik posisi
jaringan tertentu memiliki nilai yang selalu positif serta membentuk gelombang
seperti pada gambar tersebut.

Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya mengalir ke
arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah daya nyata,
daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya energi
listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya nyata secara
efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.

2.1.4 Faktor Daya

Istilah faktor daya atau power factor (PF) atau cos phi merupakan istilah yang
sering sekali dipakai di bidang-bidang yang berkaitan dengan pembangkitan dan
penyaluran energi listrik. Faktor daya merupakan istilah penting, tidak hanya bagi
penyedia layanan listrik, namun juga bagi konsumen listrik terutama konsumen
level industri. Penyedia layanan listrik selalu berusaha untuk menghimbau
konsumennya agar berkontribusi supaya faktor daya menjadi lebih baik, pun para
konsumen industri juga berusaha untuk mendapatkan faktor daya yang baik agar
tidak sia-sia bayar mahal kepada penyedia layanan. Apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan faktor daya? Tulisan ini akan membahas secara ringkas tentang
faktor daya.

Faktor daya

Pada pembahasan kali ini, asumsi yang digunakan adalah sistem listrik
menggunakan sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni dan beban linier.
Beban linier adalah beban yang menghasilkan bentuk arus sama dengan bentuk
tegangan. Pada kasus sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni, beban linier
mengakibatkan arus yang mengalir pada jaringan juga berbentuk sinusoidal
murni. Beban linier dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, beban resistif,
dicirikan dengan arus yang sefasa dengan tegangan; beban induktif, dicirikan
dengan arus yang tertinggal terhadap tegangan sebesar ; beban kapasitif,
dicirikan dengan arus yang mendahului terhadap tegangan sebesar , dan beban
yang merupakan kombinasi dari tiga jenis tersebut, dicirikan dengan arus yang
tertinggal/mendahului tegangan sebesar sudut, katakan, . Gambar 1
menunjukkan tegangan dan arus pada berbagai beban linier.
Gambar 6. Tegangan, arus, daya, pada berbagai jenis beban linier.

Seperti kita tahu, pada listrik, daya bisa diperoleh dari perkalian antara tegangan
dan arus yang mengalir. Pada kasus sistem AC dimana tegangan dan arus
berbentuk sinusoidal, perkalian antara keduanya akan menghasilkan daya
tampak (apparent power), satuan volt-ampere (VA)) yang memiliki dua buah
bagian. Bagian pertama adalah daya yang termanfaatkan oleh konsumen, bisa
menjadi gerakan pada motor, bisa menjadi panas pada elemen pemanas, dsb; daya
yang termanfaatkan ini sering disebut sebagai daya aktif (real power) memiliki
satuan watt yang mengalir dari sisi sumber ke sisi beban bernilai rata-rata tidak
nol. Bagian kedua adalah daya yang tidak termanfaatkan oleh konsumen, namun
hanya ada di jaringan, daya ini sering disebut dengan daya reaktif(reactive power)
memiliki satuan volt-ampere-reactive (VAR) bernilai rata-rata nol. Untuk
pembahasan ini, arah aliran daya reaktif tidak didiskusikan saat ini. Beban bersifat
resistif hanya mengonsumsi daya aktif; beban bersifat induktif hanya
mengonsumsi daya reaktif; dan beban bersifat kapasitif hanya memberikan daya
reaktif.

Untuk memahami istilah “daya termanfaatkan” dan “daya tidak termanfaatkan”,


analogi ditunjukkan pada Gambar 2. Pada analogi tersebut, orang menarik kereta
ke arah kiri dengan memberikan gaya yang memiliki sudut terhadap bidang datar,
dengan asumsi kereta hanya bisa bergerak ke arah kiri saja tetapi tidak bisa ke
arah selainnya. Gaya yang diberikan dapat dipecah menjadi dua bagian gaya yang
saling tegak lurus, karena kereta berjalan ke kiri maka gaya yang “bermanfaat”
pada kasus ini hanyalah bagian gaya yang mendatar sedangkan bagian gaya yang
tegak lurus “tidak bermanfaat”. Dengan kata lain, tidak semua gaya yang
diberikan oleh si orang terpakai untuk menggerakkan kereta ke arah kiri, ada
sebagian gaya yang diberikannya namun tidak bermanfaat (untuk menggerakkan
ke arah kiri). Apabila dia menurunkan tangannya hingga tali mendatar maka
semua gaya yang dia berikan akan termanfaatkan untuk menggerakan kereta ke
arah kiri.

Gambar 7. Analogi: Usaha untuk menggerakkan kereta ke arah kiri.

Sama halnya dengan listrik, bergantung pada kondisi jaringan, daya tampak yang
diberikan oleh sumber tidak semuanya bisa dimanfaatkan oleh konsumen sebagai
daya aktif, dengan kata lain terdapat porsi daya reaktif yang merupakan bagian
yang tidak memberikan manfaat langsung bagi konsumen. Rasio besarnya daya
aktif yang bisa kita manfaatkan terhadap daya tampak yang dihasilkan
sumber inilah yang disebut sebagai faktor daya. Ilustrasi segitiga daya pada
Gambar 3 memberikan gambaran yang lebih jelas. Daya tampak (S) terdiri dari
daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Antara S dan P dipisahkan oleh sudut , yang
merupakan sudut yang sama dengan sudut antara tegangan dan arus yang telah
disebutkan di awal. Rasio antara P dengan S tidak lain adalah nilai cosinus dari
sudut . Apabila kita berusaha untuk membuat sudut semakin kecil maka S akan
semakin mendekat ke P artinya besarnya P akan mendekati besarnya S. Pada
kasus ekstrim dimana , , artinya semua daya
tampak yang diberikan sumber dapat kita manfaatkan sebagai daya aktif,
sebaliknya , artinya semua daya tampak yang
diberikan sumber tidak dapat kita manfaatkan dan menjadi daya reaktif di jaringan
saja.
Gambar 8. Segitiga daya

Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa efisien
jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita manfaatkan.
Faktor daya dibatasi dari 0 hingga 1, semakin tinggi faktor daya (mendekati 1)
artinya semakin banyak daya tampak yang diberikan sumber bisa kita manfaatkan,
sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0) maka semakin sedikit daya
yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya tampak yang sama. Di sisi lain,
faktor daya juga menunjukkan “besar pemanfaatan” dari peralatan listrik di
jaringan terhadap investasi yang dibayarkan. Seperti kita tahu, semua peralatan
listrik memiliki kapasitas maksimum penyaluran arus, apabila faktor daya rendah
artinya walaupun arus yang mengalir di jaringan sudah maksimum namun
kenyataan hanya porsi kecil saja yang menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
pemilik jaringan.

Baik penyedia layanan maupun konsumen berupaya untuk membuat jaringannya


memiliki faktor daya yang bagus (mendekati 1). Bagi penyedia layanan, jaringan
dengan faktor daya yang jelek mengakibatkan dia harus menghasilkan daya yang
lebih besar untuk memenuhi daya aktif yang diminta oleh para konsumen. Apabila
konsumen didominasi oleh konsumen jenis residensial maka mereka hanya
membayar sejumlah daya aktif yang terpakai saja, artinya penyedia layanan harus
menanggung sendiri biaya yang hanya menjadi daya reaktif tanpa mendapatkan
kompensasi uang dari konsumen. Sebaliknya bagi konsumen skala besar atau
industri, faktor daya yang baik menjadi keharusan karena beberapa penyedia
layanan kadang membebankan pemakaian daya aktif dan daya reaktif (atau
memberikan denda faktor daya) tentu saja konsumen tidak akan mau membayar
mahal untuk daya yang “tidak termanfaatkan” bagi mereka.
Perbaikan faktor daya

Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan memasang
kompensasi kapasitif menggunakan kapasitor pada jaringan tersebut. Kapasitor
adalah komponen listrik yang justru menghasilkan daya reaktif pada jaringan
dimana dia tersambung. Pada jaringan yang bersifat induktif dengan segitiga daya
seperti ditunjukkan pada Gambar 3, apabila kapasitor dipasang maka daya reaktif
yang harus disediakan oleh sumber akan berkurang sebesar (yang
merupakan daya reaktif berasal dari kapasitor). Karena daya aktif tidak berubah
sedangkan daya reaktif berkurang, maka dari sudut pandang sumber, segitiga daya
yang baru diperoleh; ditunjukkan pada Gambar 4 garis oranye. Terlihat bahwa
sudut mengecil akibat pemasangan kapasitor tersebut sehingga faktor daya
jaringan akan naik.

Gambar 9. Perbaikan faktor daya


BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN
Energi yang disipasi atau dihamburkan oleh beban disebut sebagai daya
aktif. Daya aktif dilambangkan oleh huruf P dan diukur dalam satuan W
(Watt).Energi hanya terserap dan kembali ke sumbernya karena sifat beban yang
reaktif ini maka disebut sebagai daya reaktif. Daya reaktif dilambangkan dengan
huruf Q dan diukur dalam satuan VAR (Volt-Amps-reaktif). Energi total dalam
rangkaian arus bolak-balik, baik dihamburkan, diserap ataupun yang kembali
disebut sebagai daya semu. Daya semu dilambangkan dengan huruf S dan diukur
dalam satuan VA (Volt-Amps).Ketiga jenis daya secara trigonometri terkait satu
sama lain. Dalam segi tiga siku-siku, P adalah garis mendatar yang mengapit
sudut, Q adalah garis tegak dihadapan sudut dan S adalah garis sisi miring dan
mengapit sudut. Sudut yang diapit garis adalah sudut phasa rangkaian impedansi
(Z).
DAFTAR PUSTAKA

https://konversi.wordpress.com/2010/05/05/memahami-faktor-daya/

http://blog.unnes.ac.id/antosupri/pengertian-daya-semu-daya-nyata-dan-daya-
reaktif/

https://id.wikipedia.org

https://en.wikipedia.org/wiki

Anda mungkin juga menyukai