Disusun oleh :
Kelompok 6
Andrea Setiawan (H0917018)
As-Salamah Khorumatusy Syifa (H0917022)
Hidayatus Solechah (H0917039)
Rafika Andriyati Nur Annisa (H0917068)
Vanessa Gema Elisabeth (H0917084)
Yuvia Audy S (H0917087)
A. TUJUAN
Tujuan praktikum Teknologi Pengolahan Pangan Hewani “Teknologi
Pembuatan Minyak Ikan” ini adalah:
1. Mahasiwa mampu mengetahui proses pembuatan minyak ikan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui besar beberapa parameter fisik minyak
ikan yaitu besar rendemen, warna, derajat kekentalan dan densitas
minyak.
3. Mahasiwa mampu mengetahui besar parameter kimiawi minyak ikan
yaitu titik beku minyak ikan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Minyak ikan merupakan komponen lipida yang terdapat dalam
jaringan tubuh ikan dan sudah diekstraksi dalam bentuk minyak yang
mengandung asam lemak (Estiasih et al., 2009). Sumber utama minyak ikan
yang digunakan di beberapa negara produsen minyak ikan diantaranya
adalah ikan kod, ikan herring, dan beberapa ikan pelagis lainnya, dan sangat
jarang yang menggunakan ikan hiu (Maulana et al., 2014). Berdasarkan data
statistika, pada tahun 2011 diketahui nilai impor Indonesia terhadap minyak
ikan sebesar 4.666 ton dengan nilai nominal 17.555 juta dolar Amerika.
Sedangkan nilai ekspornya sendiri adalah sebesar 183,407 ton atau setara
dengan 589,132 juta dolar Amerika (KKP, 2012).
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan minyak ikan, antara lain
dengan metode ekstraksi dengan pelarut. Ekstraksi dengan pelarut
merupakan metode umum yang digunakan dalam menentukan total lipida.
Prinsip kerja dari ekstraksi dengan pelarut adalah dengan melarutkan
minyak dalam pelarutnya. Ekstraksi yang berbeda bervariasi dalam efisiensi
ekstraksi lipida sehingga jumlah lemak yang dihasilkan juga berbeda
(Ramalhosa et al., 2012). Cara lainnya adalah dengan wet rendering.
Ekstraksi minyak menggunakan metode wet rendering adalah pemasakan
kulit ikan dengan uap air panas. Uap air panas dapat merusak struktur sel
adiposa (Estiasih et al., 2009). Suhu tinggi akan mendenaturasi protein lebih
banyak sehingga dinding sel lebih mudah ditembus oleh minyak sebaliknya
menurut Nugroho et al. (2014) bahwa penggunaan suhu rendah
mendenaturasi protein lebih sedikit sehingga dinding sel sulit ditembus oleh
minyak.
Karakteristik minyak ikan dapat ditentukan dengan menghitung
nilai parameter oksidasi baik primer maupun sekundernya karena
menentukan standar kualitas minyak ikan yang dihasilkan. Berdasarkan
International Fish Oil Standards (IFOS 2011) bahwa standar minyak ikan
meliputi bilangan peroksida ≤3,75 meq/kg, nilai anisidin ≤15 meq/kg, total
oksidasi ≤20 meq/kg dan bilangan asam ≤2,25 mg KOH/g (Huli et al.,
2014). Apabila kandungan asam lemak bebas yang diatas batas maksimal,
maka dapat diperbaiki melalui proses pemurnian dengan metode netralisasi
hingga kandungan asam lemak memenuhi persyaratan (Rasyid, 2003).
Minyak ikan yang berkualitas adalah minyak ikan yang kaya akan
asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan. Asam lemak omega 3 adalah
asam lemak tidak jenuh ganda yang mempunyai ikatan rangkap banyak,
ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil
omega, ikatan rangkap berikutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga
dari ikatan rangkap seblumnya. Gugus metil omega adalah gugus terakhir
darirantai asam lemak. Omega-3 merupakan salah satu asam lemak tak
jenuh yang esensial bagi tubuh dan dibutuhkan terutama bagi penderita
kolesterol tinggi, juga dapat mencegah CVD (Cardiovascular Disease) dan
untuk optimal tumbuh-kembang anak jika dikonsumsi sesuai anjuran yang
telah ditentukan (Diana, 2012).
EPA dan DHA merupakan jenis omega-3 yang paling dominan pada
minyak ikan. EPA dan DHA ini tidak diproduksi oleh ikan, melainkan oleh
tumbuhan laut seperti alga. Kandungan EPA dan DHA dalam ikan
disebabkan karena ikan tersebut mengkonsumsi alga yang mengandung
kedua asam lemak tersebut dominan pada minyak ikan. EPA dan DHA ini
tidak diproduksi oleh ikan, melainkan oleh tumbuhan laut seperti alga.
Kandungan EPA dan DHA dalam ikan disebabkan karena ikan tersebut
mengkonsumsi alga yang mengandung kedua asam lemak tersebut.
Konsumsi EPA dan DHA dalam jangka waktu panjang terbukti berdampak
positif terhadap penderita penyakit jantung koroner, yaitu mampu
menurunkan resiko kematian mendadak hingga 45 % jika dibandingkan
terhadap penderita yang tidak mengkonsumsi EPA dan DHA. EPA dan
DHA juga bermanfaat terhadap penyembuhan gejala keloid, menurunkan
kolesterol dalam darah khususnya LDL, anti agregasi platelet, dan anti
inflamasi (Harris, 2004).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Baskom
b. Blender
c. Botol
d. Corong Pemisah
e. Erlenmeyer
f. Gelas beaker
g. Gelas Ukur
h. Kain Saring
i. Kertas Saring
j. Kompor Listrik
k. Panci
l. Pisau
m. Sendok
n. Spatula
o. Tabung reaksi
p. Talenan
q. Termometer
r. Timbangan
s. Tube
2. Bahan
a. Air
b. Es batu
c. Garam grasak
d. Ikan Patin
e. Minyak kelapa sawit
3. Cara kerja
a. Pembuatan Minyak Ikan
D. PEMBAHASAN
1. Preparasi bahan
Preparasi yang dilakukan yaitu proses filet meliputi penimbangan,
pencucian, pemfiletan, penyiangan, pengeratan/perapian filet
(trimming), pelepasan kulit, pencucian, dan penimbangan.
2. Ekstraksi Minyak Ikan
Ekstraksi minyak ikan terhadap daging dilumatkan kemudian ditambah
air dengan perbandingan 1:3 dan direbus dengan suhu 70℃ selama 15
menit. Setelah dilakukan perebusan, lumatan disaring dengan kain
hingga didapatkan yield berupa cairan. Cairan yang didapatkan masih
dalam bentuk emulsi yaitu campuran antara minyak, air dan padatan,
sehingga dilakukan proses pemisahan menggunakan corong pisah untuk
memisahkan minyak dari bahan–bahan lainnya. Padatan yang didapat
dari hasil penyaringan di press, kemudian cairan yang didapatkan
dicampurkan kedalam cairan yang akan dipisahkan menggu na kan
corong pisah. Minyak ikan patin kasar yang didapatkan dimasukkan di
dalam botol berwarna gelap dan kemudian disimpan pada suhu -18ºC.
3. Pemurnian Minyak Ikan
Minyak ikan patin kasar yang diperoleh kemudian diproses lebih lanjut
untuk mendapatkan minyak ikan patin murni. Proses pemurnian ini
meliputi tahapan proses pemanasan, penambahan adsorben dan
penyaringan vakum. Proses pemucatan dilakukan dengan
menambahkan adsorben (bentonit) sebesar 1% dari berat minyak pada
saat suhu mencapai 55–60ºC kemudian pemanasan dilanjutkan hingga
mencapai suhu 80ºC selama 30 menit. Selanjutnya minyak disaring
menggunakan penyaring vakum dan berat minyak yang dihasilkan
ditimbang sebagai rendemen minyak ikan patin murni.
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Titik Beku Minyak Ikan Patin Kasar
Kelompok Sampel Titik beku (oC)
Kontrol Minyak sawit 21,12 - 23,55
Shift 1 Minyak ikan patin 1:2 10
Shift 2 Minyak ikan patin 1:3 2
Sumber : Laporan sementara
Berdasarkan data pada Tabel 4.4, diperoleh hasil pengamatan titik
beku pada minyak ikan patin 1:2 dan minyak ikan patin 1:3 dengan satu
sampel kontrol yaitu minyak kelapa sawit. Menurut Wulandari dkk. (2011),
titik beku minyak sawit berada pada suhu 21,12 - 23,55oC. Sedangkan titik
beku minyak ikan patin 1:2 dan minyak ikan patin 1:3 masing-masing yaitu
10 dan 2 oC. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara titik beku pada minyak sawit dengan titik beku minyak ikan patin.
Sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori karena nilai titik beku
yang diperoleh terpaut sangat jauh.
E. KESIMPULAN
Amril, Ari Ridha., Irdoni., Nirwana. 2016. Sintesis Bio-Pelumas dari Minyak
Limbah Ikan Patin dengan Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Suhu
Reaksi. Jom F.TEKNIK Vol 3 (1) : 1-6.
Ayu, Dewi Fortuna, Andarini Diharmi, dan Akhyar Ali. 2019. Karakteristik minyak
ikan dari lemak abdomen Hasil Samping Pengasapan Ikan Patin (Pangasius
hypophthalmus). JPHPI Vol 22 (1): 187-197
Diana, Fivi Melva. 2012. Studi Literatur: Omega 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
Estiasih T, Ahmadi Kgs, Nisa CF, dan Kusumastuti F. 2009. Optimasi kondisi
pemurnian asam lemak omega-3 dari minyak hasil samping penepungan tuna
(Thunnus sp) dengan kristalisasi urea. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
20(2):135-142.
Estiasih T. 2009. Minyak Ikan, Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Harris, W.S. 2004. Review: fish oil supplementation: evidence for health benefits,
Cleveland Clinic. J. of Medicine, 71(3):208-219
Hastarini, Ema., Dedi Fardiaz., Hari Eko Irianto., Slamet Budijanto. 2012.
Karakteristik Minyak Ikan dari Limbah Pengolahan Filet Ikan Patin Siam
(Pangasius hypopthalmus) dan Patin Jambal (Pangasius djambal). Agritech.
Vol. 32(4): 403- 410.
Huli, La Ode, Sugeng Heri Suseno, Joko Santoso. 2014. Kualitas Minyak Ikan Dari
Kulit Ikan Swangi. JPHPI 2014, Volume 17 Nomor 3
International Fish Oil Standard [IFOS]. 2014. Fish Oil Purity Standars. Amerika.
Jonathan, Alan Christian. 2016. Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Di PT
Salim Ivomas Pratama TBK Tanjung Priok, Jakarta Utara. Laporan Kerja
Praktek. Universitas Katolik Soegijapranata.
Kamini., Pipih Suptijah., Joko Santoso., dan Sugeng Heri Suseno. 2016. Ekstraksi
Dry Rendering dan Karakterisasi Minyak Ikan dari Lemak Jeroan Hasil
Samping Pengolahan Salai Patin Siam. JPHPI Vol.19(3).
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik ekspor hasil perikanan, Buku
2, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta: 428hlm
Maulana, Indra T., Sukraso, dan Sophi Damayanti. 2014. Kandungan Asam Lemak
Dalam Minyak Ikan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.
Vol. 6, No. 1: 121-130
Nugroho AJ, Ibrahim R, Riyadi PH. 2014. Pengaruh perbedaan suhu pengukusan
(steam jacket) terhadap kualitas minyak dari limbah usus ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan 3(1):21-29
Ramalhosa MJ, Paiga P, Morais S, Alves RM, Matos CD, Oliveira MB. 2012. Lipid
content of frozen fish: Comparison of different extraction methods and
variability during freezing storage. Food Chemistry 131:328–336.
Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan, Oseania, 28(3) :11-16.
Sikorska, E., Caponio F., Bilancia MT., Summo C., Pasqualone A., Khmelinskii
IV., Sikorski M. 2007. Changes in Colour of Extravirgin Olive Oil During
Storage. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences Vol 57(4): 495-498.
Suseno SH, Nurjanah, Faradiba T. 2013. Profil asam lemak dan kestabilan produk
formulasi minyak ikan dan habbatussauda. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 16(2): 142-149..
Taylor, D. R. 2005. Bleaching. In: Bailey’s Industrial Oil and Fat Products 6th ed.
(Ed. F. Shahidi). A John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
Wulandari, Nur., Tien R. Muchtadi., Slamet Budijanto., dan Sugiyono. 2011. Sifat
Fisik Minyak Sawit Kasar dan Korelasinya dengan Atribut Mutu. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan Vol. 22(2): 177-183.