Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Perioperatif Abses Hepar

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

1.1.1 Definisi Abses Hepar

Abses (bahasa latin : abscessus) merupakan kumpulan nanah (neutrofil yang telah mati) yang
terakumulasi disubuah kapitas jaringan karena adanya proses infeksi ( biasanya oleh bakteri atau parasit)
atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik ). Proses ini
merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah atau perluasan infeksi kebagian tubuh
yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong beruoa tanah (Siregar,
2004).

Abses Hati Merupakan suatu gagguan pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan
nekrotik sel- sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati (Sudoyo, 2006).

Abses hati adalahbentukinfeksipadahati yangdisebabkankarenanfeksi bakteri, parasit, jamur


maupun nekbrosis steril yang bersumber darisistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi denganpembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai
komplikasidari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010).

Abses hepar adalah komplikasi disentri amuba (latin : ntamoeba histoliytica) , yang sesungguhnya bukan
abses, karena rongga ini tidak berisi nanah melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba.
Jenis abses ini dapat di kenali dengan ditemukannya amuba pada dinding abses dengan pemeriksaan
histopatologis dari jaringan.

1.1.2 Etiologi

Menurut siregar 2004, suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak sterul
b.bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan,
kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abes akan meningkat apabila :
a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
c. Terdapat sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah staphylococcus aereus
1. Anatomi Dan Fisiologi Hepar

Hati Adalah Kelenjar terbesar dalam tubuh berat rata-rata sekitar 1.500 gr. 2% berat badan
orang dewasa normal.Hati merupakan norgan lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur
sekitar. Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak dibawah kubah
merupakan atab dari ginjal, lambung, pancreas dan usus. Hati memiliki dua lobus yaitu kiri dan
kanan.Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut lobulus, yang merupakan
unit mikroskopi dan fungsional organ.Hati manusia memiliki maksimal 100.000
lobulus.Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid.
Sinusoid dibatasi oleh sel fagostik dan sel kupffer, sel kupffer fungsinya adalah menelan
bakteri dan benda asing lain dalam darah (Price, 2006).

Hati dibagi Empat lobus:

1) Lobus sinistra, terletak sebelah kiri dari bidang median.

2) Lobus dekstra, disebelah kana dari bidang median

3) Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor

4) Lobus kuadratus, dibelakang berbatas dengan pers pilorika, ventrikula, dan duodenum
superior.
Permukaan hati dibedakan atas:

a. Fascies superior. Permukaan yang menghadap keatas dan kedepan berbentuk


cembung terletak dibawah diafragma.
b. Fascies interior. Permukaan yang menghadap kebawah dan ke belakang,
permukaannya tidak rata dan memperlihatkan lekukan (fisura transversus).
c. Fascies posterior. Permukaan bagian belakang terlihat beberapa alur berbentuk
garis melintang yang disebut dengan porta hepatik.
d. Fascies inferior lobus sinistra hepatis. Berhubungan dengan esofagus dekat lobus
kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster, membentuk impression
yang sesuai dengan kurvatura mayor terletak didepan omentum.
e. Fascies inferior lobus dekstra: berbatas dengan ginjal dan glandula suprarenalis
kanan atas, fleksura koli dekstra kanan bawah.
f. Fascies superior. Bagian anterior (bagian depan) diliputi oleh peritoneum berbatas
dengan diafragma dan diliputi oleh peritonium, bagian medial terbatas dengan
dinding dengan perut.
g. Fascies posterior (bagian Belakang) tidak ditutupi peritonium, berhubungan
dengan diafragma, terdapat sebuah lekuk sebelah kanan kava inferior diatas infresio
renalis disebut infresio suprarenalis.

Pembuluh darah dan persayarafan

Pembuluh darah hati berasal dari arteri seliaka kanan membentuk lipatan peritoneum
didepan vena porta, bercabang menjadi arteri hepatica, propia, berjalan kedalam
ligamentum hepatoduodenal bersama dengan vena portae dan duktus kholedukus,
bercabang menjadi arteri gastrika menuju kurvatura minor gaster dan beranastomosis
dengan arteri gastrika sinistra. Kemudian arteri hepatica propia, bercabang menjadi A.
hepatica desktra bercabang masuk kandung empedu arteri sistika dan A. hepatica
sinistra masuk kedalam hati.Aliran pembuluh balik hepar dikumpulkan dalam vena
hepatica yang keluar dari permukaan belakang disebelah kranal hepar bermuara ke
vena kava inferior.
Persyarafan hati berasal dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis yang melewati
koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang banyak, berjalang langsung ke
hati

Saluran hati meliputi:

1) Duktus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada porta hepatis, bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis. Panjangnya kira- kira 4 cm, berjalan turun
pada tepi omentum minus. Tapi kanannya bersatu dengan duktus koleduktus.
2) Duktus koleduktus. Panjangnya sekitar 8 cm. bagian pertama berjalan dari tepi
kanan omentum minus, didepan tepi kanan vena portae sebelah kiki kanan arteri
hepatika. Bagian kedua berjalan kebelakang bagian pertama duodenum, sebelah
kanan A. gastroduodenalis. Bagian ketiga terletak dalam alur permukaan posterior
kaput pankreas. Di sini duktus koleduktus bersatu dengan duktus pankreatikus
mayor, bermuara pada ampula kecil dinding duodenum melalui suatu papilla kecil
yang disebut papila vateri.
Fisiologi Hati

Menurut Guyton &Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a) Metabolisme karbohidrat

Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam


jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil
perantara metabolisme karbohidrat.
b) Metabolisme lemak

Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi
asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk
sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari
protein dan karbohidrat.
c) Metabolisme protein

Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan
ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein
plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari
asam amino.
d) Lain- lain Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk
feritin, hati membentuk zat- zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat- obatan, hormon dan zat lain.

Gambar 2.1 Anatomi Hati .Guyton &Hall (2008)

1.1.3 Manifestasi klinis


Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk paru paru =, mulut, rektum, dan otot.
Abses yang terseing ditemukan di dalam kulit atau tepat di bawah kulit terutama timbul di bawah
wajah.
Menurut Smeltzer & Bare, gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengatuhnya terhadap
fungsi suatu organ saraf.
Gejalanya bisa berupa :
a. nyeri
b. nyeri tekan
c. teraba hangat
d. pembengkakan
e. kemerahan
f. demam suatu abses yang terbentuk tepat di bawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan
pada pemeriksaan fisik ditemukan :
a. luka terbuka atau tertutup
b. organ atau jaringan yang terinfeksi
c. masa eksudat
d. peradangan
e. abses superficial dengan ukuran bervariasi
f. rasa sakit dan bila di palpasi akan terasa fluktuatif

1.1.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukkanpeningkatan jumlah sel darah putih
b. Untuk menentukan lokasi dan ukuran abes dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT Scan atau
MRI
c. Pemeriksaan dahak untuk abes paru

2.1.5 Penatalaksanaan Medis


a. Drainase abses dengan menggunkan pembedahan biasanya di indikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila
menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area area yang kritis, tindakan pembedahan dapat
itunda atau di kerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu di lakukan
b. karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilaoccus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya
kemunculan staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA) yang dapat melalui komunitas,
antibiotik biasa terbeut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang di dapat melalui
komunitas digunakan antibiotik lain seperti clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
doxysycline.

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: pasien mengeluh perut terasa mual dan muntah darah 1 hari
SMRS.
Aktivitas Sebelum MRS MRS
Makan 3 kali sehari
Jenis nasi biasa 1/2 - 1 piring / makan Pasang NGT - puasakan
1. Pemenuhan
Kesulitan tidak ada sampai hasil spooling
Nutrisi - Cairan
Minum : 2000 - 2500 cc / hari jernih
Jenis : air putih, teh, kopi, ramuan jamu
Volume tidak teridentifikasi 1000 cc / jam warna
Warna kuning jernih kuning kemerahan,
Frekwensi 15-17/24 jam, kesulitan tidak kesulitan tidak ada
2. Pemenuhan
ada Belum BAB, kehitaman
eliminasi
BAB : Frekwensi 1 hari lunak, tidak ada
Warna : kuning, konsistensi lunak, kesulitan dan rasa sakit
Kesulitan tidak ada saat BAB.
7-8 jam, siang 1-2 jam
Jumlah 6-7 Jam
malam : 6 - 7 jam sering
3. Tidur - Siang jarang tidur
bangun karena perut
istirahat Malam 6-7 jam
terasa tidak enak
Kesulitan : Tidak
(begah)
Duduk-duduk di rumah bila tidak ada
4. Aktivitas Ku lemah, bedrest TT
kerjaan
Tidak ada masalah yang
Kebiasaan merokok +
bertentangan, pasien
5. Penggunaan obat bebas +
dapat mengikuti asuhan
Ketergantungan Jamu +, olahraga/gerak badan - , sangat
keperawatan dengan
kurang
baik

2. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum , Ku lemah, kesadaran CM, TTV: tekanan darah
100/60 mmHg, suhu tubuh 3750C, pernapasan 24X/menit, nadi 100X/menit
(regular), BB: 69, TB: 167
b. Muka, Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak
ada
c. Mata, Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor
sclera agak ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan menurun.
d. Mulut, Bau mulut Θ, stomatitis (-), lidah merah merah mudah, kelainan lidah
tidak ada. Terpasang NGT, bibir tampak kering dan pucat.
e. Leher, Simetris, kaku kuduk tidak ada, tekanan vena jugularis 5-3 cm H2O.
f. Thoraks, Paru: Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste
(-), perkusi resonan, rhonchi -/-, wheezing -/-, vocal fremitus dalam
batas normal. Jantung: Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri,
batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1
dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik
g. Abdomen, Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan
massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (+). Mengeluh perut terasa mual dan
begah., nyeri tekan daerah epigastrum.
h. Ekstrimitas , Akral hangat, kekuatan 5/5, gerak yang tidak disadari -/-, atropi
-/-, capillary refill 2 detik, abses tidak ada, reflek patella N/N, achiles N/N.
pembuluh darah perifer : radialis (+/+), femoralis (+/+), poplitea (+/+), tibialis
posterior (+/+), dorsalis pediss (+/+).
i. Sistem integument , Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar,
rambut hitam dan berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit tidak ada, edema
tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin KIMIA DARAH
Ureum darah : 57
Hb : 9.0 Kreatinin : 0.8
Hematokrit : 27 SGOT : 57
Leukosit : 10.100 SGPT : 57
Trombosit : 117.000 Protein total : 4,6
MCV 84 Albumin : 3,2
MCH 26 Globulin : 1,4 Bilirubin
MCHC 34 total : 2,7 Bilirubin
PT : 18.0 direk : 0,6 Bilirubin
PT Kontrol : 11.7 indirek : 2,1 GDS : 157
APTT : 42.5 Elektrolit
APTT control : 36.3 Na : 142, K : 4.1, Cl : 110
Aplikasi Pengkajian Virginia Henderson:

No Pengkajian 14 Hasil
kebutuhan

1 Pernafasan DS:-
DO:
24 X/ menit
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi
intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi -/-, wheezing -/-
, vocal fremitus dalam batas normal.
2 Kebutukan Makan DS:
dan minum Mengeluh perut terasa mual dan begah., nyeri tekan
daerah epigastrum, muntah 2 kali
DO:
Terpasang NGT cairan kehitaman (500 cc), bibir
tampak kering dan pucat. Asites
Puasa (spooling hasil jernih)
3 Eliminasi DS:
BAB Kehitaman, BAL warna Kuning kemerahan
kesulitan tidak ada, kehitaman lunak, tidak ada
kesulitan dan rasa sakit saat BAB.
DO:
1000 cc/jam
4 Bergerak dan Ku lemah, bedrest TT
mempertahankan
postur tubuh
5 Kebutuhan tidur dan 7-8 jam, siang 1-2 jam
istirahat: malam : 6 - 7 jam sering bangun karena perut terasa
tidak enak (begah)

6 Kebutuhan dalam Ku lemah, bedrest TT


berpakaian
7 Cara suhu tubuh 37.50C, Akral hangat
mempertahankan
suhu tubuh dan
memodifikasi
lingkungan
8 Kebersihan tubuh KU pasien yang lemah dan bedrest total,

9 Mencegah bahaya KU pasien yang lemah dan bedrest total,


dilingkungan

10 Berkomunikasi Pasien dapat mengikuti asuhan keperawatan dengan


dengan orang lain baik
11 Beribadah sesuai KU pasien yang lemah dan bedrest total,
dengan keyakinan:
12 Pekerjaan sehari- KU pasien yang lemah dan bedrest total,
hari
13 Kebutuhan bermain KU pasien yang lemah dan bedrest total,
dan rekreasi
14 Kebutuhan belajar Pasien dapat mengikuti asuhan keperawatan dengan
dan menggunakan baik
fasilitas kesehatan

2.2 Diangnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan (Gulanick & Myers, 2017)

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan GI


Diatandai dengan
DS: BAB Kehitaman, muntah darah
DO: Terpasang NGT cairan kehitaman (500 cc), Mutah darah, bibir tampak
kering dan pucat, Hb : 9.0
2. Kelebihan Volume Cairan, Ekstraseluler (Asites) berhubungan dengan
peningkatan tekanan portal vena, hipoalbumin
DS : Perut begah.
DO :Hasil USG Hepar: Kesan Serosis hati dengan hipertensi portal,
Acites (+). Na : 142, K : 4.1, Cl : 110, Protein total : 4,6 Albumin : 3,2
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh perubahan
fungsi metabolism hati
DS:
Mengeluh perut terasa mual dan begah., nyeri tekan daerah
epigastrum, muntah 2 kali
DO:
Terpasang NGT cairan kehitaman (500 cc), bibir tampak kering dan
pucat. Asites, Puasa (spooling hasil jernih)
2.3 Intervensi Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Perdarahan GI NOC
: Keseimbangan Cairan
NIC :

1) Monitor tekanan darah dan respirasi


Rasional : perubahan tekanan darah dan respirasi dapat
mengindikasikan adanya kekurangan cairan.
2) Kaji urine, jumlah dan warna
Rasional : kurang cairan berhubungan dengan kurangnya produksi urin dan
warna urine menjadi lebih gelap
3) Periksa kelmbapan dan membrane mukosa
Rasional : membrane mukosa yang kering mengindikasikan adanya
dehidrasi
4) Kaji hematemesis
Raional : pasien dengan sirosis beresiko untuk mengalami perdarahan

5) Untuk tanda kekurangan volume cairan


- Berikan cairan IV sesuai resep
Pemberian cairan iv dapat diberikan pada pasien dirumah atau yang
dirawat di rumah sakit dengan dehidrasi yang parah

2. Kelebihan Volume Cairan, Ekstraseluler (Asites)


NOC : Keseimbangan Cairan, Status nutrisi : Intake makanan dan cairan NIC :
1) Kaji Asites
Rasional : Asites adalah cairan dalam rongga peritoneal yang kaya
protein.
2) Monitor serum Albumin, serum Protein, dan level Globulin
Rasional : serum ini dapat membantu untuk mempertahankan cairan
dalam tubuh
3) Monitor intake cairan, pengeluaran urin dan berat badan
Rasional : Walaupun cairan sudah adekuat, perpindahan cairan dari
intravascular ke ekstravaskular dapat menyebabkan dehidrasi.
4) Kaji pernapasan pasien
Rasional : asites dapat membatasi aktivitas diafragma pada saat inspirasi.
Pasien bisa hipoventilasi dalam posisi supin.
5) Instruksikan pasien dan penyedia kesehatan untuk
- Pertahankan cairan dan intake sodium sesuai kebutuhan Peningkatan
aldosteron membuat sodium sodium menjadi agresif dalam reabsorbsi, yang
mana membuat
- Berikan sprirolaktone sesuai resep
Spirolaktone adalah golongan diuretic dan antagonis aldosteron

6) Untuk pasien yang tidak memberikan respon yang baik pada


pengobatan bisa diberikan tambahan paracentesis sesuai kebutuhan Rasional :
paracentesis adalah prosedur untuk mengeluarkan cairan dari rongga
peritoneal

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC : Status nutrisi : Intake nutrisi
NIC : terapi nutrsi, monitorin nutrisi, edukasi tentukan diet

1) Kaji perubahan berat badan dan mass otot


Rasional : perubahan massa otot dan penurunan berat ba adalah hal yang biasa terjadi
pada sirosis
2) Catat intake pasien
Rasional : catatan disimpan oleh pasien atau pemberi layanan kesehatan yang bisa
melakulan pengkajian di rumah. Pasien dengan riwayat peminum alkohol punya
masalah dengan malnutrisi protein
3) Monitor albumin dan protein serta potasium
Rasional : serum albumin dan protein menurun setelah penurunan hepar dalam
produkso protein dan adanya kehilangan molekul protein ke peritoneal.
4) Monitor glukosa
Rasional : pasien dengan sirosis bisa mengalami hipoglikemia karena hati gagal
untuk melakukan glikolisis dan glukogenesis.
5) Monitor koagulasi
Rasional : beberapa faktor koagulasi yang dibuat oleh hati membutuhkan vitamin K.
Pasien dengan sirosis umumnya mengalami hipovitamin sehingga terjadi koagulopati.
6) Instruksikan pasien untuk diet tinggi kalori dengan sumber dari
karbohidrat. Instruksikan pasien untuk diet proteij 75-100 gram per hari
Rasional : penyimpangan metabolisme protein dalam kegagalan hati dapat
menyebabkan enselopati hepatik karena amonia, normalnya ini
dimetabolisasikan menjadi urea. Kerusakan hati yang terus berlanjut
menyebabkan keracunan pada otak
7) Anjukan makamndengam porsi kecil sesuai kebutuhan
Rasional : kelelahan adalah gejala yang umum pada sirosis yang menyebabkan
pembatasan energi untuk makanan
8) Sediakan diet atau suplemen vitamin
Rasional : apabila produksi empedu tidak seimbang maka absorbsi vitamin A,D,E,K
tidak adekuat.
9) Sediakan nutrisi enteral dan parenteral
Rasional : pasien dengan tingkat sirosis yang tinggi membutuhkan support nutrisi.
10) Pengobatan berupa :
- acid suppresing agents
- antiemetic
Rasional : pengobatan meringankan gangguan pada lambung dan meningkatkan
nafsu makan

2.4 Discharge Planning


Menurut (Amin & Hardi, 2015), discharge planning yang diberikan kepada
pasien adalah:
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan
demam.
b. Diet rendah protein. Bila ada asites diberikan diet rendah garam
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino
essensial berantai cabang dan glukosa
e. Roboansia. Vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alkohol.
1.2 Asuhan Keperawatan

1.2.1 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Definisi : peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Ds & Do :
1) Suhu tubuh di atas nilai normal
2) Kulit merah
3) Kejang
4) Takikardi
5) Takipnea
6) Kulit terasa hangat

Tujuan :
1) Tanda tanda vital dalam batas normal
2) Tidak ada perubhan warna kulit

Intervensi :
1) Monitor TTV
2) Selimuti pasien
3) Lakukan tapid sponge
4) Tingkatkan sirkulasi udara
5) Kolaborasi cairan intravena dan antipiuretik

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis


Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau di gambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (inernational
association for the study of pain) : awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
DO & DS :
1) Mengeluh nyeri
2) Tampak meringis
3) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
4) Gelisah
5) Frekuensi nadi meningkat
6) Sulit tidur
7) Tekanan darah meningkat
8) Pola nafas berubah
9) Nafsu makan berubah
10) Proses berfikir terganggu
11) Menarik diri
12) Berfokus pada diri sendiri
13) Diaforesis

Tujuan :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non –
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri )skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri )
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
1) Monitor TTV
2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi , karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan fakrpe presipitasi.
3) Kurangi faktor presipitasi nyeri
4) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik

c. Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan


Definisi : beresiko mengalami penurunan darah yang dapat menggangu kesehatan
DS & DO : -
Tujuan :
1) Tidak ada hematuria dan hematemesis
2) Kehilangan darah yang terlihat
3) Tekanan darah dalam batas normalSistol dan diastol
4) Tidak ada distensi abdominal
5) Hemaglobin dan hematoktir dalam batas normal
6) Plasma, PT, PTT dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor TTV ortostatik
2) Monitor tanda – tanda perdarahan
3) Pertahankan patensi iv line
4) Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
5) Kolaborasi dalam pemerian terapi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahan sekunder


Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
DS & DO :-
Tujuan :
1) klien bebas dari tanda tanda gejala infeksi (rubor, kalor, dubor, tumor, fungsio laesa)
2) Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
1) cuci tangan setiap sebelym dan sesudah tindakan keperawatan
2) menggunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
3) batasi pengunjung
4) pertahankan lingkungan aseptik
5) berikan perawatan kulit pada area epidema
6) ajarkan cara menghindari infeksi
7) kolaborasi pemberian antibiotik

e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma jaringan


Definsi : kerusakan jaringan membran mukosa,kornea, integumen atau subkutan
DS & DO :
1) Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
2) Nyeri
3) Perdarahan
4) Kemerahan
5) Hematoma

Tujuan :
1) Perfusi jaringan normal
2) Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, kalor, dubor, tumor, fungsio laesa)
3) Ketebalan dan tekstur jaringan normal
4) Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka

Intervensi :
1) Observasi luka :lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda tanda infeksi
lokal, formasi traktus
2) Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
3) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
4) Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
5) Kolaborasi ahli gizi dalam pemberian diet TKTP
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan. (Hamid Achir Yani, Ed.).

Singapura: Elsvier.
Amin, N. H., & Hardi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction publishing.

Black, J. M., & Hawks, H. J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang di Harapkan (Edisi 8 bu). Singapore: Elsevier.

DeWit, S. C., & Kumagai, C. (2013). Medical-Surgical Nursing:Concepts &


Practice. St. Louis: Elsevier.

Gulanick, M., & Myers, J. (2017). Nursing Care Plans Diagnoses, Interventions

& Outcomes (9th ed.). USA: Elsevier.

Huether, S. E., & McCance, K. L. (2017). Buku Ajar Patofisiologi (6th ed.).

Singapura.
Hurts, M. (2011). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. 2016: EGC. Ignatavicius,
& Workman. (2010). Medical-Surgical Nursing Patient-Centered

Collaborative Care. USA: Elsevier.

LeMone, P., Burke, M. K., & Bauldoff, G. (2016a). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in Patient Care. (L.
Ayu, Ed.). Jakarta: EGC.

LeMone, P., Burke, M. K., & Bauldoff, G. (2016b). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol 2 (V). Jakarta : EGC.

Lewis, & Et., A. (2017). Medical surgical Nursing: Assesment and Management of
clinical problems (VIII). Elsevier.

Longgo, D. L., & Fauci, S. A. (2010). Harrison Gastroenterologi & Hepatologi.

(F. Sandra, P. Ayuningtyas, & M. Iskanda, Eds.). Jakarta :


Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A., & sari, kumala. (2011). Gnagguan Gastrointestinal Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Omar, F., & Moffat, D. (2004). At a Galance Anatomi. Jakarta : Erlangga.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.


Smith Marlaine C, & E, P. M. (2015). Nursing Theories and Nursing Practice. (K.
Marcia, Ed.), Nursing Theories and Nursing Practice 4th Ed. (4th ed.).
Philadelphia: Joanne Patzek DaCunha, RN, MSN; Susan Rhyner.
https://doi.org/10.12968/bjon.2016.25.14.803

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Idrus, A., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (V). Jakarta : InternaPublishing.

Syaifuddin. (2013). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

nurarif, a. h., & h. k. (2015). buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC NOC (Vol. 1). yogyakarta: 2015.

isnialita at August 17, 2018

Anda mungkin juga menyukai