Kelompok 1:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Memori
dan Berpikir.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Memori dan Berpikir ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Akhmad Faisal
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. MEMORI
B. BERPIKIR
a. Konsep-Konsep
b. Bahasa dan Komunikasi
c. Perkembangan Bahasa
d. Berpikir Visual
e. Pemecahan Masalah
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
BAB II PEMBAHASAN
A. MEMORI
Segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika tidak dapat mengingat apapun
mengenai pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa. Kehidupan hanya akan
merupakan pengalaman sementara yang sedikit berkaitan antara satu dengan yang lain.
Para ahli psikologi mengetahui pentingnya membuat dua perbedaan dasar mengenai ingatan.
Yang pertama, mengenai tiga tahapan ingatan, memasukkan pesan dalam ingatan (encoding),
penyimpanan (storage), dan mengingatkan kembali (retrieval). Yang kedua, mengenai dua
jenis ingatan-ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Misalkan pada suatu pagi Anda diperkenalkan pada seorang siswi dan Anda diberitau
namanya Ernawati. Sore harinya Anda bertemu kembali dan mengatakan “ Anda Ernawati,
bukan! Kita bertemu tadi pagi.” Jelaslah bahwa Anda ingat namanya. Tetapi apa sebenarnya
yang Anda lakukan?
Kekuatan ingatan minor Anda dapat dibagi dalam tiga tahapan. Pertama ketika Anda
diperkenalkan, dengan sesuatu cara Anda memasukkan nama Ernawati ke dalam ingatan. Ini
adalah tahapan ‘encoling’. Anda mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara)
yang sesuai dengan suara yang diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan dan Anda
menepatkan kode tersebut dalam ingatan. Kedua, Anda mempertahankan atau menyimpan
nama itu selama waktu antara dua pertemuan tadi. Ini yang dinamakan tahapan penyimpanan
(stronge stage). Dan ketiga, Anda dapat mendapatkan kembali nama itu dari penyimpanan
pada waktu pertemuan kedua. Ini adalah tahapan mengingatkan kembali (retviel stage).
Pengingatan
Mema kembali
Penyusunan kode penyimpanan
Tampaknya terdapat perbedaan antara ingatan yang berada dalam situasi yang mengharuskan
kita menyimpanan pesan untuk beberapa detik dengan situasi yang mengharuskan kita
menyimpan pesan untuk waktu yang lebih panjang mulai ukuran menit sampai ukuran tahun.
Keadaan yang pertama di atas dinamakan ingatan jangka pendek, dan yang berikutnya
disebut ingatan jangka panjang.
4
Kita dapat menggambarkan perbedaan ini dengan memperhatikan apa yang kita
percakapkan pada pertemuan dengan Ernawati. Misalnya, dalam pertemuan pertama begitu
namanya disebut, seorang teman datang dan Anda berkata, “Dion, apakah kamu kenal dengan
Ernawati?” dalam hal ini mengingat nama Ernawati merupakan contoh dari ingatan jangka
pendek. Anda mengingat kembali nama itu hanya berselang satu detik. Mengingat namanya
pada pertemuan kedua merupakan contoh dari ingatan jangka panjang. Perbedaan antara
ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang menyerupai perbedaan antara
pengetahuan yang disadari dengan pengetahuan yang tidak disadari yang kita miliki tetappi
yang pada saat ini tidak kita pikirkan. Ingatan jangka pendek berhubungan dengan bagian
aktif, dan ingatan jangka panjang dengan bagian yang pasif.
Kehidupa dalam keadaan dimana kita harus mengingat informasi untuk beberapa detik saja
dan informasinya mungkin masih dalam keadaan aktif, ingatan tetap mencangkup tiga
tahapan.
Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka pendek, kita harus
memperhatikan informasi tersebut. Karena kita sangat selektif tentang apa yang kita
perhatikan, ingatan jangka pendek kita hanya berisi apa yang kita pilih. Hal ini bahwa
sebagian besar dari apa yang telah terlihat oleh kita kita tidak pernah memasuki ingatan
jangka pendek, dan tentu saja tidak akan mungkin dapat digunakan untuk mengingat kembali
di kemudian hari.
Jika informasi diperhatikan, maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka
pendek. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemasukan pesan (encoding) tidak berarti
bahwa informasi dimasukkan dalam ingatan saja, tetapi juga bahwa informasi tersebut
dimasukkan dalam ingatan berbentuk tertentu atau kode. Penelitian membuktikan bahwa kita
dapat menggunakan kemungkinan yang mana saja untuk memasukkan informasi ke dalam
ingatan jangka pendek.
Tetapi nampaknya kita lebih menyukai kode akustik ketika mencoba mempertahankan
informasi itu tetap aktif dengan cara melatihnya yaitu dengan cara mengulang berkali-kali
informasi itu dalam benak kita. Berlatih merpakan setrategi yang populer, terutama bila
informasi tersiri dari butir verbal seperti angka, huruf, atau kata.
Bila kita menggunakan kode virsual untuk berbagi materi verbal, kode itu sering menghilang
dengan cepat dan segera didominasi oleh kode akustik. Sebagai gambaran, setelah melihat
pada alamat JALAN SUMATRA 84, Anda mungkin mempunyai kode virsual akan alamat
tersebut untuk kurang lebih satu detik. Kode ini akan menyimpan rincian visual, seperti
kenyataan bahwa alamat itu ditulis dengan huruf besar. Tetapi setelah beberapa detik , yang
tertinggal adalah bunyi alamat itu – kode akustik – dan kode ini tidak akan menahan
informasi tentang hurufnya.
5
Domenasi kode akustik ini mungkin berlaku terutam pada materi verbal. Penelitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa ketika seseorang harus menyimpan butir-butir nonverbal
(seerti gambar yang sulit dilukiskan dan karena itu sulit diulang secara akustik). Kode
virsualnya mungkin penting. Kode yang berlainan dengan indra lain seperti sentuhan dan
penciuman, dapat juga digunakanuntuk memasukkan pesan dalam ingatan jangka pendek.
Penyimpanan (Storage)
Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan jangka pendek ialah bahwa
ingatan ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-rata nya adalah 7 butir lebih.
Sebagian orang bisa menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat menyimpan
sembilan. Sebenarnya bahwa kemampuan ingatan setiap individu sangat berbeda. Tetapi
perbedaan ini disebabkan oleng ingatan jangka panjang. Untuk ingatan jangka pendek
sebagian orang dewasa normal memiliki kapasitas 7 ± 2.
Para ahli psikologi menunjukkan jumlah ini dengan cara memperlihatkan kepada para
subjek sebagai susunan butir yang tidak ada kaitannya (angka, huruf, atau kata-kata). Dan
meminta mereka untuk mengingat butir-butir itu secara tersusun. Dengan adanya kapasitas
yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka pendek sebagai sebuah kotak
mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang memasuki ingatan jangka pendek
masuk kedalam masing- masing slot. Selama sejumlah butir tidak melebihi jumlah slot kita
akan dapat mengingat butir-butir dengan sempurna.
Perinsip penggantian menjelaskan bagaimana sebuah butir hilang dari ingatan jangka
pendek. Misalnya ingatan jangka pendek anda sedang kosong. Sebuah butir masuk,
katakanlah anda baru saja diperkernalkan pada Ernawati, dan nama Erna memasuki ingatan
jangka pendek anda. Yang lain-laainnya juga diperkenalakn juga setelah itu, dan daftar nama
dalam ingatan jangka pendek semakin panjang. Akhirnya batas rentang ingatan Anda tercapai.
Penggantian mungkin bukan merupakan satu-satunya sebab terjadinya lupa dalam ingatan
jangka pendek. Informasi dapat hilang begitu saja terbawa waktu, tanpa memperdulikan
apakah ada informasi baru yang datang kemudian (Reitman, 1974). Jadi kita dapat
menganggap informasi yang di simpan sebagai suatu jejak yang memudar bersamaan dengan
waktu, menyerupai sebuah foto bewarna yang menjadi pudar dimakan usia.
Marilah kita pikirkan isi ingatan jangka pendek yang telah terseda untuk kesadaran. Intuisi
menunjukkan bahwa informasi itu diperoleh dengan segera. Kita tidak usah menggalinya
informasi sudah ada. Jadi pengingatan kembali tergantung dari jumlah butir-butir dalam
kesadaran.
Sekarang kita memiliki bukt bahwa untuk mengingat kembali diperlukan pencarian
penggalian ingatan jangka pendek, dimana butir-butir itu di uji satu-persatu. Sebagian besar
bukti penggalian seperti itu berasal dari sejenis eksperimen yang diperkenalkan Sternberg
(1966). Pada setiap percobaan dari eksperimen itu kepada seorang subjek diperlihatkan
6
seperangkat angka, yang disebut daftar ingatan (memory list), yang diperlihatkan untuk
sementara dalam ingatan jangka pendek. Subjek tersebut dapat dengan mudah
mempertahankan informasi tersebut dalam ingatan jangka pendeknya. Karena setiap daftar
ingatan berisi kurang dari tujuh angka. Kemudian sebuah angka probe diberikan kepada
subjek. Subjek harus menetukan apakah apakah angak probe ada dalam ingatan. Misalnya
daftar ingatan itu 3, 6, 1, dan angka probenya 6, maka sebjek harus menjawab “ya” jika diberi
daftar yang sama dengan angka probe 2, subjek harus menjawab “tidak”
Subjek jarang melakukan kesalahan dala mtugas ini, yang menarik perhatian adalah
kecepatan subjek dalam menetukan keputusannya. Waktu untuk menetukan keputusannya
ialah waktu yang digunakan antara penyajian angka probe dengan penekanan “ya” atau
“tidak” oleh subjek untuk menunjukkan apakan probe itu terdapat atau tidak dalam daftar
ingatan.
Proses panggalian itu disusun dalam tiga tahapan, dalam tahapan pertama, subjek
memasukkan stikulus probe ke dalam suatu bentuk yang dapat dibandingkan dengan butir-
butir yang sudah tersimpan dalam ingatan jangka pendek. Pada tahap kedua, subjek
membandingkan kode yang berurutan, dalam tahap yang ketiga, subjek mulai dengan
memberikan sebuah respon yang berakibat pada ditekannya tombol “ya” atau “tidak”.
Para peneliti yakin bahwa ingatan jangka pendek dapat memegang peranan penting dalam
pikiran sadar. Ketika dengan sadar kita mencoba memecahkan soal, kita seolah-olah
mempergunakan kapasitas yang sama untuk menyimpan suatu daftar angka. Untuk
membuktikannya, cobalah dengan memecahkansaol berhidung yang sederhna ( 8 x 15 )
sambil mengingat nomor telepone (745 179). Hasilnya adalah keracuan dan percampurbauran;
kedua kegiatan itu saling berlomba dengan sumber metal yang sama. Kopetensi seperti ini
untuk kapasistas ingatan jangka pendek yang terbatas telah didemonstrasikan dalam
laboratorium (Baddeley dan Hitch, 19974).
Ketika sedang mebaca untuk pemamahaman, seringkali kita harus dengan sadar
menghubungkan setiap kata atau kalimat baru dengan materi yang sebelumnya dalam bacaan
itu. Jika hubungan yang baru dan yang lama terjadi dalam ingatan jangka panjang. Orang
yang memiliki kapasitas jangka pendek yang lebig besar, akan lebih baik dalam membaca
untuk pemahaman. Terdapat beberapa bukti terhadap dugaan ini (Daneman dan Carpenter,
1981). Eksperimen lain menunjukkan bahwa dapatnya sebuah teks terbaca tergantung
sebagian pada kemungkinan masih adanya materi yang relavan dalam ingatan jangka pendek
(lihat Miller dan Kintsch, 1980).
7
Ingatan jangka pendek juga tampaknya mencangkup pemikiran sehari-hari kita
mengenai orang. Dalam penelitihan mengenai kepribadian, misalnya, ketika kepada subjek
diminta untuk membuat suatu pesan mengenai seseorang bedasarkan suatu pertemuan,
mereka cenderung menggambarkan orang itu sekitar 7 ± 2 ciri (Mischel, 1968).
Dalam kehidupan sebenarnya sering kali baik ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka
panjang berperan dalam situasi yang bersamaan. Interaksi yang sangat penting antara ingatan
jaangka pendek dan ingatan jangka panjang ialah fenomena yang di sebut ‘Chunking’
(pengelompokan mendaji unit) yang dapat terjadi pada kegiatan rentang ingatan (memory
span tasks). Jadi kita dapat menggunakan ingatan jangka panjang untuk menyusun kembali
(recode) materi baru menjadi unit yang lebih besar yang mempunyai arti dan kemudian
menyimpan unit itu dalam ingatan jangka pendek. Unit tersebut disebut chunks (= bagian dari
materi yang telah di kelompokkan) (selanjutnya digunakan istilah ‘chunk’) dan kapasitas
ingatan jangka pendek paling tepat di katakan 7 ± 2 ‘chunks’ (Miller, 1956).
Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang
waktu beberapa menit (dalam ssuatu contoh percakapan) atau sepanjang hidup (kenang-
kenangan seorang dewasa tentang masa kanak-kanaknya). Baik dalam berbagai eksperimen
mengenai ingatan jangka panjang, para ahli psikologi pada umumnya mengkaji tentang lupa
setelah rentang waktu beberapa menit, beberapa jam, beberapa minggu, akan tetapi sebagai
ahli juga telah mengkaji setelah rentang waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh
tahun.
Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik atau
virsual; melainkan, tampaknya didasarkan pada pengertian akan butir-butir tersebut.
Pemasukan setiap butiran dalam ingatan bedasarkan pengertian akan sangat terlihat
perbedaannya terutama apabila butiran tersebut merupakan kalimat. Beberapa menit setelah
mendengar sebuah kalimat sebagian besar yang tersimpan dalam ingatan adalah
pengertiannya. Misalnya, kita mendengar kalimat ‘penulis itu mengirimkan surat yang
panjang kepada pengurus’. Dua menit kemudian kita tidak dapat membedakan apakah kita
telah mendengar kalimat itu atau kalimat yang mempunyai pengertian yang sama “ Sebuah
8
surat panjang dikirimkan kepada pengurus oleh penulis itu “ (Sachs, 1967). Jadi pemasukan
pesan bagi ingatan jangka panjang cenderung mempertahankan pengertiaannya.
Kemampuan kita untuk mengingat materi yang rumit dalam suatu bab sebuah buku
teks merupakan manfaat dari penguraian pengertian. Kemampuan yang demikian telah
ditunjukkan dalam eksperimen yang mengharuskan subjek membaca bagian dari suatu
bacaan yang kemudian diharapkan akan dapat menjawab setiap pertanyaan mengedai bacaan
itu berdasarkan ingatan. Sebelum membaca teks satu kelompok subjek diberi satu perangkat
pertannyaan pendahuluan yang sulit( yang berbeda dari pertannyaan ingatan yang akan
diberikan kemudian) setiap subjek harus mencari jawaban dari penyataan pendahuluaan
sewaktu membaca teks. Dengan mencoba mencari jawaban, akan mengarahkan subjek utuk
menguraikan pengertian dari setiap bagian bacaan. Kelompok kedua atau kelompok kontrol
mempelajari bacaan itu tanpa diberi pertanyaan pemberitahuan. Ketika kedua kelompok itu
diberi pertanyaan yang berdasarkan ingatan , kelompok pertama memberi jawaban benar
yang lebih banyak dari pada kelompok kontrol. Teknis eksperimen ini mementingkan
penguraian kata akan meningkatkan ingatan (Frase, 1975; Anderson, 1980).
Bila kita membahas ingatan jangka panjang, kita harus memperhatikan sekaligus mengenai
penyimpanan (storage) dan pengingatan kembali (retrieval). Ingatan yang lemah dapat
mencerminkan kegagalan pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan peyimpanan
informasi. Berusaha mengingat suatu butir dari igatan jangka panjang serupa dengan
mencoba menemukan sebuah buku dalam sebuah perpustakaan yang besar. Kegegalan
menemukan buku itu sebuah (butir) tidaklah berarti buku itu (butir itu) tidak ada di tempat itu;
mungkin kita mencarinya di tempat yang keliru atau mungkin salah menempatkannya dan
karenanya tidak dapat ditemukan.
Kita mungkin merasa jengkel dengan dengan pengalaman semacam itu sampai upaya
pengingatan kembali (mengumpulkan dan membuat kata-kata yang hampir sama tetapi
kurang tepat). Contoh yang ebit kuat tentang kegagalan pengingatatan kembali terjadi kepada
beberap orang di bawah pengaruh hipnotis, yang merasa mampu mengingat kembali
kenangan masa kecil yang tidak mungkin diingat jika tidak dihipnotis.
9
Bantuan isyarat pengingatan kembali, semakin baik pula ingatan kita. Prinsip ini
menjelaskan mengapa kita biasanya lebih baik dalam mengerjakan tes indentifikasi ingatan
dibandingkan dengan tes ingatan. dalam tes indentifikasi, kita ditanya apakah pernah melihat
benda tertentu, (misalnya, “apakah Herry adalah salah seorang dari orang-orang yang Anda
temui di pesta itu”). Butir tes itu sendiri merupakan bantuan isyarat yang bagus untuk ingatan
kita mengenal hal itu. Sebaliknya, dalam sebuah tes ingatan. Kita harus mengemukakan butir-
butir yang di hafal menggunakan isyarat pengingatan kembali yang minimum (“ingatlah
kembali nama setiap orang yang kamu temui di pesta itu “), karena bantuan isyarat
pengingatan kembali itu lebih bermanfaat dalam tes indentifikasi dari pada tes ingatan maka
tes indentifikasi biasanya menunjukkan hasil ingatan yang lebih baik dari pada tes ingatan
(Tulving, 1974).
Benar tidaknya kegagalan pengingatan kembali merupakan satu-satunnya sebab lupa akan
hal-hal akan ingatan jangka panjang, yang pasti adalah kegagalan itu merupakan sebab utama.
Penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.
Semakin baik kita pengorganisasian materi yang kita simpan, semakin mudah mengingatkan
kembali. Mengapa susunan menurut hirarki meningkatkan ingatan ? hal ini mungkin
disebabkan pengingatan kembali dari ingatan jangka panjang memerlukan semacam proses
pencarian, dan susunan hirarki ini lebih mengefisieniekan pencarian tersebut.
Hal yang lebih mudah jika untuk mengingat kembali suatu episode tertentu, kita
berada dalam konteks yang sama dengan konteks di mana episode itu terjadi (Estes, 1972).
Hal yang sama dengan kemamupan kita untuk mengingat, misalnya, suatu saat emosional
bersama orang tua kita akan lebih terasa jika kembali ketempat di mana peristiwa itu terjadi,
dibandingkan dengan dengan jika kita berada di tempat yang pernah kita tinggali. Konteks
terjadi yang terbentuk dalam ingatanlah yang merupakan isyarat paling kuat untuk mengingat
kembali.
Konteks tidak selalu merupakan sesuatu yang eksternal bagi orang yang mengingat,
seperti lokasi, fisik atau wajah tertentu. Apa yang terjadi dalam diri kita sewaktu kita
menyusun informasi yaitu keadaan internal kita juga merupakan bagian dari konteks.
Terdapat banyak penelitian mengenai belajar yang tergantung pada keadaan dan meskipun
buktinya bersifat kontroversial, tetap menunjukkan bahwa ingatan memang bertambah baik
jika keadaan internal kita sewaktu pengingatan kembali sesuai keadaan pada waktu
10
menyusun informasi dalam ingatan. Ada pula beberapa faktor yang menurunkan kemampuan
mengingat kembali, terutama faktor interferensi.
Gagasan yang paling sederhana adalah bahwa kita cenderung lebih banyak memikirkan
situasi emosional yang berisi hal-hal yang positif atau negatif, dari pada situasi yang ekternal.
Kita mengulang dan mengorganisasikan kenangan-kenangan yang menarik perhatian kita
lebih sering dari pada kenangan-kenangan yang lebih sederhana. Karena kita semua tahu
bahwa pengulangan dan pengorganisasian dapat meningkatkan ingatan jangka panjang, maka
tidaklah mengherankan bahwa banyak penelitian telah menemukan adanya ingatan yang lebih
baik dalam situasi emosional dibandiingkan dengan situasi yang tidak emosional (Rapaport,
1942).
Tiga cara emosi mempengaruhi yang telah kita bahas sebelumnya, mempengaruhi
ingatan, atau menghalangi pengingatan kembali. Ketiganya bergantung pada prinsip yang
telah dibahas pengulangan, inteferensi, dan dampak konteks. Pandangan keempat tentang
emosi dan ingatan. Teori Freud tentang ketidaksadaran melahirkan prinsip baru. Freud
menemukan beberapa pengalaman emosional pada kanak-kanak begitu menggoncangkan
(traumatis) sehingga pengalaman tersebut dapat masuk dalam kesadaran beberapa tahun
kemudian dan akan menyebabkan orang itu diliputi oleh kecemasan total. Pengalaman yang
mengguncangkan, seperti pengalaman yang diasosiasikan dengan pengalaman itu, dapat
dikatakan tersimpan dalam ketidaksadaran, atau tertekan (direpres). Pengalaman ini dapat
diingat kembali jika emosi yang diasosiasikan dengan pengalaman, pengalaman ini dpat
dihilangkan dengan cara terapis. Oleh karena itu represi merupakan kegagalan pengingatan
kembali yang paling parah: jalan menuju ingatan target secara aktif di belokir.
MENINGKATKAN INGATAN
Setelah membahas dasar-dasar ingatanjangka panjang dan pendek, sekarang kita bahas
bagaiman menigkatkan masalah peningkatan ingatan.
Informasi dalam ingatan jangka panjang digunakan untuk mengkode kembali (recode) materi
yang masuk menjadi unit-unit yang besar dan bermakna (chunk) sehingga informasi tersebut
tersimpan dlam ingatan jangka pendek.
Sistem ‘mnemonic’ yang terkenal di sebut metode loci (tempat). Metode ini terutama dapat
berjalan dengn baik dengan suatu urutan teratur dari dari butir asal-asalan. Semakin banyak
hubungan kita bentuk diantara butir, makin besar pula kemungkinan besar mengingatnya.
11
HUBUNGAN ANTARA INGATAN JANGKA PENDEK DAN JANGKA
PANJANG
Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dapat bekerja dengan hukum yang
berbeda, dan karena itu kita telah membahasnya secara terpisah pula.
Perbedaan ingatan jangka pendek dengan ingatan jangka panjang pertama pada tahapan
‘encording’ ingatan jangka pendek lebih memilih suatu kode akustik sedangkan ingatan
jangka panjang didasarkan pada makna.
Teori ini mengasumsi bahwa informasi yang kita miliki memasuki ingaran jangka pendek,
dimana informasi tersebut dapat dipertahankan dengan pengulangan atau dapat hilang dengan
adanya peralihan. Teori ini menjelaskan tentang beberapa gangguan, Amnesia Retrograde,
hilangnya ingatan akan terjadi tidak lama sebelum geger otak, disebabkan oleh adanya
gangguan ingatan jangka pendek amnesia anterograde.
Ada beberapa prinsip yang tampaknya hanya dapat diterapkan pada ingatan untuk materi
yanng kompleks dan bermakna. Yang paling penting adalah dari prinsip ini bahwa ingatan itu
dapat bersifat konsruktif.
12
B. BERPIKIR
a. Konsep-Konsep
Dunia ini penuh dengan benda yang berbeda. Tidaklah mungkin memberi
nama berbeda pada setiap benda yang kita temui. Oleh karena itu benda yang
‘sejenis’ kita jadikan dalam satu konsep, contoh: konsep apel, konsep kursi, dan
sebagainya.
Untuk mendapatkan suatu konsep kita harus tahu sifat yang umum untuk
semua atau hampir semua contoh konsep. Jadi, konsep kita tentang dokter terdiri
dari semua sifat umum yang dipunyai kebanyakan dokter. Jadi konsep
memungkinkan kita menangkap lebih informasi yang kita hayati, kemampuan ini
merupakan dasar dari pikiran.
Konsep juga memungkinkan kita dapat menerapkan apa yang kita ketahui.
Kita juga mempunyai konsep tentang aktifitas (makan, lari, tidur), keadaan (tua,
miskin, sedih), serta hal abstrak (kebenaran, keadilan, kemanusiaan).
Hierarki Konsep
Kita juga perlu konsep ini berhubungan satu sama lain. Misalnya, apel merupakan
anggota dari kategori yang lebih besar, yaitu buah-buahan. Seperti gambar berikut
suatu obje dapat digolongkan ke dalam peringkat yang berbeda.
Memperoleh Konsep
1
Smith dan Medin, 1981
13
Pengujian Hipotesis. Bukti terbaik dari pengujian hipotesis dihasilkan oleh
eksperimen yang memperihatkan bagaimana orang dewasa mempelajari konsep
klasik baru.2
Pengaruh dalam Pengujian Hipotesis. Memperoleh konsep merupakan
sesuatu yang rasional. Namun, berbagai macam pengaruh akan muncul. Dan kita
akan cenderung dengan eksperimen yang mendukung hipotesis kita.
Belajar melalui Contoh Khas/Patokan. Walaupun pengujian hipotesis
tampaknya merupakan strategi utama untuk memperoleh konsep klasik, ada pula
strategi lain yang dipakai untuk memperoleh konsep probabilistik.3
Peringkat Bahasa
Bahasa dapat kita bagi dalam tiga peringkat, pada perigkat tertinggi adalah
unit kalimat, termasuk frasa dan kalimat yang dapat dihubungkan dengan gagasan.
Berikutnya adalah makna dasar, termasuk morfem dan kata. Peringkat yang paling
dasar terdiri dari bunyi bahasa.
Untuk membuat kalimat kita mulai dari suatu gagasan, menerjemahkannya
ke dalam frasa-frasa dan kata-kata suatu kalimat, dan akhirnya menerjemahkannya
ke dalam bunyi bahasa. Namun untuk memahami kalimat, kita bergerak dengan
arah dari peringkat bawah ke peringkat atas.
2
Atkinson, Rita L; Atkinson, Richard C; Hilgard, Ernest R. . Pengantar Psikologi Jilid 1, Jakarta: Penerbit
Erlangga hal. 395
3
Ibid. 400
14
c. Perkembangan Bahasa
Proses Belajar
Belajar melalui tiga proses, yaitu: Peniruan, pengkondisian, dan pengujian
hipotesis.
d. Berpikir Visual
e. Pemecahan Masalah
15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep bisa dibagi menjadi dua: konsep klasik dan konsep probabilistik.
Konsep dapat digabungkan untuk membentuk gagasan yang kompleks. Dalam
memahami bahasa, kita harus mengambil intisari proposisi dari suatu kalimat dengan
memecah kalimat tersebut menjadi beberapa frasa. Tidak semua gagasan diwujudkan
dalam bahasa, beberapa macam gagasan dimanifestasikan sebagai bayangan visual.
Ada masalah yang lebih mudah dipecahkan menggunakan representasi simbolik, ada
pula yang lebih baik bila menggunakan representasi visual.
B. DAFTAR PUSTAKA
16