Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA PEMIKIRAN INTELEKTUAL ISLAM DI MASA

KHULAFAUR RASYIDIN
(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran
Intelektual Islam yang diampu oleh Bapak Muhammad faiz M. A )

Disusun oleh:
Kelompok 2
Nia Afkarinatul Husnaini (U20184013)
Zaka Kabar Taqwa (U20184040)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB dan HUMANIORA
September 2019
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar belakang
Sebelum menguraikan dinamika islam, terlebih dahulu menjelaskan tentang
pengertian pemikiran dan perkembangan pemikiran islam secara singkat agar lebih jelas.
Sebab, pemikiran dalam islam sebenarnya mulai pada zaman ini. Semasa nabi saw apapun
permasalahan yang timbul diselesaikan dengan turunnya wahyu atau kebijakan kebijakan
nabi sendiri. Kecuali beberapa kasus seperti pemberangkatan mu’adz ibn jabal ke Bahrain
dan nabi menggaris bawahi; apalagi permasalahan yang muncul, tidak dapat diselesaikan
dengan wahyu/ hadits, boleh menggunakan akal pikiran atau istilah populer ijtihad.

Tahun-tahun pemerintahan khulafaur rasyidin merupakan perjuangan terus


menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan dengan kebatilan yang mereka
perangi dan musuhi. Pada zaman khulafaur rasyidin, kehidupan rasulullah saw seakan-akan
terulang kembali. Intelektual islam masih tetap memantulkan Al-qur’an dan Hadits di
ibukota khilafah di Makkah, Madinah dan di berbagai negeri lain yang ditaklukkan oleh
orang-orang islam. Tidak ada pemikiran baru pada masa khulafaur rasyidin, kecuali sedikit
bercampur fisafat yunani. Akan tetapi sangat terbatas dan pengaruhnya sangat sedikit;
sebagian besar berkisar pada logika bukan filsafat dalam pengertiannya yang luas sesudah
masa khulafaur rasyidin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sisi-sisi intelektualisme khulafaur rasyidin?
2. Buah Pikir apa saja yang lahir dari Khulafaur rasyidin dan Sejauh mana mereka dekat
dengan keilmuan?
C. Tujuan makalah
1. Mengetahui sisi-sisi intelektualisme khulafaurrasyidin
2. Mengetahui buah pikir (fatwa) yang lahir serta sejauh mana mereka dekat dengan
keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sisi intelektual empat khalifah.


a. pemikiran abubakar ash shiddiq
Pada Pendidikan Pada Masa Abu Bakar ash-Shiddiq Pola pendidikan pada masa Abu Bakar
ash-Shiddiq masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya.Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah
Allah SWT.
2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun
bertentangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
3. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji.
4. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat Merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.
Menurut Ahmad Syalabi,20 lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut
dengan khuttab. Khuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk Setelah masjid,
selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa khuttab didirikan oleh orang-orang
Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran Pada masa ini adalah Madinah,
sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Nabi Muhammad
Saw. yang terdekat. Lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat Pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai
tempat shalat berjamaah, membaca al-Qur‟an, dan lain sebagainya.Berdasarkan uraian di
atas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan Pendidikan Islam pada masa khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq ini adalah sama dengan penndidikan Islam yang dilaksanakan pada
masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.

b. Pemikiran kepemimpinan Umar Ibnu Khattab


Khalifah kedua dalam Islam juga orang kedua dari kalangan khulafaurRasyidin
(khalifah yang lurus). Ia merupakan satu diantara tokoh-tokoh besar dalam sejarah
Islam. Ia terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat kuat, cekatan, dan
karakternya yang berterus terang, Sebelum menjadi khalifah diikenal sebagai pribadi
yang keras dan tidak mengenal kompromi dan bahkan kejam.
Di bawah pemerintahannya imperium Islam meluas dengan kecepatan Yang luar
biasa. Dapat dikatakan bahwa orang yang terbesar pengaruhnya setelah Nabi dalam
membentuk pemerintahan Islam dan menegaskan coraknya adalah Umar ibnu Khattab.
Umar dikenal sebagai sahabat Nabi, ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, misalnya,
mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu
khairun minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalamazan subuh, ide tentang
perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender Hijrah . Dalam hal
pendidikan Umar membangun tempat-tempat pendidikan (sekolah), juga menggaji
guru-guru, imam, muazzin dari dana baitul mal.
c. Masa Usman Ibnu Affan.
Khalifah ketiga periode khulafaur rasyidin, ia dipilih sebagai khalifah oleh sebuah
dewan pemilihan yang disebut syura. Sahabat yang sangat berjasa pada periode-periode
awal pengembang Islam, baik pada saat Islam dikembangkan secara sembunyi-
sembunyi maupun secara terbuka.
Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah
binti Umar,28 naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada
masa pemerintahan Abu Bakar.
Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan
Alquran, yang anggotanya terdiri dari: Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan
Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris sebagai anggota.29Tugas yang harus
dilaksanakan adalah mengumpulkan lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin
ulang ayat-ayat Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
d. Masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib.
Pada masa khalifah yang keempat ini kegiatan pendidikan banyak mengalami
hambatan dari berbagai pihak yang berbeda-beda kepentingan. Maka menurut penulis
yang terpenting adalah kembali memurnikan ketaatan ‘ikhlas’ semata-mata karena
menjalankan agama, sesuai dengan QS. 98 Al-Bayyinah : 5. Semua peristiwa sejarah
(termasuk pendidikan Islam) yang terjadi pada masa khulafaur rasyidin ini semoga
menjadi pelajaran ‘ibrah’ khususnya bagi umat Islam, sesuai QS. 12 : 111
“ Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. (Alquran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

B. Buah Pikir Yang Lahir Dari Khulafaur rasyidin dan Sejauh mana mereka dekat dengan
keilmuan.
Jika banyak pemimpin dunia yang berasal perkumpulan orang-orang yang tidak
paham seni mengelola negara, maka tinggal tunggu kehancuran yang meluluhlantakkan
seluruh elemen dan sistem kenegaran. Dan Jika seorang pemimpin merupakan orang-
orang yang tidak berpengetahuan luas maka akan hadir kejumudan dalam IPTEK
negara yang menjadi akar ketertinggalan jaman. beberapa ulasan berikut akan
membahas kecakapan khulafaur rasyidin memimpin umat islam serta buah pikir
mereka dalam mengelola negara sekaligus sejauh mana mereka dekat dengan
keilmuan.

a. Abu bakar Ash-shidiq


Periode abu bakar 632-634 m, sangat singkat hanya dua tahun lebih. Namun ia
mampu mengamankan negara baru islam dari perpecahan dan kehancuran, baik di
kalangan sahabat mengenai persoalan pengganti Nabi maupun tekanan-tekanan dari
luar maupun dari dalam.
Setelah terpilih menjadi kholifah, abu bakar menghadapi berbagai tugas dan
persoalan, seperti mengirim kembali utusan usamah ke syam yang telah ditugaskan
Nabi untuk menghadapi bizantium.
Abu bakar menghadapi mereka dengan lugas dan tegas, hanya memberikan dua
alternatif yaitu tunduk tanpa syarat atau diperangi dengan mengirim tentara. Dengan
demikian dalam waktu dua tahun lebih, kholifah dapat menghadapi semua persoalan
dengan hasil yang gilang-gemilang. Dampak positifnya juga tampak bahwa orang
baduwi gurun pasir dan suku-suku lain yang suka berperang sejak zaman jahiliyyah,
yang di satukan nabi diselamatkan oleh abu bakar dari nyarisnya hancur dan terpecah
belah.
Dalam politik abu bakar melakukan hal lain yang sebelumnya tidak di lakukan di
masa nabi saw. Yaitu menugaskan umar ibn khattab sebagai hakim, dan utsman ibn
affan sebagai deputi yang mengurusi kesekretariatan negara bersama zaid ibn tsabit.
Salah satu buah pikir pada masa khalifah abu bakar adalah berhasil membukukan Al-
qur’an. Di samping itu, jasa abu bakar yang mengabadikannya, ialah usulan umar ibn
khattab.
Dalam pola pendidikan, dimasa abu bakar masih seperti masa nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari;
pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah kesehatan dan lain sebagainya.
Masjid pada masa ini masih dijadikan sebagai benteng pertahanan ruhani, tempat
pertemuan, lembaga pendidikan islam, dan lain sebagainya. Selain itu juga ada kuttab,
yakni lembaga pendidikan selain masjid, sebagai lembaga untuk belajar membaca dan
menulis.
b. Umar bin khattab
Pada periode kholifah umar bin khattab (634-644 m), peta islam meluas di timur
sampai perbatasan india dan sebagian asia tengah di barat sampai afrika utara. Setelah
memangku jabatan kekhalifahan, umar melanjutkan kebijakan perang yang telah
dimulai oleh abu bakaruntuk menghadapi tentara sasania maupun bizantium baik di
front timur (Persia), utara (syam), maupun barat (mesir). selama memimpin dalam
kurun waktu sepuluh tahun, ia termasuk pemimpin yang berhasil terutama bagi
kesejahteraan rakyat dan peraturan islam yang semakin kokoh. Dalam
pemerintahannya, ada majlis syuro untuk bermusyawaroh. Tanpa musyawarah,
pemerintahan tidak akan bisa jalan.
Umar membentuk departemen dan membagi daerah kekuasaan islam menjadi 8
propinsi. Setiap propinsi dikepalai oleh wali. Umar juga membentuk kepala distrik
yang disebut amil. Kebijakan yang fenomenal adalah kebijakan ekonomi umar di
sawad (daerah subur). Umar mengeluarkan dekrit bahwa orang arab termasuk tentara
dilarang transaksi jual beli tanah diluar arab. Hal ini memancing reaksi anggota syura’,
namun umar memberi alasan bahwa mutu tentara arab menurun, produksi menurun,
Negara rugi 80% dari pendapatan, dan rakyat akan kehilangan mata pencaharian
(sawah) menyebabkan mereka akan mudah berontak terhadap negara. Khalifah umar
bin khattab menerapkan pajak perdagangan (bea cukai) yang bernama al-ushur. Setelah
ia mendapatkan laporan apabila pedagang arab datang ke bizantium ditarik pajak 10%
dari barang yang dijual, maka melihat efek positifnya, kholifah juga menerapkan sistem
itu bagi para pedagang non-muslim yang memasuki wilayah kekuasaan islam.
Sementara itu bagi dzimmi yang berada di dalam negri dikenakan 5%, sedangkan bagi
orang islam membayar 2,5% dari harga barang dagangan. Disebutkan bahwa umar juga
mengeluarkan beberapa kebijakan yang baru yang tidak terdapat pada masa periode
sebelumnya. Misalnya, demi keamanan menjaga kualitas/mutu tentara arab, produksi
panen yang memadai, menghindari negara dari kerugian pajak 80%, keadilan,
menghindari diskrimansi arab dan non-arab, melarang transaksi bagi arab diluar arab.
Berkitan dengan masalah pendidikan, khalifah umar merupakan pendidik yang
melakukan penyuluhan pendidikan dikota Madinah. Ia juga menetapkan pendidikan di
masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-
tiap daerah yang ditaklukkan itu untuk bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran
islam lainnya. Adapun metode yang dipakai adalah guru duduk di halaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.
c. Utsman bin affan.
Selama pemerintahan utsman dibagi dalam dua periode. Yang pertama, periode
kemajuan. Yang kedua, periode kemunduran sampai terbunuhnya beliau. Periode I
pemerintahan utsman membawa kemajuan luar biasa, berkat jasa para panglima yang
ahli dan berkualitas, dimana peta islam sangat luas dan bendera islam berkibar dari
perbatasan aljazair (barqah dan Tripoli, syprus di front al-maghrib bahkan ada sumber
menyatakan sampai ke tunisia) di al-maghrib. Selain itu, ia berhasil membentuk armada
laut dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah
yang dilancarkan oleh tentara bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam
sejarah islam. Namun periode II kekuasaannya identic dengan huru-hara dan kekacauan
yang luar biasa sampai ia wafat. Pada masa kholifah utsman bin affan, pelaksanaan
pendidikan tidak jauh berbada dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya
melanjutkan yang telah ada. Namun hanya terjadi sedikit perubahan yang mewarnai
pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan rasulullah saw
yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah umar, diberikan
kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat
besar pengaruhnya pada pada pelaksanaan pendidikan di daerah-derah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa utsman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin belajar tentang islam dan dari
segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih
tempat yang strategis untuk memberikan pendidikan pada masyarakat.
d. Ali bin abi thalib
Dalam sejarah para sahabat rasulullah saw, tercatat bahwa, diantara khulafaur
rasyidin, ali bin abi thalib lah yang paling mapan keilmuannya. Jika abu bakar ash-
shiddiq terkenal dengan amalannya yang luar biasa, umar bin khattab terkenal
keberanian dan ketegasannya. Utsman bin affan terkenal dengan sifat santunnya, maka
ali bin abi thalib terkenal akan keilmuannya bahkan di juluki telaganya keilmuan umat
muslim.
Pada masa ali bin abi thalib telah terjadi kekacauan dan pemberontakan sehingga
dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Karena situasi social dan politik saat
itu sedang ricuh-ricuhnya. Hingga bisa memunculkan golongan syi’ah dan khawarij.
Bayangkan kondisi segenting ini tidak dipimpin oleh orang seperti ali bin abi thalib.
Bagaimana ilmunya terejawantahkan dalam seni mengelola negara yang baik.
Mengurangi ketegangan antar madzhab, meredam konflik politik yang berdarah,
hingga merajut ulang benang-benang kusut yang pernah terpola rapi diantara para
sahabat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sisi intelektualisme khulafaur rasyidin dapat kita lihat dari kepemimpinan
mereka dan berbagai persoalan yang mereka hadapi ketika memimpin umat
islam. Corak kepemimpinan mereka dalam urusan kenegaraan berdasarkan
kitab Al-qur’an dan ajaran Nabi saw. Mengutamakan musyawarah dalam
memutuskan berbagai persoalan.
Begitu pula fatwa-fatwa yang lahir pada masa khulafaur rasyidin, tidak
sedikit keilmuwan yang dibawa oleh para kholifah. Bila ditelaah akan ada
begitu banyak ilmu karena pada masa itu lembaga-lembaga pendidikan sudah
mulai berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul. 2007. Sejarah pemikiran dan peradaban islam.
Yogyakarta. Pustaka book publisher.
Kurniawan, syamsul.2011. jejak pemikiran tokoh pendidikan islam.
Yogyakarta. AR-RUZZ media.

Anda mungkin juga menyukai