Anda di halaman 1dari 5

Tugas Hukum Keuangan Negara

Nama: Mada Sabtandhari

NIM: 4301180576

Nomor Absen: 23

Kelas/Prodi: 3-06/D3 KBN 2018

Politeknik Keuangan Negara STAN

Kota Tangerang Selatan

2019
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan

1. Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengurus urusan yang ada di daerah.

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi


dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, desentralisasi


adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Desentralisasi bukan sekedar memindahkan sistem politik dan ekonomi yang lama dari
pusat ke daerah, tetapi pemindahan tersebut harus pula disertai oleh perubahan kultural menuju
arah yang lebih demokratis dan beradab. Melalui desentralisasi diharapkan akan meningkatkan
peluang masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan yang terkait
dengan masalah sosial, politik, ekonomi. Pelaksanaan desentralisasi dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah didanai dari APBD. Dalam urusan
pemerintahannya diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan
sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

Tujuan desentralisasi antara lain:

1. Meminimalisir munculnya rezim totalitarianisme.


2. Meminimalisir munculnya kepemimpinan politik otoriter.
3. Mengembangkan potensi daerah secara tepat dan cepat.
4. Menciptakan pemerintahan yang demokratis.
5. Meningkatkan partisipasi daerah dalam proses demokrasi.
6. Memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di daerah-daerah.
7. Mengembangkan potensi independensi daerah otonom.
8. Mengurangi ketergantungan sumber daya pada pusat.
9. Mendorong terwujudnya daerah-daerah otonom yang masyarakatnya sejahtera.
10. Mendorong upaya pemerataan pembangunan dalam skala nasional.

Salah satu contoh penerapan azas desentralisasi di Indonesia ialah kasus yang terjadi di
Nusa Tenggara Barat. Dalam kasus ini, yang menjadi perhatian khusus adalah desentralisasi
terkait sistem manajemen perikanan. Sebelumnya, pemerintah, dengan menganut kebijakan
sentralisasi, mengatur bahwa setiap perairan berikut sumber dayanya adalah milliki negara dan
diatur oleh negara dengan memanfaatkan pemerintah provinsi, kabupaten hingga desa. Seluruh
keuntungan yang diperoleh nantinya dikelola dan digunakan oleh negara. Setelah penerapan
desentralisasi, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat mengeluarkan Perda No. 15 tahun 2001
tentang sistem manajemen perikanan di daerahnya. Dengan adanya aturan ini, penanggung jawab
perikanan setempat merancang aturan manajemen dan praktek pengelolaan sektor perikanan
dengan berdasarkan pada kearifan lokal dan juga pengetahuan adat untuk mencapai
kesinambungan produk perikanan daerahnya.

Opini yang dapat ditarik ialah pendelegasian wewenang dalam desentralisasi bersifat hak
dalam menciptakan peraturan-peraturan dan keputusan penyelenggaraan lainnya dalam batas-
batas urusan yang telah diserahkan kepada badan-badan otonom itu. Jadi pendelegasian
wewenang dalam desentralisasi berlangsung antara lembaga-lembaga di pusat dengan lembaga-
lembaga otonom di daerah. Desentralisasi memberikan ruang terjadinya penyerahan kewenangan
(urusan) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pengertian desentralisasi di sini hanya
sekitar penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah. Ketegangan atas tarik ulur kewenangan
yang muncul sampai sekarang ini, semuanya mengacu kepada pembagian kekuasaan atau
kewenangan, dan siapa yang paling berwenang mengurus atau mengatur urusan tersebut.

11. Dekonsentrasi

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada aparat pemerintah
pusat yang ada di daerah untuk melaksanakan tugas pemerintah pusat di daerah. dengan kata
lain, dekonsentrasi adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah.

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dekonsentrasi


didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, dekonsentrasi


adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah.

Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam kedudukannya


sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi. Gubernur sebagai kepala daerah
provinsi berfungsi pula selaku wakil Pemerintah di daerah, dalam pengertian untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah
termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan di
daerah kabupaten dan kota. Jadi, penyelenggaraan pemerintah secara dekonsentrasi pada urusan
pemerintahannya dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan
yang didekonsentrasikan.
Contoh penerapan azas dekonsentrasi di Indonesia yaitu pengangkatan gubernur sebagai
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah (di tingkat provinsi) dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerapan asas
dekonsentrasi ini adalah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2001 yang
mengatur tentang pembagian wilayah dan wewenang dari gubernur. Dalam PP ini, disebutkan
bahwa provinsi adalah daerah otonom yang juga merupakan wilayah administrasi dengan
gubernur sebagai kepala daerah otonom sekaligus kepala wilayah administrasi yang juga
merupakan wakil dari pemerintah pusat. Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 37 dan pasal 38,
terdapat tiga tugas gubernur sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, yaitu
melakukan pembinaan dan mengontrol, koordinasi dan penyelenggaraan tugas pembantuan.

12. Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan merupakan penyertaan tugas-tugas atau program-program Pemerintah Pusat


atau Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I yang diberikan untuk turut dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II,
dimana pelaksanaannya dapat tercermin dari adanya konstribusi Pusat atau Propinsi dalam hal
pembiayaan pembangunan, maka besarnya konstribusi tersebut dapat digunakan untuk mengukur
besarnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas


Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.

Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, Tugas


Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau desa atau sebutan lain
dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang
menugaskan.

Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas


penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan
pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian
permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan
pembangunan bagi daerah dan desa. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang dilaksanakan oleh
gubernur dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan didanai dari
APBN. Kegiatan Dekonsentrasi di Daerah dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan oleh
gubernur, sedangkan Kegiatan Tugas Pembantuan di Daerah dilaksanakan oleh SKPD yang
ditetapkan oleh gubernur, bupati, atau walikota.

Ruang lingkup dekonsentrasi dan tugas pembantuan mencakup aspek penyelenggaraan,


pengelolaan dana, pertanggungjawaban dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan,
pemeriksaan, serta sanksi. Pertanggungjawaban dan pelaporan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas. Pemeriksaan atas dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan oleh BPK dan dan pemeriksaan meliputi
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Opini yang dapat ditarik dari yaitu tugas pembantuan adalah tugas melaksanakan
peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi. Daerah tingkat melaksanakan peraturan
perundang-undangan, termasuk yang diperintahkan atau diminta dalam rangka tugas
pembantuan. Tugas pembantuan dapat dijadikan sebagai terminal menuju "penyerahan penuh"
suatu urusan kepala daerah atau tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai persiapan
menuju kepada penyerahan penuh.

Anda mungkin juga menyukai