Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR

SUSPENSI
ALUMUNIUM HIDROKSIDA & MAGNESIUM HIDROKSIDA

PRAKTIKUM KE : III
JUDUL MATERI PRAKTIKUM : Suspensi
TANGGAL PRAKTIKUM : 13 Mei 2015
KELAS / GROUP : A1/1
KETUA :Andreas William (2013210018)
ANGGOTA KELOMPOK :1.Adilah Soraya (2013210002)
2.Adini Puji Lestari (2013210003)
3.Agustin Molga (2013210008)
4.Anggrita Asmara P. (2013210019)
5.Anis Nur Ariyanti (2013210020)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2015
SUSPENSI

I. TUGAS
Membuat suspensi dengan zat aktif Alumunium hidroksida dan Magnesium hidroksida
sebanyak 3 formula dengan 3 konsentrasi suspending agent yang berbeda (Vegum 1%,
2% dan 3%).

II. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi.
2. Mengetahui dan mengamati pengaruh pembasah dan cara pengembangan bahan
pensuspensi yang digunakan.

III. TEORI DASAR


Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawanya. Menurut FI IV, suspensi adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari 2 fase yaitu fase kontinyu atau
fase luar dan fase terdispers atau fase dalam. Fase kontinyu atau fase luar umumnya
merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari
partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam
fase kontinyu.

Alasan pembuatan suspensi oral antara lain:


i. Karena obat-obat tertentu tidak stabil seara kimia bila ada dalam larutan, tetapi stabil
bila disuspensi.
ii. Untuk beberapa pasien, bentuk cair lebih disukai dibanding bentuk padat karena
mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis.
iii. Mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak

Sifat yang diinginkan dalam sediaan suspensi farmasi:


1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat lambat
dan harus rata lagi bila dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi
tetap agak konstan untuk waktu yang lama pada penyimpanan.
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

Suspending agent yang digunakan dalam pembuatan suspensi digolongkan dalam 3


kelompok yaitu:
1. Suspending agent dari alam. Contohnya: PGA, Tragakan, Bentonit, PGS, Vegum.
2. Suspending agent dari bahan sintesis. Contohnya: Tylose, CMC, HPMC.
3. Suspending agent dari bahan organik/polimer. Contohnya: Carbaphol 934.

Syarat-syarat suspensi yang baik, yaitu:


1. Pengendapan perlahan-lahan dan bila dikocok akan homogen kembali.
2. Mempunyai ukuran partikel yang konstan pada jangka waktu lama dan pada
penyimpanan tidak rusak.
3. Mudah dituang dengan segera, untuk itu viskositas tidak boleh terlalu tinggi.

Reologi Suspensi
Suspensi yang ideal akan memberikan viskositas tinggi pada kecepatan aliran
yang rendah dan pada penyimpanan partikel-partikel yang tersuspensi akan mengendap
sangat perlahan, pada kecepatan aliran tinggi, misalnya dengan adanya pengocokan pada
sediaan suspensi maka viskositas akan menurun dan produk dapat dihitung dari
bobotnya.
Reologi adalah ilmu tentang sifat aliran dari bahan atau sistem bahan. Sedangkan
viskositas adalah suatu besaran yang tergantung dari perbandingan tegangan geser
kecepatan difermasi dinyatakan sebagai kekentalan struktur atau tubuh.

Penggolongan Sifat Aliran:


1. Sifat aliran newton (kekentalan ideal)
Viskositas ini memiliki suatu koefisien konstan, yang tidak tergantung dalam jumlah
absolut tegangan geser yang terdapat atau dari turunnya geseran yang berkuasa.
2. Sifat aliran bukan newton (kekentalan struktur)
Viskositas ini memiliki suatu ketergantungan yang lebih atau kurang tampak dari
parameter D dan T.
Menurut jenis alirannya dapat dibedakan:
1. Pseudoplastis
Pada bekerjanya gaya geser yang lebih tinggi, aliran yang mula-mula terhambat
(bagian kurva konveks) beralih menjadi sikap aliran ideal atau hampir ideal
viskositas turun dengan menaikkan kebutuhan geser, sistem tersebut menjadi lebih
cair.
2. Dilatan
Mekanisme alirannya selama dalam keadaan diam partikel-partikel bahan padat
dikelilingi oleh suatu selubung solvat, melalui kerja gesekan terjadi suatu
pengurangan atau kehilangan selubung cairan yang meluncur sehingga partikel lebih
padat dan diikuti kenaikan viskositas.
3. Plastis
Dinyatakan sebagai eksistensi suatu batas aliran yang mempunyai sistem yang
elastis.Jika aliran berlangsung kekentalan ideal disebut tubuh bingham atau tubuh
plastis ideal.Jika aliran berlangsung kekentalan struktur disebut tubuh casson atau
tubuh plastik tak ideal.
4. Tiksotropik
Diartikan isoterm sehingga menyebabkan penurunan viskositas bolak-balik.
Contohnya: salep, sifat aliran ini berkaitan pada eksistensi suatu struktur perendah
bagian dalam.

Faktor yang mempengaruhi suspensi yaitu viskositas atau kecepatan mengendapnya


partikel yang terdapat dalam hukum “Stokes”:
d 2 (ρ1  ρ 2 )g
V=
18
Bahan suspensi dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Alam: acacia (gom arab), chondrus, tragakan, tanah liat.
2. Sintesis :Derivat selulosa: metil selulosa, CMC, HPMC.
Golongan organik polimer: carbophol 934.
IV. DATA PRAFORMULASI
A. Zat aktif
1. Aluminium Hidroksida (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 83, Drug Information
2010 hal.2919, Martindale ed. 36 hal 1706)
- RM : Al(OH)3
- Pemerian : Serbuk amorf, putih, tidakberbau, tidakberasa
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida
- pH : 5,5 – 8,5
- Stabilitas : Suspensi Al(OH)3 tidak boleh di simpan di lemaries
- Kegunaan : Antasida
- Dosis : 200 mg / 5ml
- Efek samping : Sembelit (konstipasi)
- Inkompatibel : Garam besi , asam , kalsium karbonat , natrium karbonat,
garam magnesium dan garam alumunium
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Magnesium hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 83, Drug Information


2010 hal 2920)
- RM : Mg (OH)2
- BM : 58.32
- Pemerian : Serbuk putih, ruah
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
asam encer. Magnesium hidroksida praktis tidak larut dan
tidak efektif sebelum bereaksi dengan HCl membentuk MgCl2
- pH : 10,5
- Stabilitas : Stabil dibawah kondisi biasa. Menstabilkan karakteristik yang
cenderung untuk menetralkan asam dan asap beracun.
- Efek samping : Pencahar (diare)
- Dosis : 200 mg / 5 ml
- Inkompatibel : HCl
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
B. Zat tambahan
1. Vegum (P.Excipient hal 269)
- Sinonim : Magnesium Aluminium Silikat
- Pemerian : Kristal, seperti tanah liat berbau seperti cat cream, berwarna
abu-abu.
- Kelarutan : Praktis tidak larut dalam alkohol, air dan pelarut organik.
- Kegunaan : Adsorben, Penstabil, suspending agent oral, suspending agent
topikal, peningkat viskositas.
- Konsentrasi : 10-50% sebagai adsorben, 0,5-2,5% sebagai penstabil,
0,5-2,5% sebagai suspending agent oral, 1-10% sebagai
suspending agent topikal, 2-10% sebagai peningkat viskositas
- Stabilitas : Stabil pada tempat kering dan sejuk.
- OTT : Tidak stabil pada pH dibawah 3,5 , suspensi bentonit retain.
- Penyimpanan : Wadah tertutup baik.

2. Natrium benzoat (Martindale hal.680, Handbook of pharmaceutical Excipients 6th


p.627, Farmakope Indonesia edisi IV hal.584)
- RM : C7H5NaO2
- BM : 144,11
- Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau praktis
tidak berbau, stabil di udara.
- Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90 %.
- Kegunaan : Pengawet
- Konsentrasi : 0,1 % - 0,5 %
- pH : 8,0; untuk antibakteri 2-5
- Berat jenis : 1,497-1,527g/cm3
- Inkompatibilitas: Pencampuran kuartener, gelatin, garam ferri, garam kalsium
dan garam-garam logam berat termasuk perak dan raksa.
- Stabilitas : Stabil dengan sterilisasi oleh otoklaf
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Gliserin (Faramakope Indonesia Ed. IV hal. 413, Excipients 2nd Hal 283)
- RM : C3H8O3
- Rumus struktur:

OH OH OH
- BM : 92,09
- Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak),
higroskopis, netral terhadap lakmus.
- Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak
menguap.
- Khasiat : Pengawet, wetting agent
- Inkompatibilitas : Dapat meledak dengan bahan pengoksida kuat, beruah warna
menjadi hitam dengan adanya ZnO, bismut.
- Konsentrasi : - Pengawet : lebih dari 20%
- Solvent : ≤ 50 %
- Stabilitas : Campurannya dengan air, etanol, dan propilen glikol dapat
stabil secara kimia. Besifat higroskopis. Tedekompossi saat
terjadi pemanasan, mengkristal jika disimpan pada temperatur
rendah.
- Penyimpanan : Ditempat sejuk dan kering dalam wadah tertutup rapat.

4. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi IV hal. 112, Handbook of pharmaceutical


Excipients 6th p.766)
- RM : H2O
- BM : 18,02
- Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
- pH : 5.0-7.0
- Kegunaan : Bahan pelarut
- Stabilitas : Stabil dalam semua bentuk fisik/fisika
- Inkompatibilitas: Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainya yang mudah terhidrolisis
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
5. Oleum Peppermint (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 630)
- Bobot Jenis : 0.896 – 0,908 g/Ml
- Pemerian : Cairan tidak berwarna/luning pucat, bau khas kuat menusuk,
rasa pedas diikuti rasa khas dingin jika udara dari mulut.
- Kelarutan : Dalam etanol 70% satu bagian volume dilarutkan dalam 3
bagian volume etanol 70% tidak terjadi opalesen.
- Kegunaan : Zat tambahan, karminativum dan corrigen odoris.
- Konsentrasi : 0,05 – 0,2 %
- Inkompabilitas : Tidak bercampur dengan kloralhidrat, fenol, timol, camphora
- Penyimpanan : Wadah tertutup rapat

V. ALAT DAN BAHAN


Alat : 1. Mortir dan stamper Bahan : 1. Aluminium hidroksida
2. Viscometer brookfield 2. Magnesium hidroksida
3. Botol coklat 60 ml 3. Na CMC
4. Beaker glass 4. Gliserin
5. Gelas ukur 5. Natrium benzoat
6. Cawan penguap 6. Essence Strawberry
7. Pipet tetes 7. Eritrosin
8. Sudip 8. Aquadest
9. Sendok tanduk & spatula
10. Kertas Perkamen

VI. FORMULA
Bahan Formula I Formula II Formula III
Al(OH)3 200 mg / 5 ml 200 mg / 5 ml 200 mg / 5 ml
Mg(OH)2 200 mg / 5 ml 200 mg / 5 ml 200 mg / 5 ml
Vegum 1% 2% 3%
Na.Benzoat 0,05 % 0,05 % 0,05 %
Gliserin 10 % 10 % 10 %
Peppermint oil 0,1 % 0,1 % 0,1 %
Aquadest Ad 400 ml Ad 400 ml Ad 400 ml
VII. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Perhitungan
 Formula I
1. Al(OH)3 = 200mg/5ml x 400 ml = 16 g
2. Mg(OH)2 = 300mg/5ml x 400 ml = 16 g
3. Vegum =1% x 400 ml =4g
4. Air untuk vegum =4g x 20 = 80 ml
5. Na.Benzoat = 0,05 % x 400 ml = 0,2 g
6. Gliserin = 10 % x 400 ml = 40 g
7. Peppermint oil = 0,1 % x 400 ml = 0,4 g
8. Aquadest = 400 ml – (16 g + 16 g + 4 g + 80 ml + 0,2 g + 40 g + 0,4 g)
= 243,4 ml

 Formula II
1. Al(OH)3 = 200mg/5ml x 400 ml = 16 g
2. Mg(OH)2 = 300mg/5ml x 400 ml = 16 g
3. Vegum =2% x 400 ml =8g
4. Air untuk vegum =8g x 20 = 160 ml
5. Na.Benzoat = 0,05 % x 400 ml = 0,2 g
6. Gliserin = 10 % x 400 ml = 40 g
7. Peppermint oil = 0,1 % x 400 ml = 0,4 g
8. Aquadest = 400 ml – (16 g + 16 g + 8 g + 160 ml + 0,2 g + 40 g + 0,4 g)
= 159, 4 ml
 Formula III
1. Al(OH)3 = 200mg/5ml x 400 ml = 16 g
2. Mg(OH)2 = 300mg/5ml x 400 ml = 16 g
3. Vegum =3% x 400 ml = 12 g
4. Air untuk vegum = 12 g x 20 = 240 ml
5. Na.Benzoat = 0,05 % x 400 ml = 0,2 g
6. Gliserin = 10 % x 400 ml = 40 g
7. Peppermint oil = 0,1 % x 400 ml = 0,4 g
8. Aquadest = 400 ml – (16 g + 16 g + 12 g + 240 ml + 0,2 g + 40 g + 0,4 g)
= 75,4 ml
Penimbangan
Formula I Formula II Formula III
Bahan
Teoritis Praktek Teoritis Praktek Teoritis Praktek
Al(OH)3 16 g 16,02 g 16 g 16,03 g 16 g 16,02 g
Mg(OH)2 16 g 16,01 g 16 g 16,02 g 16 g 16,02 g
Vegum 4g 4,0 g 8g 8,01 g 12 g 12,01 g
Air untuk vegum 80 ml 80 ml 160 ml 160 ml 240 ml 240 ml
Na.Benzoat 0,2 g 0,22 g 0,2 g 0,22 g 0,2 g 0,22 g
Gliserin 40 g 40,01 g 40 g 40,01 g 40 g 40,02 g
Peppermint oil 0,4 g 0,43 g 0,4 g 0,41 g 0,4 g 0,41 g
Aquadest 243,4 ml 244ml 159,4 ml 160 ml 75,4 ml 76 ml

VIII. CARA KERJA


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilakukan kalibrasi bolol 60 ml
3. Vegum dikembangkan dengan aquadest panas 20 kalinya dalam beaker glass (24 jam
sebelumnya) (M1)
4. Digerus halus Al(OH)3 dalam lumpang kemudian tambahkan Mg(OH)2, gerus ad
halus dan homogen (M2)
5. Dimasukkan M1 kedalam M2, gerus ad terdispersi. Kemudian tambahkan gliserin dan
homogenkan ad tersuspensi
6. Ditambahkan Na. Benzoat yang sudah dilarutkan dengan aquadest, homogenkan ad
tersuspensi
7. Ditambahkan peppermint oil homogenkan ad tersuspensi
8. Ditambahkan sisa air ad 300 ml.
9. Dimasukkan suspensi ke dalam botol 60 ml yang telah dikalibrasi untuk diserahkan
10. Diberi etiket, brosur dan kemas lalu serahkan
11. Sisanya digunakan untuk uji evaluasi volume sedimentasi dan uji viskositas

IX. EVALUASI dan PEMBAHASAN


A. Evaluasi
1. Volume Sedimentasi
Cara : Suspensi dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi 25 ml lalu diamati
kestabilannya
Vu
- F=
Vo

- F = tinggi sedimentasi
- Vu = volume sedimentasi akhir
- Vo = volume sedimentasi mula-mula

Formula I Formula II Formula III


Hari V0 Vu V0 Vu V0 Vu
F F F
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
0 25 25 1 25 25 1 25 25 1
1 25 25 1 25 25 1 25 25 1
2 25 25 1 25 25 1 25 25 1
3 25 24,5 0,98 25 25 1 25 25 1
4 25 24,5 0,98 25 25 1 25 25 1

2. Viskositas dan Sifat Alir


Cara : - Suspensi dimasukkan ke dalam tabung atau gelas viskositas untuk diuji
viskositasnya
- Spindel dipasang dan ditentukan ukurannya, kemudian dicelupkan ke
dalam tabung uji viskositas
- Tentukan RPM, nyalakan alat dan catat skala yang didapat
Alat : Viskometer Brookfield tipe LV KV : 673,7 dyne/cm
Viskositas : faktor x skala Gaya (F) : skala x KV

 Formula 1

Spindel RPM Skala Faktor η (cps) F (dyne/cm)


0,6 30 500 15000 20211
1,5 34,5 200 6900 23242,65
2 3 42 100 4200 28295,4
1,5 35 200 7000 23579,5
0,6 29,5 500 14750 19874,15
 Formula 2

Spindel RPM Skala Faktor η (cps) F (dyne/cm)


1,5 14 800 11200 9431,8
3 16 400 6400 10779,2
3 6 17,5 200 3500 11789,75
3 16,5 400 6600 11116,05
1,5 14,5 800 11600 9768,65

 Formula 3

Spindel RPM Skala Faktor η (cps) F (dyne/cm)


1,5 23 800 18400 15495,1
3 25 400 10000 16842,5
3 6 27 200 5400 18189,9
3 24,5 400 9800 16505,65
1,5 22 800 17600 14821,4

B. Pembahasan
1. Pada pembuatan suspensi Alumunium hidroksida dan Magnesium hidroksida
tidak memerlukan wetting agent karena mudah dibasahi dan terdapat gugus
hidroksil tetapi tidak dapat larut.
2. Pada pembuatan suspensi diperlukan suspending agent, yaitu sebagai zat
pensuspensi. Pada formula ini suspending agentnya adalah Vegum yang
merupakan suspending agent dari alam.
3. Pada pembuatan suspensi ini digunakan pengawet, yaitu Na.benzoat. hal ini
disebabkan karena suspensi tersebut mengandung air yang merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme.
4. Sifat alir yang ideal untuk suspensi adalah aliran non newton tipe tiksotropik
karena cairan yang bersifat tiksotropik jika dikocok maka viskositas akan
menurun sehingga mudah dituang, pada saat pendiaman viskositas akan naik
yang menjamin kestabilan suspensi tersebut
5. Dari hasil evaluasi sedimentasi terlihat formula II dan formula III didapatkan
hasil yang stabil ditandai dengan nilai tinggi sedimentasi I, sedangkan pada
formula I hasilnya didapatkan pada hari ketiga sedíaan menjadi tidak stabil.
Hal ini kemungkinan dikarenakan terjadinya kesalahan sewaktu pencampuran
atau sewaktu menghomogenkan sediaan kurang homogen.
6. Pada praktikum ini dibuat 3 formula dengan perbedaan penggunaan vegum.
Pada formula I menggunakan vegum dengan konsetrasi 1%, formula II dengan
konsentrasi 2 % dan formula III dengan konsentrasi 3 %. Pada hasil
pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan vegum dalam sediaan ini tidak
memiliki pengaruh dalam evaluasi sedimentasi karena formula II dan formula
III stabil. Demikian pula seharusnya dengan formula I, kemungkinan terdapat
kesalahan dalam pengerjaan sehingga didapatkan sediaan yang kurang stabil.

X. KEMASAN
Terlampir

XI. KESIMPULAN dan SARAN


A. Kesimpulan
1. Uji sedimentasi :
Formula II dan formula III tetap stabil, sedangkan formula I terbentuk sedimen
pada hari ketiga. Formula terbaik dari hasil percobaan ini adalah formula II dan
formula II karena tidak terbentuk sedimen.
2. Uji viskositas :
Formula 1, 2 dan 3 memiliki sifat alir tiksotropik.
B. Saran
Penggunaan vegum dapat membuat kekentalan cairan akan bertambah sehingga
stabilitas suspensi menjadi lebih baik.

XII. DAFTAR PUSTAKA


1. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, Edisi III,
Jakarta, 1979.
3. Diktat Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Semi Padat dan Cair, 2015, Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi
dan Terapi, Edisi V, Jakarta.
5. American Hospital Formulary Services Drug Information, 1998.
6. Martindale, 1996, The Extra Pharmacopeia Evaluated Information on The World
Drugs and Medicine edisi 31,London : The Pharmaceutical Press
7. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Weller, P. J., 2009, Handbook Of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition, London : The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai