Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI BARAT

ARTIKEL

Disusun guna menyelesaikan tugas Metodologi Studi Islam

Dosen : Miftahul Huda, M.Ag.

Disusun Oleh

Sigiet Asabatul Fuad ( 2617089 )

KELAS C

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PEKALONGAN

2019
PENDAHULUAN

Islamic Studies (studi Islam), mengandung beberapa unsur yang berkaitan


dengan ajaran atau nilai Islam secara dogmatis dan aplikatif, bermanfaat untuk menilai
tata nilai Islam dan merefleksikan nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Studi
tentang nilai-nilai keIslaman, akan melahirkan kritik mendalam tentang Islam sebagai
ajaran yang diberikan Allah SWT, kepada hambaNya untuk memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat.

Dari kritik tersebut mendorong tumbuhnya kesadaran dan keyakinan mengenai


kebenaran mengenai kebenaran Islam. Dalam aspek perilaku umat, Islam yang
diasumsikan sebagai cerminan nilai Islam dalam tatanan sosial keagamaan, studi Islam
melahirkan keragaman perilaku keagamaan yang sangat khas dan penuh makna. Yang
mana perilaku umat Islam dapat dikonfrontasikan dengan nilai-nilai dan sumber ajaran
Islam.

Agama dalam eksistensinya mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan


masyarakat. Realitas dan kondisi ini menimbulkan banyaknya penelitian ilmiah yang
tertarik melakukan penelitian tentang agama, salah satunya studi Islam. Secara umum
studi Islam bertujuan untuk menggali kembali dasar dan pokok ajaran Islam
sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an, sumber ini bersifat
universal dan dinamis untuk dihadapkan dengan budaya dan dunia modern agar mampu
memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Sejarah perkembangan studi Islam di kalangan ilmuan muslimdari masa ke masa ada
banyak sekali kisah atau hal yang dapat dipelajari bahkan pendekatan pendekatan dan
metode metode nya bisa juga diterapkan dalam era modern seperti di zaman sekarang
ini.

Bahkan sejarah perkembangan studi Islam ini merupakan bidang studi yang
banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun non
sarjana.Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian
perkembangan studi tersebut. Seperti halnya perkembangan, pendekatan, cara maupun
hal hal yang lain dalam studi Islam. Maka dalam bab ini, akan dibahas tentang
pertumbuhan dan perkembangan studi Islam, termasuk di Indonesia.1

1
Mohammad Arif. Studi Islam dalam Dinamika Global (Kediri: STAIN Kediri Press,2017),
hlm. 1-2.
PEMBAHASAN

Studi islam atau bisa di sebut juga Islamic studies, secara sederhana dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari suatu hal yang bersangkutan dengan agama
Islam. Dengan perkataan lain sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau suatu hal yang
bersangkutan dengan agama Islam, baik yang bersangkutan dengan ajaran, sejarah,
maupun praktek serta pelaksanaannya secara nyata di dalam kehidupan dan sepanjang
sejarahnya. Sedangkan diluar umat islam, studi bertujuan untuk mempelajari lebih
mendalam lagi tentang agama dan praktek keagamaan yang dijalankan oleh umat islam
semata-mata sebagai ilmu pengetahuan.2

Kata studi islam di dunia barat disebut juga dengan Islamic Studies, sedangkan
didunia islam disebutkan juga dengan kata Dirasah Islamiyah. Kemudian, ilmu filsafat
maupun politik sekarang ini sedang gencar-gencarnya untuk mendalami wilayah
Islamic Studies. Studi islam, sedangkan di Chicago University menyajikan tentang
bagaimana sejaranya islam, bagaimana menterjemahkan buku-buku bahasa arab dan
bagaimana kajian islam dipantau maupun diawasi.3

Dalam proses kajian akademis ini ditemukan bahwa Islam selama ini kurang
mendapatkan perhatian dari para sarjana Barat bahkan cenderung diisolasikan dalam
kesejarahan agama Kristen saja. Kajian tentang Islam pun masih cenderung pada ranah
Islam sebagai agama saja, belum menyentuh ranah peradabannya, sehingga kajiannya
lebih difokuskan pada kesejarahan dan teks-teks yang dimilikinya. Parahnya, kajian
inipun masih cenderung terjebak pada kepentingan ideologis Barat saat itu.

2
Dedi Wahyudi Rahayu. Islam dan Dialog Antar Kebudayaan(Studi Dinamika Islam di
Dunia Barat). Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya. Vol.1,No.2, 2017. Hlm. 267.
3
Imam Mawardi. Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat
Formulasi Model Diskursus Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Fakultas Agama Islam. Vol.9,
No.2, 2014. Hlm. 124.
Proses selanjutnya, ketika analisis sosial dan humaniora semakin tajam,
kondisi-kondisi di atas mulai dikritik dan diperbaiki. Islam mulai dilihat sebagai agama
dan peradaban. Islam tidak lagi hanya dilihat sebatas sejarah dan teks namun juga
keseluruhan kompleksitas sosial dan budaya yang meliputi pengikutnya. Posisinya
sebagai objek kajian pun menjadi setara dengan agama lain semacam agama Kristen.
Kondisi ini ikut mengembangkan perangkat analisis dan pendekatan terhadap Islam
terutama oleh ilmu-ilmu sosial dan humaniora sehingga Islam semakin aktual dan lebih
diapresiasi.4 Demikianlah gambaran ringkas studi Islam di Barat yang akan diuraikan
pada tulisan berikut ini.

A. Kajian Islam di Barat


Kajian keIslaman juga tumbuh di kalangan masyarakat akademik Barat. Kajian
keIslaman mulai diminati di Barat setidaknya sejak abad ke-19, yaitu ketika para
sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, dan khususnya dunia Islam.
Memang, pada mulanya, kajian Islam di Barat dipelopori oleh para ahli ke-timur-
an (orientalisme). Orientalis adalah kata serapan dari bahasa Perancis yang asal
katanya adalah orient yang berarti "Timur". Secara geografis, kata ini dapat
diartikan "dunia Timur" dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa di timur. Kata
orient itu telah memasuki berbagai bahasa di Eropa, termasuk bahasa Inggris.
Oriental adalah sebuah kata sifat yang bermakna; hal-hal yang bersifat timur, yang
teramat luas ruang lingkupnya.5 Selain itu, Edward W. Said memahami orientalis
sebagai suatu cara untuk memahami dunia Timur, berdasarkan tempatnya yang
khusus menurut pengalaman orang Barat Eropa.6 Bahkan kalau ditarik lebih jauh
lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat Islam telah mulai sejak abad ke-13,
ketika sebuah universitas di Perancis secara gencar mempelajari karya-karya

4
M. Rusydi. Dinamika Studi Islam di Barat. Jurnal Studi Insania. Vol.4, No.1. 2016. Hlm.57.
5
M. Rusydi. Dinamika Studi Islam di Barat. Jurnal Studi Insania. Vol.4, No.1. 2016. Hlm.58.
6
Edward W Said, Orientalisme, terj. Asep Hikmah (Bandung : Pustaka, 1996). Hlm.3
sarjana Islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal Universitas Paris Sorbonne ini,
secara intensif mengkaji karya-karya para filsuf muslim, seperti Ibn Sinā, al-Farabī,
dan Ibn Rusyd. Bahkan, pemikiran-pemikiran Ibn Rusyd sangat digandrungi,
sehingga kemudian mereka membentuk sebuah kelompok studi yang kelak disebut
sebagai “Averoisme”.
Kajian keIslaman pada pada waktu itu berbeda dengan kajian keIslaman di
masa modern sekarang ini. Dulu, kajian-kajian keIslaman di Barat lebih terfokus,
terutama, pada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Karenanya, yang dipelajari
oleh akademi Barat pada awal-awal Renaissance (zaman pembaruan di Eropa)
adalah karya-karya para filsuf dan saintis muslim. Karya Ibn Sinā, al–Qānūn fī al–
Tibb, misalnya, menjadi rujukan paling penting ilmu kedokteran di Eropa selama
lebih dari tiga abad. Begitu juga buku penting Ibn Rusyd, Faṣl al–Maqāl, menjadi
rujukan kaum tercerahkan di Eropa, untuk menghadapi dominasi “institusi Gereja”.
Studi yang mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran Islam seperti sejarah,
hukum, teologi, qur’an, hadits, tasawuf, bahasa, politik, kebudayaan dan pemikiran.
Di antara mereka ada yang mengkaji Islam meliputi seluruh aspek tadi, ada juga
yang hanya meneliti satu aspek saja. Philiph K. Hitti, H. A. R. Gibb, dan
Montgomery Watt banyak menfokuskan pengkajian pada aspek sejarah Islam.
Sementara Joseph Schact pada kajian hukum Islam, David Power pada kajian
Qur’an, dan A. J. Arberry pada aspek tasawuf.
Sebagai contoh David Power pernah melakukan penelitian mendalam terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an sehingga memunculkan kesimpulan Al-Qur’an tidak
sempurna antara lain karena tidak adil membagi waris antara laki-laki dan
perempuan. Josep Schacht pernah meneliti masalah hadits sedemikian rupa
sehingga pembaca bisa tergiring ke kesimpulan bahwa hadits tidak layak menjadi
sumber hukum Islam.7

7
Mohammad Arif. Studi Islam dalam Dinamika Global (Kediri: STAIN Kediri Press,2017),
hlm. 25-27.
B. Model Pendekatan Kajian Islam di Barat
Pertama, mereka menggunakan metode ilmu-ilmu yang masuk dalam
kelompok humaniora (humanities), seperti filsafat, filologi, ilmu bahasa, dan
sejarah. Ajaran Islam berupa karya para pemikir yang sudah termuat dalam teks-
teks dijadikan sasaran penelitian dengan pendekatan yang biasa diterapkan dalam
disiplin-disiplin kelompok humaniora. Bermula dari pendekatan filologi kemudian
dengan pendekatan sejarah yang sangat menonjol, kajian hukum Islam juga
dilakukan dengan pendekatan sejarah pemikiran hukum, seperti halnya yang
dilakukan Joseph Schacht. Sementara John Wansbrough dan muridnya Andrew
Rippin dalam karyanya tentang studi Al-Qur’an berangkat dari kajian kritik bahasa
atau literary analysis.
Kedua, mereka menggunakan metode dalam disiplin teologi, studi Bibel, dan
sejarah gereja, di mana pendidikan formalnya diperoleh dari Divinity Schools.
Dalam disiplin itulah mereka menjadikan Islam sebagai lapangan penelitiannya.
Para sarjana dalam bidang ini mendapatkan pendidikan dari fakultas atau sekolah
jenis ini. Justru model inilah yang banyak dipraktikkan sebelum 1960-an, yakni
pada waktu area studies mengenai Timur Tengah, Timur Dekat, dan Asia Tenggara
belum terwujud. Oleh karena itu sering dijumpai orientalis yang juga sekaligus
pastur, pendeta, uskup, atau setidaknya misionaris.
Ketiga, menggunakan metode ilmu-ilmu sosial (sosial sciences), seperti
sosiologi, antropologi, politik, dan psikologi, meskipun disiplin-disiplin ini ada
yang mengelompokkan ke dalam humaniora. Mengenai metodologi penelitiannya,
mereka menggunakan metodologi yang biasa dipergunakan dalam disiplin ilmu-
ilmu sosial, seperti yang dilukakan oleh Leonard Binder sebagai seorang ahli
politik dan Clifford Geertz sebagai antropolog.
Keempat, menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan, pusat-
pusat, atau hanya committee, untuk area studies, seperti Middle Eastern Studies,
Near Eastern Languages and Civilizations, dan South Asian Studies. Dengan
demikian seseorang bisa mendapat predikat ahli dalam bidang Islam atau
keIslaman setelah mendapat training di salah satu dari tempat, sekolah, jurusan,
pusat studi yang bertanggungjawab untuk menyediakan atau melakukan kajian
tersebut. Pendekatan yang dipakai sesuai dengan sasaran penelitiannya, sehingga
kembali pada model-model pendekatan yang dilakukan oleh disiplindisiplin
tersebut di atas. Wadah area studies ini cenderung menonjol untuk Kajian Islam di
Barat.8
C. Studi Islam di Negara Barat
Secara historis, menurut Jean Jacques Waardenburg, Islamic Studies pada
paruh pertama abad ke-20 menjadi bidang studi yang mantap dalam penelitian dan
pengajaran di Eropa dan Amerika Utara. Secara luas berlanjut sepanjang waktu
sampai ia disebarluaskan pada mayoritas universitas sejak akhir abad ke-19.
Islamic Studies dikombinasikan dengan studi tentang Arab, yang berkembang di
Eropa pada abad ke-16 dan dengan studi tentang Persi, Ottoman, Turki Modern.
Menurut Waarderburg, Islamic Studies menghadapi problem metodologis yang
justru muncul karena faktor-faktor ideologi dan politik.9
Kajian tentang keIslaman di Barat sudah ada sejak abad ke-19, yaitu ketika para
sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Pada
waktu itu kajian keIslaman berbeda dengan kajian keIslaman pada masa modern.
Dulu, kajian-kajian keIslaman di Barat lebih terfokus pada bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan.
Perbedan mendasar tradisi kajian Islam di dunia Timur dan di Barat terletak
pada pendekatan yang digunakan. Di Timur, pendekatan lebih berorientasi pada
penguasaan substansi materi dan penguasaan atas khazanah keIslaman klasik.
Adapun keIslaman di Barat, kajiannya lebih berorientasi pada Islam sebagai realitas

8
Yusuf Dalhat. Introduction to Research Methodology in Islamic Studies. Journal of Islamic
Studies and Culture. Vol.3, No.2. 2015. Hlm. 150.
9
Islamic Studies in the West. dalam http://www.assyaukanie.com/interviews/ Islamic-studies-
di-barat. diakses 11 Desember 2019 pukul 21.34.
atau fenomena sosial, yakni Islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu.
Islam dikaji dan dipelajari hanyalah sebatas Islam sebagai ilmu pengetahuan.
Studi tentang keIslaman di Barat berangkat pada paradigma berpikir bahwa
Islam adalah agama yang bisa diteliti dari sudut mana saja dan dengan kebebasan
sedemikian rupa. Studi yang mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran Islam,
seperti sejarah, hukum, teologi, Al-Qur’an, haditst, tasawuf, bahasa, politik,
kebudayaan dan pemikiran.
Studi Islam di negara-negara Barat diselenggarakan di beberapa negara, antara
lain sebagai berikut : 10

1. Kanada
Kajian Islam di Kanada pertama kali dilakukan di McGill University
dengan tokoh utamanya Wilfred Cantwell Smith. Gagasan utama dibukanya
kajian ini adalah banyaknya konflik yang ditimbulkan oleh isu agama. Hal ini
menggugah Smith untuk membuka pusat kajian agar para sarjana Barat tahu
secara benar tentang Islam dan sekaligus untuk mengurangi adanya
kesalahpahaman di antara meraka. Di Kanada, studi Islam bertujuan untuk
menekuni kajian budaya atau peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad
SAW hingga masa kontemporer, untuk memahami ajaran Islam dan masyarakat
muslim diseluruh dunia dan untuk mempelajari beberapa bahasa muslim.
2. Amerika Serikat
Studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi
sejarah Islam, bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial
yang berada di pusat studi Timur Tengah.
3. Inggris

10
Mohammad Arif. Studi Islam dalam Dinamika Global (Kediri: STAIN Kediri Press,2017),
hlm. 30-32.
Studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies
(Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa
dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Salah satu program studinya adalah
program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan ke
jenjang doktor.
4. Belanda
Salah satu ilmuwan di sana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda
sampai setelah Perang Dunia II, masih merupakan refleksi dari akar anggapan
bahwa Islam bermusuhan dengan Kristen dan pandangan Islam sebagai agama
tidak patut dianut.
5. Jerman
Studi Islam difokuskan pada kajian-kajian tentang bahasa, budaya dan
agama yang lebih dikenal dengan Seminar Orientalis. Tokoh yang berpengaruh
dalam kajian Islam pada generasi pertama adalah Theodore Noldeke, Julius
Wellhausen dan Ignaz yang masing-masing dikenal karena penelitian mereka
tentang Al-Qur’an, awal sejarah Islam dan perkembangan internal agama dan
budaya Islam.
6. Australia
Studi Islam dilakukan oleh sebagian orang Indonesia yang bertujuan
untuk mengamalkan Islam. Kajian ini dilakukan di lingkungan mahasiswa
muslim Indonesia yang belajar di berbagai Universitas. Beberapa mahasiswa
juga menghadiri pengajian yang diadakan Islam Study Group yang pada
umumnya berbentuk tafsir Qur’an. Mereka juga aktif menghadiri pertemuan
kelompok muslim yang dikenal dengan sebutan jama’ah tabligh.
PENUTUP

Pesatnya perkembangan studi Islam di Barat di atas tentunya menjadi bahan


refleksi yang berharga bagi perkembangan keilmuan Islam di tempat kita masing-
masing, apalagi kita sebagai muslim-lah yang lebih intensif “bergaul” dan beraktivitas
dengan keislaman itu sendiri.

Upaya untuk menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta
tentunya meniscayakan penelitian-penelitian intensif dengan perangkat yang tepat
sehingga mampu mengaktualisasi nilai-nilai kosmopolit Islam tersebut. Dan mungkin
saja perangkat ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang ditawarkan dalam perkembangan
Barat di atas bisa membantu untuk memajukan peradaban islam sehingga dapat
mengikuti perkembangan zaman ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mohammad. Studi Islam dalam Dinamika Global. Kediri: STAIN Kediri Press,
2017.

Dahlat, Yusuf. "Introduction to Research Methodology in Islamic Studies." Journal of


Islamic Studies and Culture, 2015: Vol.3, No.2.

Mawardi, Imam. "Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan
Barat Formulasi Model Diskursus Pendidikan Islam di Indonesia." Jurnal
Fakultas Agama Islam, 2014: Vol.9, No.2.

Nasution, Harun. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan, 1995.

Said, Edward W. Orientalisme. terj. Asep Hikmah. Bandung: Pustaka, 1996.

Wahydu Rahayu, Dedi. "Islam dan Dialog Antar Kebudayaan(Studi Dinamika Islam
di Dunia Barat)." Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, 2015: Vol.1, No.2.

Anda mungkin juga menyukai