STABILITAS OBAT
OLEH KELOMPOK II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi
kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan.
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro
suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan
terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-
alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan
rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu
ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua
molekul bertabrakan dalam tabung reaksi.
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah
labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-
masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan.
Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban,
dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan.
Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah
kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara
sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu
sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar
dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional
ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya.
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi
penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau
basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi
tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. Kestabilan dari
suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi
suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai
ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan dalam jangka waktu
yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat
tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena
itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan bahan-
bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan
suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum
memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. Kestabilan suatu sediaan
farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati
perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi.
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang
yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Kestabilan dan tak tercampurkan.
Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan obat
melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan
bentuk fisik dan kima yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
Disolusi
Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya obat
dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular. Proses absorpsi,
distribusi, dan eliminasi. Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat
ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh, dan laju pengeluaran obat
setalah proses ditribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan
dalam organ tubuh, dan melalui jalur-jalur pelepasan. Kerja obat pada tingkat
molekular obat. Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap
timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju. Kecepatan dekomposisi
obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu atau lebih reaktan dan
ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke satu
dinyatakan sebagai harga resiprok dari detik, menit, dan jam. Kecepatan
terurainya suatu zat padat mengikuti reaksi orde nol, orde satu, ataupun orde dua,
yang persamaan tetapan kecepatan reaksinya.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan stabilitas obat yaitu mengetahui tingkat reaksi
penguraian zat aktif dan mampu memperkirakan masa kedaluarsa zat aktif
Tujuan Percobaan:
a. Mampu menentukan tingkat reaksi penguraian zat aktif
b. Mampu memperkirakan masa kadaluarsa zat aktif
C. Prinsip Percobaan
Berdasarkan penguraian obat oleh perubahan suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Pada umunya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara
kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis
digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah :
1. Kecepatan reaksi
2. Farktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
3. Tingkat reaksi dengan cara penentuannya
Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah
kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat
lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat.
Barang kali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi.
Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil dalam air
dari harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan
dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah yang tertutup rapat. (Connors,et
al.,1986).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi
penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau
basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa
ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan
dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan
hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa
pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
tersebut optimum. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri dengan bahan –
bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan
stabil dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum
tidak akan stabil dalam mengubah penampilan fisik bahan obat. (Ansel, 1989)
Dengan demikian batas waktu kadaluarsa dari suatu obat dapat diketahui dengan
2. Natrium Sitrat
NR : NATRII CITRAS
NL : Natrium Sitrat
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, praktis tidak larut dalam etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Sebagai sampel yang dilarutkan
BAB III
METODE KERJA
1. Asetosal
2. Natrium sitrat
B. Cara Kerja
1. Buatlah larutan baku NaOH 0,1 N.
2. Pembuatan larutan asetosal.
a. Timbang 2 g asetosal dan 4 g natrium sitrat.
b. Larutkan natrium sitrat dalamair panas, dinginkan.
c. Larutkan asetosal dalam larutan natrium sitrat tersebut, kemudian
tambahkan air sampai 100 mL menggunakan labu ukur 100 mL.
3. Setting penangas air.
4. Siapkan 9 (Sembilan) Erlenmeyer.
5. Empat (4) erlenmeyer bertuliskan 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40
menit (untuk penggunaan di penangas).
6. Empat (4) erlenmeyer bertuliskan 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40
menit (untuk penggunaan di kulkas).
7. Satu (1) erlenmeyer untuk dititrasi awal (blanko) sebagai 0 menit.
8. Ukur 10 mL aetosal-natrium sitrat larutan menggunakan pipet volume, lalu
masukkan ke tiap-tiap Erlenmeyer.
9. Tempatkan empat (4) erlenmeyer (nomor 4) di penangas air.
10. Tempatkan empat (4) erlenmeyer (nomor 4) di kulkas.
11. Titrasi awal dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N dengan
penambahan indicator fenolptelein sebanyak 3 tetes. Catat volume akhir
titrasi.
12. Sepuluh (10) menit kemudian, ambil Erlenmeyer 10 menit lalu titrasi
dengan larutan baku NaOH 0,1 N dengan penambhan indicator
fenolptelein sebanyak 3 tetes. Catat volume akhir titrasi.
13. Lakukan percobaan yang sama dengan 20 menit, 30 menit dan 40 menit.
14. Perhitungan
Asetosal sama asetat + asam salisilat
a. Carilah kadar masing-masing suhu dalm 10 mL larutan
b. Masing masing suhu buat log kadar
Y = a + bx
c. Diperoleh nilai a, b dan r
d. Masukkan dalm rumus
K = b × 2,303
15. Tentukan waktu paruh pada tiap suhu
𝟎,𝟔𝟗𝟑
t1/2 =
𝑲
BAB IV
B. Pembahasan
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya bisa
diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan mutu yang lama untuk
jangka waktu yang dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dan
zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan
suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut
optimum.
Dan juga digunakan variasi waktu yaitu 0, 10, 20, 30, 40 menit untuk
mengetahui dimana pada setiap waktu, kestabilan suatu sediaan atau obat makin
Dari praktikum ini diperoleh hasil untuk volume titrasi awal 0 menit adalah
15,3 ml , penangas 10 menit adalah 16,9 ml , penangas 20 menit adalah 19,3 ml,
penangas 30 menit adalah 20,8 ml, penangas 40 menit adalah 21,7 ml, kulkas 10
menit adalah 14,6 ml, kulkas 20 menit adalah 15,1 ml, kulkas 30 menit adalah
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat
sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami
hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan
obat terjaga.
Selain temperatur, stabilitas obat dapat dipengaruhi juga oleh efek pengemasan
dan penyimpanan. Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif lebih singkat
dibandingkan dengan bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan mudah terurai
dan bereaksi dengan keadaan sekitarnya atau lingkungannya (suhu dan cahaya).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Di dalam lab praktikan harus teliti dan berhati-hati agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan literatur dan perhitungan harus dilakukan dengan
seksama.
Daftar Pustaka
Y-Values
3.5
2.5
2
Y-Values
1.5 y = -0.9121x + 3.7839
Linear (Y-Values)
R² = 0.4722
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
PERHITUNGAN
Untuk 0 menit
w = V . N . BE
= 237,88 mg
Log = 2,37
Penangas
1. Untuk 10 menit
w = V . N . BE
= 262,75 mg
Log = 2,41
2. Untuk 20 menit
w = V . N . BE
= 300,07 mg
Log = 2,47
3. Untuk 30 menit
w = V . N . BE
= 323,39 mg
Log = 2,50
4. Untuk 40 menit
w = V . N . BE
= 21,7 . 0,0863 . 180,16
= 337,38 mg
Log = 2,52
Kulkas
1. Untuk 10 menit
w = V . N . BE
= 226,99 mg
Log = 2,35
2. Untuk 20 menit
w = V . N . BE
= 234,77 mg
Log = 2,37
3. Untuk 30 menit
w = V . N . BE
= 14,9 . 0,0863 . 180,16
= 231,66 mg
Log = 2,36
4. Untuk 40 menit
w = V . N . BE
= 231,66 mg
Log = 2,36
Nilai a = 1,777
=0,00252
Nilai r = 0,99
K= b x 2,303
= 5,8035 x 10-3
=0,005803
0,693
T1/2=
𝐾
0,693
=
0,005803