TESIS
SULTAN
P0500212408
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
TUTURAN TOLEA DALAM RITUAL PESTA ADAT MOSEHE WONUA
SUKU TOLAKI MEKONGGA DI KABUPATEN KOLAKA:
KAJIAN SEMIOTIKA
Tesis
SULTAN
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Nama : Sultan
SULTAN
iii
KATA PENGANTAR
Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat utama meraih
lapangan terkait judul “Tuturan Tolea dalam Ritual Pesta adat Mosehe
Tesis ini terwujud berkat uluran tangan dari setiap orang yang
kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terimah kasih dan juga
1. Prof Dr. Tadjuddin Maknun, S.U. selaku Ketua Komisi Penasihat dan
tesis ini;
3. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada Prof. Dr. H.
Muhammad Darwis, M.S., Dr. H. Nurhayati, M.Hum dan Dr. Hj, Ery
4. Prof. Dr. Akin Duli, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin;
5. Bapak dan ibu dosen se-Unhas, terkhusus pengasuh mata kuliah pada
Budaya;
10. Firman Saleh, S.S., S.Pd., M. Hum, Husni Binti Salam, S.Pd., M,Hum,
Suparman, S.S., M.Hum yang selalu setia dan hadir lebih dari teman,
12. semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
mungkin guna menghasilkan karya terbaik memang tak pernah luput dari
kasalahan. Seperti halnya dengan tesis ini yang tentunya tak lepas dari
dan saran yang sifanya membangun dari segala pihak guna perbaikan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
etnik tertentu menyangkut pandangan hidup, sikap, dan sistem nilai dalam
Kota Kolaka terdiri dari beberapa suku, salah satunya adalah suku
Tenggara, selain Muna dari Pulau Muna dan suku Buton yang berasal dari
Pulau Buton. Sekitar abad ke-10, daratan Sulawesi Tenggara memiliki dua
Salah satu tradisi yang masih hidup dari dulu hingga kini di
Mosehe Wonua ini sangat erat hubungan dengan Tolea dan Kalo
Sara. Pada ritual ini, tanpa Tolea dan Kalo Sara kegiatan Mosehe Wonua
tidak bisa terlaksana karena dalam hal ini Kalo Sara merupakan lambang
keramat oleh suku Mekongga yang selalu tampil dalam berbagai bentuk
kehidupan manusia di bumi ini. Akibat dari semua itu sering timbulnya
ritual tersebut, khususnya tuturan yang diungkapkan oleh Tolea yang juga
sebagai tokoh penggunaan Kalo Sara. Kalo Sara hanya dapat digunakan
oleh tokoh adat yang dikenal dengan nama Tolea. Tolea adalah tokoh
membawa Kalo Sara, serta berbicara atas nama hukum adat dengan
Mekongga.
dari budi dan tercermin sebagai cipta rasa dan karsa, serta melandasi
Sejak dahulu hingga saat ini tuturan Tolea dalam tradisi Mosehe
Wanua tetap terjaga, sebab digunakan dalam ritual yang sangat sakral.
perkembangan jaman, oleh para keturunan raja, Kalo Sara tidak hanya
fungsi sebagai alat dalam upacara pelantikan raja dan alat komunikasi
antara raja dengan rakyat. Orang yang memegang dan menyimpan kalo
sara adalah Tolea. Tolea menuturkan tuturan yang memiliki makna dalam
antara satu golongan dengan golongan lain, antara satu keluarga dengan
keluarga lain, dan individu dengan individu lainnya yang disajikan oleh
Tolea.
Mekongga. Tuturan Tolea dan makna, serta fungsi Kalo Sara seharusnya
benda Kalo Sara serta fungsinya. Simbol-simbol dalam Kalo Sara memiliki
terdapat dalam tuturan Tolea tersebut. Jadi, dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui makna dan fungsi tuturan Tolea dalam ritual
sebagai tokoh adat yang mempunyai peran penting dan tokoh utama
Tuturan Tolea dalam Ritual Pesta Adat Mosehe Wanua Suku Tolaki
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Kolaka?
Kabupaten Kolaka?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Kolaka.
Kabupaten Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
bermanfaat.
b. Membantu melestarikan adat istiadat daerah dalam rangka
A. Penelitian Relevan
yang dilakukan oleh Suparman ini difokuskan pada konteks sosial, teks
yang mengikuti tradisi sholat lima waktu dalam ajaran Islam. Proses-
proses yang dimaksud antara lain proses pertama dinamakan karuen bala
dengan judul "Makna Simbolik Umpasa, Sinamot, dan Ulos pada Adat
Yang Maha Esa agar diberikan hagabeon (memiliki putra dan putri),
dan terpandang’, dan saur matua ‘panjang umur dan dapat mencapai cita-
cita’.
sebuah karya pluralis dan diciptakan dalam konteks budaya Jawa dan
dan makna simbol Kalo Sara tersebut dalam ritual Mosehe Wonua dalam
Fungsi tuturan Tolea dalam ritual Mosehe Wonua yang ada dalam etnik
1. Semiotika
yang biasa disebut dengan kata semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu
semeion yang berarti ‘tanda’. Tanda pada masa itu masih bermakna suatu
hal yang menyelimuti sesuatu adanya hal lain. Semiotik dalam bidang ilmu
seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. Semiotik
(meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.
antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plan).
Tanda, dalam pandangan Pierce adalah sesuatu yang hidup dan dihidupi
(cultivated). Tanda hadir dalam proses interpretasi (semiosis) yang
hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda yaitu sesuatu yang harus
ilmu yang relatif masih baru, penggunaan tanda dan semua yang
telah dipelopori oleh dua nama yaitu seorang linguis yang berasal dari
Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang filsuf
paham Peirce dalam teorinya, tetapi keduanya tetap mengacu pada tanda.
manusia. Artinya, semua yang hadird alam kehidupan kita dilihat sebagai
tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna. Para strukturalis, merujuk
dan makna (atau isi, yakni yang dipahami oleh manusia pemakai tanda).
de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang
diartikan (Perancis : signifie’, Inggris : signified) dan (2) yang mengartikan
sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda
lain dari bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang
bersangkuktan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari
unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam
linguistique adalah satu kesatuan yang merujuk pada satu referen yaitu
Umpamanya tanda yang dieja (meja). Tanda ini terdiri dari unsur
makna atau yang diartikan ‘meja’ (Inggris : table) dan unsur bunyi atau
yang mengartikan dalam wujud runtutan fonem (m, e, j, a). Lalu tanda
(meja) ini, yang lain dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur
yaitu sebuah meja, sebagai salah satu perabot rumah tangga. Kalau kata
istilah kata, yang lazim didefenisikan sebagai satuan bahasa yang dapat
berdiri sendiri dan terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem
ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan
itu sebab kalau tidak, komunikasi verbal yang dilakukan akan mendapat
antara kata dan maknanya (atau lebih tepat lagi: makna sebuah kata)
bersangkutan.
terpadu di dalamnya tiga unsur dinamis, yakni tidak lengkap, tidak final,
oleh dan kepada warga masyarakat serta diwariskan kepada anak cucu.
tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang
akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu.
merusak alam.
2. Semiotika Peirce
panjangnya adalah Charles Shander Peirce yang lahir pada tahun 1839
dan mengkhiri pengabdiannya didunia semiotika pada tahun 1914, namun
apa yang telah dia torehkan tetap abadi hingga kini. Bagi teman-teman
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang (Alex
Peirce selain seorang filsuf juga seorang ahli logika dan Peirce
dengan dan dalam tanda. Maka diraciklah sebuah ilmu, yaitu ilmu tanda
merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah
dikenali pada tahap awal secara prinsip saja. Firstness adalah keberadaan
seperti apa adanya tanpa menunjuk ke sesuatu yang lain, keberadaan dari
saat tanda dimaknai secara tetap sebagai kovensi. Konsep tiga tahap ini
penting untuk memahami bahwa dalam suatu kebudayaan kadar
dengan istilah denotasi dan konotasi oleh Barthes disebut sistem primer,
atau tidak, pastilah dilakukan identifikasi. Identifikasi tersebut dalam hal ini
tidak terbatas pada tanda kebahasaan, tetapi juga terhadap tanda berupa
memang menarik siapapun dari lintas disiplin ilmu apapun untuk dipelajari.
Tulisan-tulisan Peirce lebih bersifat umum, tetapi mendasar untuk konsep
tanda.
sebagai khas aliran Saussure. Mengenai hal ini, pernah ada seseorang
logic of general meaning”. Peirce memang punya intens yang kuat dalam
pemahaman tentang logika. Sebagai seorang filsuf dan ahli logika, Peirce
Teori Peirce tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar, sehingga tidak
dan konvensional.
3. Trikotomi Peirce
pada tiga aspek tanda yaitu ikonik, indeksikal dan simbol. Pembagian
bentuk obyeknya.
bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah
hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab
dengan petandanya.
adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-
kepada objek tertentu tanpa motivasi. Simbol adalah tanda yang memiliki
4. Makna
kepadanan antara bahasa dan luar bahasa atau antara ujaran dan semua
lambang yang ditujukannya, dan cara menggunakan lambang-lambang
suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan
Dalam hal ini, untuk menyusun sebuah kalimat yang dapat dimengerti,
sebagian lagi tunduk pada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal
bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang
ditujukannya.
Makna sebuah kalimat sering kali tidak bergantung pada sistem
a. Pengertian (sense)
c. Nada (tone)
Nada dalam bahasa dapat bermakna sikap/tinggi rendahnya
d. Maksud (intention)
yang diinginkan.
Dalam hal ini makna intention dapat diartikan bahwa makna tujuan
oleh kita.
dasar manusia, seperti makan, melihat dan bergerak. Ini adalah proses
dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbolos” berarti tanda
peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu. Biasanya simbol bersifat
atau menjadi atribut dari benda tersebut. Misalnya, “si kawat gigi” untuk
metafora, yaitu menggunakan kata atau ungkapan lain untuk objek atau
buku” untuk orang pintar yang tidak pernah terpisah dari buku-buku
pelajarannya.
untuk berbagai tujuan. Ada banyak simbol yang bisa kita saksikan dalam
tertentu.
yang berlaku atau dipakai oleh suatu kelompok tentunya bisa saja
simbol-simbol yang berlaku dalam kelompok lain. Oleh karena itu, sangat
kehidupan.
terucap, sebuah objek atau suatu peristiwa merupakan bagian dari suatu
kelompok orang.
6. Tuturan Ritual
dengan tuturan biasa. Menurut Fox (1986:102) bahasa ritual secara khas
Bahasa ritual memiliki bobot atau isi budaya (cultural content) yang
ditandai dengan sifat khusus, yang menimbulkan rasa normal atau seperti
biasa yang dirasakan oleh semua manusia dan yang luhur dalam arti
ritual krisis hidup, artinya ritual yang berhubungan dengan krisis hidup
masuk dalam peralihan. Pada masa ini, dia akan masuk dalam lingkup
krisis karena terjadi perubahan tahapan hidup termaksud dalam lingkup ini
yakni ritual sebagai negosiasi dengan roh agar tidak menggangu hidup
seluruh sistem upacara itu terdiri atas aneka macam upacara yang
7. Tradisi Lisan
lalu, sekarang dan masa depan. Tradisi lisan itu diturunkan dari generasi
lapisan pertama dari kebudayaan yang ideal dan adat. Nilai-nilai budaya
atas konsep-konsep yang hidup dan tumbuh dalam alam pikiran sebagai
yang mendalam dari diri manusia itu sendiri, antara lain: emosi, perasaan,
kenyakinan-kenyakinan. Sehingga nilai budaya yang ada dalam suatu
kuat meresap dan berakar dalam jiwa suatu masyarakat, sehingga sulit
antara unsur dalam suatu bahasa. Makna merupakan esensi dari studi
balik makna yang dimaksud. Nilai budaya bersifat abstrak yang menjadi
Nilai itu bukan berupa benda atau unsur dari benda, melainkan sifat dan
Salah satu aspek penting dari bahasa ialah aspek fungsi bahasa.
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
“sama”. Maksudnya adalah sama makna. Jika dua orang terlibat dalam
afirmatif, kalimat bertanya, kalimat negasi seperti tidak atau bukan begitu;
adalah hal yang disampaikan itu berasal dari diri atau bukan.
b. Interpersonal, yaitu fungsi bahasa yang menyangkut hubungan
yakni:
1) Fungsi Instrumental, yaitu fungsi bahasa untuk mengatur
Finocharo.
pribadi.
1) Fungsi kognitif
2) Fungsi emotif
3) Fungsi imperatif
4) Fungsi seremonial
1) Fungsi ekspresif
2) Fungsi signal
Mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas fungsi ini ialah
bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan yang bisa benar, bisa
juga salah.
4) Fungsi argumentatif
dan logis.
1) Fungsi Kebudayaan
2) Fungsi kemasyarakatan
kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau suatu daerah
3) Fungsi perseorangan
4) Fungsi pendidikan
manusia. Karena itulah, sampai kapan pun tidak akan bisa melepaskan
diri dari dari adanya bahasa sebagai suatu yang mesti ada.
lain, setiap gagasan yang dihasilkan seseorang tidak akan diketahui oleh
Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam waktu tertentu tidak
akan bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada bahasa. Kearifan
budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine qua non, suatu
yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia, karena itu,
siapa pun orangnya akan senagtiasa melakukan relasi yang erat dengan
bahasa.
10. Mitos
Kata mitos berasal dari bahasa Yunani, mythos, yang berarti ‘kata’,
kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah objek, sebuah konsep, atau
sebuah ide, karena mitos adalah sebuah mode penandaan, yakni sebuah
bentuk.
tertentu dan akan member pengaruh terhadap pola tingkah laku dan
dipastikan bahwa mitos memiliki sifat mudah berubah dan tak bisa
disebut Mosehe Wonua. Ritual tersebut tidak terlepas dari benda yang
sangat sakral dan dijadikan sebagai cagar budaya yang disebut dengan
Kalo Sara. Kalo Sara merupakan salah satu hukum adat yang dijadikan
bentuk, fungsi dan makna dari simbol Kalo Sara. Pada kegiatan ini
Sara sebagai benda sakral dan memiliki bentuk, fungsi dan makna simbol
Ritual
Mosehe Wonua
Tuturan Tolea
1. Tolea adalah tokoh adat yang diangkat sebagai juru penerang adat
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berdasarkan fakta yang ada atau fenomena secara empiris hidup pada
1. Lokasi Penelitian
yang berlaku.
2. Waktu Penelitian
Jika pengumpulan data dari nara sumber atau informan serta sumber
adalah tuturan Tolea dalam acara ritual pesta adat Mosehe Wonua
D. Sumber Data
Kabupaten Kolaka.
dibutuhkan berupa data lisan yang dituturkan oleh pada saat ritual
berlangsung.
Penelitian ini juga menggunakan teknik simak. Teknik simak
berlangsung.
Sara.
penyelenggara adat.
langsung.
sebagainya.
sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu sehingga
sebenarnya.
termasuk karakteristiknya.
pertanyaan lagi sampai batas tertentu diperoleh data yang valid (Spradley,
1997:35).
3. Analisis setelah pengambilan data di lapangan
analisis domain, yakni memberi gambaran umum dari data observasi dan
data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian ini karena dari
Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman
baku, tidak berproses secara liniar, dan tidak ada aturan-aturan yang
sistematis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Usia mereka bervariasi dari empat puluhan hingga enam puluhan tahun.
Pabitara.
bicara masing- masing yaitu tolea untuk juru bicara pihak laki-laki dan
yang literer dan formal dalam menjalankan adat yang bertujuan untuk
berselisih.
Para tolea dan pabitara tak sekedar datang dan duduk, tapi
jarang terlihat belakangan ini. Bisa jadi inilah kegiatan yang pertama
adat istiadat etnis Tolaki yang dinilai sudah mulai jarang dipraktekkan di
setidaknya tergambar semangat yang kuat dari para tolea dan pabitara.
Antusias para pemangku adat di desa ini begitu kuat untuk turut
mendukung jalannya kegiatan. Mereka bahkan ada yang rela datang dari
pesta adat.
pemangku adat ini memang cukup padat. Sehari mereka bisa melayani
Sara.
dibuat dari rotan, emas, besi, perak, benang, kain putih, akar, daun
pandan, bambu dan dari kulit kerbau. Pembuatan kalo pada dasarnya
dari bahan-bahan tersebut pada suatu simpul. Kalo meliputi osara (adat
Ada berbagai jenis Kalo, yang dikenal luas adalah yang terbuat dari
rotan, kain putih dan anyaman. Lingkaran rotan adalah simbol dunia atas,
kain putih adalah simbol dunia tengah dan wadah anyaman adalah symbol
Kain putih adalah langit dan wadah anyaman adalah simbol permukaan
wadah anyaman adalah simbol Sangia I Puri Wuta (Dewa di Dasar Bumi).
simbol kepala manusia, kain putih adalah simbol badan dan wadah
kalo pada pola pikir dan mentalitas Tolaki menyangkut seluruh aspek
kehidupan mereka.
serta pola permukiman, organisasi kerajaan, adat dan norma agama yang
sejarah di tubuh masyarakat hukum adat, maka posisi hukum adat yang
bersumber dari satu latar belakang sejarah yang telah muncul bertendensi
terhadap pola pikir dan pergeseran tata nilai budaya, pada gilirannya
Dampak dari pekembangan yang terjadi adalah pergeseran tata nilai. Ada
tradisi dari leluhur yang hilang dan sudah tidak diketahui, tetapi ada hal
dan kepentingan yang punya urusan, juga ada yang menurut pendapat
Hasil temu budaya tahun 1996 telah banyak masalah hukum adat
berikut:
Sulawesi Tenggara.
Bokeo
a. Tuturan Pembuka
Dialog 1
pamarenda owose
(T1) Tabea I inggo I miu I Bupati I ulu I sala
Yang terhormat I kita I bersama I Bupati I kepala I pemimpin
penghargaan bagi Pak Bupati dan wakil Bupati sebagai ulu sala ‘kepala
atau kata yang selalu dipakai untuk mengawali sebuah percakapan atau
tuturan.
inggomiu Pak Bupati ulu sala ‘yang terhormat Bapak Bupati sebagai
kepala pemimpin’.
tersebut.
Pada tuturan pembuka atau pondorambu pada ritual mosehe
kampung atau wilayah juga pesan tersebut ditujukan kepada tamu yang
prosesi ritual ini. Dari awal tuturannya, Tolea menyapa satu persatu
yang lain yang hadir dalam ritual Mosehe Wanua yang dilakukan
Dialog 2
| teruntuk
| toono | dadio |
pohu I pondisomiu,
Ritual Mosehe Wonua ini bermula dari aturan Raja yang berkuasa
Semua tuturan yang diungkapkan Tolea pada penggalan bagian inti ini
menjadi suatu yang dianggap sakral dari segi histori dan ideologi
masyarakat setempat.
Pada tuturan inti yang diungkapkan Tolea dalam ritual Mosehe
diungkapkan Tolea dalam ritual ini telah diketahui secara saksama oleh
c. Tuturan Penutup
Dialog 3
mekongga
nusantara
| la | mendo | otoro
urusan).
tuturan Tolea yang menjadi bagian tuturan akhir atau penutup yang
setempat. Tuturan yang diungkapkan Tolea dalam ritual ini telah diketahui
a. Fungsi Religi
jalannya prosesi.
dapat merasuk kepada manusia lain. Roh tersebut ada yang mau
membantu hidup manusia dan ada juga mengganggu hidup manusia. Roh
religi. Termasuk dalam kajian dia adalah masalah takhayul dan berbagai
Orientasi penelitian religi dapat dipusatkan pada tigal hal, yaitu: (1)
pada salah satu orientasi untuk mempertajam kajiannya, dan pada suatu
lalu. Kemungkinan besar, teori religi masa lalu telah atau kurang relevan
diketahui dan dipatuhi. Oleh Sebab itu, dalam tradisi Mosehe Wanua yang
b. Fungsi Budaya
terdapat pada kegiatan adat), seperti yang tergambar pada teks dibawah
ini:
Pada teks (T22), (T 23), dan (T24) merupakan bagian dari teks
tuturan Tolea atau juru bicara adat merupakan orang terpilih yang
ritual MW. Tujuan Tolea memberikan permohonan izin kepada raja dan
keberadaan benda kalo sara yang menjadi mediasi sakral tersebut, acara
ritual Mosehe Wonua para petinggi negeri, pemangku adat dan sampai
bahwa adat yang berlaku di Mekongga ini merupakan adat yang harus
dipatuhi aturannya dan ditakuti segala hal yang berbau sakral. Tuturan
atau leluhur hingga kini. Ragam budaya yang berbentuk ritual atau pesta
tidak dimiliki oleh suku lain. Selain menjadi asahan ingatan bagi
norma-norma sosial serta nilai-nilai luhur yang sejak lama tumbuh dan
c. Fungsi Sosial
Desa, tokoh Adat, aparat bidang sosial dan budaya, aparat bidang
bersama)
(T29) Iyye | inggo | miu | ina lolo | ina luwuako | la | lmendo | otoro
sekalian).
berakhir, karena ditunjang oleh sistem sosial yang terbentuk sejak anak-
anak, remaja dan orang tua. Pelaksanaan Tradisi upacara ritual Mosehe
Sulawesi Tenggara.
B. Pembahasan
pada setiap bagian teks tuturan Tolea dalam tradisi mosehe wanua
sembarang diungkapkan siapa saja dan waktu yang tidak tentu namun
diungkapkan oleh orang yang memiliki peranan dan strata tinggi bagi
ritual dan pesta adat. Maksudnya bahwa tuturan ini merupakan ungkapan
Sulawesi Tenggara.
1. Makna Tuturan Tolea
a. Tuturan Pembuka
Tenggara. Pada bagian ini, Tolea yang menjadi juru bicara adat
Pada bagian tuturan inti merupakan bagian inti dari ritual mosehe
wanua yang merupakan lanjutan dari tuturan pembuka. Pada tuturan inti
izin atau restu baik untuk melanjutkan ritual yang dianggap inti pada dialog
ini untuk diperdengarkan oleh seluruh masyarakat Tolaki. Setiap kata yang
dituturkan oleh tolea dalam kegiatan adat atau penyucian suatu wilayah
Ritual Mosehe Wonua ini bermula dari aturan Raja yang berkuasa
Semua tuturan yang diungkapkan Tolea pada penggalan bagian inti ini
menjadi suatu yang dianggap sakral dari segi histori dan idiologi
masyarakat setempat.
tuturan yang diungkapkan Tolea pada inti atau tuturan yang paling penting
meyakini kebenaran atas apa yang telah disepakati. Pada tuturan inti yang
ritual.
anjuran dan larangan yang berlaku dalam ritual harus diikuti oleh semua
yang hadir dalam ritual Mosehe Wanua ini. Kepatuhan yang dijalankan
c. Tuturan Penutup
Tenggara.
raja, dewan adat, bupati, dan wakil bupati dengan bahasa yang halus
oleh semua pihak yang terlibat dalam prosesi ritual Mosehe Wanua
tuturan Tolea yang menjadi bagian tuturan akhir atau penutup yang
yang hadir dalam tradisi Mosehe Wanua ini pada masyarakat Tolaki di
setempat. Tuturan yang diungkapkan Tolea dalam ritual ini telah diketahui
tuturan yang diungkapkan Tolea pada bagian penutup atau akhir yang
juga penting untuk disampaikan dan didengar oleh semua yang hadir di
pesta adat tersebut. Tuturan penutup Tolea itu merupakan sebuah simbol
yang telah disepakati. Pada tuturan penutup Tolea dalam ritual Mosehe
simbol penghargaan.
pada bagian akhir atau tuturan penutup yang menjadi tanda yang
bermakna penghargaan.
berikut:
a. Fungsi Religi
jalannya prosesi.
Tuhan Karena itu, religi tidak bisa dijangkau oleh daya pikir manusia dan
keliru, tetapi yang menarik bagi peneliti budaya bukan pada hal tersebut,
melainkan religi dalam pengertian luas. Kedua, religi dalam arti luas berarti
meliputi variasi pemujaan, spiritual, dan sejumlah praktek hidup yang telah
sebagainya.
karena di dalamnya terdapat muatan budaya yang unik. Oleh karena itu,
pertama religi sebagai bagian hidup kesusilaan manusia dan memiliki nilai
dalam alam hidup manusia. Religi kedua ini menghendaki tiga kebenaran
utama, yaitu: percaya bahwa Tuhan ada, percaya kepada hukum
kesusilaan alamiah, dan pada roh yang abadi. Dari dua konsep religi
kita.
dua macam roh, yaitu roh manusia atau pun binatang dan roh bukan
manusia dan binatang. Dari dua dogma ini terlihat bahwa kepercayaan
dapat merasuk kepada manusia lain. Roh tersebut ada yang mau
membantu hidup manusia dan ada juga mengganggu hidup manusia. Roh
persoalan religi menjadi menarik perhatian beberapa ahli dan menjadi titik
poin perhatian ahli budaya religi juga berpusar pada eksistensi Tuhan.
Tuhan adalah pusat dari aktivitas ritual manusia. Manusia bersikap kreatif
dalam “mencari” Tuhan, yang terpantul pada budaya asli. Yang dimaksud
religi. Termasuk dalam kajian dia adalah masalah takhayul dan berbagai
Orientasi penelitian religi dapat dipusatkan pada tigal hal, yaitu: (1)
pada salah satu orientasi untuk mempertajam kajiannya, dan pada suatu
lalu. Kemungkinan besar, teori religi masa lalu telah atau kurang relevan
Arah dari penelitian religi adalah pada sistem religi yang menjadi
salah satu unsur kebudayaan. Sistem religi ini muncul dari sebuah emosi
religi, yaitu getaran spiritual atau batin manusia. Emosi ini akan
samping itu, emosi juga akan berhubungan dengan ritual religi yang
religi juga sangat banyak yang perlu mendapat perhatian, antara lain
diketahui dan dipatuhi. Oleh Sebab itu, dalam tradisi Mosehe Wanua yang
b. Fungsi Budaya
juru bicara dengan para tamu yang secara bersama membuka dan
tamu.
ritual MW. Tujuan Tolea memberikan permohonan izin kepada raja dan
keberadaan benda kalo sara yang menjadi mediasi sakral tersebut, acara
oleh suku lain. Selain menjadi asahan ingatan bagi masyarakat pelaku,
c. Fungsi Sosial
Suku Tolaki Mekongga, dilihat dari sisi sosial pada tradisi upacara
profesional biasa.
hasil budaya yang dihasilkan nenek moyang mereka. Berikut ini adalah
para tamu.
berakhir, karena ditunjang oleh sistem sosial yang terbentuk sejak anak-
anak, remaja dan orang tua. Pelaksanaan Tradisi upacara ritual Mosehe
Sulawesi Tenggara.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
tersebut.
tuturan yang diungkapkan Tolea pada inti atau tuturan Pada tuturan inti
ritual.
disampaikan dan didengar oleh semua yang hadir di pesta adat tersebut.
92
masyarakat Tolaki di Mekongga Sulawesi Tenggara merupakan simbol
penghargaan.
yakni fungsi religi, fungsi budaya, dan fungsi sosial. Fungsi religi yang
Mekongga, dilihat dari sisi sosial pada tradisi upacara ritual Mosehe
secara beriringan.
Saleh, Firman. 2012. Bentuk dan Makna Isi Walasuji dalam Pesta
Perkawinan Masyarakat Bugis. Sidrap
Aart, Van Zoest. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa
yang Kita Lakukan dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
LAMPIRAN
Dialog part I
Tabea inggomiu pak Bupati ulu sala, mandarono olipu wonua i Kolaka, la
pinoko owosenggu pinoko lalo inggu ronga wakili, tabea inggomiu wakele
bupati, la ladumisioro tinamuako teeni pamarenda owose, lapinoko ronga
walimiu.
Iye inggomiu pak bupati ulu sala mandarano olipu petumbuno wonua
tusatongano olipu, lamenggokooro meita mendo tooro nde pekulaso
mendongano olipu wonuai i kolaka, l mendongano toono dadio i wonuai
kolaka, laa tudu inggomiu sara owose, sara pamarenda, sara mbe
paramisi, membo kulaloi lako keinggomiu keno lando osala pewali niru ku
toono dadio, inggomiu odisi pamarenda, nggo mohu nggo mondiso, osala,
tewali, nirukun toono dadio.
ki inggo to meruhu aki mo rongo rongo meteo olu pohu pondisomiu, iye
inggomiu mberato ikeni masimanggu lako ilaha miu iye inggomiu.
Kami akan menunggu apa saja yang bapak tunjukan dan sepakati kepada
kami,sampai disinilah yang kami sampaikan kepada kalian.
Dialog part II
Tabea inggomiu odisi pamarenda, owose pak bupati, wakili bupati tabea
inggomiu bokeo anakia owose wonuai mekongga, mongOni tarimakasi
lako hano miu. Iyye inggomiu mbera anakia owose se nusantara, iyye
inggomiu mbera mokole ronga susunano bokeo anakia i mekongga.
iyye inggomiu inalolo ina luwako la la panggano ronga perehu rehu ano, i
podedai ariya ku to masima ke ito mongoni paramisi, inedisi pamarenda la
ito pohu uno tini sono tewali niru kundo to onggoto moko lako pasipole
ohawo la otuando tola mende konggo mende perimbu, ni inono pasipole
topoko lakoito.
Iyye inggomiu ina lolo ina luwuako la la mendo otoro, la la tekonggo mbera
toka ikeni kula mekodunggo iko miu, ilako keeto pasipole.
Tabea yg di hormati
Inggomiu Kita
wonua Bumi
ia Yang
ronga Bersama
teeni Sebagai
pamarenda Pemerintahan
owose Besar
walimui Ibu
meita tinggi
toono Orang
dadio Banyak
sara Aturan
keinggomiu Kita
keno kalau
lando ada
mondiso Menunjuk
aki Kami
meteolo Menunggu
pohu Penglihatan
pondiso Petunjuk
mberato Sampai
ka ikeni di sini
masimanggu Permohonan
lako Teruntuk
Kata Arti
Bokeo
anakia Raja
monguni Meminta
lako Kepada
hano Sama
inalolo semuanya
ano anu
masima permisi
mongoni meminta
pohu Petunjuknya
to onggoto Kita
mokolako laksanakan
Pasipole Urusan
lakaoito Laksanakan
luwuako Semuanya
tekonggo Terkumpul
Pasipole urusan