PENDAHULUAN
1
menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention ( CFDCP,
2009).
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan
modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk
terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya
cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat
setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh
mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia,
namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena
stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan
kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian
khusus. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir
seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun,
Setiap tahun 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke
(DEPKES,2011).
Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat,
Khususnya Ruang ICU pada bulan Januari – Maret 2015, pasien
dengan masalah Stroke Haemoragik berjumlah 6 orang dari 429 pasien (1,39%),
selama tiga bulan terakhir ini.
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa
hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral
kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
KONSEP TEORI
4
Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas
mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas
Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis
yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
5
2. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot
dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar
yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga
berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
3. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak
tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi
posisi atau kedudukan tubuh.
4. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi
menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus
yang berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan
agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
5. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang.
2.1.2 Definisi
6
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain
vaskular (Ode, 2012). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan stroke
adalah gangguan fungsi otak karena penyumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan pasokan darah
dan oksigen menuju ke otak menjadi berkurang.
2.1.3 Klasifikasi
Stroke ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal akut yang
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan karena trauma kapitis melainkan pecahnya pembuluh arteri,
vena dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intrasebral ialah keadaan pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi yang mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan edema otak, jika peningkatan TIK terjadi secara
cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak akibat herniasi otak.
b. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid ialah keadaan pecahnya arteri dan keluarnya
darah ke ruang subaraknoid yang menyebabkan TIK meningkat secara
mendadak, menurunnya respon terhadap nyeri dan vasospasme pembuluh
darah cerebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan sensorik, afasia dll)
(Wijaya & Putri, 2013).
7
2. Stroke Ischemic atau Stroke Non Hemoragik
Stroke ischemic terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan sebagian atau seluruh aliran darah ke otak terhenti. Hal ini
disebabkan oleh plak aterosklerosis ataupun trombus.
2.1.4 Etiologi
1. Trombosis Cerebral
Trombosis Cerebral terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang
dapat menimbulkan udema dan kongesti di sekitarnya.
8
berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri serebral.
3 Haemoragi
Haemoragi atau perdarahan dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan sehingga terjadi infark, udema dan mungkin herniasi
otak.
4 Hypoksia Umum
5 Hipoksia Setempat
a. Spasme arteri serebral yang disertai peradangan subarachnoid
b. Vasokonstriksiarteri otak disertai sakit kepala migrain (Nugroho,
Putri & Kirana, 2016)
9
2 Faktor Risiko Perilaku
a. Kebiasaan merokok
b. Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol
c. Kebiasaan menyantap makanan cepat saji (fast food dan junk food)
d. Kurangnya aktivitas gerak atau olahraga
e. Stres
f. Kontrasepsi oral
g. Narkoba
h. Obesitas (Pudiastuti, 2011).
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Faktor pencetus pada stroke
non hemoragik dapat berupa adanya trombus, embolus, udara dan plak
aterosklerotik sedangkan untuk stroke hemoragik hipertensi menjadi faktor
pencetus utama. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah yang mengakibatkan iskemia jaringan
otak yang disupalai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema,
kongesti disekitar area dan nekrosis (Nugroho, 2016).
10
peningkatan TIK dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak
pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Batticaca, 2008).
11
6 Kerusakan nervus kranialis
7 Inkontinensia alvi dan urin (Padila, 2012).
2.1.7 Penatalaksanaan
1 Penatalaksanaan Medis
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit
b. Mencegah peningkatan Tekanan Intra Cranial (TIK):
1) Pemberian antihipertensi
2) Pemberian diuretika untuk menurunkan edema
3) Pemberian vasodilator perifer untuk meningkatkan aliran darah
serebral (ADS)
4) Pemberian antikoagulan untuk mencegah
terjadinya atau memberatnya trombus
5) Pemberian diazepam untuk kejang
6) Pemberian anti tukak
7) Pemberian manitol untuk mengurangi udema otak
8) Kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan peningkatan
tekanan dalam otak
c. Tindakan operatif
1) Endosterektomi karotis
Endosterektomi karotis yaitu tindakan pembedahan untuk
membentuk kembali artei karotis dengan membuka arteri karotis di
leher
2) Revaskularisasi
Revaskularisasi merupakan tindakan pembedahan untuk
memperbaiki sistem vaskularisasi
3) Kraniotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang
bertujuan untuk mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif
(Padila, 2012).
12
2 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan
lendir.
b. Pemberian oksigen
c. Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal
d. Memperbaiki aritmia jantung
e. Perawatan kandung kemih
f. Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian posisi yang
tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
g. Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif (Muttaqin, 2008)
h. Kurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
i. Kontrol diabetes dan berat badan.
j. Koreksi adanya adanya kelainan gas darah
k. Perhatikan pemenuhan nutrisi (kalori) dan keseimbangan cairan
elektrolit.
l. Posisikan kepala dengan ditinggikan 30° (Nugroho, 2011).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
3 Angiogram
13
oklusi/ruptur.
4 Ekokardiogram
6 Ultrasonografi Doppler
Ultrasonografi doppler adalah sebuah tes untuk
mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis atau aliran darah).
2.1.9 Komplikasi
1. Gangguan Komunikasi
a. Disfasia Reseptif
14
Disfasia Reseptif adalah kesulitan memahami perkataan orang
lain walaupun perkataan tersebut sering kali digunakan oleh pas
b. Disfasia Ekspresif
Disfasia Ekspresif adalah keadaan dimana penderita stroke
mengerti perkataan lawan bicara, tetapi mengalami kesulitan ketika
mengekspresikan apa yang akan dikatakan.
c. Disartria
Disartria adalah kesulitan berbicara pada penderita stroke
seperti tercekat di lidah dan tidak bisa diungkapkan atau bisa
diungkapkan tapi terdengar aneh, seperti orang mabuk.
d. Disleksia
Disleksia adalah kesulitan dalam mengeja kata dan membaca.
e. Preservasi
Preservasi adalah kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata
yang runtut dan bervariasi sehingga terjadi pengulangan kata-kata
yang tidak sesuai.
2. Kesulitan Menelan
Beberapa pasien setelah mengalami stroke terjadi permasalahan
ketika mengunyah, kemudian merasa sakit ketika harus menelan
makanan tersebut bahkan tak jarang akan menimbulkan aspirasi.
3. Inkontinensia
Inkontinensia adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol
eliminasi urin maupun alvi. Inkontinensia terjadi akibat kerusakan pada
bagian otak yang mengatur eliminasi urin dan alvi sehingga menyebabkan
hilangnya kontrol sadar terhadap kedua kegiatan tersebut.
4. Luka Tekan
Luka tekan adalah kerusakan jaringan karena adanya kompresi
jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan adanya tekanan dari luar
dalam waktu yang lama, hal ini mengakibatkan pembuluh darah menjadi
tertekan dan aliran darah berkurang sehingga sel-sel kulit menjadi mati
karena kekurangan nutrisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi luka tekan
diantaranya adanya :
15
a. Mobilitas dan Aktivitas
b. Penurunan Sensori Persepsi
c. Kelembaban
d. Tenaga yang Merobek (shear)
e. Gesekan (friction)
f. Usia
g. Temperatur Kulit (Arum, 2015).
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial
budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,
kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, kegemukan.
17
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus
d. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi,
mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/nyeri otot
f. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri
18
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada
pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
i. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat
dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti
kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir
dan kesulitan berkomunikasi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1. Kesadaran : umumnya mengelami penurunan
kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu
sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut
nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integument
1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
19
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA
Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger,
cyanosis
3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu
mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan
d. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed
rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
e. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
f. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
9. Pemeriksaan neurologi
1) Pemeriksaan nervus cranialis
1. Nervus olfaktorius
Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
2. Nervus optikus
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual.
20
3. Nervus okulomotorius, troklear, dan abducen
Pasien stroke yang mengalami paralisis pada satu sisi
otototot okularis akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemapuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
4. Nervus trigeminus
Beberapa keadaan stroke dapat menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah.
5. Nervus fasialis
ersepsi pengecapan pada pasien stroke dalam batas normal,
wajah asimetris dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang
sehat
6. Nervus vestibulokoklearis
Tidak ditemukan adanya tuli konduksi maupun tuli persepsi
7. Nervus glosofaringeus & vagus
Kemampuan menelan kurang baik dan adanya kesulitan
membuka mulut
8. Nervus accesories
Tidak ditemukan artrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius
9. Nervus hipoglosus
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi
serta indra pengecapan normal.
10. Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
11. Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
12. Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
21
13. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
1. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami
hemoragik.
3. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
4. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan
keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis
pada penderita stroke.
b) Pemeriksaan laboratorium
1. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah
biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat
terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250
mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari
kelainan pada darah itu sendiri.
b. Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang meliputi
kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan,
mengkaitkan data dan akhirnya menarik kesimpulan.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari masalah pasien
yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan
sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.
a) Gangguan perfusi jaringan otak
22
b) Gangguan mobilitas fisik
c) Gangguan persepsi
d) Gangguan komunikasi verbal otak.
e) Gangguan eliminasi alvi(konstipasi)
f) Resiko gangguan nutrisi
g) Kurangnya pemenuhan perawatan diri
h) Resiko gangguan integritas kulit
i) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
j) Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin)
Kriteria hasil :
23
7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
Rasional :
24
Rasional :
25
d. Gangguan komunikasi verbal
Tujuan :
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil :
Kriteria hasil:
26
1. Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rencana tindakan :
27
Kriteria hasil :
28
8. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan
nafsu makan.
9. Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu
melalui mulut.
g. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi)
Tujuan :
Klien tidak mengalami kopnstipasi.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat.
2. Konsistensifses lunak.
3. Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ).
4. Bising usus normal ( 15-30 kali permenit ).
Rencana tindakan :
29
5. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus
oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic.
6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
Kriteria hasil :
30
6. Mempertahankan keutuhan kulit.
1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas
2. Rubah posisi tiap 2 jam sekali
3. Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
4. Observasi pola dan frekuensi nafas
5. Auskultasi suara nafas
6. Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
Rasional:
31
1. Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensi
2. Tidak ada distensi bladder.
Rencana tindakan :
3.4 IMPLEMENTASI
3.5 EVALUASI
32
diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(Padila, 2012).
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami
gangguan sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik. Stroke dapat juga diartikan sebagai kondisi otak yang
mengalami kerusakan karena aliran atau suplai darah ke otak terhambat oleh
adanya sumbatan (ischemic stroke) atau perdarahan (haemorrhagic stroke) (Arum,
2015). Ischemic stroke (non hemoragik)/cerebro vaskuler accident (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak disebabkan karena adanya thrombus atau emboli (Oktavianus, 2014).
4.2 Saran
Untuk penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak diberikan
antikoagulan dan juga pada pasien dengan perdarahan otak, karena akan
menambah resiko terjadinya perdarahan kedalam otak.
Selain itu, penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infuse
untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stoke in evolution, diberikan
antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi
komplikasi.
34
untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu
perhatiankhusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit
(untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekana.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Seria Puspita. 2015. Stroke : Kenali Cegah dan Obati. Yogyakarta :
Notebook
Nugroho Taufan, Putri,Bunga Tamara & Putri,Dara Kirana. 2016. Teori Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
36
Wijaya,Andra Saferi& Putri,Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta : Nuha Medika
World Healt Organization (WHO). 2016. Global NCD Target Prevent Heart
Attacks and Strokes Through Drug Theraphy and Counselling
37
14
15
16
17
18