Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus atau keguguran adalah terhentinya proses kehamilan sebelum
fetus atau janin mampu hidup di luar kandungan ibunya dengan atau tanpa
alat bantu. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di
luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi
karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu.
Abortus ada yang terjadi pada didahului tindakan apapun disebut
abortus spontan, ada yang terjadi akibat suatu tindakan sengaja untuk
menghentikan proses kehamilan disebut abortus provokatus.
Berapa seringnya kejadian abortus tidak dapat diketahui dengan pasti.
Biasanya kejadian keguguran dilaporkan dalam angka keguguran (Abortion
rate). Angka keguguran ialah jumlah keguguran dalam setiap 1000 kehidupan
hidup. Dilaporkan besar angka keguguran berkisar antara 8,3 sampai 15
persen. Angka ini diperkirakan lebih kecil daripada yang sebenarnya.
Dari angka kejadian diatas, dapat dilihat bahwa kejadian abortus perlu
mendapatkan perhatian yang serius karena dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian. Hendaknya tenaga kesehatan mengetahui tentang
abortus meningkat seringnya kejadian abortus. Dengan harapan abortus dapat
dicegah dan deteksi dini dapat dilakukan segera pada ibu yang mengalami
abortus. Serta dapat memberikan asuhan dengan tepat sehingga dapat
menurunkan angka kejadian abortus.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu
dengan abortus.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1.2.2.1 Melakukan pengkajian baik subyektif dan obyektif pada ibu dengan
abortus
1.2.2.2 Menentukan diagnosa atau masalah pada ibu dengan abortus
1.2.2.3 Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang sudah ditentukan
1.2.2.4 Melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang sudah disusun
1.2.2.5 Mengevaluasi asuhan kebidanan yang sudah dilaksanakan
1.2.2.6 Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu dengan abortus dalam
bentuk SOAP.

1.3 Pelaksanaan
Studi kasus dilakukan di URJ Kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya
pada tanggal 16 Desember 2006 sampai dengan 29 Desember 2006.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang, tentang permasalahan yang terjadi, tujuan
umum, tujuan khusus.
Bab 2 : Landasan Teori
Menguraikan tentang teori mengenai abortus dan konsep dasar
asuhan kebidanan pada ibu dengan abortus.
Bab 3 : Tinjauan Kasus
Menguraikan tentang data subyektif, data obyektif, assesment,
implementasi dan evaluasi.
Bab 4 : Kesimpulan
Menguraikan tentang tindakan penulisan dan kekurangan yang
butuh / perlu diperbaiki oleh penulis
Daftar Pustaka

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Abortus


2.1.1 Pengertian
Abortus adalah gugurnya suatu kehamilan secara tidak diduga-
duga, tidak direncanakan, spontan sebelum janin cukup berkembang untuk
ketahanan hidup di luar kandungan (Hecker, Neville, 2001 : 452).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya proses kehamilan
sebelum fetus atau janin mampu hidup di luar kandungan ibunya dengan
atau tanpa alat bantu (Chalik, TMA, 1997 : 1).
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau
umur hamil kurang dari 28 minggu (Manuaba, 1998 : 214).
Akan tetapi berkat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran dewasa ini fetus yang lahir sebelum mencapai umur
kehamilan 28 minggu dapat dipelihara dengan baik dan bisa hidup.
Abortus dini ialah proses kehamilan terhenti pada umur kehamilan 12
minggu. Abortus lambat proses kehamilan berhenti pada umur kehamilan
antara 12 sampai 20 minggu. Ada juga yang menganggap kehamilan yang
terhenti di bawah umur kehamilan 20 minggu sebagai abortus dini dan
yang berhenti antara umur kehamilan 20 minggu dengan 28 minggu
abortus lambat (Chalik, TMA, 1997 : 1).
Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di
luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan
tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di
bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat badan 500 gram
atau kurang dari 20 minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 302).

3
2.1.2 Klasifikasi
2.1.2.1 Berdasarkan Kejadiannya
1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medicinalis , semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah (Mochtar R, 1998 : 211).
Keguguran spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan
dengan kekuatan sendiri (Manuaba, 1998 : 214).
2. Abortus Buatan (Abortus Provokatus / Induced Abortion)
Adalah abortus yang sengaja dilakukan sehingga kehamilan
dapat diakhiri :
Upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan
berdasarkan :
a. Indikasi medis
Menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu, untuk dapat
menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut diantaranya :
1) Penyakit jantung, ginjal atau hati yang berat.
2) Gangguan jiwa ibu
3) Dijumpai kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan USG
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
b. Indikasi sosial
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial :
1) Menginginkan jenis kelamin tertentu
2) Tidak ingin punya anak
3) Jarak kehamilan terlalu pendek
4) Belum siap untuk hamil
5) Kehamilan yang tidak diinginkan
Berdasarkan pelaku abortus buatan dapat dibagi atau di kelompokkan :
1. Abortus buatan terapeutik
Dilakukan tenaga medis secara legeartis (berurutan) berdasarkan
indikasi medis, dengan cara 2 cara :

4
a. Pengguguran kehamilan yang dilakukan dengan menggunakan
alat-alat (abortus provocatus artificialis)
b. Pengguguran kehamilan yang dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan (abortus provocatus medicinalis)
2. Abortus buatan kriminalis / illegal
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2.1.2.2 Berdasarkan gambaran klinisnya
1. Abortus Imminens (abortus mengancam)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Wiknjosastro, H, 2002 :
306).
2. Abortus Insipiens (abortus sedang berlangsung)
Adalah peristiwa berdasarkan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus (Wiknjosastro, H, 2002 : 306).
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi
(Sastrawinata, S, 1981 : 8).
3. Abortus Kompletus (abortus lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus)
sehingga rongga rahim kosong (Mochtar, R, 1998 : 211).
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap
(Sastrawinata, S, 1981 : 8).
4. Abortus Inkompletus (abortus tidak lengkap)
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Wiknjosastro, H, 2002 : 307).
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang
tertinggal adalah desidua atau plasenta (Mochtar, R, 1998 : 212).

5
5. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik
Abortus infeksius ialah abortus yang disertai infeksi pada
genetalia.
Abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum (Wiknjosastro, H, 2002 : 310).
6. Abortus Habitualis
Adalah spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut
(Wiknjosastro, H, 2002 : 309)
7. Missed abortion
Ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga
pengaruh hormon progesteron (Wiknjosastro, H, 2002 : 308)
Fetus yang meninggal ini :
a. Bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
b. Bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
c. Bisa diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan
molkroenta, bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah
telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging.
d. Bentuk lain adalah mola tuberosa, dalam kali ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
e. Dapat terjadi proses mumifikasi, janinnya mengering dan karena
cairan amnion menjadi kurang atau sebab diserap, ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas permanen (fetus papunaceus)
f. Bisa terjadi maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan.

6
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian
madiqah pad ahamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Faktor endogen
Pemeriksaan janin dengan ultrasonografi dan selanjutnya
pemeriksaan histologik menunjukkan bahwa pada 40 persen kasus,
ovum yang telah dibuahi gagal berkembang dengan baik mengalami
malformasi (Liewellyn-Jones, D, 2001 : 96).
Abortus yang disertai oleh kelainan morfologi konseptus,
terutama yang terjadi dalam trimester pertama, dapat dibagi ke dalam
dua macam yaitu abortus aneuploidi dan abortus euploidi.
Abortus aneuploidi adalah abortus yang disertai kelainan
jumlah kromosom autosom atau kromosom kelamin, misalnya
monosomi, trisomi, polisomi kromosom kelamin 47, xxx dan 47 xxxy.
Abortus euploidi adalah abortus yang mempunyai pasangan kromosom
lengkap baik diploidi, triploidi, tetraploidi atau poliploid lain (Chalik,
TMA, 1997 : 61).
2. Faktor lingkungan endometrium
Lingkungan di endometrium di sekitar implantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu (Wiknjosastro, H, 2002 : 303).
Hal ini bisa disebabkan karena :
a. Endometrium yang belum siap menerima implantasi hasil konsepsi
b. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan
(Manuaba, 1998 : 215).
3. Faktor eksogen / pengaruh dari luar
Faktor eksogen ini dapat mempengaruhi hasil konsepsinya
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen (Wiknjosastro, H, 2002 : 303).

7
Antara lain oleh karena :
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat, uterus dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu (Manuaba,
1998 : 215).
2.1.3.2 Kelainan pada plasenta
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi (Manuaba, 1998 : 215).
Misalnya : endoteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
2. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus
(Manuaba, 1998 : 215)
3. Gangguan sirkulasi plasenta, diantaranya pada ibu yang menderita
penyakit nefritis, hipertrofi, taksemia, gravidarum, anomati plasenta,
dan endarteritis oleh karena luas (Mochtar, R, 1998 : 210)
2.1.3.3 Faktor Ibu
1. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, plielitis, rubella, demam maltra, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain yang dapat
menyebabkan abortus, toksin, bakteri, virus dan plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian
janin dan kemudian terjadilah abortus (Wiknjosastro, H, 2002 :
203).
b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain
c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis (Mochtar, R, 1998 : 210).
d. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, penyakit diabetes mellitus.

8
e. Anemia ibu, melalui gangguan nutrsi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplacenter (Manuaba, 1998 : 216).
f. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipertiroid,
kekurangan vitamin A, C atau E, diabetes mellitus (Mochtar, R,
1998 : 210).
2. Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu melalui plasenta merusak
darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat
meninggalnya fetus (Mochtar R, 1998 : 210).
3. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi
kelenjar gondok (Unpad, 1981 : 9)
4. Kelainan imunologis
Ada dua mekanisme imunologis yang salah satunya terganggu
pada kejadian keguguran yaitu mekanisme imunologis auto dan
mekanisme imunologis allo.
a. Kelainan mekanisme imunologis auto
Respon seluler atau hormonal bekerja terhadap
lokasi tertentu di dalam tubuh ibu

Terbentuk antibodi yang merusak keping-keping darah (platelet)
dan endotelium pembuluh darah

Pembentukan trombons yang cukup banyak

Fungsi plasenta akan terganggu

Keguguran
Contohnya adalah antibodi antifosfolipid yang meningkat pada
penderita lupus eritematous yang hamil, kejadian keguguran akan
meningkat. Pada penyakit ini terjadi peningkatan antibodi anti-
kardiolipin dan anto koagulan, keduanya termasuk antibodi anti-
fosfolipid

9
b. Kelainan mekanisme imunologis allo
Suami dan istri sama-sama memiliki antogen serupa

Kenaikan antigen limfosit yaitu hormon lymphocyte antygen (HLA)

Ketidakserasian antara antigen fetus dan atau plasenta
dengan antibodi yang terbentuk dalam tubuh ibu

antibodi yang beredar dalam sirkulasi darah ibu bekerja memblokir
antigen suaminya yang dimiliki embrio

Keguguran
Jika tubuh ibu mampu menghasilkan antibodi lain yang dapat
menetralisir antibodinya sendiri maka fetus terlindung dari
pengrusakan oleh antibodinya sendiri. Biasanya tubuh ibu hamil
memiliki antibodi yang demikian, tetapi pada nulligravida dan ibu
yang menderita keguguran berulang tidak (Chalik, TMA, 1997 : 9).
5. Kelainan traktus genetalis
a. Kelainan bawaan (anomali konginetal)
Yang termasuk dalam kategori ini dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1) Yang spontan, misalnya uterus bikornis dan uterus septus
2) Yang terjadi atas pengaruh, misalnya kelainan struktural dan
fungsional pada rahim akibat dietils bestrol (DFS) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan rahim (Chalik, TMA, 1997 :
10).
b. Kelainan dapatan
Yaitu kelainan yang diperoleh di kemudian hari, seperti :
1) Mioma, mioma yang terbanyak menimbulkan keguguran
adalah mioma sub mukosa
2) Sinekia adalah pertautan bagian dalam rahim yang saling
berhadapan, keadaan ini bisa terjadi sebagai akibat kerokan

10
yang terlalu dalam pada evaluasi missed abartion atau infeksi.
Kronis pada endometrium sehingga sebagian endometrium
musnah dan terjadilah perlekatan atau sinekia (Sindroma
Asherman). Pada keadaan demikian dapat terjadi keguguran
bahkan yang berulang karena tidak cukup banyak
endometrium yang tersisa untuk mendukung implantasi
blastokista.
3) Inkompletence servix (servix yang tidak utuh)
Keadaan serviks yang demikian dapat terjadi sebagai akibat
berbagai tindakan operatif pada serviks misalnya konisasi atau
evakuasi abortus provokatus dan sebagainya (Khalik, 1997 :
111). Juga dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks dilatasi serviks berlebihan atau robekan serviks yang
luas dan tidak dijahit (Wiknjosastro, H, 2002 : 303).
4) Retroversio uteri gravidi inkarserata
c. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilanganda, mola)
e. Distorsia uteri, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
(Mochtar, R, 1998 : 210)
6. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
umpamanya : sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan
laparotomi dan lain-lain, atau dapat juga karena trauma langsung
terhadap fetus, selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda
dan obat-obatan (Mochtar, R, 1998 : 210).
Trauma pada laparotomi dapat juga menyebabkan keguguran semakin
dekat lokasi operasi dengan uterus gravidarus semakin besar peluang
terjadi keguguran setelah operasi selesai. Demikian juga semakin
banyak manipulasi yang dilakukan pada waktu operasi semakin tinggi
kejadian keguguran (Chalik, 1997 : 10).
7. Faktor-faktor psikologis
Terdapat sangat sedikit bukti bahwa syok fisik atau emosional
mendadak dapat menyebabkan gugurnya suatu kehamilan berikutnya

11
tetapi faktor-faktor psikodinamik dapat ikut menimbulkan etiologi
aborsi yang berulang pada beberapa kasus yang mungkin bahkan
merupakan faktor utama pada kesempatan yang jarang terjadi (Hacker,
N, 2001 : 454).
2.1.3.4 Faktor Sperma
Sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil
menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang
memiliki material kromosom yang tidak normal hal mana dapat
menyebabkan keguguran. Translokasi ialah peristiwa penyatuan fragmen
atau potongan dari satu kromosom dengan kromosom lain yang bukan
homolognya. Terlalu sedikit atau terlalu banyak material kromosom dapat
juga mendatangkan keguguran. Jika pada analisis sperma terdapat lebih
dari 50% spermatozoa yang berkepala abnormal, keguguran juga
meningkat (Chalik, 1997 : 11).
2.1.4 Patofisiologis
Perdarahan dalam desidua basalis

Nekrosis jaringan di sekitarnya

Hasil konsepsi terlepas
Sebagian atau seluruhnya

Dianggap benda asing dalam uterus

Uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya
a. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Hasil konsepsi ibu bisanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam.
b. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu
Villi korales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan dapat menyebabkan banyak
perdarahan.

12
c. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta,
perdarahan tidak banyak jika placenta segera terlepas dengan lengkap
(Wiknjosastro, H, 2002 : 303)
2.1.5 Diagnosa
Dugaan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terjadi perdarahan
3. Disertai sakit perut
4. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
5. Pemeriksaan hasil tes hamil masih dapat positif atau sudah negatif
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi :
1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan
2. Pemeriksaan fundus uteri
a. Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
b. Fundus uteri tidak teraba diatas symphisis
3. Pemeriksaan dalam
a. Serviks uteri masih tertutup
b. Serviks sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi
dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
c. Besarnya rahim (uterus) telah mengecil
d. Konsistensinya lunak
(Manuaba, 1998 : 217)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis klinis abortus :
1. Abortus imminens
a. Terdapat keterlambatan datang bulan
b. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
c. Besarnya rahim sama dengan umur hamil
d. Perdarahan sedikit melalui ostium uteri eksternum
e. Disertai perut sakit (mules), nyeri memilin karena kontraksi otot
rahim tidak ada atau sedikit sekali

13
f. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis
servikalis, kanalis servikalis masih tertutup / belum ada pembukaan
g. Tidak ditemukan kelainan pada serviks
Masih ada harapan bahwa kehamilan masih berlangsung terus,
karena janin masih hidup.
2. Abortus insipiens
a. Perdarahan lebih banyak, kadang keluar gumpalan darah
b. Perut mules (sakit) lebih hebat, karena kontraksi rahim kuat
c. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis
servikalis terbuka (terjadi pembukaan) dan jaringan / hasil konsepsi
dapat diraba
d. Plasenta mulai terlepas
e. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
3. Abortus completus
a. Didahului oleh hilangnya gejala-gejala kehamilan
b. Diikuti pengeluaran darah dengan tiba-tiba disertai rasa nyeri di
daerah perut bawah dan pinggang
c. Janin dan plasenta bisa keluar terpisah atau bersatu secara utuh
d. Jika hasil konsepsi telah keluar dengan lengkap
1) Rasa nyeri menjadi hilang
2) Perdarahan sedikit
3) Kanalis servikalis telah tertutup
4) Uterus telah mengecil
4. Abortus inkompletus
a. Uterus berukuran lebih kecil dari seharusnya
b. Sakit perut dan mules-mules
c. Sudah ada fetus dan jaringan yang keluar
d. Perdarahan dapat banyak sekali dan berlangsung terus dan
biasanya berupa stolsel (darah beku)
e. Kanalis servikalis terbuka
f. Dapat disertai jaringan dalam kavum uteri dan kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum

14
g. Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah
h. Bila keadaan ini dibiarkan lama, kanalis servikalis akan menutup
tetapi perdarahan berlangsung terus
i. Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi
1) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
sampai syok
3) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
4) Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma)
5. Abortus Infeksious dan Abortus Septik
a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit, pada pemeriksaan didapat kanalis
servikalis terbuka, perdarahan dan sebagainya.
b. Disertai gejala dan tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat
(takikardi), perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar dan lembek, nyeri tekan, leukositosis.
c. Pada abortus septik ; penderita tampak sakit berat, demam tinggi,
kadang-kadang menggigil, nadi kecil cepat, tekanan darah turun
sampai syok.
6. Abortus Habitualis
a. Tidak sukar ditemukan dengan anamnesis
b. Pada abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan
gambaran klinis :
Kehamilan triwulan kedua
1) Pembukaan serviks tanpa disertai mules
2) Ketuban menjadi menonjol dan suatu saat pecah
3) Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh
pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan normal.
Kehamilan triwulan pertama
1) Penderita tidak jarang mengeluh bahwa ia mengeluarkan
banyak lendir dari vagina.

15
Di luar kehamilan, pada pemeriksaan histerosalpingografi untuk
penentuan serviks inkompeten ditemukan ostium internum uteri
melebar lebih dari 8 mm.
7. Missed Abortion
a. Amenorea
b. Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
c. Selama observasi fundus tidak bertambah tinggi masalah tambah
rendah
d. Gejala subyektif kehamilan menghilang
e. Mamma agak mengendor lagi
f. Reaksi kehamilan menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus
mati
g. Pada pemeriksaan dalam : serviks tertutup dan ada darah sedikit
h. Sekali-kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong
2.1.6 Penanganan
1. Abortus imminens
a. Istirahat total di tempat tidur
1) Meningkatkan aliran darah ke rahim
2) Mengurangi rangsangan mekanis
b. Obat-obat yang dapat diberikan
1) Penenang : Penobarbital 3 x 30 mg, Valium
2) Anti perdarahan : Adona, Transamin
3) Vit B kompleks
4) Hormonal : Progesteron
5) Penguat plasenta : Gestanon, Duphaston
6) Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
c. Evaluasi
1) Perdarahan jumlah dan lamanya
2) Tes kehamilan dapat diulangi
3) Konsultasi pada dokter ahli penanganan lebih lanjut dan
pemeriksaan ultrasonografi

16
2. Abortus Insipiens
a. Pada umur hamil kurang dari 14 minggu, dapat segera dilakukan
kuretage, sehingga hasil konsepsi seluruhnya dapat dikeluarkan
b. Pemberian infus oksitosis untuk mempercepat proses abortus
c. Pada kasus dengan perdarahan banyak, dikeluarkan secara digital.
3. Abortus Kompletus
a. Tidak memerlukan tindakan maupun pengobatan khusus
b. Beri uterotonika bila perlu
c. Apabila penderita anamie perlu diberi sulfus ferrosus atau tranfusi
4. Abortus Inkompletus
a. Bila ada tanda-tanda syok, berikan infus cairan NaCl fisiologik
atau cairan ringer yang disusul dengan transfusi
b. Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan
kuretage
c. Berikan obat-obat uterotonika (mis : ergometris) dan antibiotika
5. Abortus Infeksius dan Abortus Septik
a. Bila perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan cairan yang
cukup
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekatan obat), (pilihan) :
1) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicilin 4 x 1,2 juta
2) Ghloromycetin 4 x 500 mg
3) Cephalosporin 3 x 1 gram
4) Streptomisin 2 x 500 mg
c. 24 sampai 84 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih
cepat bila terjadi perdarahan banyak, lakukan dilatasi dan kuretage
untuk mengeluarkan hasil konsepsi
d. Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita.
Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi
selama 2 hari atau di tukar bila tak ada perubahan dalam 2 hari.

17
e. Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan
hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
f. Sambil menunggi hasil pembiakan supata dapat diberikan
antibiotika ini terbukti masih ampuh dan berspektrum luas untuk
aerob dan anaerob
g. Pada kasus dengan fetanus maka selain pengobatan diatas perlu
diberikan ATS, irigasi dan peroksida (H2O2) dan histerektomi total
secepatnya
h. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya
perdarahan, dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas
mereda.
6. Abortus Habitualis
a. Memperbaiki keadaan umum
b. Pemebrian makanan yang sempurna
c. Anjuran istirahat cukup banyak
d. Larangan koitus dan olah raga
e. Terapi hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid dan lainnya
mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita
mendapatkan bahwa ia diobati
f. Pada pemeriksaan histerosalpingografi  operasi menurut
Strassman oleh pengeluaran mioma atau penyatuan kornu uterus
g. Pada serviks inkompeten  operatif menurut cara Shirodkar atau
Mc Donald (Cervical cerdage) untuk kehamilan 12 minggu atau
lebih sedikit
Cara : melingkari daerah OUI dengan benang sutera atau dakron
yang tebal.
Bila terjadi tanda dan gejala abortus insipiens benang harus
segera diputus, agar pengeluaran janin tidak terhalang.
Bila berhasil sampai aterm  benang sutera dipotong pada
kehamilan 38 minggu.

18
7. Missed Abortion
a. Hamil tidak melebihi 12 minggu
1) Dilakukan pembukaan serviks dengan memasukkan laminaria
selama kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis.
2) Kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum
atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri
3) Mengeluarkan hasil konsepsi dan sisanya dibersihkan dengan
kuret tajam
b. Hamil diatas 12 minggu
1) Infus intravena oksitosin dosis tinggi
Dimulai dengan 20 tetes permenit dari cairan 500 ml glukosa
5% dengan 10 satuan oksitosin, dapat dinaikkan sampai ada
kontraksi. Bila perlu sampai 50 satuan oksitosin asal pemberian
infus untuk 1 kali tidak lebih dari 8 jam karena bahaya
keracunan air.
2) Dengan erostalglandin Faktor baik intravaginal atau infus
3) Bila TFU sampai 2 jari di bawah pusat  penyuntikan larutan
garam 20% ke dalam kavum uteri melalui dinding perut
4) Bila terjadi hipofibriogenemia  persediaan darah segar atau
fibrinogen diperlukan
PENANGANAN LANJUTAN
1. Pasien diperiksa untuk mencari penyebab abortus
2. Diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian
3. Tidak hamil dulu dalam waktu 3 bulan  perlu memakai kontrasepsi
2.1.7 Komplikasi
1. Perdarahan
1) Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang
2) Dapat terjadi mendadak banyak sampai syok
2. Perforasi
Sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretage yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli.

19
3. Infeksi dan tetanus
1) Pada penanganan yang tidak langeartis
2) Keguguran tidak lengkap
4. Payah ginjal akut
5. Degenerasi ganas
1) Keguguran dapat terjadi karena karsinoma sekitar 15% sampai
20%
2) Gejala korio kasrinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung
lama, terjadi pembesaran / perlunakan rahim (Trias Acosta Sison)
terdapat metastase ke vagina atau lainnya.
6. Syok, karena perdarahan ataupun infeksi berat atau sepsis

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Abortus Inkomplet


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Data Subyektif
1. Biodata / identitas
Meliputi nama pasien, umur, suku / bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, no. telp, no. register, beserta identitas suami.
2. Keluhan utama
a. Amenore (terlambat datang bulan)
b. Perdarahan banyak dan berlangsung terus, atau dapat berupa darah
beku
c. Nyeri perut dan mules-mules
3. Riwayat menstruasi
Meliputi menarche, siklus, lamanya, sifat darah, warna, jumlah, teratur
/ tidak, dysmenorea, fluor albus, HPHT
4. Riwayat menstruasi
Suami Anak Kehamilan Persalinan Bayi Nifas
ke ke UK Penyul Jenis Penol Penyul Seks PB/BB Kead Umur Penyul Laktasi KB

20
5. Riwayat kehamilan ini
Meliputi, tafsiran persalinan, keluhan selama kehamilan, usia
kehamilan.
6. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Penyakit yang berpengaruh terhadap kejadian abortus antara lain :
hipertensi, toksemia gravidarum, DM, nefritis, endometritis,
pneumoni, tifoid, rubella, demam malta, tifus abdominalis, malaria
b. Ibu mengalami keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol.
7. Riwayat Sosial
Meliputi status klien, berapa kali menikah, usia perkawinan jumlah
anak.
8. Pola kehidupan sehari-hari
Meliputi pola nutrisi (ibu dengan malnutrisi atau avitaminosis
mempunyai resiko terhadap kejadian abortus), pola istirahat, pola
aktivitas, pola aktivitas sosial, pola kebiasaan dan kesehatan.
2.2.1.2 Data Subyektif
1. Pemeriksaan Umum
Meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
Bila terjadi syok  tekanan darah (sistole < 90 mmHg)
Nadi (cepat dan dangkal), suhu (Febris / > 37 0C)
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi
1) Muka
Jika terjadi anemis
Muka : pucat
Mata : conjungtiva pucat
Bibir kering / tidak
2) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid / kelenjar limfe ada atau tidak.
3) Dada
Benjolan abnormal ada / tidak

21
4) Abdomen
Uterus berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Abdomen teraba tegang karena kontraksi
Nyeri tekan di perut bawa ada / tidak
5) Ekstremitas
Akral teraba dingin bila terjadi syok
6) Genetalia
Sudah ada fetus dan jaringan yang keluar
Perdarahan pervagina dapat banyak sekali dan berlangsung terus
dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
3. Pemeriksaan Khusus
a. VT : tanggal …………… jam : ………….. oleh : …………
Hasil :
1) Kanalis servikalis terbuka / sudah ada pembukaan
2) Dapat diraba jaringan dalam kavum uteri dan kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eskernum
b. Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah
c. Bila keadaan ini dibiarkan lama, kanalis servikalis akan menutup
tetapi perdarahan berlangsung terus.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hitung sel darah lengkap dan apusan darah
Nilai Hb dan hematokrit merupakan indikator perdarahan
pemeriksaans ecara berseri sangat membantu dalam evaluasi
perdarahan tersembunyi yang kontinyu. Lekositosis dengan
peningkatan neutrofil dan bentuk batang, menggambarkan infeksi
intrauteri (Hb normal = 11,4-15,1% gr/dl)
2.2.2 Assesment dan Diagnosa Kebidanan
Pada langkah ini, data dasar yang telah dikumpulkan dinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa aktual : G…..P….., usia kehamilan…..mingu dengan abortus
inkompletus
Masalah : ibu cemas dengan kehamilannya.

22
2.2.3 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial berdasar
diagnosa aktual / masalah yang sudah diidentifikasi
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus abortus inkomplit
antara lain : syok, infeksi, proforasi dan lain-lain.
2.2.4 Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera yaitu : kolaborasi atau
rujukan dengan tim kesehatan lain ataupun kefasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih memadai.
2.2.5 Rencana Tindakan
Rencana asuhan sesuai dengan diagnosa dan masalah yang disusun secara
menyeluruh :
1. Jalin komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
Rasional : Agar terjalin hubungan terapeutik dengan klien untuk
memperoleh data-data yang akurat sebagai penentuan
diagnosa dan memudahkan kerjasama pelaksanaan
tindakan kepada klien.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan kepada
klien
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi kecemasan klien dengan
klien memahami keadaannya.
3. Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian infus
cairan NaCl fisiologis atau RL bila klien mengalami syok
Rasional : Untuk memperbaiki keadaan umum pasien sebelum
dilakukan tindakan lanjutan terhadap buah kehamilannya.
4. Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
tranfusi darah
Rasional : Untuk mengganti darah yang keluar akibat perdarahan
yang banyak.

23
5. Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter untuk
mengeluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan
kuretage
Rasional : Diharapkan perdarahan tidak berlangsung terus jika sisa
jaringan yang masih tertinggal segera dikeluarkan.
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan
uterotonika (misal : ergometrin)
Rasional : Dengan pemberian obat-obatan uterotonika diharapkan
uterus akan lebih berkontraksi untuk mengeluarkan sisa
jaringan.
7. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika
Rasional : Dengan pemberian antibiotika diharapkan infeksi dapat
dicegah atau dapat dihentikan jika sudah terjadi.
8. Lakukan pemantauan ketat terhadap kondisi klien pasca tindakan dan
perkembangan lanjutan.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan klien serta mengidentifikasi
perkembangan kesehatan klien.
2.2.6 Implementasi
Pada langkah ini dilaksanakan asuhan sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun secara menyeluruh.
2.2.7 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan dengan kriteria
tujuan, yaitu keluhan utama klien teratasi / berkurang serta kondisi
metabolisme klien dalam keadaan normal meliputi :
Suhu : 36-37 0C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76-88 x/menit
RR : 16-24 x/menit

24
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Desember 2006 jam : 12.05 WIB


oleh Sovy Risqu Zakaria
Data Subyektif
Biodata / identitas
Nama : Ny. “K” Nama : Tn. “W”
Umur : 30 tahun Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Pesapen pasar 51 Alamat : Jl. Pesapen pasar
Surabaya 51 Surabaya
No. reg : 10675383
Keluhan
Klien mengatakan tidak haid selama 3 bulan, sekarang perdarahan banyak
sudah 7 hari, klien mengatakan cemas dengan kehamilannya, nafsu makan
berkurang.
Riwayat menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Teratur / tidak : teratur
4. lama : 7 hari
5. HPHT : 17 September 2006
6. Sifat darah : encer
7. Warna : merah
8. Dysmenorhoe : tidak
9. Fluor albus : tidak

25
Riwayat obstetri lalu
Suami Anak Kehamilan Persalinan Bayi Nifas
ke ke UK Penyul Jenis Penol Penyul Seks PB/BB Kead Umur Penyul Laktasi KB
1 37/38 - Spt B Bidan - ♂ 3100/50 Hdp 21 th - 18 bl Suntik 3 bln

2 38/39 - Spt B Bidan - ♂ 3100/51 Hdp 18 th - 2 th Suntik 3 bln

3 38/39 - Spt B Bidan - ♀ 3000/50 Hdp 16 th - - -

4 Hamil ini

Riwayat kesehatan klien


Klien tidak pernah menderita penyakit jantung, asma, DM, hepatitis,
hipertensi, TBC, klien juga tidak menderita penyakit menurun.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit jantung, asma, DM,
hepatitis, hipertensi dan TBC.
Riwayat sosial
Status perkawinan : kawin 1 kali
Kawin umur : 18 tahun, dengan suami umur : 20 tahun
Lamanya : 22 tahun, anak : 3 orang
Pola kehidupan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Nafsu makan klien berkurang, klien tidak makan nasi selama ± 3 hari,
banyak makan buah.
2. Pola istirahat
Klien tidur siang ± 1-2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
3. Pola eliminasi
BAB : 1 x sehari, konsistensi lunak, encer
BAK : 6-7 kali sehari, lancar
4. Pola aktivitas
Klien mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa, klien tidak pernah
kerja berat.
5. Pola aktivitas seksual
Klien tidak melakukan hubungan seksual setelah ibu merasa tidak
mendapat haid lagi.

26
6. Personal hygiene
Klien mandi 2 x/hari, gosok gigi 2x/hari, cuci rambut 2 hari sekali,
ganti pakaian dalam setiap hari.

Data Obyektif
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 373 0C
RR : 20 x/menit
Pemeriksaan fisik
1. Muka : tidak pucat, tidak oedem
2. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
3. Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada
4. Dada : Tidak ada benjolan abnormal
5. Abdomen : TFU : ½ pusat – symphisis
Abdomen terasa tegang
6. Ekstremitas : Akral tidak teraba dingin
7. Genetalia : Perdarahan : ada, gumpalan kecil-kecil
Pemeriksaan khusus
VT : tanggal Desember 2006 jam : 12.30 WIB
Hasil :
V/V = floxus : ada, fluor : tidak ada
P = sedikit membuka, licin, tidak nyeri, teraba jaringan di depan
porsio
CU = AF sedikit membesar
Adnexsa parametrium kanan dan kiri : supel, mess (-), nyeri (-)
Cavum douglas dan inspekulo : tidak menonjol

27
Pemeriksaan penunjang
PPT : tanggal 22 Desember 2006 hasil positif
Laboratorium : tanggal 22 Desember 2006 hasil : Hb 12,7 gr%

Assesment dan Diagnosa Kebidanan


Diagnosa aktual
GIVP30003, multigravida, 13-14 minggu dengan abortus inkompletus
Masalah
Klien cemas dengan kehamilannya
Diagnosa potensial
Potensial terjadi syok hemoragik

Planning
Tindakan segera
Kolaborasi untuk melakukan evakuasi sisa jaringan.
Planning
1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan klien
Rasional : Dengan menjalin komunikasi terapeutik diharapkan dapat
terwujud hubungan terapeutik antara petugas dengan klien
sehingga mempermudah dalam memberikan asuhan.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa janin dalam
kandungannya telah meninggal dan sebagian jaringannya telah keluar
berupa gumpalan-gumpalan darah
Rasional : Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan klien akan
mengetahui keadaannya dan memahami sebab dari
perdarahan yang terjadi.
3. Menjelaskan kepada klien perlunya dilakukan evakuasi sisa jaringan
dengan kuretage untuk menghentikan perdarahan
Rasional : Dengan mengetahui pentingnya dilakukan evakuasi sisa
jaringan klien akan memberikan dukungan dan menyetujui
tindakan yang akan dilakukan.

28
4. Memberikan dukungan psikologis kepada klien
Rasional : Dengan memberikan dukungan psikologis diharapkan
klien lebih tenang dan bisa menerima bahwa janin dalam
kandungannya telah meninggal.
5. Memberikan informed consent kepada pasien atau keluarga pasien
Rasional : Dengan memberikan informed consent, pasien bersedia
untuk dilakukan tindakan untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan yang masih ada.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mengevakuasi sisa
jaringan dengan kuretage.
Rasional : Sisa jaringan yang masih berada dalam kavum uteri
memacu untuk terjadinya perdarahan yang terus menerus
dan bisa mengakibatkan klien syok.
Implementasi
No Tgl / Jam Implementasi Paraf
1 22 Desember 2006 - Melakukan anamnesa pada klien
08.30 - Mempersilahkan pada klien untuk
09.30 menungu panggilan
09.35 - Melakukan TTV
10.00 T : 110/70 mmHg
10.15 S : 373 0C
11.00 N :
RR :
- Menjadi asisten dokter dalam
melakukan pemeriksaan dalam
-
-
-
-

Evaluasi
S : Ibu mengatakan bisa menerima keadaannya dengan kehilangan jaringan
janin dan plasenta.

29
O : KU ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 90 x/menit, suhu 373 0C, RR 20 x/menit
Vagina : terbuka, licin, erosi (-)
Vulva : flux (-), fluor (-)
Cavum uteri : Af agak membesar
Adnexsa parametrium kanan dan kiri : mess (-), nyeri (-)
Cavum douglas : tidak nmenonjol
A : GIVP30003, multigravida 13/14 minggu dengan abortus inkompletus
P : - KIE kontrol ulang 2 minggu lagi
- Rob 1 x 1
- Matergin 3 x 1 tablet / hari

30
BAB 4
SIMPULAN

Abortus inkompletus merupakan gangguan sistem reproduksi pada wanita.


Setelah melakukan praktek klinik di Poli Kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya,
mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “K” dengan abortus
inkompletus.
Dari uraian asuhan kebidanan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada tahap pengkajian terutama pada obyektif, penulis harus peka terhadap
tanda-tanda ketidaknormalan sistem reproduksi wanita
2. Pada analisa data didapatkan diagnosis masalah yang menyertai
3. Intervensi yang diberikan tergantung pada diagnosa dan masalah yang telah
dirumuskan
4. Implementasi didasarkan pada rencana tindakan dan sosial ekonomi keluarga
klien
5. Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan terhadap asuhan kebidanan yang
telah dilakukan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta ; EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta ; EGC

Chalik, TMA. 1997. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Hacker, N. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.

32

Anda mungkin juga menyukai