Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang
konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009: 67).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian bessar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini
karena secara statistic jumlah penderita yang terus meningkat dari wktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan maknan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merkok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa adalah beberpa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan
terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat
juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.hal ini juga menjadi indikator bergesernyaa
dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di
Indonesia.untuk lebih mengenal dan mengetahui penyait ini, maka saya akan membahas tentang
hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besasr atau sama
dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau saama dengan 90
mmHg (Anindya, 2009)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambran umum tentang asuhan keperawatan keluarg dengan
Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pegkajian keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
b. Dapat merumuskan diagnose keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
c. Dapat merumuskan intervensi keperawatan keluarg dengan Hipertensi.
d. Dapat melaksanakan tndakan keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluaraga dengan Hipertensi.
C. Studi Literature
Metode yang digunakan dalam penelitian makalah ini adalah metode deskriptifberbentuk
studi kasus melakukan pendekatan proses keperawatan, adapun teknik pengumpulan data
dengan cara sebagai brikut :
1. Studi doumentasi
Mempelajari data-data status kesehatan klien dengan catatan-catatan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksan secra lagsung dan spesifik mngkaji keadaan umum klien secara menyeluruh
melalui metode head to toe dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi untuk
mendapatkan data mengenai keadaan klien sehingga dapat menentukan diagnose dan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung dengan cara
berkunjung ke keluarga yang menjadi subjek asuhan keperawatan.
4. Awancara dan pastisifasi aktif
Merupakan kegiatan aktif penulisan melakukan langsung asuhan keperawatan dengan
menanyakan data yang diperlukan pada klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang
terkait.
5. Studi perpustakaan
Merupakaan kegiatan untuk mendapatkan teori konsep dan model yng berhubungn
dengan mesalah yang dibahas.
D. Sistemika penulisan
1. BAB I : PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan penulisn, studi literature, sistemika
penulisan yang digunakan dalam askep ini.
2. BAB II : TUJUAN TEORITIS berisi konsep penyakit, onsep keluarga dan konsep asuan
keperawatan keluarga sesuai dengan penyakit Hipertensi.
3. BAB III : KASUS DAN PEMBAHASAN berisi kasus mengenai askep keluarga tentang
Hipertensi dari mulai pengkaian sampai evaluasi.
4. BAB IV : PENUTUP brisi kesimpulan dan saran
5. DAFTAR PUSTAKA berisi referensi buku yang diambil
6. LAMPIRN berisi hal-hal yang mendukung dan melengkapi asuhan keperawtan keluarga ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyait
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian (mortalitas) (Adib, 2009).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di ats normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peingktan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama (Saraswati, 2009).
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic
diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sam pentngnya dalam
mengindikasikan kesehata kita, namun dalam prakteknya, terutama untuk orang
yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka
diastoliknya tinggi yaitu diatas 90mmHg (Adib, 2009).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu : hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan faktor keturunan atau genetic (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi di dapatkan pada kedua orang tua maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong
terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan atau obesitas, pola makan,
merokok (M. Adib, 2009).
3. Manifestasi Klinis
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epitaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing/migraine
4. Rasa berat di tengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke baawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis dithoraks dan abdomen. Rangsangan pusat fasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf ganglia ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norpineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Tekanan darah tiggi selai dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa faktor seperti peningkatan aktivitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktivitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan
tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipngaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokontriksi. Sedangkan mekanisme
pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan
normal trhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah
sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi ressponn
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipunn tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bias terjadi.
5. Pemeriksaan Penunjuang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti


a. Darah rutin (hematocrit/hemoglobin) : untuk mengkaji hubungan dari sel sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan mengidentifikasikan faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood unitrogen / kreatinin : memberikan informasi tentang perkusi atau fungsi
ginjal.
c. Glukosa : hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeleuaran kadar ketokolamin ( meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum : hypokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone utama
(penyebab) atau menjadi efek samping diuretic
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan kadar
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembetukan plak ateromatosa (fek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tyroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosterone urin/serum : mengkaji aldosternisme primer (penyebab)
i. Urinalisa :darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal da nada dm
j. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikkasi faktor resik hipertensi
k. Steroid urin : kenaikan dapat mngindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG : 12 lead, melihat tanda iskemi, untuk mleihat adanya hipertropi ventrikel
kiri ataupun ganguan coroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
pninggian gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hpertensi
m. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukkan distruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung
2. Pemeriksaan lanjut (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama)
a. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter
b. CT scab : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP : mengidentfikasikan peyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : spinal tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
6. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dngan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa obat : terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : diet
destrksi garam secara moderat dari 10rg/hr menjadi 5gr/hr.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah olah raga yang memiliki empat prinsip yaitu : macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80% dari kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
6. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedbeck
Biofeedbeck adalah suatu teki yang dipakai untuk menunjukan pada subyek tanda-tanda
mengeni keadaan tubuh secara sadar oeleh subyek dinggap tidak normal.
Penerapan biofeedbeck terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri
kepala dan migraine, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik rekalsasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks pendidikan kesehatan (penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatann yaitu untuk menigatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankn hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
7. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi
dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar pederita dapat bertambah kuat. Pengbatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan eumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh komite Dokter Ahli Hipertensi menyimpulkan bahwa
obat diuretic, penyakit beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagi
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang
konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009: 67). Depkes R.I (1988) dalam
Setiadi (2008: 3), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179), keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan adopsi yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan yang mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.

2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial, sebagai
suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis, dan sosial anggota.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
1) Keluarga inti (Nuclear family ) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (Extended family ) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya, diantaranya
menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi – sanksi legal
dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam
pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua – duanya bekerja dirumah, anak – anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja
diluar rumah.
5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak – anaknya dapat
tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu – waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti –panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak – anaknya dan
bersama – sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak – anak.
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu dihubungkan melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan – hubungan dengan suami istri.
5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga adalah sebagi berikut
:

a. Fungsi afektif ( the affective function ) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
(socialization and social placement function ) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function ) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function ) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function ) adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6. Tugas Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186), keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala
sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan – perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat


Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya,
perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :

1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.


2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ;
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber
keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap
hygiene sanitasi.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga

7 . Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008: 14-18), tahap perkembangan keluarga adalah :

a. Keluarga baru (Bergaining Family )


Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan ( child bearing )
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan tahap ini antara lain :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5) Pembagian tanggung jawab.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memnuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah) Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman .
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.

g. Keluarga usia pertengahan ( middle age family) Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.

h. Keluarga lanjut usia Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
1) Data Umum
a. Indentitas Kepala Keluarga
1) Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. I
2) Umur (KK) : 40 tahun
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : Berdagang
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) : SD
5) Alamat dan nomor telepon : Pasangrahan RT/RW 02/06 desa
cimuja kabupaten Sumedang
b. Komposisi Anggota Keluarga

No Nama Umur Jenis Hub Pendidikan Pekerjaan Status


Kelamin dengan Kesehatan
KK saat ini
1. Tn. I 40 tahun L KK SD Berdagang Sehat
2. Ny. L 34 tahun p Istri SD Berdagang Sakit
3. An. S 15 tahun L Anak SMA Tidak Sehat
bekerja
4. An. R 8 tahun L Anak SD Tidak Sehat
bekerja

c. Genogram
Keterangan :
: Laki- Laki

: Perempuan

: Perempuan klien

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. I adalah tipe keluarga Nuclear family atau keluarga inti yaitu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

e. Suku Bangsa
Tn. I berasal dari suku sunda (Sumedang) dan Ny. L berasal dari suku sunda
(Sumedang). Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda. Keluarga
Tn. I sudah lama tinggal di Sumedang. Lingkungan tempat tinggal klien dikelilingi
dengan orang-orang dengan suku yang sama yaitu sunda.

f. Agama
Keluarga Tn. I beragama islam dan menjalankan ajaran agama seperti shalat, puasa,
dan mengaji.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga

h. Aktifitas rekreasi Keluarga


Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah menonton tv setiap sore
sampai malam. Keluarga Tn. I jarang berpergian keluar rumah tetapi untuk An. S dan
An. R sering bermain dengan teman-temannya ketika sudah pulang sekolah.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluaarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Tn.I berada pada tahap 5 yaitu keluarga dengan anak remaja.
Yaitu dengan anak pertama berusia 15 tahun dan masih sekolah. Tugas
perkembangan :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intm dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
4. Perubaha sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.I tidak ada yang belum terpenuhi karena
c. Riwayat Keluarga Inti
Pada riwayat kesehatan Tn.I, An.S dan An. R tidak mempunyai keluhan atau
mengalami penyakit serius kecuali Ny.L yang mempunyai penyakit hipertensi.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya (Suami Istri)
Ny.L mengatakan memang di keluarganya memiliki riwayat hipertensi dari nenek dan
ibunya. Ny.L menyadari memiliki hipertensi sejak memiliki anak ke 2.

3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi sbagai berikut :
a) Luas Rumah
b) Tipe Rumah
Tipe rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.I adalah permanen.
c) Jumlah Ruangan
d) Ventilasi Rumah
e) Jarak septic tank dengan sumber air
f) Sumber air minum yang digunakan
g) Pengelolaan sampah
h) Denah rumah
b. Karakteristik tetangga dn komunitas RW
Keluarga Tn.I hidup di lingukungan pedesaa. Sebagian besar dari tetangga di lingkungan
tempat tinggal keluarga Tn.I adalah penduduk asli. Interaksi antar tetangga biasa
dilakukan pada sore hari. Untuk komunikasi kegiatan RW kluarga Tn.I sering ikut serta
seperti gotong royong dan ronda.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.I sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah tangga sampai
sekarang.
d. Perkumulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti kegiatan
masyarakat, dengan keluarga di dilingkugan sekitar saling berinteraksi dengan baik.
Waktu berumpulnya keluarga adalah pada malam hari ketika makan malam.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.I ada empat orang. Terdiri atas suami, istri, dan orang anak. Semuanya
saling mendukung satu sama lain.
f. Pola komunikasi keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis ketika ada suatu masalah
keluarga selalu mencoba untuk mengkomunkasikannya.
g. Struktur kekuatan keluarga
1) Respon kekuatan keluarga bila mendaptkan masalah maka dari setiap anggota
keluarga dapat menerima dan berusaha memecahkan masalah tersebut.
2) Kekuatan keluarga yang dilakukan adalah saling membantu memecahkan masalah,
memperhatikan dan mencoba menemukan jalan keluar. Dan setiap anggota keluarga
itu sendiri dapat saling menguatkan.
h. Struktur peran
- Tn.I sebagai kepala keluarga bertangung jawab dalam mengatur rumah tangganya
daan bekerja.
- Ny.L sebagai istri yang selalu menjadi ibu rumah tangga yang baik.
- An.S sebagai anak pertama dan masih SMA berumur 15 tahun
- An.R sebagai anak kedua dan masih SD berumur 8 tahun
i. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama
islam yang dianutnya serta norma masyarakat sekitarnya.
4. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Dalam kehidupan kesehariannya keluarga Tn.I rukun dan tentram. Semua keluarga
saling memiliki dan menyayangi.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn.I selalu mengajarkan mengenai hubungan social. Keluarg cukup aktif dalam
kegiatan yang ada dalam masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Fungsi reproduksi
Tn.I berusia 40 tahun dan Ny.L berusia 34 tahun. Ny.L sendiri masih haid dan
memungkinkan untuk memiliki keturunan lagi.
e. Fungsi ekonomi
Tn.I menjadi seorang pedagang, Ny.L pun seorang pedagang. Penghasilan yang didapat
bias untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sisanya ditabungkan.
5. Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Keluarga Tn.I mengatakan tidak pernah mengalami stress dalam jangka panjang
maupun pendek. Karena setiap permasalahan yang ada selalu diselesaikan dan tidak
diambil pusing.
b. Respon kelurga terhadap stress
- Strategi koping yang digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi setiap masalah.
- Strategi adaptasi yang disfungsional
Cara yang dilakukan keluarga adalah dengan menghadapi permasalahan tersebut.
6. Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan Tn.I Ny.L An.S An.R

1. Pemeriksaan
Umum
Penampilan CM CM CM CM
Umum
Tanda-Tanda
Vital
TD:… mmHg 120/80 150/100 120/80 110/80
Nadi:… x/mnt 84 71 74
Suhu:… C 36,5 36,8 36.5 37,0
RR:…. x/mnt 18 19 18 20

BB:… Kg
TB:…Cm
2. Kepala

Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris

Rambut Menyebar Menyebar Menyebar Menyebar

Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih Bersih

Kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

3. Mata

Konjungtiva Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda


Kesimetrisan Simetris Simetris Simetris Simetris

Minus/Plus Normal Normal

4. Hidung

Tulang Hidung Simetris Simetris Simetris Simetris

Lubang Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
secret secret secret secret

5. Telinga

Lubang Telinga Bersih Bersih Bersih Bersih

Pendengaran Dapat Dapat Dapat Dapat


berkomunikasi berkomunikasi berkomunikasi berkomunikasi
dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik

6. Mulut

Bibir Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda

Gigi Bersih Bersih Bersih Bersih

Gusi Tidak bengkak Tidak bengkak Tidak bengkak Tidak bengkak

Tonsil Tidak bengkak Tidak bengkak Tidak bengkak Tidak bengkak

7. Leher

Kelenjar tyroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan

8. Integument dan
kuku
Integument Tidak ada luka Tidak ada luka Tidak ada luka Tidak ada luka

Kuku Bersih Bersih Bersih Bersih

9. Thorak

Paru-paru Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


suara suara suara suara
tambahan tambahan tambahan tambahan

Jantung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

10. Abdomen Simetris Simetris Simetris Simetris

11. Ekstremitas

Edema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Kekuatan Kuat, dapat Kuat, dapat Kuat, dapat Kuat, dapat


bergerak baik bergerak baik bergerak baik bergerak baik

Data Tambahan :
a. Nutrisi
Pada saat dikaji Tn.I, An.S, dan An.R dapat mengkonsumsi makanan dengan baik sebab
3x1 sehari dengan 1 porsi habis, makanan yang disediakan nasi + lauk pauk, pada klien
Ny.L selalu merasakan mual dan kurang nafsu makan.
b. Eliminasi
Pada saat dikaji keluarga Tn.I melakukan BAB dengan baik yaitu 1x sehari disetiap pagi
hari dan BAK tidak terhitung kira-kira 5-6x sehari.
c. Istirahat Tidur
Pada saat dikaji keluarga Tn.I melakukan istirahat tidur pada jam 21.00 WIB dan semua
kelurga tidak pernah tidur siang karena sibuk bekerja.
d. Aktivitas Sehari-hari
Pada saat dikaji, Tn.I dan Ny.Lsering menghabiskan waktunya untuk bekerja sedangkan
An.S dan An.R berdiam di rumah atau bermain bersama teman-teman.
e. Merokok
f. Lain-lain
7. Harapan Kelurga
Keluarga Tn.I berharap agar tekanan darah Ny.L dalam batas normal dan dapat
mengontrolnya.
8. Kriteria tingkat kemandirian keluarga (KM)
No Kriteria Tingkat Kemandirian Keluarga

I II III IV

1. Menerima petugas
perawatan kesehatan
masyarakat
2. Menerima pelayanan
keperawatan yang
diberikan sesuai
dengan rencana
keperawatan
3. Tahu dan dapat
mengungkapkan
masalah keperawatan
secara benar
4. Melakukn tindakan
keperawatan
sederhana sesuai yang
dianjurkan
5. Memanfatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
secara aktif
6. Melaksanakan tindakan
pencegahan sesuai
anjuran
7. Melakukan tindakan
promotif secara aktif

ANALISA DATA

No Data Diagnose Keperawatn

Anda mungkin juga menyukai