PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana usaha dalam penstabilan lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro ?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan
adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng
dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng
tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan
lereng longsor
Pada keadaan :
-F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
-F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
-F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi
kestabilannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng,
maka kestabilan semakin berkurang.
b. Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng
adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan
tersebut merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus
sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
4
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah :
bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat
mekanik batuan antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga
sudut geser dalam batuan.
2. Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap
air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga
memperkecil kestabilan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan
menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser
batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah
longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
= C + ( - ) tan
dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
5
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan
(confined and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile
strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai
kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak
mudah longsor).
6
3. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih
dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut
geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa
bidang lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang
lemahnya.
c. Longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang
berupa busur disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi
pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel
tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian, longsoran busur
juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak
mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang
diletakkan diatas sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses
menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu :
7
2.2.3 Metode Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop method)
Metode irisan yang disederhanakan diberikan oleh Bishop ( 1955 ).
Metode ini menganggap bahwa gaya – gaya yang bekerja pada sisi – sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Persamaan kuat geser dalam tinjauan
tegangan efektif yang dapat dikerahkan tanah, hingga tercapainya kondisi
keseimbangan batas dengan mamperhatikan faktor aman, adalah :
Dimana : σ = tegangan normal total pada bidang longsor
u = tekanan air pori
Untuk irisan ke – i, nilai Ti = τ αi , yaitu nilai gaya geser yang
berkembang pada bidang longsor untuk keseimbangan batas. Karena itu Kondisi
keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah yang akan
longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan
oleh :
Dimana : xi = jarak Wi ke pusat rotasi O
Dari persamaan (II-51) dan (II-53), dapat diperoleh :
Dari kondisi keseimbangan vertikal, jika X1=Xi dan Xr = Xi+1 :
Ni cos Øi + Ti sin Øi = Wi + Xi – Xi+1
Dengan Ni’ = Ni – uiαi , substitusi Persamaan (II-52) ke Persamaan (II-
55), dapat diperoleh persamaan :Substitusi Persaman (II-56) ke Persamaan (II-54),
diperoleh :
Untuk penyederhanaan dianggap Xi – Xi+1 = 0 dan dengan mengambil
xi = R sin Øi bi = ai cos Øi
substitusi Persamaan (II-58) dan (II-59) ke Persamaan (II-57), diperoleh
persamaan faktor aman :
Dimana :
F = faktor aman
C’ = kohesi tanah efektif
Ø’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
Øi = sudut yang didefinisikan dalam gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i
8
nilai banding tekanan pori ( pore pressure ratio ) didefinisikan sebagai :
ru =
dimana : ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata – rata
dari Persamaan ( II-61), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk analisis
stabilitas lereng cara Bishop, adalah :
Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan
dengan metode Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara coba – coba ( trial and
error ),karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya. Akan
tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor aman yang mendekati nilai
faktor aman dari hitungan yang dialkukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan
nilai fungsi Mi, dengan
Mi = cos Øi ( 1 + tan Øi tan Ø’ / F )
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya
mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode
Fillinius lebih mudah, metode Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan
penyesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba
dalam menemukan bidang longsor dengan nilai factor aman yang terkecil. Jika
bidang longsor dianggap lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak – kotak di
mana tiap titik potong garis – garisnya merupakan tempat kedudukan pusat
lingkaran longsornya. pada titik – titik potong garis yang merupakan pusat
lingkaran longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat
Gambar II.11). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus
dilakukan pula hitungan faktor aman untuk menentukan nilai factor aman yang
terkecil dari bidang longsor dengan pusat lingkaran pada titik tersebut, yaitu
dengan mengubah jari-jari lingkarannya. Kemudian, setelah faktor aman
terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, Digambarkan garis kontur
9
yang menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran yang
mempunyai faktor aman yang sama. Gambar II-11 menunjukkan contoh
kontur-kontur faktor aman yang sama.Dari kontur faktor aman tersebut dapat
ditentukan letak kira-kira dari pusat lingkaran yang menghasilkan faktor
aman terkecil.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umun Wilayah Penelitian
11
Gambar3.1 Lokasi PT. Adaro Indonesia
12
C u r a h H u j a n Ta h u n a n
Curah hujan (mm/tahun) Minimal Curah hujan (mm/tahun) Maksimum
Curah hujan (mm/tahun) Rata - rata
700
600
500
400
300
200
100
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
13
longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan
oleh :
Dimana : xi = jarak Wi ke pusat rotasi O
Dari persamaan (II-51) dan (II-53), dapat diperoleh :
Dari kondisi keseimbangan vertikal, jika X1=Xi dan Xr = Xi+1 :
Ni cos Øi + Ti sin Øi = Wi + Xi – Xi+1
Dengan Ni’ = Ni – uiαi , substitusi Persamaan (II-52) ke Persamaan (II-
55), dapat diperoleh persamaan :Substitusi Persaman (II-56) ke Persamaan (II-54),
diperoleh :
Untuk penyederhanaan dianggap Xi – Xi+1 = 0 dan dengan mengambil
xi = R sin Øi
bi = ai cos Øi
substitusi Persamaan (II-58) dan (II-59) ke Persamaan (II-57), diperoleh
persamaan faktor aman :
Dimana :
F = faktor aman
C’ = kohesi tanah efektif
Ø’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
Øi = sudut yang didefinisikan dalam gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i
nilai banding tekanan pori ( pore pressure ratio ) didefinisikan sebagai :
ru =
dimana : ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata – rata
dari Persamaan ( II-61), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk
analisis stabilitas lereng cara Bishop, adalah :
14
Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan
dengan metode Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara coba – coba ( trial and
error ),karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya. Akan
tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor aman yang mendekati nilai
faktor aman dari hitungan yang dialkukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan
nilai fungsi Mi, dengan
Mi = cos Øi ( 1 + tan Øi tan Ø’ / F )
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya
mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode
Fillinius lebih mudah, metode Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan
penyesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam
menemukan bidang longsor dengan nilai factor aman yang terkecil. Jika bidang
longsor dianggap lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak – kotak di mana
tiap titik potong garis – garisnya merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran
longsornya. pada titik – titik potong garis yang merupakan pusat lingkaran
longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat Gambar
II.11). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus dilakukan
pula hitungan faktor aman untuk menentukan nilai factor aman yang terkecil dari
bidang longsor dengan pusat lingkaran pada titik tersebut, yaitu dengan
mengubah jari-jari lingkarannya. Kemudian, setelah faktor aman terkecil pada
tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, Digambarkan garis kontur yang
menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran yang mempunyai
faktor aman yang sama. Gambar II-11 menunjukkan contoh kontur-kontur
faktor aman yang sama.Dari kontur faktor aman tersebut dapat ditentukan letak
kira-kira dari pusat lingkaran yang menghasilkan faktor aman terkecil.
15
Gambar 10 Diagram untuk menentukan M, (Janbu dkk., 1965)
16
b) Kamera Digital/Kamera Handphone
Kamera berfungsi untuk mengambil gambar–gambar proses kegiatan
yang berlangsung di lapangan.
c) Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan ini meliputi safety shoes, helm, dan rompi reflector, masker,
kacamata. Peralatan ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal-hal
yang tidak diinginkan (kecelakaan).
d) Laptop
Laptop berfungsi untuk mengolah data – data yang telah diperoleh baik
dari media buku–buku referensi maupun dari catatan lapangan.
e) Radio
Radio ini berfungsi untuk melakukan komunikasi.
f) Kalkulator
untuk menghitung data yang telah di dapat di lapangan.
g) Bahan yang digunakan dalam kegiatan kerja praktik ini antara lain:
a. Stake out pada peta
b. Software
17
3. Tahap Penyusunan Laporan
Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus yang diperoleh dari
buku-buku literatur.
3.3.1 Metode Penelitian
Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara beberapa metode, yaitu :
a. Metode Observasi ( Pengamatan )
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan.
b. Metode Interview ( Wawancara )
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan
secara langsung di lapangan dari pihak perusahaan PT. Pamapersada
Nusantara Distrik Asmi.
c. Metode Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai tahapan-tahapan
produksi, baik berupa data yang diperoleh dari bangku kuliah maupun
dari sumber lain di luar bangku kuliah.
18
3.4 Bagan Alir Mulai
Studi Literatur
Pengambilan
Data
Pengolaha Data ;
19
3.5 Waktu Penelitian
Kerja Praktik ini dilaksanakan selama ±2 bulan. Dimulai tanggal 01
September 2020 sampai dengan 01 November 2020, penelitian dilakukan sesuai
dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.5 Waktu Penelitian
Agustus September Oktober
URAIAN
NO 2020 2020 2020
KEGIATAN
II III IV I II III IV I
Orientasi
1
Lapangan
Pengambila
2
n Data
Pembuatan
3
Laporan
20
DAFTAR PUSTAKA
Hoek, E. and Bray, J.W., “Rock Slope Engineering”’ 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, 1981.
Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir “ Kemantapan Lereng
Batuan”, Kursus Pengawas Tambang, 1993.
Gian Paolo Giani, “Rock Slope Stability Analysis”, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.
21