Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah kemantapan lereng pada batuan merupakan suatu hal yang
menarik, karena sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lerang
pada tanah. Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-
bidang lemah yang disebut dengan bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya
dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng
akan menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut
yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat
menyebabkan lereng tersebut longsor. Dalam merancang suatu tambang terbuka
dilakukan suatu analisis terhadap kestabilan lereng yang terjadi karena proses
penimbunan maupun penggalian sehingga dapat memberikan kontribusi
rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang
membutuhkan perhatian yang lebih bagi kelangsungan operasi penambangan
setiap harinya. Longsornya lereng pada suatu jenjang, dimana terdapat jalan
angkut utama atau berdekatan dengan batas properti atau instalasi penting, dapat
menyebabkan bermacam gangguan pada program penambangan.Walaupun
longsoran yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-tanda yang tidak begitu kentara,
tetap saja dapat membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penentuan metode analisis kestabilan lereng batuan di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro ?
2. Bagaimana cara melakukan perhitungan faktor kestabilan lereng batuan di
PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro ?
3. Bagaimana cara pemilihan geometri lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro ?
4. Bagaimana cara dalam pemantauan lereng di PT. Pamapersada Nusantara
Site Adaro ?

1
5. Bagaimana usaha dalam penstabilan lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui cara penentuan metode analisis kestabilan lereng batuan di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro.
2. Mengetahui perhitungan faktor kestabilan lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro.
3. Mengetahui cara pemiihan geometri lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro.
4. Mengetahui cara dalam pemantauan lereng di PT. Pamapersada Nusantara
Site Adaro.
5. Mengetahui usaha dalam penstabilan lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro.
Manfaat dari tugas akhir penelitin ini yakni mengetahui cara menentukan
metode analisis kestabilan lereng di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro dan
usaha dalam penstabilan lereng di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro.

1.4 Batasan Masalah


Dalam tugas akhir ini peneliti membatasi masalah yang mengarah pada
design lereng. Hal ini meliputi :
1. Penentuan metode analisis kestabilan lereng.
2. Alternatif sudut dan tinggi lereng
3. Pemilihan Geometri lereng
4. Pemantauan lereng
5. Usaha untuk menstabilkan lereng

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Perancangan lereng tambang terbuka dalam eksploitasi batubara
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut
keselamatan pekerja, alat, dan kelancaran produksi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan desain lereng tambang terbuka lapangan batubara yang
memenuhi syarat stabilitas. Analisa stabilitas pada desain lereng yang dirancang
menggunakan metode bishop dan metode spencer. Kedua metode ini mempunyai
perbedaan dalam penentuan kuat geser antar segmen. Dalam penelitian ini
dilakukan pemodelan lereng tunggal dengan jumlah model sebanyak 15 model
pada masing-masing lithologi. Sedangkan, untuk lereng keseluruhan digunakan 7
model geometri. Dari ke tujuh model tersebut, terdapat satu model dengan sudut
lereng 230 yang memenuhi standard stabilitas dengan nilai Faktor Keamanan akhir
1,499 dengan metode Bishop dan 1,518 dengan metode spencer yang berarti
lereng dalam keadaan stabil.
Kata Kunci: Analisa Kestabilan Lereng, Metode Bishop, Metode Spencer

2.2 Kestabilan Lereng


Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air
tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam
pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang
umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk
memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan
meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi,
kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng.
Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan,
sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng
tersebut.

3
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan
adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng
dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng
tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan
lereng longsor
Pada keadaan :
-F  1,0 = lereng dalam keadaan stabil
-F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
-F  1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng


Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa
faktor, antara lain :

a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi
kestabilannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng,
maka kestabilan semakin berkurang.

b. Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng
adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan
tersebut merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus
sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.

4
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah :
bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat
mekanik batuan antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga
sudut geser dalam batuan.

1. Bobot isi batuan


Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian
kestabilan lereng semakin berkurang.

2. Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap
air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga
memperkecil kestabilan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan
menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser
batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah
longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
 = C + ( - ) tan 

dimana :
 = kuat geser batuan (ton/m2)
C = kohesi (ton/m2)
 = tegangan normal (ton/m2)
 = sudut geser dalam (angle of internal friction)

3. Kandungan air dalam batuan


Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air
pori menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa
kuat geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya
berkurang.

5
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan
(confined and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile
strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai
kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak
mudah longsor).

5. Sudut geser dalam (angle of internal friction)


Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga
akan semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih
stabil.

d. Gaya dari luar


Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi)
kestabilan suatu lereng adalah :

1. Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian


alat-alat mekanis yang berat didekat lereng.
2. Pemotongan dasar (toe) lereng
3. Penebangan pohon-pohon pelindung lereng

2.2.2 Klasifikasi Longsoran Batuan


Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu :
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa sesar, rekahan (hoint) maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan
bidang luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20o),Kemiringan bidang luncur lebih besar
daripada sudut geser dalam batuannya.

6
3. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih
dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut
geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa
bidang lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang
lemahnya.
c. Longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang
berupa busur disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi
pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel
tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian, longsoran busur
juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak
mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang
diletakkan diatas sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses
menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling)


b. Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok)
c. Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural)

7
2.2.3 Metode Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop method)
Metode irisan yang disederhanakan diberikan oleh Bishop ( 1955 ).
Metode ini menganggap bahwa gaya – gaya yang bekerja pada sisi – sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Persamaan kuat geser dalam tinjauan
tegangan efektif yang dapat dikerahkan tanah, hingga tercapainya kondisi
keseimbangan batas dengan mamperhatikan faktor aman, adalah :
Dimana : σ = tegangan normal total pada bidang longsor
u = tekanan air pori
Untuk irisan ke – i, nilai Ti = τ αi , yaitu nilai gaya geser yang
berkembang pada bidang longsor untuk keseimbangan batas. Karena itu Kondisi
keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah yang akan
longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan
oleh :
Dimana : xi = jarak Wi ke pusat rotasi O
Dari persamaan (II-51) dan (II-53), dapat diperoleh :
Dari kondisi keseimbangan vertikal, jika X1=Xi dan Xr = Xi+1 :
Ni cos Øi + Ti sin Øi = Wi + Xi – Xi+1
Dengan Ni’ = Ni – uiαi , substitusi Persamaan (II-52) ke Persamaan (II-
55), dapat diperoleh persamaan :Substitusi Persaman (II-56) ke Persamaan (II-54),
diperoleh :
Untuk penyederhanaan dianggap Xi – Xi+1 = 0 dan dengan mengambil
xi = R sin Øi bi = ai cos Øi
substitusi Persamaan (II-58) dan (II-59) ke Persamaan (II-57), diperoleh
persamaan faktor aman :
Dimana :
F = faktor aman
C’ = kohesi tanah efektif
Ø’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
Øi = sudut yang didefinisikan dalam gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i

8
nilai banding tekanan pori ( pore pressure ratio ) didefinisikan sebagai :
ru =
dimana : ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata – rata
dari Persamaan ( II-61), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk analisis
stabilitas lereng cara Bishop, adalah :
Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan
dengan metode Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara coba – coba ( trial and
error ),karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya. Akan
tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor aman yang mendekati nilai
faktor aman dari hitungan yang dialkukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan
nilai fungsi Mi, dengan
Mi = cos Øi ( 1 + tan Øi tan Ø’ / F )
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya
mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode
Fillinius lebih mudah, metode Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan
penyesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba
dalam menemukan bidang longsor dengan nilai factor aman yang terkecil. Jika
bidang longsor dianggap lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak – kotak di
mana tiap titik potong garis – garisnya merupakan tempat kedudukan pusat
lingkaran longsornya. pada titik – titik potong garis yang merupakan pusat
lingkaran longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat
Gambar II.11). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus
dilakukan pula hitungan faktor aman untuk menentukan nilai factor aman yang
terkecil dari bidang longsor dengan pusat lingkaran pada titik tersebut, yaitu
dengan mengubah jari-jari lingkarannya. Kemudian, setelah faktor aman
terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, Digambarkan garis kontur

9
yang menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran yang
mempunyai faktor aman yang sama. Gambar II-11 menunjukkan contoh
kontur-kontur faktor aman yang sama.Dari kontur faktor aman tersebut dapat
ditentukan letak kira-kira dari pusat lingkaran yang menghasilkan faktor
aman terkecil.

Gambar 10 Diagram untuk menentukan M, (Janbu dkk., 1965)

Gambar 11 Kontur faktor aman

10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umun Wilayah Penelitian

3.1.1 Profil dan Sejarah Perusahaan


PT. Pamapersada Nusantara merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa kontraktor pertambangan yang mampu mendesain
tambang dan melakukan eksploitasi dibidang tambang emas (gold mine),
tambang batubara (coal mining) dan pemindahan tanah (earth moving). PAMA
hadir untuk mengisi kekosongan penambangan dengan teknik dan pola
penambangan yang benar serta menerapkan sistem good mining practice dalam
kegiatan penambangannya. PAMA turut berperan serta dalam meningkatkan
kualitas hidup bangsa melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang optimal.
Dimulai tahun 1974, dibentuk Rental Heavy Equipment yang
berubah menjadi Plant Hire and Mining Division atau lebih dikenal dengan PHM
Division dari PT. United Tractors pada tahun 1988.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dari industri pertambangan
yang bertumbuh pesat di era 80-90 an, maka dibentuk PT. Pamapersada Nusantara
pada tahun 1993 yang secara resmi menggantikan PHM Division. PAMA
berkembang pesat menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di indonesia
bermula dari proyek rental alat berat, kontraktor batubara, hingga ke bisnis energi.
PT. Pamapersada Nusantara memiliki 17 jobsite di Indonesia dan salah satunya
berada didaerah Kalimantan Selatan, dengan kostumer PT Adaro Indonesia yang
berlokasi di Kabupaten Tabalong.

3.1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT Pamapersada Nusantara Jobsite PT Adaro Indonesia terletak
di daerah Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk menuju ke
lokasi penambangan dapat ditempuh ± 8 jam dari Palangka Raya-Kabupaten
Tabalong. Kemudian dari simpang wara Kabupaten Tabalong menuju office PT.
Pamapersada Nusantara ± 45 menit menggunakan bus karyawan.
Daerah penelitian dilaksanakan di PT. Pamapersada Nusantara
dalam wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi DU 182 Kalimantan Selatan
dengan luas 35.549 Ha milik PT. Adaro Indonesia. Area Kuasa Pertambangan
batubara PT. Adaro Indonesia terdapat di Tutupan, Wara dan Paringin. Daerah
penambangan PT. Pamapersada selaku kontraktor berada pada Tutupan. Secara
astronomis, PT. PAMA terletak pada koordinat 115°36’30’’ – 115°36’10’’ Bujur
Timur dan 2°7’00’’ – 2°25’30’’ Lintang Selatan. Kuasa Pertambangan terdapat
pada 2 Provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan
Tengah (Gambar 3.1)

11
Gambar3.1 Lokasi PT. Adaro Indonesia

3.1.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan


Seperti halnya daerah lain di lokasi penelitian dan sekitarnya
beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Lokasi penelitian termasuk dalam daerah berhujan tropis dengan
curah hujan tinggi, yaitu berkisar antara 2000 mm – 3000 mm pada 2 tahun
terakhir dengan waktu yang dapat sangat singkat, tetapi dapat pula dengan waktu
yang panjang. Rata-rata temperatur sepanjang tahun berkisar antara 20°C sampai
34°C. Pergerakan temperatur harian 3°C − 4°C. Kelembaban rata-rata 80%,
dengan kelembaban pagi hari 90% dan sore hari 70%.
Daerah Tabalong memiliki iklim dengan curah hujan yang relatif tinggi. Data
curah hujan rata – rata lokasi penelitian dan sekitarnya dari tahun 2002 sampai
dengan 2017.

12
C u r a h H u j a n Ta h u n a n
Curah hujan (mm/tahun) Minimal Curah hujan (mm/tahun) Maksimum
Curah hujan (mm/tahun) Rata - rata

700
600
500
400
300
200
100
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 3.2 Grafik Curah Hujan Tahun 2002 – 2017

(Sumber : Arsip PT Pama Jobsite Adaro, 2018)

3.2 Metode Analisa Kestabilan Lereng Yang Digunakan


Kestabilan suatu lereng dapat dianalisa dengan Metode Bishop
Disederhanakan (Simplified Bishop method) pada kestabilan lereng.
Metode irisan yang disederhanakan diberikan oleh Bishop ( 1955 ). Metode
ini menganggap bahwa gaya – gaya yang bekerja pada sisi – sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah vertikal. Persamaan kuat geser dalam tinjauan
tegangan efektif yang dapat dikerahkan tanah, hingga tercapainya kondisi
keseimbangan batas dengan mamperhatikan faktor aman, adalah :

Dimana : σ = tegangan normal total pada bidang longsor


u = tekanan air pori
Untuk irisan ke – i, nilai Ti = τ αi , yaitu nilai gaya geser yang
berkembang pada bidang longsor untuk keseimbangan batas. Karena itu Kondisi
keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah yang akan

13
longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan
oleh :
Dimana : xi = jarak Wi ke pusat rotasi O
Dari persamaan (II-51) dan (II-53), dapat diperoleh :
Dari kondisi keseimbangan vertikal, jika X1=Xi dan Xr = Xi+1 :
Ni cos Øi + Ti sin Øi = Wi + Xi – Xi+1
Dengan Ni’ = Ni – uiαi , substitusi Persamaan (II-52) ke Persamaan (II-
55), dapat diperoleh persamaan :Substitusi Persaman (II-56) ke Persamaan (II-54),
diperoleh :
Untuk penyederhanaan dianggap Xi – Xi+1 = 0 dan dengan mengambil
xi = R sin Øi
bi = ai cos Øi
substitusi Persamaan (II-58) dan (II-59) ke Persamaan (II-57), diperoleh
persamaan faktor aman :
Dimana :
F = faktor aman
C’ = kohesi tanah efektif
Ø’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
Øi = sudut yang didefinisikan dalam gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i
nilai banding tekanan pori ( pore pressure ratio ) didefinisikan sebagai :
ru =
dimana : ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata – rata
dari Persamaan ( II-61), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk
analisis stabilitas lereng cara Bishop, adalah :

14
Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan
dengan metode Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara coba – coba ( trial and
error ),karena nilai faktor aman F nampak di kedua sisi persamaannya. Akan
tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor aman yang mendekati nilai
faktor aman dari hitungan yang dialkukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan
nilai fungsi Mi, dengan
Mi = cos Øi ( 1 + tan Øi tan Ø’ / F )
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya
mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode
Fillinius lebih mudah, metode Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan
penyesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam
menemukan bidang longsor dengan nilai factor aman yang terkecil. Jika bidang
longsor dianggap lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak – kotak di mana
tiap titik potong garis – garisnya merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran
longsornya. pada titik – titik potong garis yang merupakan pusat lingkaran
longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat Gambar
II.11). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus dilakukan
pula hitungan faktor aman untuk menentukan nilai factor aman yang terkecil dari
bidang longsor dengan pusat lingkaran pada titik tersebut, yaitu dengan
mengubah jari-jari lingkarannya. Kemudian, setelah faktor aman terkecil pada
tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, Digambarkan garis kontur yang
menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran yang mempunyai
faktor aman yang sama. Gambar II-11 menunjukkan contoh kontur-kontur
faktor aman yang sama.Dari kontur faktor aman tersebut dapat ditentukan letak
kira-kira dari pusat lingkaran yang menghasilkan faktor aman terkecil.

15
Gambar 10 Diagram untuk menentukan M, (Janbu dkk., 1965)

Gambar 11 Kontur faktor aman

3.2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan kerja praktik ini antara lain:
Buku Lapangan (Catatan Harian)
Buku lapangan berukuran kecil sehingga tidak menyulitkan pada saat digunakan.
Buku lapangan berfungsi untuk mencatat data–data penting atau point–point
penting yang diperlukan dalam kerja praktik.
a) Alat Tulis
Alat tulis berfungsi untuk mencatat data–data yang diperlukan di
lapangan.

16
b) Kamera Digital/Kamera Handphone
Kamera berfungsi untuk mengambil gambar–gambar proses kegiatan
yang berlangsung di lapangan.
c) Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan ini meliputi safety shoes, helm, dan rompi reflector, masker,
kacamata. Peralatan ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal-hal
yang tidak diinginkan (kecelakaan).
d) Laptop
Laptop berfungsi untuk mengolah data – data yang telah diperoleh baik
dari media buku–buku referensi maupun dari catatan lapangan.
e) Radio
Radio ini berfungsi untuk melakukan komunikasi.
f) Kalkulator
untuk menghitung data yang telah di dapat di lapangan.
g) Bahan yang digunakan dalam kegiatan kerja praktik ini antara lain:
a. Stake out pada peta
b. Software

3.3 Langkah Kerja


1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan Kerja Praktik,
memperlajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku
panduan yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang ingin
diteliti.
2. Tahap Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
cara survey langsung di lapangan, pengambilan data dilapangan.
Sedangkan untuk data sekunder meliputi data curah hujan, keadaan
geologi daerah penelitian dan peta lokasi penelitian.

17
3. Tahap Penyusunan Laporan
Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus yang diperoleh dari
buku-buku literatur.
3.3.1 Metode Penelitian
Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara beberapa metode, yaitu :
a. Metode Observasi ( Pengamatan )
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan.
b. Metode Interview ( Wawancara )
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan
secara langsung di lapangan dari pihak perusahaan PT. Pamapersada
Nusantara Distrik Asmi.
c. Metode Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai tahapan-tahapan
produksi, baik berupa data yang diperoleh dari bangku kuliah maupun
dari sumber lain di luar bangku kuliah.

18
3.4 Bagan Alir Mulai

a. Bagaimana cara penentuan metode analisis kestabilan


lereng batuan
b. Bagaimana cara melakukan perhitungan faktor
kestabilan lereng batuan
c. Bagaimana cara pemilihan geometri lereng batuan
d. Bagaimana cara dalam pemantauan lereng
e. Bagaimana usaha dalam penstabilan lereng batuan

Studi Literatur

Pengambilan
Data

Data Primer : Data Sekunder:


 Geometri lereng  Data curah hujan
 Struktur batuan  Peta geologi
 Sifat fisik dan mekanik batuan  Peta geologiregional
 Peta lokasi dan kesampaian daerah

Pengolaha Data ;

19
3.5 Waktu Penelitian
Kerja Praktik ini dilaksanakan selama ±2 bulan. Dimulai tanggal 01
September 2020 sampai dengan 01 November 2020, penelitian dilakukan sesuai
dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.5 Waktu Penelitian
Agustus September Oktober
URAIAN
NO 2020 2020 2020
KEGIATAN
II III IV I II III IV I
Orientasi
1
Lapangan
Pengambila
2
n Data
Pembuatan
3
Laporan

20
DAFTAR PUSTAKA

Hoek, E. and Bray, J.W., “Rock Slope Engineering”’ 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, 1981.

Made Astawa Rai, Dr. Ir .”Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis


dan Metode Grafis”, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang Terbuka, 1993.

Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir “ Kemantapan Lereng
Batuan”, Kursus Pengawas Tambang, 1993.

Gian Paolo Giani, “Rock Slope Stability Analysis”, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.

21

Anda mungkin juga menyukai