SAMPLING AUDIT
Disusun Oleh :
Cep Hilmy Agny : 1618204018
Standar audit (SA 530) mendefinisikan sampling audit sebagai penerapan standar audit
terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa
sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama dipilih untuk memberikan basis
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit
dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi,
dan prosedur analitis. Sampling audit banyak dipakai dalam pengujian berupa prosedur
pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing). Sampling audit,
jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu
dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit
yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan
dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau
kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat
menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi.
Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini
akan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang
tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan
kondisinya. Karena itulah sampling perlu dilakukan agar dapat menghemat biaya dan
memudahkan auditor melakukan pekerjaan.
Contoh, perhitungan auditor atas resiko pengendalian yang mempengaruhi sifat (nature),
waktu (timing), luas (extent) dan pemilihan staf (staffing) atas prosedur-prosedur audit
lainnya yang dilakukan.Ketidakpastian yang melekat dalam audit sering disebut sebagai
risiko audit. Sampling audit menerapkan dua komponen risiko audit, yaitu :
Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa pengendalian intern tidak dapat mendeteksi atau
menghindari salah saji material dalam asersi laporan keuangan.
Pengujian rincian risiko merupakan risiko bahwa salah saji material tidak akan diungkapkan
dengan pengujian rincian oleh auditor.
Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang secara langsung
berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian, dan sampling audit dalam
pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan mengendalikan pengujian
rincian atas risiko.
Risiko Sampling
Risiko sampling(sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang
melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. melakukan pengujian
pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat terjadi :
Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk of assessing
control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan
sampel mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat
efektivitas operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui,
dianggap tidak cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan atas penilaian tingkat
risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od assessing control risk too high) adalah
risiko bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung
penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual
dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap cukup untuk
mendukung tingkat penilaian yang direncakan.
Pada saat sampling statistik dugunakan, teknik sampel ini masing-masing ditunjukkan
sebagai sampling atribut dan sampling variabel.
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit yang kurang dari 100% pada item-item
dalam populasi, seperti saldo akun atau kelompok transaksi, yang bertujuan untuk
mengevaluasi beberapa karakteristik populasi tersebut. Rencana sampling untuk pengujian
substantif dapat dirancang untuk :
1. Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material
2. Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo
akun yang dicatat tidak salah saji secara material
Risiko sampling
Timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian
substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan
yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsure saldo
akun atau kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin
mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan,
yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung
dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel
tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya:
semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya.
Statistical sampling
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk memastikan bahwa pengujian audit dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga menghindari risiko sampling yang mungkin terjadi dan
meminimumkan kemungkinan terjadinya kesalahan nonsampling. Teknik sampling dalam
audit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: menggunakan Metode Statistik atau disebut
"sampling statistik" dan Tanpa Menggunakan Metode Statistik atau disebut "sampling non
statistik". Sampling statistik berbeda dari sampling non statistik. Dalam sampling metoda
statistik, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi risiko
sampling dalam perencanaan sampel, dan mengevaluasi hasil. Dalam sampling non-statistik,
auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Auditor memilih unsur-unsur sampel yang
diyakininya akan memberi informasi yang paling bermanfaat dalam situasi yang dihadapi dan
mencapai kesimpulan tentang populasi berdasarkan hasil pertimbangannya. Karena alasan
tersebut, penggunaan sampling non-stastistik sering disebut judgemental sampling.
Sampel represetatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak diikut sertakan
dalam sampel. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel representatif atau
tidak adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi. Suatu hasil sampel bisa
menjadi tidak representatif karena kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling. Risiko
dari terjadinya kedua jenis kesalahan ini disebut resiko non-sampling dan resiko sampling.
Resiko non-sampling adalah resiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-sampling adalah: auditor
gagal untuk mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur
audit.
Risiko sampling adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel
tidak mencermikan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren dari sampling yang
disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi.
Auditor menggunakan sampel dalam pengendalian dan pengujian substantive transaksi untuk
menaksir persentase unsur-unsur alam suatu populasi yang berisi suatu karakteristik atau
atribut. Persentase ini disebut ingkat keterjadian atau tingkat penyimpangan. Auditor
menaruh perhatian pada jenis-jenis penyimpanagna dalam populasi data akuntansi berikut: a.
Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien; b. kesalahan penyajian rupiah dalam
populasi transaksi; c. kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun. Dalam
penggunaan sampling audit untuk tingkat penyimpangan, auditor ingin mengetahui tnggkat
penyimpangan yang paling mungkin, dan bukan lebarnya interval keyakinan. Oleh krena itu
auditor fokus pada batas atas dari taksiran itervval yang disebut taksiran atau computed upper
exception rate dalam pengujian pengendalian dan pengujian sustantif transaksi.
Auditor harus melakukan langkah demi langkah dengan cermat untuk mencapai penerapan
yang tepat baik dari segi auditing maupun persyaratan sampling. Adapun langkah-langkah
tersebut yaitu;
Tujuan pengujia harus ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji.biasanya
auditor merumuskan tujuan pengujian pengendalian dan pengujian sbstatif transaksi sebagai
berikut: menguji efektifitas operasi pengendalian dan menentukanapakah transasksi berisi
kesalahan penyajian rupiah. Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan
piutang biasanya adalah untuk menguji efekivitas pengendalian intern.
Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merecanakan untuk memperoleh kesimpulan
tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus melihat keprogram audit da
memilih prosedurmana yang bisa diterapkan dengan menggunakan sampling audit.
Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor. Auditor bisa merumuskan
populasi untuk mengikutsertakan setap unsur yang diinginkan, tetapi ketika mereka menarik
sampel, unsur tersebut harus terpiih dari keseluruhan populasi sebagaimana yang telah
dirumuskan. Auditor harus menguji kelngkapan populasi dan detil keterkaitan sebelum suatu
sampel ditarik untuk memastikan bahwa semua unsur populasi memiliki kesempatan untuk
dipilih. Auditor hanya bisa melakukan generalisasi tentang populasi yang telah disampel.
Sebagai contoh, ketika melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi penjualan, biasanya yang dirumuskan auditor sebagai populasi adalah semua faktur
yang telah dicatat selama tahun diaudit. Apabila auditor hanya mengambil sampel dari satu
bulan transaksi, menjadi tidak valid untuk mengambil kesimpulan tentang faktur untuk
keseluruhan tahun. Auditor juga harus dengan cermat merumuskan populasi dimuka dan
harus konsisten dengan tujuan audit.
Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan tujuan
pengujian audit. unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak
yang akan digeneralisasi oleh auditor. Unit sampling adalah langkah awal dalam melakukan
pengujian audit. untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang, unit sampling biasanya
adalah nomor-nomor fatur penjualan dan dokumen pengiriman barang.
Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER) untuk
setiap atribut membutuhkan pertimbangan professional auditor.seberapa besar TER yang
dipandang memadai,berkaitan dengan materialitas dan oleh karena itu dipengaruhi oleh
perumusan atribut dan artinya atribut dalam perencanaan audit. TER akan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadapa ukuran sampel. Ukuran sampel yang lebih besar akan dibutuhkan
untuk TER yang rendah dibandingkan denga TER yang tinggi.
vii. Risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang bisa diterima
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi,
risiko tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapa risiko pengendalian terlalu
rendah atau acceptable risk of assessing control risk too low (ARACR). ARACR mengukur
risiko yang bisa diterima auditor untuk menerima bahwa pengendalian efektif padahal tingkat
penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih besar dari TER. ARACR yang tinggi
berarti bahwa auditor bersedia untuk mengambil risiko yang substansial dengan
menimpulakan bahwa pengendalian efektif setelah semua pengujian selesai.
Auditor harus menaksir dimuka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan ukuran
sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi atau estimated
population exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel relative kecil akan
memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa ditolerasi sebagaimana yang ditetapkan auditor,
karena hanya diperlukan suatu tingkat ketepata taksiran yang redah. Auditor sering
menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk menaksir EPER. Jika hasil adit tahun lalu
tidak tersedia, auditor bisa mengambil suatu sampel pendahuluan yang kecil dari populasi
tahun ini untuk tujuan audit tahun ini. Tidak menjadi masalah apakah taksiran akan tepat,
karena tingkat penyimpangan sampel tahun ini akhirnya akan digunakan untuk menaksir
karakteristik populasi. Apabila digunakan sampel pendahuluan, sampel tersebut bisa diikut
sertakan dalam total sampel, asalkan diikuti prosedur pemilihan yang tepat.
Ada empat factor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling udit, yaitu: ukuran
populasi, TER, ARACR dan EPER.ukuran populasi bukan factor yang signifikan dan
biasanya bisa diabaikan, terutama apabila populasinya besar. Auditor mengungkapkan
sampling non-statistik dalam penentuan ukuran sampel apabila ia bermaksud akan
menggunakan pertimbangan professional, tidak menggunakan formula statistil. Setelah ketiga
factor yang memengaruhi ukuran sampel ditentukan, auditor dapat memutuskan ukuran
sampel awal. Disebut “ukuran sampe awal” karena penyimpangan dalam sampel yang
sesungguhnya harus dievaluasi sebelum auditor memutuskan apakah sampel cukup besar
untuk mencapai tujuan pengujian.
Sampling Audit Statistik
Metoda sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantive transaksi adalah sampling atribut. (sampling atribut yang dimaksud
dalam hal ini adalah sampling atribut statistik. Sampling non statistik juga mempunyai atribut,
yaitu: karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi istilah sampling atribut hanya
digunakan dalam sampling statistik).
Penerapan sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
lebih banyak persamaannya dengan sampling non statistik di bandingkan dengan
perbedaannya.
Dalam sampling atribut, risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah harus ditetapkan
secara aksplisit. Contoh tingkat risiko yang disesuaikan dengan tingkat risiko yang
direncanakan :
Rendah
Moderat
10
Tinggi
15
KESIMPULAN
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantif. Sampling audit banyak dipakai dalam pengujian berupa prosedur
pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing). Suatu hasil
sampel bisa menjadi tidak representatif karena kesalahan non-sampling dan kesalahan
sampling. Risiko dari terjadinya kedua jenis kesalahan ini disebut resiko non-sampling dan
resiko sampling.
Resiko non-sampling adalah resiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Risiko sampling adalah risiko auditor mencapai suatu
kesimpulan yang keliru karena sampel tidak mencermikan populasi. Teknik sampling dalam
audit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: menggunakan Metode Statistik atau disebut
"sampling statistik" dan Tanpa Menggunakan Metode Statistik atau disebut "sampling non
statistik".