Anda di halaman 1dari 7

PENGHANTAR ILMU LINGKUNGAN

MIKROPLASTIK DI LINGKUNGAN PERAIRAN: IMPLIKASI


BAGI EKOSISTEM KANADA

Oleh:
1. Anton Arief (1820801015)
2. Ade Kusumah (1830801025)
3. Yunike Dwi Aprianti (1810801012)
4. Winda Astriana (1810801011)
5. Nur Rahmawati (1810801009)

Dosen Pengampu:
RA. Hoertary Tirta Amallia, M. Kes

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan,
kekuatan, dan kesehatan untuk bisa melaksanakan tugas mata kuliah Penghantar Ilmu
Lingkungan. Berkat rahmat, taufiq serta hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan
tugas dari mata kuliah Penghantar Ilmu Lingkungan dengan lancar dan penuh
kemudahan. Tak lupa lupa sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya hingga akhir zaman.
Terima kasih kepada Ibu RA. Hoertary Tirta Amallia, M. Kes. Selaku dosen
pengampuh yang telah membimbing kami selama mata kuliah Penghantar Ilmu
Lingkungan dengan baik dan sabar, hingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah ini.
Penulis bersedia menerima kritikan dan saran dari pembaca sebagai bahan
perbaikan tugas ini dikemudian hari. Semoga tugas berikutnya penulis dapat
menyelesaikan dengan baik.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 04 Desember 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

2
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I.........................................................................................................................

PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................

C. Tujuan Masalah.............................................................................................

BAB II.......................................................................................................................

PEMBAHASAN.......................................................................................................

A. Laut................................................................................................................

BAB III......................................................................................................................

PENUTUP.................................................................................................................

Kesimpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

3
Laut sebagai karunia yang menyediakan sumberdaya bernilai ratusan milyar
dolar setiap tahun, dan merupakan sumber protein utama bagi manusia. Laut
sebagai penghubung antar benua, pembentuk garis pantai dan iklim dengan cara
mendistribusikan sejumlah besar panas ke seluruh bumi. Karena peran laut yang
sangat besar, sudah seharusnya laut dikelola dengan baik. Pengelolaan lingkungan
laut harus berwawasan lingkungan agar hubungan manusia dengan lingkungan laut
selalu berada pada kondisi yang optimum.Secara alamiah, laut mempunyai
kemampuan untuk menetralisisr zat-zat pencemar yang masuk ke dalam laut,
namun apabila ternyata zat tersebut melebihi batas kemampuan air laut untuk
menetralisir zat pencemar tersebut dan melampaui batas ambang cemar, maka
kondisi inilah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan laut (Tampubolon,
2016).
Sampah laut merupakan benda padat persistent yang dihasilkan oleh manusia
secara langsung atau tidak langsung dengan cara dibuang atau ditinggalkan di laut.
Jumlah dari keberadaan sampah laut semakin meningkat dan hampir 60-80%
sampah laut terdiri sampah plastik. Presentase yang cukup tinggi membuat sampah
plastik menjadi salah satu cemaran yang dapat memberikan dampak buruk, tidak
hanya pada lingkungan saja, melainkan dapat memberikan dampak untuk biota
yang ada pada lingkungan tersebut. Plastik merupakan salah satu jenis sampah
yang sangat dominan. penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari saat ini dapat
mencapai angka yang cukup tinggi yaitu berkisar 75-80 juta ton (Goldstein, 2013).
Plastik merupakan tipe sampah laut dominan. Plastik merupakan polimer
organik sintetis dan memiliki karakteristik bahan yang cocok digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Kemenperin (2013), sekitar 1.9 juta ton plastik
diproduksi selama tahun 2013 di Indonesia dengan rata-rata produksi 1.65 juta
ton/tahun. diperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang baru diproduksi akan
dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Hal ini berarti sekitar 165 ribu ton
plastik/tahun akan bermuara di perairan laut Indonesia.
Pada umumnya, proses dekomposisi plastik berlangsung sangat lambat.
Dibutuhkan waktu hingga ratusan tahun agar plastik terdegradasi menjadi
mikroplastik dan nanoplastik melalui berbagai proses fisik, kimiawi, maupun

4
biologis. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang diameternya berukuran
kurang dari 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok
mikroplastik belum didefinisikan secara pasti, akan tetapi kebanyakan penelitian
Mengambil objek partikel dengan ukuran minimal 300 ȝm3. Mikroplastik
terbagi lagi menjadi kategori ukuran, yaitu besar (1-5 mm) dan kecil(<1
mm).Mikroplastik hadir dalam bermacam-macam kelompok yang sangat
bervariasi dalam hal ukuran,bentuk, warna, komposisi, massa jenis, dan sifat-sifat
lainnya. Dengan menggunakan pemahaman dari literatur kelautan dan penelitian
yang telah ada mengenai mikroplastik, harapannya kita mampu menangani
mikroplastik pada air laut (Victoria, 2017).
Dampak kontaminasi sampah plastik pada kehidupandi laut dipengaruhi oleh
ukuran sampah tersebut. Sampah plastik yang berukuran besar, seperti benang
pancing dan jaring, seringkali menyebabkan hewan-hewan terbelit.Sampah plastik
yang lebih kecil, seperti tutup botol, korekapi, dan pelet plastik, dapat tertelan oleh
organisme perairan dan menyebabkan penyumbatan usus sertapotensi keracunan
bahan kimia. Sementara itu,mikroplastik dapat dicerna bahkan oleh organisme
terkecildi habitat tersebut dan menimbulkan masalah yang lebihserius yang belum
dapat diketahui secara pasti (Tankoviü, M.S. et all. 2015).

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Laut
Laut Laut merupakan penghubung antar benua, pembentuk garis pantai dan
iklim dengan cara mendistribusikan sejumlah besar panas ke seluruh bumi,
sehingga tempat-tempat yang menerima sedikit cahaya matahari pun masih dapat
dihuni. Laut berperan penting dalam mengatur siklus karbon, karena laut mampu
menyerap 25% dari seluruh karbon dioksida yang dihasilkan di bumi. Laut
merupakan karunia yang menyediakan sumberdaya bernilai ratusan milyar dolar

5
setiap tahun, dan merupakan sumber protein utama bagi jutaan orang (Goldstein,
2013).
The International Convention for The Prevention of The Sea by Oil, Deklarasi
Stockholm 1971, UNCLOS 1982 dan juga instrumen Hukum Internasional lainnya
yang mengatur mengenai Lingkungan Hidup khususnya lingkungan laut
menegaskan bahwa negara-negara peserta memiliki kewajiban untuk melindungi
dan melestarikan Lingkungan Laut untuk menjamin keberlanjutan lingkungan.
Alexander Gillespie menyatakan bahwa“Ideally, all countries of the world would
be members of all conservation agreements and all agreements would have
universal membership. The parties will encourage noncontracting parties to accept
the regime, and they will also encourage non-parties to apply the same
phytosanitary measures consistent with the provisions of the Convention”, maka
dapat dikatakan bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat
menghindar dari kewajiban pelestarian lingkungan semata-mata hanya karena
mereka bukanlah peserta konvensi (Tankoviü, M.S. et all. 2015).

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

B. Saran

6
DAFTAR PUSTAKA

Goldstein MC, Titmus AJ, Ford M. (2013). Scales of spatial heterogeneity of plastic
marine debris in the Northeast Pacific Ocean. Plos One.
Journal.pone. 8 (11):111-123.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. (2013). Konsumsi


plastik 1,9 juta ton [Internet]. [diunduh 2019 Des 03]. Tersedia
pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel/6262/Semester-I,
KonsumsiPlastik-1,9-Juta-Ton.

Tampubolon, J. (2016). DIPONEGORO LAW REVIEW Selain Deklarasi Stockholm


1972, 5, 1–20.

Tankoviü, M.S. Perusco, V.S., J. Godrijan, D., M. Pfannkuchen. (2015). Marine


plastic debris in the north-eastern Adriatic. Micro. 6 (4):76-88.

Victoria, A. V. (2017). Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar, Yogyakarta:


UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai