Anda di halaman 1dari 14

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/ilkom.v11i2.

3329

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM KESIAPAN


MENGHADAPI BENCANA LONGSOR BAGI MASYARAKAT
DI BANDUNG BARAT
(STUDI KASUS TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI DALAM
KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA LONGSOR BAGI
MASYARAKAT KAWASAN PERTANIAN DI KAKI GUNUNG
BURANGRANG, KAB.BANDUNG BARAT)

Ditha Prasanti
Ikhsan Fuady

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultasa Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Jl.Raya Bandung-Sumedang KM.21 Bandung
dithaprasanti@gmail.com
sandyca@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tingginya kerugian akibat bencana longsor disebabkan rendahnya komunikasi dan koordinasi yang
efektif antar masyarakat sehingga masih rendahnya usaha pencegahan terjadinya bencana longsor.
Usaha penanggulangan resiko bencana akibat kerusakan lingkungan dan menjaga kelestarian
lingkungan merupakan salah satu tujuan yang sangat penting dilakukan dan tertuang dalam tujuan dalam
butir tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dalam mengelola
hutan secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi dan menghentikan kepunahan keanekaragaman
hayati. Oleh karena itu, diperlukan adanya strategi komunikasi masyarakat kawasan pertanian dalam
kesiapan menghadapi bencana longsor di kaki gunung Burangrang, kab.Bandung Barat.

Untuk menurunkan resiko bencana, tentu memerlukan suatu strategi komunikasi yang efektif agar
kegiatan penurunan resiko bencana dapat berjalan secara optimal. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti semakin tertarik untuk mengangkat penelitian ini, dengan judul “Strategi
Komunikasi Dalam Kesiapan Menghadapi Bencana Longsor bagi Masyarakat Kawasan Pertanian di
kaki gunung Burangrang, kab.Bandung Barat.”

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Peneliti
mengambil 4 informan dengan menggunakan teknik sampling purposive. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya strategi komunikasi interaktif dalam
kesiapan menghadapi bencana longsor, terdiri dari: (1) Penentuan aparat desa/tokoh masyarakat
sebagai komunikator/ sumber yang kredibel; (2) Pemilihan pesan yang mudah diterima oleh
masyarakat di kawasan kaki gunung Burangrang; (3) Penggunaan media komunikasi yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat desa; (4) Pemahaman karakteristik masyarakat desa; (5) Mengatasi
hambatan komunikasi yang terjadi selama pelaksanaan strategi komunikasi tersebut.

Kata Kunci: Strategi, Komunikasi, Kesiapan, Bencana Longsor, Bandung Barat

135
136 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

ABSTRACT

The high losses due to landslide disaster due to low communication and effective coordination between
communities so that the low effort prevention of landslide disaster. Disaster risk reduction efforts due
to environmental degradation and environmental preservation are among the most important objectives
to be undertaken and stipulated in the objectives of Sustainable Sustainable Goals (SDGs) aimed at
managing forests sustainably, combat desertification and halt biodiversity extinctions. Therefore, it is
necessary to have community communications strategy in the area of agriculture
​​ preparedness to face
the landslide disaster at the foot of Mount Burangrang, Bandung Barat.

To reduce the risk of disaster, would require an effective communication strategy for disaster risk
reduction activities can run optimally. Based on this background, the researcher is increasingly interested
in raising this research, entitled “Communication Strategy in Landslide Preparedness Preparedness for
the Community of Agricultural Area at the foot of Burangrang Mountain, Bandung Barat.”

In this study, researchers used a qualitative approach with case study methods. The researcher took
4 informants by using purposive sampling technique. Data collection techniques used were in-depth
interviews, observations, and documentation studies.

The results of the research have shown the existence of interactive communication strategy in the
readiness to face landslide disaster, consist of: (1) Determination of village apparatus / public figure as
communicator / credible source; (2) The selection of messages that are easily accepted by the community
in the foot area of ​​Burangrang mountain; (3) The use of communication media in accordance with the
characteristics of the village community; (4) Understanding the characteristics of rural communities;
(5) Addressing the communication barriers that occur during the execution of the communication
strategy.

Keywords: Strategy, Communication, Readiness, Landslide Disasters, West Bandung

PENDAHULUAN menggambarkan berbagai makna seperti suatu


rencana, taktik atau cara untuk mencapai apa
Sebagai makhluk sosial, komunikasi
yang diinginkan. Strategi pada hakikatnya
merupakan kebutuhan utama bagi setiap
adalah perencanaan (planning) dan manajemen
individu. Dalam proses komunikasi tersebut,
(management) untuk mencapai suatu tujuan.
setiap individu tentu memiliki maksud dan
Tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,
tujuan yang hendak ingin dicapai. Terlepas dari
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
cara yang dilakukannya untuk berkomunikasi,
yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan
maka setiap individu pun akan memainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
perannya masing-masing agar tujuan yang
operasionalnya. (Effendy, 2003:32)
diharapkannya pun tercapai. Oleh karena itu,
Unsur komunikasi yang turut menjadi
untuk mencapai tujuan komunikasinya inilah,
faktor penentu keberhasilan dalam mencapai
maka diperlukan sebuah strategi komunikasi
tujuan pembangunan adalah pelaku komu-
yang efektif demi keberhasilan tujuan yang
nikasi baik dari unsur pemerintah lokal
diharapkan.
maupun masyarakat. Dimensi–dimensi yang
Istilah strategi sudah menjadi istilah
menjadi pertimbangan untuk orang yang
yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 137

menyampaikan pesan (komunikator) adalah menghindari konfrontasi politik serta menjamin


kredibilitas, keahlian, dapat dipercaya, daya ketersediaan berbagai alternatif untuk
tarik, karismatik, kewibawaan, pemenuhan. memformulasikan dan mengorganisasikan
Unsur berikutnya adalah komunikan (receiver). solusi permasalahan yang dialami masyarakat
Receiver di sini bisa individu-individu dalam secara lebih baik. Pula memunculkan kekuatan
masyarakat dan bisa jadi masyarakat sebagai indegenous knowladge dan skill dalam proses
khalayak. Faktor yang mempengaruhi pencarian solusi berbagai masalah lokal yang
keberterimaan pesan oleh individu ataupun timbul sebelumnya (Abadi & Mahendrawati:
masyarakat adalah demografis, harga diri, 2012).
dan komitmen sebelumnya (Abadi & Tingginya kerugian akibat bencana
Mahendrawati: 2012). longsor disebabkan rendahnya komunikasi
Berhasil tidaknya suatu pembangunan dan koordinasi yang efektif antar masyarakat
yang berkaitan dengan masyarakat luas sehingga masih rendahnya usaha pencegahan
bergantung pada bagaimana sebenarnya strategi terjadinya bencana longsor. Hal inipun terjadi
komunikasi yang digunakan oleh organisasi di kaki gunung Burangrang, kab.Bandung
baik pemeritah maupun swasta. Strategi Barat. Usaha penanggulangan resiko bencana
komunikasi pada hakikatnya merupakan paduan akibat kerusakan lingkungan dan menjaga
perencanaan komunikasi (communication kelestarian lingkungan merupakan salah satu
planning) dengan memanajemen komunikasi tujuan yang sangat penting dilakukan dan
(communication management) untuk mencapai tertuang dalam tujuan dalam butir tujuan
suatu tujuan yang telah ditetapkan (Effendy; Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
2003 :301). Development Goals/SDGs) yaitu melindungi,
Strategi komunikasi adalah serangkaian memulihkan dan memajukan penggunaan
tindakan yang direncanakan dengan baik ekosistem bumi, mengelola hutan secara
untuk mencapai tujuan tertentu dengan berkelanjutan, memerangi desertifikasi dan
menggunakan metode, teknik, dan pendekatan menghentikan kepunahan keanekaragaman
komunikasi. Ada tiga pendekatan dalam hayati. Oleh karena itu, diperlukan adanya
strategi komunikasi menurut Berger (Griffin, strategi komunikasi dalam mitigasi bencana
2006:130), yaitu strategi pasif, aktif, dan longsor bagi masyarakat di desa tersebut.
interaktif. Untuk menurunkan resiko bencana,
Di antara ketiga strategi tersebut, tentu memerlukan suatu strategi komunikasi
pendekatan interaktif lebih banyak disarankan yang efektif agar kegiatan penurunan resiko
dalam pembangunan dunia ketiga karena bencana dapat berjalan secara optimal.
pendekatan ini tampak lebih mengedepankan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
nilai-nilai humanis serta budaya baru yang peneliti semakin tertarik untuk mengangkat
pada gilirannya mampu mengubah mind- penelitian ini, dengan judul “Strategi
set masyarakat tentang pembangunan. Komunikasi Dalam Kesiapan Menghadapi
Model pembangunan dengan menggunakan Bencana Longsor bagi Masyarakat Kawasan
pendekatan ini memang lebih mengedepankan Pertanian di kaki gunung Burangrang, kab.
pada proses pendidikan masyarakat agar Bandung Barat.
memiliki consciousness. Penyadaran inilah
yang kemudian dapat digunakan untuk
138 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

KAJIAN LITERATUR dengan strategi. Didalam strategi yang baik


Strategi Komunikasi terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
Strategi komunikasi terdiri dari dua suku dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan
kata yaitu strategi dan komunikasi. Di dalam secara rasional, efisien dalam pendanaan dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategi memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara
dan komunikasi dapat diartikan secara harfiah efektif. Jadi perencanaan strategis penting
sebagai berikut : untuk memperoleh keunggulan bersaing
1. Strategi adalah rencana yg cermat dan memiliki produk yang sesuai dengan
mengenai kegiatan untuk mencapai keinginan konsumen dengan dukungan yang
sasaran khusus. Sesuatu yang patut optimal dari sumber daya yang ada.
dikerjakan demi kelancaran komunikasi. Dalam artikel Michael E. Porter (1996)
2. Komunikasi adalah pengiriman dan berjudul What Is Strategy? Dijabarkan bahwa
penerimaan pesan atau berita antara startegi merupakan hal unik dan posisinya
dua orang atau lebih sehingga pesan yg bernilai, melibatkan seperangkat kegiatan
dimaksud dapat dipahami. yang berbeda. Ketika kita telah memberikan
3. Strategi komunikasi adalah sesuatu yg atau menawarkan hal dengan cara yang
patut dikerjakan dan diusahakan demi berbeda dari apa yang pernah kita lakukan
terciptanya kelancaran komunikasi sebelumnya, maka hal itu disebut strategi.
(KBBI: 2015). Strategi juga dapat dikatakan sebagai inti
dari manajemen secara umum yang meliputi
Strategi pada hakikatnya adalah
menjabarkan posisi perusahaan, membuat
perencanaan (planning) dan manajemen
beberapa tarikan dan menempa setiap kegiatan
(management) untuk mencapai suatu tujuan.
dengan tepat. Strategi juga diartikan sebagai
Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
penciptaan timbal balik dalam kompetisi,
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
mengombinasikan aktivitas, serta menciptakan
menunjukkan arah saja, melainkan harus
kesesuaian antaraktivitas yang dilakukan oleh
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya
perusahaan.
(Effendy, 2003:300).
Menurut Mintzberg (2007), konsep
Menurut Rangkuti, strategi adalah alat
strategi itu sekurang-kurangnya mencakup
untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya
lima arti yang saling terkait, dimana strategi
adalah agar perusahaan dapat melihat secara
adalah suatu:
objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal,
1. Perencanaan untuk semakin memperjelas
sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
arah yang ditempuh organisasi secara
perubahan lingkungan eksternal. (Rangkuti,
rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan
2009:3).
jangka panjang.
Menurut Michael E. Porter (1996),
2. Acuan yang berkenan dengan penilaian
esensi dari strategi adalah memilih untuk
konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku
menyuguhkan hal yang berbeda dengan apa
serta tindakan yang dilakukan oleh
yang disuguhkan oleh pesaing. Menurutnya,
organisasi.
permasalahan yang muncul dalam
3. Sudut yang diposisikan oleh organisasi
persaingan pasar terjadi karena kesalahan
saat memunculkan aktivitasnya.
dalam membedakan efektivitas operasional
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 139

4. Suatu perspektif yang menyangkut visi masyarakat tentang pembangunan.


yang terintegrasi antara organisasi dengan Penyadaran inilah yang kemudian dapat
lingkungannya yang menjadi batas bagi digunakan untuk menghindari konfrontasi
aktivitasnya. politik serta menjamin ketersediaan berbagai
5. Rincian langkah taktis organisasi yang alternatif untuk memformulasikan dan
berisi informasi untuk mengelabui para mengorganisasikan solusi permasalahan
pesaing. yang dialami masyarakat secara lebih baik.
Pula memunculkan kekuatan indegenous
Jadi, strategi merupakan hal yang penting knowladge dan skill dalam proses pencarian
karena strategi mendukung tercapainya suatu solusi berbagai masalah lokal yang timbul.
tujuan. Strategi mendukung sesuatu yang unik R.Wyne Pace, Bran D.Peterson, dan Dallas
dan berbeda dari lawan. Strategi dapat pula Burnet (dalam Effendy, 2003: 32) menyatakan
mempengaruhi kesuksesan masing-masing bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi
perusahaan pula karena pada dasarnya strategi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu:
dapat dikatakan sebagai rencana untuk jangka a) to secure understanding (memastikan
panjang. Namun terdapat perbedaan antara bahwa komunikasi mengerti pesan yang
strategi dan taktik. diterima);
Taktik adalah bagian dari strategi, dengan b) to establish acceptance (maka
taktik maka strategi dapat 13 dirancang, jadi penerimaannya itu harus dibina); dan
dapat dikatakan bahwa startegi merupakan c) to motivate active (akhirnya kegiatan di
pedoman dalam pembuatan taktik. Sehingga motivasikan).
taktik merupakan bentuk nyata dari strategi.
Walaupun strategi dan taktik berbeda namun Apabila komunikasi dikelola secara
keduanya sangat berhubungan erat. “The two baik akan memberikan kontribusi hasil yang
categories (strategy and tactics), although optimal. Karenanya dalam berkomunikasi
convenient for discussion, can never be truly perlu menyusun strategi yang jitu. Lewat
divided into separate compartment because strategi komunikasi inilah pelaku komunikasi
not only influences but merges into the other” (pemerintah lokal) akan lebih mudah
(Hart Prince, 1998: 11). menyebarluaskan pesan komunikasi secara
Strategi komunikasi adalah serangkaian sistematis baik yang bersifat informatif,
tindakan yang direncanakan dengan baik persuasif, maupun instruktif kepada masyarakat
untuk mencapai tujuan tertentu dengan dengan tentu hasil yang optimal. Kecuali itu,
menggunakan metode, teknik, dan pendekatan strategi komunikasi mampu menjembatani
komunikasi. Ada tiga pendekatan dalam kesenjangan budaya (cultural gap) dan
strategi komunikasi menurut Berger (Griffin, informasi di antara pelaku komunikasi, yaitu
2006:130), yaitu strategi pasif, aktif, dan antara pemerintah kota selaku pemegang
interaktif. Di antara ketiga strategi tersebut, otoritas kebijakan dengan masyarakat selaku
pendekatan interaktif lebih banyak disarankan subjek pembangunan (Effendy, 2003: 32).
dalam pembangunan dunia ketiga karena
pendekatan ini tampak lebih mengedepankan Kesiapan Menghadapi Bencana Longsor
nilai-nilai humanis serta budaya baru yang
Berdasarkan artikel yang dilansir dari
pada gilirannya mampu mengubah mind-set
http://id.beritasatu.com, kesiapan daerah
140 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

untuk menghadapi bencana alam masih sangat sebelum terjadi bencana. Penanggulangan
rapuh. Pemerintah daerah justru banyak bencana merupakan serangkaian upaya
menggantungkan pemerintah pusat dalam penetapan kebijakan pembangunan terkait
hal mitigasi maupun penanganan bencana. pencegahan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Mestinya pemerintah daerah harus mampu
memotivasi dan memfasilitasi rakyat agar bisa
METODOLOGI
mengatasi dan mereduksi dampak bencana
alam (Sangganara: 2011). Dalam penelitian ini, penulis
Sangganara (2011) juga menjelaskan menggunakan metode studi kasus. Definisi
bahwa secara regulatif, sudah dibentuk lain mengenai studi kasus diungkapkan oleh
Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Robert K. Yin. Yin menyatakan bahwa studi
Penanggulangan Bencana. Undang-undang kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang
itu dibuat karena negara bertanggung jawab menyelidiki fenomena di dalam konteks
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah kehidupan nyata, bilamana batas-batas
darah Indonesia. Karenanya negara harus antara fenomena dan konteks tidak tampak
memberikan perlindungan terhadap kehidupan dengan tegas dan dimana multi sumber bukti
dan penghidupan termasuk perlindungan dimanfaatkan (Yin, 2006: 18). Studi kasus
atas bencana, dalam rangka mewujudkan merupakan strategi yang lebih cocok bila
kesejahteraan umum. pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan
Hasil penelitian yang dilakukan Lestari, dengan how atau why, bila peneliti hanya
Prabowo, dan Wibawa (2014) menjelaskan memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
tentang berbagai informasi dari media massa peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan
memengaruhi kesiapan masyarakat dalam bilamana fokus penelitiannya terletak pada
menghadapi bencana alam. Hasil penelitian fenomena kontemporer (masa kini) di dalam
menunjukkan bahwa kesiapan masyarakat konteks kehidupan nyata (Yin, 2006: 19).
Yogyakarta dalam menghadapi bencana Tujuan studi kasus adalah untuk
terkait dengan pemaknaan masyarakat memberikan gambaran secara mendetail
tentang bencana dari aspek-aspek: konsep tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-
diri, world-view, nilai-nilai budaya dan karakter yang khas dari kasus, ataupun status
keyakinan yang dimiliki masyarakat. Hal ini dari individu yang bersangkutan, dan sifat-
menuntut penyesuaian strategi komunikasi sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang
Media Tatap muka dan media komunikasi bersifat umum (Nazir, 2003: 66). Studi kasus
Komunikan Masyarakat Korban Bencana bersifat holistik. Metode ini menganggap kasus
Bencana (Badri, 2008:101). Beberapa kajian sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai
tersebut mempertegas bahwa manajemen kumpulan bagian-bagian atau kumpulan skor
komunikasi bencana merupakan aktivitas mengenai variabel (Ragin dalam Mulyana,
yang sangat penting dan harus direncanakan 2002: 203).
guna mengantisipasi adanya bencana.
Hal ini didukung oleh Ramli, Soehatman Teknik Pengumpulan Data
(2010: 27) bahwa mengelola bencana tidak
bisa dilakukan secara dadakan namun harus Teknik pengumpulan data yang utama
terencana dengan manajemen yang baik dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 141

partisipatif dan wawancara mendalam, pertanian di kaki gunung Burangrang,


ditambah kajian dokumen, yang bertujuan kab.Bandung Barat.
tidak hanya untuk menggali data, tetapi juga
untuk mengungkap makna yang terkandung
Teknik Penentuan Informan
dalam latar penelitian.
1) Observasi Dalam penelitian ini, penulis
Observasi yang dilakukan dalam penelitian menggunakan teknik penentuan informan
ini adalah pengamatan. Pengamatan dengan teknik sampling purposive, yaitu
dilakukan dengan cara non participant memilih informan yang sesuai dengan
observation, terhadap objek yang diteliti kebutuhan penulis. Informan yang diambil
yaitu yang berkaitan dengan strategi adalah 4 orang, yaitu:
komunikasi dalam kesiapan menghadapi 1. Ad, pihak kepala Desa
bencana longsor bagi masyarakat kawasan 2. Bd, sekretaris Desa
pertanian di kaki gunung Burangrang, 3. Drn, tokoh masyarakat
kab.Bandung Barat. 4. Rm, warga desa

2) Wawancara
Wawancara yang dilakukan penulis dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian dimaksudkan untuk mengetahui Strategi komunikasi adalah serangkaian
pandangan, kejadian, kegiatan, pendapat, tindakan yang direncanakan dengan baik
perasaan dari nara sumber (subjek matter untuk mencapai tujuan tertentu dengan
expert). Wawancara yang dilakukan yaitu menggunakan metode, teknik, dan pendekatan
untuk tentang strategi komunikasi dalam komunikasi. Ada tiga pendekatan dalam
kesiapan menghadapi bencana longsor strategi komunikasi menurut Berger (Griffin,
bagi masyarakat kawasan pertanian di kaki 2006:130), yaitu strategi pasif, aktif, dan
gunung Burangrang, kab.Bandung Barat. interaktif. Di antara ketiga strategi tersebut,
Penggunaan teknik ini sangat penting pendekatan interaktif yang telah digunakan
bagi penelitian kualitatif, terutama untuk dalam penelitian ini karena pendekatan
melengkapi data dan upaya memperoleh ini tampak lebih mengedepankan nilai-
data yang akurat dan sumber data yang nilai humanis serta budaya baru yang pada
tepat. gilirannya mampu mengubah mind-set
3) Studi Dokumentasi masyarakat tentang pembangunan.
Menurut Burhan Bungin (2006), Berdasarkan hasil penelitian yang
metode dokumenter adalah metode telah dilakukan, penulis dapat menghasilkan
yang digunakan untuk menelusuri temuan baru tentang strategi komunikasi
data historis. Dokumentasi dalam dalam kesiapan menghadapi bencana longsor
penelitian ini diperlukan terutama untuk bagi masyarakat kawasan pertanian di kaki
memperkaya landasan-landasan teoritis gunung Burangrang, kab.Bandung Barat.
dan mempertajam analisis penelitian yang Adapun hasil penelitian ini, penulis uraikan
berkaitan dengan strategi komunikasi dalam deskripsi sebagai berikut.
dalam kesiapan menghadapi bencana
longsor bagi masyarakat kawasan
142 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

1. Penentuan aparat desa/ tokoh masyarakat kesiapan masyarakat dalam menghadapi


yang dipercaya sebagai sumber yang bencana longsor.
kredibel Ad, salah satu informan kunci dalam
penelitian ini menyampaikan kepada penulis:
“Ya betul, strategi komunikasi itu hal
penting tentunya dalam menghadapi
bencana longsor di sini. Jadi, sudah
pasti kami juga berupaya gimana
caranya supaya setiap tahunnya ini kita
mampu meningkatkan kesiapan dalam
menghadapi bencana longsor. Salah satu
caranya, ya kami semua menentukan
tokoh masyarakat atau sumber yang
kredibel, yang paham betul tentang
strategi komunikasi dalam kesiapan
masyarakat disini ketika menghadapi
bencana longsor. Tokoh masyarakat
ini orang yang paling peduli dan aktif
dengan lingkungan. Biasanya mereka
punya banyak inisiatif, langkahnya juga
strategis, Misalnya gini, selain ada pos
ronda yang aktif ya, tentu harus siap
siaga ya, waspada pokoknya, jadi nanti
sumber ini yang bakal memantau dan
Gambar 1.1
melaporkan biasanya.”
Salah satu dampak dari bencana longsor yang
menyebabkan kerusakan beberapa rumah warga Begitupun halnya dengan informan yan
Penulis melakukan observasi ke lain. Bd sebagai informan kunci juga memiliki
beberapa daerah yang rawan longsor di desa pemaparan yang sama tentang strategi
ini. Gambar di atas adalah salah satu titik komunikasi ini, yaitu:
“Kalau strategi komunikasi ya jelas
rawan longsor di lokasi penelitian penulis
kami upayakan setiap saat. Yah siapa
yang menggambarkan kerusakan beberapa
juga yang mau bencana, pasti semuanya
rumah warga desa akibat bencana longsor. juga gak mau kan. Jadi, menurut saya,
Berbicara tentang strategi komunikasi, hal yang paling penting ini adalah dari
tentu tidak akan lepas dari upaya yang akan awal, yaitu siapa yang jadi sumbernya.
dilakukan berkaitan dengan unsur-unsur Memang gak dipungkiri kalo sumber itu
komunikasi di dalamnya. Unsur komunikasi tokoh masyarakat yang bisa dipercaya,
yang pertama disini adalah sumber/ ya selain melestarikan nilai-inlai
komunikator. Penuturan dari beberapa kearikan lokal dan sifat gotong royong
serta kekeluargaan tadi bagi masyarakat
informan menyatakan bahwa mereka memilih
disini.”
sumber yang kredibel, tentu yang mampu
memberikan informasi kepada khalayak jika
terjadi tanda-tanda bencana longsor akan
terjadi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 143

2. Pemilihan pesan yang mudah diterima longsor. Penulis melihat bahwa informan
oleh masyarakat telah melakukan pemilihan pesan verbal dan
pesan non verbal. Informan menggunakan
Langkah selanjutnya yang ditemukan
pesan verbal dengan bahasa sunda yang
dalam penelitian ini adalah pemilihan pesan
mudah dimengerti karena masyarakat adalah
yang mudah diterima oleh masyarakat kawasan
mayoritas suku sunda. Sedangkan pesan non
pertanian di kaki gunung Burangrang, kab.
verbal nya terlihat pada kode yang diberikan
Bandung Barat. Hal ini diupayakan agar
melalui media tradisional, seperti sirine, toa,
pesan yang disampaikan pun, khususnya
dan kentongan. Media tradisional ini sudah
tentang tanda-tanda bencana longsor,
biasa digunakan sehingga masyarakat pun
mudah dipahami oleh masyarakat. Informan
sudah mengerti. Informan juga menambahkan
penelitian, Drn, sebagai tokoh masyarakat
ada kode khusus dari bunyi sirine, toa, dan
disini, menyampaikan kepada penulis bahwa:
“Kalau ada tanda-tanda longsor nih kentongan tersebut. Kode irama ini telah
biasanya udah kerasa, apalagi kan kalo diinformasikan kepada masyarakat, sehingga
musim hujan deras, kami udah waspada. mereka juga memahami pesan non verbal yang
Saya juga langsung koordinasi dengan disampaikan jika terjadi bencana longsor.
pihak kantor desa, ya kami saling
memantau aja, khususnya ke titik-titik 3. Penggunaan media komunikasi yang
rawan longsor itu.Tapi emang sejauh
sesuai dengan karakteristik masyarakat
ini, alhamdulilah ga ada korban gitu,
tapi ya lebih ke alam aja, lahan tani nya kawasan pertanian
kena longsor, ya abis sudah, kerugian
akibatnya. Jadi, untuk mengantisipasi
ini semua, kalo saya sih diarahkan
sama pihak desa untuk nyampein ke
masyarakat, pake bahasa yang mudah
dimengerti, kan mayoritas sunda ya,
pake bahasa sunda, biar warga pada
ngeuh, hati-hati karena memasuki
musim hujan, ya berjaga-jaga aja. Terus
biasanya saya pake alat komunikasi nya,
ya kalo ga kentongan, sirine masjid, toa
juga. Repotnya kalo tengah malam, lagi Gambar 1.2
Kentongan sebagai salah satu media tradisional
pada tidur kan, ini mah repot banget.
Kalo saya sih, langsung nelepon juga ke
Sebagaimana telah disampaikan dalam
kepala desa, sekdes, sama pihak lain, ah
pembahasan sebelumnya, penulis menemukan
pokona mah kudu siap siaga we lah”.
adanya penggunaan media tradisional sebagai
media komunikasi yang sesuai dengan
Pernyataan di atas menceritakan
karakteristik masyarakat di lokasi penelitian.
tentang teknik penyampaian pesan yang
Menurut informan, Bd, sebagai Sekretaris
disampaikan oleh komunikator. Dalam
Desa, ada penggunaan media komunikasi
hal ini, tokoh masyarakat yang dipercayai
yang dipilih untuk menyampaikan pesan
ditunjuk sebagai komunikator, yang bertugas
kepada masyarakat luas, khususnya berkaitan
memantau kewaspadaan jika terjadi bencana
144 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

dengan kesiapsiagaan masyarakat jika terjadi nilai yang mereka anggap dibutuhkan dalam
bencana longsor. kehidupan mereka sendiri yang tidak bersifat
“Betul, media itu penting. Yah apalagi memaksa dan bercampur dengan nilai-nilai
untuk mengkomunikasikan hal kayak asing di luar budaya mereka.
gini ya. Tapi kan kalo ngumpulin Begitupun dalam penelitian ini, penulis
warga semua juga susah yah, jadi kami
menemukan adanya penggunaan media
sosialisasi per rt rw misalnya, kan ada
komunikasi tradisional yang sesuai dengan
kepala dusun nya, nah nanti mereka
yang menyampaikan informasi itu lagi karakteristik masyarakat pedesaan, kawasan
ke warga daerah terdekatnya. Ada pertanian yang dekat dengan lokasi kaki
sosialisasi dulu, misalnya kita pake gunung Burangrang, kab.Bandung Barat.
toa, sirine, kentongan, nah gini tanda
bunyi nya, khusus gitu iramanya, untuk 4. Pemahaman karakteristik masyarakat
menandakan darurat ada bencana kawasan pertanian
longsor. Emang kalo sekarang kan udah
ada telepon ya, tapi kalo tengah malam Para informan menjelaskan tentang
kan susah juga, lagi pada tidur gitu, karakteristik dari masyarakat ini yang kental
atau kita neleponin satu satu juga kan dengan unsur lokal sebagai kawasan pertanian.
lama, makanya media tradisional ini Sebagian besar masyarakat memiliki mata
efektif masih digunakan disini.”
pencaharian sebagai petani sayur-sayuran.
Berikut ini adalah gambar lahan pertanian di
Sebagaimana diketahui juga bahwa
lokasi penelitian penulis.
media komunikasi tradisional sendiri terdiri
dari beberapa macam bentuk dan jenisnya
antara lain adalah bentuk-bentuk folklore
seperti cerita rakyat (mitos, legenda, dongeng),
ungkapan rakyat (peribahasa, pepatah, pomeo),
puisi rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat dan
alat-alat bunyian seperti kenthongan, gong,
bedug, gendang dan sebagainya (Rachmadi,
1988: 111).
Hasil penelitian Istiyanto (2015)
menggambarkan tentang media komunikasi
tradisional. Semua media komunikasi
tradisional tersebut hidup di antara mereka
sendiri, bersumber dari budaya asli mereka,
dan berguna sebagai sarana berinteraksi
dalam satu kesempatan yang berbeda. Maka Gambaar 1.3
Karakteristik kawasan pertanian di sekitar kaki
tidak jarang mereka saling mewariskan gunung Burangrang
nilai-nilai perilaku bahkan juga nilai-nilai
moral menggunakan media tersebut kepada Langkah selanjutnya, sebagaimana
anak keturunannya. Kebutuhan akan media dalam pembahasan sebelumnya, yaitu
komunikasi tradisional tersebut akan tetap pemahaman karakteristik masyarakat kawasan
hidup sesuai dengan kebutuhan pewarisan pertanian. Jika penulis analisis, dari hasil
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 145

penelitian ini, selain menentukan media Informan di atas menegaskan bahwa


komunikasi yang sesuai, diperlukan juga memang upaya yang telah dilakukan pun
adanya pemahaman karakteristik masyarakat tidak selamanya berjalan lancar. Hambatan
kawasan pertanian di daerah tersebut. komunikasi yang terjadi pun bisa beragam,
Inipun yang telah disampaikan dalam point jika penulis amati dari hasil penelitian ini, ada
sebelumnya mengenai penggunaan media hambatan semantik (bahasa) dan hambatan
komunikasi tradisional yang dipilih sesuai waktu. Misalnya, ketika informan bercerita
dengan karakteristik masyarakat desa. dalam proses sosialisasi, ada beberapa istilah
yang tidak mudah dimengerti oleh warga desa.
5. Mengatasi hambatan komunikasi yang Hal ini bisa diantisipasi dengan penggunaan
terjadi selama pelaksanaan strategi dan pemilihan bahasa yang sesuai dengan
komunikasi tersebut. karakteristik desa tadi.
Hambatan komunikasi lainnya yaitu
Penelitian terdahulu yang dilakukan
hambatan waktu. Sebagai bagian dari warga
penulis (2017) mengenai hambatan komunikasi
desa, Rm juga menyampaikan adanya masalah
terapeutik dalam upaya pencegahan
dari konteks waktu, misalnya jika bencana
Angka Kematian Ibu (AKI) di kab.Serang,
longsor tersebut terjadi pada tengah malam, hal
menemukan tentang beberapa jenis hambatan
ini relatif sulit untuk memberitahu warga desa
komunikasi yang ada, yaitu hambatan pribadi,
karena mayoritas warga dalam kondisi tidur.
hambatan semantik, dan hambatan budaya
Jadi, diperlukan adanya evaluasi dan koordinasi
(Prasanti & Fuady: 2017).
yang berkelanjutan demi mengantisipasi
Berbeda halnya kajian dalam penelitian
tercapainya strategi komunikasi yang efektif
ini, sebagai salah satu langkah dalam strategi
bagi masyarakat dalam kesiapan menghadapi
komunikasi, diperlukan juga upaya untuk
bencana longsor di kaki gunung Burangrang,
mengatasi hambatan komunikasi yang terjadi.
kab.Bandung Barat.
Langkah strategi komunikasi yang terakhir,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
diperlukan juga upaya untuk mengatasi Analisis Teori AIDDA
hambatan komunikasi yang terjadi. Rm, salah Salah satu teori komunikasi persuasif
seorang warga desa yang menjadi informan yang menggambarkan tentang strategi
dalam penelitian ini menceritakan tentang komunikasi adalah teori AIDDA. Dalam
hambatan komunikasi yang terjadi, sebagai berkomunikasi, untuk mencapai suatu tujuan
berikut: yang diharapkan, seorang komunikator
“Muhun neng, angger we sok aya
harus memiliki strategi komunikasi yang
wae nya ari gangguan mah, nya teu
baik. Adanya proses pendekatan merupakan
ngartos tea, komo sapertos bapa kieu
mah, pokona salamet we tina longsor, awal yang baik dalam berkomunikasi.
ditangtayungan ku gusti alloh, atos Proses pendekatan dapat dilakukan dengan
alhamdulilah neng. Aya wae da geningan menerapkan A-A Procedure atau from
di luar dugaan mah nya. Ari koordinasi Attention to Action Procedure.
ti luhur mah, pa kades nya tos sae, siap Menurut Kasali (1992, 83-86),
siaga nya langsung ka lokasi kitu mun A-A Procedure ini sebenarnya adalah
aya longsor teh”. penyederhanaan dari suatu proses yang
146 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

disingkat AIDDA. Kepala Desa, Sekretaris Desa, staff Desa,


1. A Attention (Perhatian) tokoh masyarakat, RT, RW, dan aparat terkait
2. I Interest (Minat) lainnya dalam bergotong royong, bersama-
3. D Desire (Hasrat) sama, saling mengantisipasi bencana longsor
4. D Decision (Keputusan) ini.
5. A Action (tindakan)
Proses tahapan komunikasi ini
mengandung maksud bahwa komunikasi
hendaknya dimulai dengan membangkitkan
perhatian atau attention. Dalam penelitian ini,
komunikator harus menimbulkan daya tarik/
perhatian (Attention). Hal ini dimulai dengan
upaya menimbulkan perhatian masyarakat
akan pentingnya berkoordinasi dalam
menimimalisir dampak kerugian dari bencana
longsor di desa tersebut. Gambar 1.4
Langkah keduanya, mendorong Penulis mewawancarai staff desa dan pihak lain
tentang strategi komunikasi terkait analisis teori
adanya minat (Interest), komunikasi dengan
AIDDA
membangkitkan perhatian akan menjadi
suatu awal suksesnya proses komunikasi. Tindakan (Action), dalam penelitan
Apabila perhatian komunikan telah ini ditunjukkan dengan hasil wawancara
terbangkitkan, hendaknya disusun dengan para informan yang bercerita kronologis
upaya menumbuhkan minat atau interest, ketika terjadinya peristiwa bencana longsor.
yang merupakan derajat yang lebih tinggi Setiap individu saling berkoordinasi demi
dari perhatian. Minat merupakan kelanjutan tercapainya tujuan yang diharapkan. Mulai
dari perhatian yang merupakan titik tolak dari meninjau lokasi yang rawan longsor,
bagi timbulnya suatu hasrat atau desire untuk meminta warga yang rumahnya dekat
melakukan suatu kegiatan yang diharapkan daerah rawan longsor agar berpindah lahan
oleh komunikator. tempat tinggal yang dibantu oleh pemerintah
Hasrat (Desire), dalam penelitian ini, setempat, mengantisipasi bencana longsor,
pihak Kepala Desa berkoordinasi dengan serta memantau tokoh masyarakat yang
tokoh masyarakat dan aparat lain untuk bertugas sebagai koordinator yang mengawasi
memunculkan adanya hasrat kesadaran dalam lokasi jika terjadi bencana longsor.
meminimalisir dampak kerugian dari bencana
longsor. Pihak desa berupaya agar masyarakat PENUTUP
memiliki hasrat kesadaran untuk bersama-
sama menimimalisir kerusakan sebagai Kesimpulan
dampak dari bencana longsor. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Keputusan (Decision), dalam penelitian menunjukkan adanya strategi komunikasi
ini, penulis melihat adanya keputusan yang interaktif dalam kesiapan menghadapi
diperoleh dari hasil koordinasi semua pihak, bencaana longsor bagi masyarakat di kaki
Strategi Komunikasi Dalam Kesiapan... (Ditha Prasanti & Ikhsan Fuady) 147

gunung Burangrang, kab.Bandung Barat 4. Dr.Purwanti Hadisiwi, M.Ext.Ed, Ketua


sebagai berikut: (1) Penentuan aparat desa/ Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
tokoh masyarakat sebagai komunikator/ Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
sumber yang kredibel; (2) Pemilihan pesan 5. Semua pihak desa di kawasan kaki gunung
yang mudah diterima oleh masyarakat di Burangrang, kab.Bandung Barat
kawasan kaki gunung Burangrang; (3)
Penggunaan media komunikasi yang sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan karakteristik masyarakat desa; (4)
Pemahaman karakteristik masyarakat desa; (5) Alwi Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa
Mengatasi hambatan komunikasi yang terjadi Indonesia. Jakarta : Departemen
selama pelaksanaan strategi komunikasi Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
tersebut.
Bungin. Burhan (2006). Analisis Data Penelitian
Saran Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model
Dalam penelitian yang telah dilakukan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
ini, penulis ingin memberikan saran yaitu Perkasa.
sebaiknya sinergitas antara pemerintah
daerah, kantor desa, tokoh masyarakat, RT, Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan
RW, dan lembaga terkait yang telah berjalan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
tetap dipertahankan dalam mewujudkan Aditya Bakti.
strategi komunikasi interaktif dalam kesiapan
menghadapi bencana longsor bagi masyarakat Ebert, R. J & Griffin, R. W. (2006). Business
kawasan pertanian di kaki gunung Burangrang, (terjemahan: Sitha Wardhani). Jakarta:
kab.Bandung Barat. Penerbit Erlangga

Kasali, Rhenald. (1992). Manajemen Periklanan


UCAPAN TERIMAKASIH Konsep dan aplikasinya Di Indonesia.
Artikel penelitian ini merupakan hasil Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
penelitian yang didanai oleh Universitas Michael E. Porter (Nov-Dec 1996): “What Is
Padjadjaran dalam skema Riset Dosen Pemula Strategy?” Harvard Business Review.
Unpad (RDPU). Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- Mintzberg, Henry, James Brian Quinn, dan John
besarnya kepada: Voyer. (1995). The Strategy Process.
Prentice-Hall, Inc.
1. Prof. Dr.Trie Med Hanggono, dr, Rektor
Universitas Padjadjaran Moch.Nazir. (2003). Metode Penelitian. Salemba
2. Rizky Abdullah, Apt., phD., Direktur Riset Empat: Jakarta.
dan Pengabdian Masyarakat (DRPM)
Universitas Padjadjaran Moleong, L. Y. (2005). Metodologi Penelitian
3. Dr.Dadang Rahmat Hidayat, S,H.,S.Sos, Kualitatif. Edisi Revisi . Bandung: PT.
M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Penerbit Remaja Rosdakarya.
Universitas Padjadjaran
148 Komunikasi, Vol. XI No. 02, September 2017: 135-148

Mulyana, Deddy.(2002). Metodologi Penelitian Strategi Komunikasi dan Partisipasi


Kualitatif. Bandung : PT Remaja Pembangunan (Studi Kasus di Stren Kali
Rosdakarya Jagir Wonokromo–Surabaya). Scriptura,
3(2), 112-128.
Rachmadi, F. (1988). Manfaat Media Komunikasi
dalam Pembangunan Masyarakat Istiyanto, S. B. (2015). PENGGUNAAN MEDIA
dalam Media Rakyat; Komunikasi KOMUNIKASI TRADISIONAL
Pengembangan Masyarakat, Editor: SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
Manfred Oepen. Jakarta: Perhimpunan JATUHNYA KORBAN AKIBAT
Pengembangan Pesantren dan BENCANA ALAM. Jurnal Ilmu
Masyarakat (P3M). Komunikasi, 2(2), 25-38.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Lestari, P., Prabowo, A., & Wibawa, A. (2014).
Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS Manajemen Komunikasi Bencana
18001. Jakarta : Dian Rakyat Merapi 2010 pada saat Tanggap Darurat.
Jurnal Ilmu Komunikasi (JIK), 10(2).
Rangkuti, Freddy. (2009). Strategi Promosi yang
Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Prasanti, D., & Fuady, I. (2017). HAMBATAN
Marketing Communication. Jakarta : PT. KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN
Gramedia Pustaka Utama KEPADA IBU HAMIL DALAM UPAYA
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan,
IBU (AKI) DI SERANG (STUDI
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG
R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
HAMBATAN KOMUNIKASI
Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus (Desain dan TERAPEUTIK BIDAN KEPADA IBU
Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada HAMIL DI PUSKESMAS TUNJUNG
TEJA, KABUPATEN SERANG). Jurnal
Website Nomosleca, 1(2).

Badri, (2008). Media Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Bandung.
http://digilib.litbang.depkes.go.id/
go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-
mohbadri-2623&node=146&start=141,
diakses pada 2 Agustus 2017

Sangganara (2011). Kesiapan Daerah Hadapi


Bencana Alam, http://id.beritasatu.com,
diakses pada 2 Agustus 2017

Jurnal

Abadi, T. W., & Mahendrawati, I. K. (2012).


Penertiban Versus Penggusuran:

Anda mungkin juga menyukai