Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

IDENTIFIKASI MERKURI
DALAM PEMUTIH WAJAH

Disusun oleh Kelompok 2 :

Shapia Aqla Dzakia P17335117027


Siti Fira Yuniar P17335117036
R.A. Mufidah M. P17335117038
Ramlan Irawan P17335117040
Siti Raeyuni M.B. P17335117041

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
PROGRAM STUDI FARMASI
2019
I. Tujuan Praktikum
Dapat mengidentifikasi ada atau tidaknya merkuri pada berbagai krim pemutih
wajah.
II. Dasar Teori
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Kosmetika adalah sediaan atau padatan bahan yang digunakan pada bagian luar
badan (kulit, rambut,kuku,bibir atau organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya Tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Iswari, 2007).
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, pada abad ke 19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat
diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Produk-produk itu
dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh, mulai dari ujung rambut
sampai kaki sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono dan
Latifa, 2007).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, pada
tanggal 11 juni 2009 telah mengeluarkan publicwarning mengenai kosmetika
berbahaya dari rias wajah dan rias mata (18 item produk). Pemakaian kosmetik
yang kemungkinan besar menggunakan bahan berbahaya dapat membuat wajah
terserang flek karena bila digunakan terus menerus, akan menyebabkan kulit akan
menjadi lebih sensitif terhadap sengatan sinar matahari. Menghilangkan flek dari
permukaan wajah, bukan perkara mudah karena menggunakan perawatan rutin
agar flek hilang dan tidak muncul kembali. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
menghilangkan flek mulai dari memakai masker hingga pemakaian krim pemuth
yang berfungsi untuk mencerahkan wajah (Malahayati, 2010).
Pada pengolongan kosmetik, krim wajah termasuk dalam kosmetik
perawatan kulit yang mempunyai tujuan untuk melembabkan kulit serta
melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Namun tidak untuk diagnosis,
pengobatan serta pencegahan penyakit (Tranggono dan Latifa, 2007).
.
Bertahun-tahun lamanya ammoniated mercury 1-5% dalam ointment
direkomendasikan sebagai bahan pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan
pereduksi (pemucat warna kulit). Penggunaan kosmetik kulit isi merkuri (Hg) di
Indonesia meningkat dan popular di kalangan keturunan cina. Kosmetik pemutih
ini dating dari cina dan disebut dengan pearl cream (krim mutiara), digunakan
sebagai foundation dan night cream. Daya pemutihnya terhadap kulit sangat kuat.
Tetapi pemerintah Indonesia terpaksa melarang peredaran kosmetik pemutih isi
merkuri karena ternyata toksisitasnya terhadap organ-organ tubuh seperti ginjal,
saraf dan sebagainya sangat besar (Tranggono dan Latifa, 2007).
Merkuri dalam krim pemutih (yang mungkin saja tidak tercantum pada
label) bisa menimbulkan keracunan dan berdampak buruk pada tubuh jika
digunakan dalam waktu yang lama. Walaupun hanya dioleskan pada permukaan
kulit, merkuri mudah meresap masuk kedalam darah lalu memasuki sistem saraf
tubuh. Pemakaian merkuri dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan
kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik hitam pada kulit, iritasi kerusakan
permanen pada susunan saraf otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin.
Dalam jangka waktu yang pendek, merkuri dalam dosis yang tinggi dapat
menyebabkan muntah-muntah dan diare (Putriyanti et al, 2009).

Merkuri/raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi
di abad modern saat ini. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang merupakan
singkatan yang berasal dari bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan
perak. Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-
satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25 oC), titik bekunya
paling rendah (-39oC), mempunyai kecenderungan menguap lebih besar, mudah
bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran (amalgam/alloi),
juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik
tinggi maupun tegangan arus listrik rendah (Alfian, Zul, 2006).
Bentuk kimia merkuri mempunyai pengaruh terhadap pengendapannya,
secara umum ada tiga bentuk merkuri, yaitu:
a. Unsur merkuri (Hgo)
Mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut di dalam air. Pada
suhu kamar kelarutannya kira-kira 60 mg/I dalam ai dan antara 5-50 mg/I
dalam lipida. Bila ada oksigen, merkuri diasamkan langsung ke dalam bentuk
ionik.
b. Merkuri Anorganik (Hg2+ dan Hg22+)
Diantara dua tahapan pengoksidaan, Hg2+ adalah lebih reaktif. Ia dapat
membentuk kompleks dengan ligan organik, terutama golongan sulfurhidril.
Contohnya HgCl2 sangat larut dalam air dan sangat toksik, sebaliknya HgCl
tidak larut dan kurang toksik.
c. Merkuri Organik
Senyawa yang terikat dengan satu logam karbon, contohnya
metil merkuri. Saluran pernafasan merupakan jalan utama penyerapan raksa dalam
bentuk unsur. Persen pengendapan dan akummulasinya adalah tinggi, lebih kurang
80%, karena sifatnya yang larut di dalam lipida. Di dalam bentuk penyerapannya
dari saluran gastrointestin sangat sedikit, mungkin kurang dari 0,01%, karena
merkuri berbentuk partikel globular yang besar, oleh karena itu sukar melintasi
selaput mukosa (Alfian, Zul, 2006).
Senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat larut dalam
lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf. Metil merkuri merupakan
merkuri organik yang selalu menjadi perhatian serius dalam toksikologi. Ini karena
metil merkuri dapat diserap secar langsung melalui pernafasan dengan kadar
penyerapan 8%. Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap
ke tubuh, ia akan terikat dengan protein sulfurhidril seperti sistein dan glutamine
(Alfian, Zul, 2006).

Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya
dengan khasiat bisa memucatkan noda hitam pada kulit. Tujuan pengguanannya
dalam waktu lama dapat menghilangkan dan mengurangi hiperpigmentasi pada
kulit, penggunaan terus menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek
permanen. Penggunaan merkuri sebagai zat pemutih dalam kosmetik masih terus
berlangsung dan bahkan semakin banyak dipasarkan di toko-toko kosmetik maupun
dipasar modern atau tradisional. Berdasarkan hassil survei Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) RI pada tahun 2014 terdapat 68 item kosmetik mengandung
bahan berbahaya bagi kesehatan. Karena banyaknya bahan kosmetika yang beredar
dipsaran dan mengandung merkuri (Hg) maka Kepala Badan Pengawas Obaat dan
Makanan (BPOM) nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan
teknis bahan kosmetika melarang penggunaan merkuri pada kosmetik (Rohaya,
Upik, dkk, 2016).

III. Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
1. Perkamen 1. Sampel krim pembersih muka
2. Spatel dan sendok tanduk 2. HCl pekat
3. Gelas beaker 3. Aquadest
4. Waterbath
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Kawat tembaga

IV. Posedur
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pembuatan Sampel
a. Ketiga sampel krim pemutih masing-masing ditimbang sebanya 1 gram
dengan menggunakan neraca analitik.
b. Setiap sampel dimasukan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan
batang pengaduk.
c. Ditambahkan HCl pekat sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi.
d. Dimasukkan kawat pada tabung reaksi yang telah berisi sampel dan HCl.
e. Dipanaskan diwaterbath.
3. Pembuatan pembanding
a. HgCl2 dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Kemudian ditambahkan HCl pekat sebanyak 5 ml.
c. Dimasukkan kawat kedalam tabung reaksi.
d. Dipanaskan dengan menggunkan waterbath.
4. Dilakukan pembandingan antara sampel dengan pembanding (standar).
5. Mencatat hasil yang diperoleh.
V. Hasil Pengamatan
No. Sampel Hasil
1. Krim malam tanpa merk Positif mengandung merkuri
2. Garnier Whitening cream Negatif mengandung merkuri
3. Krim panda Negatif mengandung merkuri

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan identifikasi merkuri pada
berbagai krim kosmetik yang bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya merkuri
(Hg) didalam krim pemutih. Pada tahapan pertama, dilakukan persiapan alat dan
bahan yang akan digunakan. Alat yang digunakan harus dicuci terlebih dahulu atau
sudah dalam keadaan bersih. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi
dari kotoran yang ada pada alat dengan sampel yang dapat mempengaruhi hasil.
Setelah itu, dilakukan pembuatan sampel uji.
Pada tahapan pertama, dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan
digunakan. Alat yang digunakan harus dicuci terlebih dahulu atau sudah dalam
keadaan bersih. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi dari kotoran
yang ada pada alat dengan sampel yang dapat mempengaruhi hasil. Setelah itu,
dilakukan pembuatan sampel uji. Ketiga krim yang digunakan sebagai sampel,
masing-masing ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan HCl. Dalam melakukan penambahan HCl harus didalam
lemari asam karena lemari asam berfungsi sebagai perantara untuk memindahkan
bahan kimia asam konsentrasi tinggi, tempat reaksi kimia denga menggunakan
bahan-bahan yang mudah menguap dan gas yang berbahaya, selain itu juga sebagai
tempat untuk menyimpan bahan kimia asam tinggi. Kemudian dimasukkan kawat
pada tabung reaksi yang bertujuan untuk mengetahui apakah krim pemutih tersebut
mengandung merkuri atau tidak. Apabila suatu krim pemutih mengandung merkuri,
maka kawat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi tersebut akan berubah warna
menjadi seperti perak setelah proses pemanasan. Selanjutnya sampel dipanaskan di
waterbath.
Dalam pembuatan pembanding (standar) dengan cara memasukkan HgCl2
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan HCl dan dipanaskan di
waterbath. Setelah terjadi perubahan warna pada kawat, maka kawat yang
dimasukkan sampel dengan kawat yang dimasukkan kedalam pembanding diangkat
dan dilakukan perbandingan antara kawat sampel dengan kawat pembanding.
Berdasarkan hasil pengamatan, kawat sampel nomor 1 (krim malam tanpa
merk) terjadi perubahan warna menjadi seperti warna perak sedangkan pada kedua
sampel lainnya tidak menjukkan perubahan warna menjadi perak. Setelah
dibandingkan antara kawat sampel 1 dengan pembanding (standar merkuri) warna
terlihat sama. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa sampel nomor 1 (krim malam
tanpa merk) positif mengandung merukuri dan dua krim lainnya yaitu Garnier
Whitening cream dan panda negatif mengandung merkuri. Sehingga krim malam
tanpa merk merupkan krim yang berbahaya bagi kulit karena kandungan merkuri
dalam jangka waktu lama atau janka pendek dengan dosis tinggi dapat merusak
organ. Krim malam tanpa merk tidak aman untuk digunakan dan untuk Garnier
Whitening cream dan krim panda.

VII. Kesimpulan

Berdasarka data pengamatan Krim malam tanpa merk positif mengandung


merkuri.sehingga berbahaya bila digunakan. Garnier Whitening cream dan Krim
panda tidak mengandung merkuri sehingga aman bila digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul, (2006). Merkuri: Antara Manfaat Dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan
Manusia Dan Lingkungan. [Skripsi]. Medan: Univesitas Sumatera Barat.
BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
18 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. (2015).
Iswari. 2007. Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Malahayati. 2010. Solusi Murah Untuk Cantik Sehat Energik. Yogyakarta : Great
Publisher.
Putriyanti, Dian, Nainggolan, Radja, Pratistha, Agni. 2009. 100% Cantik. Jakarta :
Penerbit Best Publisher Jin.
Tranggono, R dan Latifa, F. 2007. Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai