Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

REMINISCENCE THERAPY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

KELOMPOK 3:

Heri Firmansah I4B018061

Ginanjar Laksana I4B018065

Atit Prasetya Maharani I4B018077

Rahmawati Nur Jannah I4B018095

Sri Asih Diana Fitri I4B018103

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019

1
2
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Reminiscence Therapy


Pokok Bahasan: Menjalin keakraban antar lansia PM dengan Reminiscence Therapy
Sasaran : Lansia PM Ruang Abimanyu, PPSLU Sudagaran Banyumas,
Tempat : Ruang Abimanyu PPSLU Sudagaran
Hari/Tanggal : Jum’at / 20 Desember 2019
Waktu : 08.00 s.d selesai WIB
Pemateri : Rahmawati Nur Jannah

A. Tujuan TAK
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan peserta mampu meningkatkan harga diri
sehingga timbul rasa percaya diri
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan peserta mampu
a. Mengingat kenangan positif masa lalunya
b. Mengungkapkan kenangan positif masa lalunya
B. Kegiatan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Metode

Pendahuluan 08.00 - Mempersiapkan peserta, alat Peserta bersiap - -


08.05 dan materi mendengarkan pendidikan
kesehatan

Pembukaan 08.05 - 1. Memberi salam pembuka Mendengarkan dan - Ceramah


08.10 2. Memperkenalkan diri menjawab salam
3. Menjelaskan tujuan
4. Kontrak waktu.
Penyajian 08.10 - 1. Memandu jalannya terapi Mendengarkan dan - Ceramah
08.40 aktifitas kelompok memberikan umpan balik Demonstrasi
2. Mendemonstrasikan cara terhadap terapi yang
menyampaikan kenangan disampaikan.
yang positif
3. Memberikan reinforcemen

3
Penutup 08.40 - 1. Tanya jawab - Mengajukan - Tanya Jawab
09.00 2. Menyimpulkan hasil TAK pertanyaan mengenai
: Reminiscence Therapy materi yang kurang
3. Menanyakan hal-hal yang dipahami.
kurang jelas - Menjawab pertanyaan
4. Mengucap salam penutup. yang diajukan
- Mendengarkan.
- Menjawab salam

C. Media
1. Media
Barang berharga milik PM, sound system.
2. Referensi
Li-Fen Wu, (2011). Group integrative reminiscence therapy on self-esteem, life
satisfaction and depressive symptoms in institutionalised older veterans.
Journal of Clinical Nursing; 20: 15-16, pp: 2195-2203.

Rahayuni, N.P.N., Utami, P.A.S., Swedarma, K.E., 2015, ‘Pengaruh terapi


reminiscence terhadap stres lansia di Banjarluwus Baturiti Tabanan Bali’, Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, Vol.2, No. 2

Kartika, I.R., Mardalinda, 2017, ‘Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap


penurunan tingkat stress pada lansia’, Jurnal Human care, Vol. 1 No. 3

3. Setting Tempat

Keterangan:

Klien/Lansia

Fasilitator

Leader

Observer

4
D. Pengorganisasian (Pembagian tugas dan uraian tugas : Leader, Fasilitator, Observer)
1. Leader
a) Bertugas memimpin jalannya terapi
2. Fasilitator
a) Bertugas membantu jalannya TAK
b) Memfasilitasi lansia khususnya yang mengalami penurunan pendengaran maupun
penglihatan agar dapat memahami proses TAK
3. Observer
a) Mengawasi jalannya proses TAK
b) Menyimpulkan hasil TAK setelah TAK berakhir

E. Evaluasi
1. Struktur
a. Kesiapan materi dan SAP
b. Persiapan alat dan media TAK
c. Para lansia hadir di ruangan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan sebelumnya
2. Proses
a. Pemateri dan peserta mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik
b. Peserta antusias dalam mendengarkan penyuluhan dengan kriteria: tidak
berbicara sendiri, menyimak penyaji dalam menyampaikan materi
c. Peserta mampu mengingat dan mengungkapkan pengalaman positif yang
pernah dialaminya.
3. Hasil
a. TAK dilakukan 60 menit
b. Semua peserta (8 lansia PM) dapat menceritakan pengalamannya sesuai
dengan kemampuan lansia PM.
c. Lansia PM berjabat tangan setelah TAK selesai

5
Lampiran Materi
Reminiscence Therapy

Terapi reminiscence merupakan terapi yang diberikan kepada lansia dengan


mengenang kembali kejadian di masa lampau, perasaan, dan pikiran yang menyenangkan
bertujuan untuk memfasilitasi kualitas hidup atau kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dari suatu kejadian saat ini. Terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun
kelompok dan mampu memperbaiki perilaku, fungsi sosial dan fungsi kognitif (Wilkinson,
2012).
Terapi Reminiscence adalah terapi yang memberikan perhatian terhadap kenangan
terapeutik lansia. Kenangan tersebut diingat secara spontan tanpa harus berurutan karena
merupakan pengalaman yang paling berkesan atau menyenangkan.
Terapi Reminiscence merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan pada lansia untuk
menurunkan depresi; harga diri rendah ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial
(Fontaine, 2009). Terapi reminiscence bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memori dengan
prinsip yang mengandung unsur story-telling (bercerita) dan berkomunikasi dalam kelompok. terapi
kenangan dapat diberikan pada lansia secara individu, keluarga maupun kelompok. Pelaksanaan
kegiatan terapi secara kelompok member kesempatan pada lansia untuk membagi pengalamannya
pada anggota kelompok sehingga dapat tercipta suasana yang harmonis dan memberi efek relaksasi
(Sumartono, 2014)
Terapi reminiscence juga terbukti efektif untuk mencegah dan mengurangi depresi,
meningkatkan tingkat kepuasan dalam hidup, meningkatkan perawatan diri,
meningkatkan harga diri, membantu lansia dalam krisis, kehilangan dan transisi (Cappeliez et
al, 2012). Dengan pemberian terapi reminiscence ini diharapkan dapat menurunkan harga
diri rendah dan isolasi sosial serta meningkatkan kualitas hidup lansia, sehingga lansia bisa
menjalani dan mengisi hari tuanya dengan kebahagiaan.

Prosedur Pelaksanaan
Kegiatan terapi reminiscence yang dilakukan ini mengacu kepada modul terapi yang
telah disusun dan dikembangkan oleh Misesa, Keliat dan Wardani (2013).
Terapi Reminiscence dilaksanakan sebanyak 12 sesi dengan waktu 45 – 60 menit dengan
jumlah peserta 6 – 12 orang. Sesi yang sama dapat diulang kembali bila tujuan sesi tersebut
belum tercapai. Adapun sesi-sesi dalam pelaksanaan terapi meliputi:

6
 Sesi 1: Pendahuluan;
 Sesi 2: Kenangan menyenangkan pada masa kanak-kanak dan dalam kehidupan keluarga;
 Sesi 3: Kenangan menyenangkan pada masa sekolah;
 Sesi 4: Kenangan menyenangkan dalam pekerjaan;
 Sesi 5: Kenangan menyenangkan saat pertemuan dengan pasangan atau teman dekat;
 Sesi 6: Kenangan menyenangkan saat pernikahan;
 Sesi 7: Kenangan menyenangkan tentang rumah, kebun, hewan piaraan;
 Sesi 8: Kenangan menyenangkan dalam mengasuh anak;
 Sesi 9 : Kenangan menyenangkan terhadap makanan / minuman favorit, memasak;
 Sesi 10: Kenangan menyenangkan saat kegiatan liburan/tempat-tempat menyenangkan;
 Sesi 11: Kenangan menyenangkan saat hari raya / acara perayaan
 Sesi 12 : Evaluasi

Pelaksanaan terapi baik generalis maupun spesialis jika dilihat dari sudut pandang
Peplau masuk dalam fase eksploitasi. Terapis membantu klien untuk mengenal dan mengerti
masalah harga diri rendah dan isolasi sosial yang dialaminya dan menentukan kebutuhannya
untuk bantuan. Pada fase ini Terapis berdiskusi dengan klien dalam memilih alternatif
terhadap permasalahan yang dialami klien. Saat interaksi dengan pasien maka Terapis harus
mengadaptasi untuk perubahan peran sesuai dengan kondisi yang dialamai oleh pasien
(Forchuck,1991;Peplau 1997).
Terapis berperan sebagai pendidik yang mengajarkan klien tentang apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah harga diri rendah dan Isolasi Sosial. Terapis mengajarkan
dan memberikan informasi kepada klien tentang cara mengatasi dan penyelesaian masalah
bila munculnya perasaan tidak berharga dan perasaan tidak diterima dalam lingkungannya.

Fungsi Terapi Reminiscence


Stuart (2009) menyatakan bahwa terapi reminiscence dapat membantu individu
mencapai integritas, meningkatkan harga diri, dan menstimulasi individu
untuk berpikir tentang pengalaman dirinya yang positif. Fontaine (2009) bahwa
terapi Reminiscence membantu individu untuk meningkatkan harga diri dan mencapai
kesadaran diri serta memahami diri, beradaptasi terhadap stress, melihat bagian dirinya dalam
konteks sejarah dan budaya. Bryant et al (2005) dalam penelitiannya pada 180 responden

7
menemukan bahwa terapi reminiscence telah meningkatkan kebahagiaan responden. Arean et
al (1993) bahwa terapi reminiscence dilakukan untuk lebih meningkatkan kesadaran diri
lansia dengan menggali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan selanjutnya terapis
memaksimalkan hal positif yang menyenangkan dari pengalaman tersebut.
Terapi reminiscence bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memori dengan prinsip yang
mengandung unsur story-telling (bercerita) dan berkomunikasi dalam kelompok. terapi kenangan
dapat diberikan pada lansia secara individu, keluarga maupun kelompok. Pelaksanaan kegiatan terapi
secara kelompok member kesempatan pada lansia untuk membagi pengalamannya pada anggota
kelompok sehingga dapat tercipta suasana yang harmonis dan memberi efek relaksasi (Sumartono,
2014)

Anda mungkin juga menyukai