Anda di halaman 1dari 32

TEKNOLOGI BAHAN

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BETON

Disusun oleh :
I Putu Indra Harya Putra (1805511113)
I Putu Andika Putra Gusyoga (1805511126)
Ni Made Prisma Pramesti Reditya Sari (1805511129)
Mahmuda (1805511136)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai rencana yang
ditentukan. Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ida Bagus Rai Widiarsa
selaku dosen mata kuliah teknologi bahan. Makalah ini disusun sesuai dengan materi
yang ada sehingga mudah untuk dipelajari olehTersusunya makalah ini tidak terlepas
dari berbagai pihak yang turut membantu dan mendukung sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan seoptimal mungkin.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penyusun selalu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca. Atas kritik dan saran kami ucapkan terima
kasih.

Jimbaran, 27 September
2019

Penulis

ii
Daftar isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii

BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Beton ......................................................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Beton ......................................................................................................................... 3

2.3 Sejarah Perkembangan Teknologi Beton.................................................................................17

2.4 Fungsi Struktur Beton Bertulang .............................................................................................20

2.5 Cara Membuat Beton ................................................................................................................22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi beton pada saat sekarang ini, membuat konstruksi
beton semakin banyak dipilih sebagai suatu bahan konstruksi. Konstruksi dari
beton banyak memiliki keuntungan selain bahannya mudah diperoleh, juga
memiliki beberapa keuntungan antara lain mempunyai kekuatan tekan yang tinggi,
mudah dibentuk dalam keadaan masih segar, serta mudah dalam hal perawatannya.
Sehingga banyak bangunan - bangunan yang didirikan memilih konstruksi yang
terbuat dari beton sebagai bahan materialnya. Secara sederhana, beton dibentuk
oleh pengerasan campuran antara semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat
kasar (batu pecah atau kerikil). Perkembangan yang telah sangat dikenal adalah
ditemukannya kombinasi antara material beton dan tulangan baja yang
digabungkan menjadi satu kesatuan konstruksi dan dikenal sebagai beton
bertulang. Beton bertulang sebagai elemen balok umumnya diberi tulangan
memanjang (lentur) dan tulangan sengkang (geser). Tulangan lentur untuk
menahan pembebanan momen lentur yang terjadi pada balok, sedangkan tulangan
geser untuk menahan pembebanan gaya geser.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagaiberikut:
1. Apa pengertian beton?
2. Apa jenis-jenis beton?
3. Bagaimana sejarah perkembangan teknologi beton hingga saat ini?
4. Apa fungsi Struktur Beton Bertulang?
5. Bagaimana cara membuat beton?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian dari beton
2. Untuk mengetahui jenis-jenis beton
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan teknologi beton hingga saat ini
4. Untuk mengetahui fungsi Struktur Beton Bertulang
5. Untuk mengetahui cara membuat beton
Manfaat:
1. Agar mengetahui pengertian dari beton
2. Agar mengetahui jenis-jenis beton
3. Agar mengetahui sejarah perkembangan teknologi beton hingga saat ini
4. Agar mengetahui Struktur Beton Bertulang
5. Agar mengetahui cara membuat beton

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton


Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri dari
bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive).
DPULPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI
03-2847-2002).
Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik, setiap butir
agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang
antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan
kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya
7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7%)
disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton dengan jumlah semen yang
banyak disebut beton gemuk (rich concrete).

2.2 Jenis-Jenis Beton


Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2 kelompok,
yaitu:
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton. Kelas dan mutu beton ini, di bedakan
menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahanbahan, sedangkan terhadap
kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah

3
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi 6 dalam mutu-mutu standar B1,
K 125, K 175, dan K 225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada
pengawasan terhadap mutu bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K 125 dan K 175 dengan keharusan
untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan
benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium
beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang
dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
2. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi :
1. Beton Kekuatan Normal

Beton yang diperoleh dengan mencampur bahan dasar semen, air dan agregat akan
memberi kita beton kekuatan normal. Kekuatan beton jenis ini akan bervariasi dari
10 MPa hingga 40MPa. Beton kekuatan normal memiliki waktu pengaturan awal
30 hingga 90 menit yang tergantung pada sifat semen dan kondisi cuaca di lokasi
konstruksi.

2. Beton Plain

Beton plain tidak memiliki tulangan. Konstituen utamanya adalah semen, agregat,
dan air. Desain campuran yang paling umum digunakan adalah 1: 2: 4 yang
merupakan desain campuran normal. Kepadatan beton plain akan bervariasi antara
2200 dan 2500 Kg / meter kubus. Kekuatan tekan adalah 200 hingga 500 kg / cm2.
Jenis beton ini terutama digunakan dalam konstruksi perkerasan dan bangunan,
terutama di daerah-daerah di mana hanya sedikit permintaan kekuatan tarik yang
tinggi. Daya tahan yang diberikan oleh jenis beton ini memuaskan hingga tingkat
tinggi.

4
3. Beton Prategang

Sebagian besar proyek mega beton dilakukan melalui unit beton pratekan. Ini
adalah teknik khusus di mana balok atau tendon yang digunakan dalam beton
ditekan sebelum aplikasi beban yang sebenarnya. Selama pencampuran dan
penempatan beton, palang yang dikencangkan ini ditempatkan dengan kuat dan
dipegang dari setiap ujung unit struktural. Setelah beton mengeras dan mengeras,
unit struktural akan dimasukkan ke dalam kompresi. Fenomena prategang ini akan
membuat bagian beton yang lebih rendah menjadi lebih kuat melawan ketegangan.

5. Beton Ringan

Beton yang memiliki kepadatan kurang dari 1920kg / m3 akan dikategorikan


sebagai beton ringan. Penggunaan agregat ringan dalam desain beton akan
memberi kita agregat ringan. Agregat adalah elemen penting yang berkontribusi
pada kepadatan beton. Contoh agregat ringan adalah batu apung, perlit, dan scoria.
Beton ringan diaplikasikan untuk melindungi struktur baja dan juga digunakan
untuk konstruksi geladak jembatan bentang panjang. Ini juga digunakan untuk
pembangunan blok bangunan.

6. Beton Kepadatan Tinggi

Beton yang memiliki kepadatan berkisar antara 3000 hingga 4000 kg / m3 dapat
disebut sebagai beton kelas berat. pada kasus ini agregat berat yang digunakan.
Batuan yang dihancurkan digunakan sebagai agregat kasar. Agregat berat yang
paling umum digunakan adalah Barytes. Jenis agregat ini paling umum digunakan
dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga atom dan untuk proyek serupa.
Agregat berbobot berat akan membantu struktur menahan semua jenis radiasi yang
memungkinkan.

5
8. Beton Udara Yang Dikelola

Ini adalah jenis beton di mana udara secara sengaja dimasukkan untuk jumlah 3
hingga 6% dari beton. Udara dalam beton dicapai dengan penambahan busa atau
agen berbusa gas. Beberapa contoh agen penahan udara adalah resin, alkohol, dan
asam lemak.

9. Beton Ready Mix

Beton yang dicampur dan dimandikan di pabrik pencampuran pusat disebut sebagai
beton ready mix (siap pakai). Beton campuran dibawa ke lokasi dengan bantuan
mixer transit yang dipasang di truk. saat proyek di lapangan dapat digunakan secara
langsung tanpa perawatan lebih lanjut. Beton siap pakai sangat tepat dan beton
khusus dapat dikembangkan berdasarkan spesifikasi dengan kualitas terbaik.
Pembuatan beton ini akan membutuhkan pabrik pencampuran terpusat. Pabrik-
pabrik ini akan berlokasi pada jarak yang dapat disesuaikan dari lokasi konstruksi.
Jika transportasi terlalu lama maka akan berpengaruh pada kualitas beton.
10. Beton Polimer

Jika dibandingkan dengan beton konvensional, pada beton polimer agregat akan
diikat dengan polimer bukan semen. Produksi beton polimer akan membantu dalam
pengurangan volume rongga dalam agregat. Karenanya agregat tersebut dinilai dan
dicampur sesuai untuk mencapai rongga minimum sehingga kepadatan maksimum
tercapai. jenis beton ini memiliki kategori berbeda:
Beton diresapi polimer
Beton semen polimer
beton Sebagian diresapi

6
11. Beton Kekuatan Tinggi

Beton yang memiliki kekuatan lebih dari 40MPa dapat disebut beton kekuatan
tinggi. Peningkatan kekuatan ini dicapai dengan mengurangi rasio air-semen
bahkan lebih rendah dari 0,35. Kristal kalsium hidroksida yang merupakan produk
perhatian utama selama hidrasi untuk sifat kekuatan yang dikurangi dengan
penggabungan asap silika. Dalam hal kinerja, beton mutu tinggi seharusnya kurang
berkinerja dalam hal kemampuan kerja yang merupakan masalah.

12. Beton Berperforma Tinggi

Beton ini sesuai dengan standar tertentu tetapi dalam hal apapun, akan
terbatas pada kekuatan. Perlu dicatat bahwa semua beton mutu tinggi dapat menjadi
tipe berperforma tinggi. Tetapi tidak semua beton kinerja tinggi (High Performance
Concrete) adalah beton mutu tinggi. Standar yang sesuai dengan beton kinerja
tinggi tercantum di bawah ini: Kekuatan bertambah di usia dini Penempatan beton
yang mudah Faktor permeabilitas dan kepadatan Panas hidrasi Umur panjang dan
daya tahan. Ketangguhan dan sifat mekanik jangka hidup Masalah lingkungan

13. Beton SCC (Self-Consolidating Concrete)

Setelah terjun ke dalam dunia kontraktor selama beberapa purnama akhirnya saya
menemukan banyak sekali hal-hal baru yang sebelumya belum pernah saya amati.
Pada kesempatan kali ini saya ingi membagikan pengalaman saya tentang
pengecoran dengan menggunakan beton SCC. Pengamatan saya bermula ketika
diminta untuk menjadi QC disalah satu proyek gedung yang diklaim akan menjadi
gedung tertinggi di Indonesia selama beberapa dekade yang akan
datang. Dalam konteks kali ini yang akan dicor yakni Mat Foundation dengan
tulangan yang saya sebut SSR (Super Sangat Rapat), itu hanya penyebutan
saya saja. Bagi temen-temen yang belum tau atau mengenal tentang beton SCC

7
akan saya share sedikit pengalaman saya disini.
Jadi beton SCC itu adalah:” Self-consolidating concrete (SCC),beton yang
sangat flowable, beton yang tidak mengalami segeregasi dan bisa menyebar
ke dalam tempatnya, mengisi bekesting, dan penguatan tanpa adanya
konsolidasi mekanis. Secara umum SCC dibuat untuk beton dengan bahan beton
konvensional dan, dalam beberapa kasus, dengan campuran pengubah viskositas
(VMA), SCC juga telah dideskripsikan sebagai self-compacting concrete, self
placement concrete, dan self-leveling concrete, yang semuanya merupakan
himpunan bagian dari SCC.”

14. Beton Shotcrete

Di sini jenis beton berbeda dalam cara itu diterapkan pada daerah yang akan
dicetak. Beton ditembakkan ke bingkai atau bekisting struktural yang
disiapkan dengan bantuan nozzle. Karena pemotretan dilakukan dalam tekanan
udara yang lebih tinggi, proses penempatan dan pemadatan akan terjadi pada
saat yang sama.

8
15. Beton Pervious

Beton yang pervious (tembus) atau permeabel adalah beton yang dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan air melewatinya. Jenis beton ini akan
memiliki 15 hingga 20% volume volume beton saat dirancang.
Beton yang dulunya dibuat oleh proses pencampuran yang unik, kinerja,
metode aplikasi dll. Ini digunakan dalam konstruksi trotoar dan jalan masuk
di mana masalah air badai bertahan. Air badai akan melewati trotoar beton
yang tembus pandang ini dan mencapai air tanah. Karenanya sebagian besar
masalah drainase terpecahkan.

16. Beton Vakum

Adalah beton dengan kadar air lebih dari jumlah yang dibutuhkan dituangkan
ke dalam bekisting. Kelebihan air kemudian dihilangkan dengan bantuan pompa
vakum tanpa menunggu beton menjalani pengaturan. Karenanya struktur beton
atau platform akan siap digunakan lebih awal jika dibandingkan dengan teknik
konstruksi normal. Beton ini akan mencapai kekuatan tekan 28 hari dalam waktu
10 hari dan kekuatan. himpitan struktur ini 25% lebih besar dibandingkan dengan
jenis beton konvensional.

17. Beton Yang Dipompa

Salah satu properti utama dari beton yang digunakan dalam konstruksi mega
besar terutama untuk konstruksi bertingkat tinggi adalah pengangkutan beton
ke elevasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, salah satu sifat beton yang
mudah dipompa akan menghasilkan desain beton yang dapat dipompa.
Beton yang digunakan untuk pemompaan harus memiliki kemampuan kerja yang

9
memadai sehingga mudah dibawa melalui pipa. Pipa yang digunakan akan
menjadi kaku atau selang fleksibel yang akan melepaskan beton ke area yang
diinginkan. Beton yang digunakan harus bersifat fluida dengan bahan yang cukup
halus serta air untuk mengisi rongga. Semakin banyak bahan halus yang digunakan,
semakin besar kontrol yang akan dicapai pada campuran. Grading agregat
kasar yang digunakan harus bersifat kontinu.

18. Beton Stamped

Beton stamped adalah beton arsitektur di mana pola realistis yang mirip dengan
batu alam, granit, dan ubin dapat diperoleh dengan menempatkan kesan bantalan
stamping profesional. Stempel ini dilakukan pada beton ketika dalam kondisi
plastis. Noda pewarnaan yang berbeda dan pekerjaan tekstur akhirnya akan
memberikan hasil akhir yang sangat mirip dengan batu alam yang lebih mahal.
Tampilan estetika yang tinggi dapat diperoleh dari hasil akhir yang dicap secara
ekonomis. Ini digunakan dalam pembangunan jalan masuk, lantai interior, dan
teras.

19. Limecrete

Ini adalah jenis beton di mana semen diganti dengan kapur. Aplikasi utama dari
produk ini adalah di lantai, kubah dan juga lemari besi. Semen yang berbeda ini
memiliki banyak manfaat lingkungan dan kesehatan. Produk-produk ini terbarukan
dan mudah dibersihkan.

20. Beton Aspal

Beton aspal adalah bahan komposit, campuran agregat dan aspal yang biasa
digunakan untuk permukaan jalan, tempat parkir, bandara, serta inti
bendungan tanggul. Aspal beton juga disebut sebagai aspal, aspal atau

10
trotoar di Amerika Utara, dan aspal atau aspal macadam atau aspal gulung di
Inggris dan Republik Irlandia.

21. Roller Compacted Concrete

Ini adalah beton yang ditempatkan dan dipadatkan dengan bantuan peralatan
penggerak tanah seperti roller. Beton ini terutama digunakan dalam kebutuhan cut
and fill. Beton ini memiliki kandungan semen dalam jumlah lebih sedikit dan diisi
untuk area yang diperlukan. Setelah pemadatan, beton ini memberikan kepadatan
tinggi dan akhirnya sembuh menjadi blok monolitik yang kuat.

22. Kekuatan Beton Yang Cepat

Seperti namanya, beton ini akan memperoleh kekuatan hanya beberapa jam setelah
pembuatannya. Oleh karena itu pemindahan bekisting menjadi mudah dan
karenanya konstruksi bangunan tertutup dengan cepat. Ini memiliki aplikasi luas
dalam perbaikan jalan karena dapat digunakan kembali setelah beberapa jam.

23. Beton kaca

Kaca daur ulang dapat digunakan sebagai agregat dalam beton. Jadi, kita
mendapatkan beton modern, beton kaca. Beton ini akan menambah daya Tarik
estetika beton. Mereka juga memberikan kekuatan jangka panjang dan isolasi
termal yang lebih baik juga.

3. Berdasarkan aplikasinya, beton dibagi menjadi:


Beton Pracetak
Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-
komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (off
site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan

11
terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation),
dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit
terutama pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh
metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta
ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan
antar komponen join (Abduh,2007).
Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari
teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya,
kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan,
lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability (Gibb,1999 dalam
M. Abduh 2007).
Pelaksanaan bangunan dengan menggunakan metoda beton pracetak
memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan keuntungan metoda
pelaksanaan dengan mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang
maksimal jika pada proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan
dan reduksi biaya konstruksi. Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda
beton pracetak terjadi kenaikkan biaya material beton disebabkan analisa propertis
material tersebut harus didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan
aspek transportasi sehingga pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan
menjadi lebih besar daripada desain propertis dengan metoda cor ditempat. Selain
itu pada proses instalasi elemen beton pracetak memerlukan peralatan yang lebih
banyak dari proses instalasi elemen beton cor ditempat.
Perbedaan Beton Pracetak Dan Beton Konvesional

Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama,


beban-beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang
digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan
adalah:
1. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur
beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda
saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa desain

12
tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton
secara konvensional.
2. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan
beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton
pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
3. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain
sambungan di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.

Sistem Komponen Pracetak


Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung
dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu:
1. Tiang pancang
2. Sheet pile dan dinding diaphragma.
3. Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-T,
channel slabs dan lain-lain.
4. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
5. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
6. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-
T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung
beban (shear wall) atau tidak mendukung beban.
7. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti: tangga, balok parapet, panelpanel
penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari
insinyur sipil dan arsitek.
Secara umum sistem struktur komponen beton pracetak dapat digolongkan
sebagai berikut (Nurjaman, 2000 dalam M. Abduh 2007) :
1. Sistem struktur komponen pracetak sebagian, dimana kekakuan system tidak
terlalu dipengaruhi oleh pemutusan komponenisasi, misalnya pracetak pelat,
dinding di mana pemutusan dilakukan tidak pada balok dan kolom/bukan pada titik
kumpul.

13
2. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta pelat dipracetak
dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang monolit. Pada dasarnya
penerapan sistem pracetak penuh akan lebih mengoptimalkan manfaat dari aspek
fabrikasi pracetak dengan catatan bahwa segala aspek kekuatan (strength),
kekakuan, layanan (serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses
perencanaan.
Keuntungan Dan Kerugian Penggunaan Beton Pracetak

Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan


dengan struktur konvensional, antara lain :
1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.
2. Waktu pelaksanaan yang cepat.
3. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya Proyek.
Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan
pelaksanaan pondasi di lapangan.
4. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
5. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ) adalah
penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan
berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik karena
dilaksanakan dengan standar-standar yang baku, pengawasan dengan sistem
komputer yang teliti dan ketat.
6. Penyelesaian finishing mudah.
7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan
mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut di pabrik,
seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan
rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih
dan ramah lingkungan.

14
9. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih
karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
10. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
11. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi
kekuatan maupun dari segi efisiensi.
12. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil produksi
dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan, maka dapat
diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang diakui secara internasional.
13. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat
penunjang, seperti: scaffolding dan lain-lain.
14. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi

Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen pracetak


juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen
yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan
di lapangan.
3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat
angkat dan alat angkut.
4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah
antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya.
Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai di atas
1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan
untuk handling dan erection.
6. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah

15
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang utama
yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
pada beton pracetak.
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)

Kendala Dan Permasalahan Seputar Beton Pracetak


Yang menjadi perhatian utama dalam perencanaan komponen beton pracetak
seperti pelat lantai, balok, kolom dan dinding adalah sambungan. Selain berfungsi
untuk menyalurkan beban-beban yang bekerja, sambungan juga harus berfungsi
menyatukan masing-masing komponen beton pracetak tersebut menjadi satu
kesatuan yang monolit sehingga dapat mengupayakan stabilitas struktur
bangunannya.
Beberapa kriteria pemilihan jenis sambungan antara komponen beton
pracetak diantaranya meliputi:
1. Kekuatan (strength).
2. Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapat menyalurkan gaya-gaya yang
terjadi ke elemen struktur lainnya selama waktu layan (serviceability), termasuk
adanya pengaruh dari rangkak dan susut beton.
3. Daktalitas (ductility)
Kemampuan dari sambungan untuk dapat mengalami perubahan bentuk tanpa
mengalami keruntuhan. Pada daerah sambungan untuk mendapatkan daktilitas
yang baik dengan merencanakan besi tulangan yang meleleh terlebih dahulu
dibandingkan dengan keruntuhan dari material betonnya.
4. Perubahan volume (volume change accommodation)
Sambungan dapat mengantisipasi adanya retak, susut dan perubahan temperature
yang dapat menyebabkan adanya tambahan tegangan yang cukup besar.
5. Ketahanan (durability)

16
Apabila kondisi sambungan dipengaruhi cuaca langsung atau korosi diperlukan
adanya penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainless steel
epoxy atau galvanized.
6. Tahan kebakaran (fire resistance)
Perencanaan sambungan harus mengantisipasi kemungkinan adanya kenaikan
temperatur pada sistem sambungan pada saat kebakaran, sehingga kekuatan dari
baja maupun beton dari sambungan tersebut tidak akan mengalami pengurangan.
7. Mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bagian-bagian berikut ini
pada saat merencanakan sambungan:
a. Standarisasi produksi jenis sambungan dan kemudahan tersedianya material
lapangan.
b. Hindari keruwetan penempatan tulangan pada derah sambungan
c. Hindari sedapat mungkin pelubangan pada cetakan
d. Perlu diperhatikan batasan panjang dari komponen pracetak dan toleransinya
e. Hindari batasan yang non-standar pada produksi dan pemasangan.
f. Gunakan standar hardware seminimal mungkin jenisnya
g. Rencanakan sistem pengangkatan komponen beton pracetak semudah mungkin
baik di pabrik maupun dilapangan
h. Pergunakan sistem sambungan yang tidak mudah rusak pada saat pengangkatan

2.3 Sejarah Perkembangan Teknologi Beton


Pemakaian beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai bahan pembentuknya telah
dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan diperkirakan sebelum itu.
Penggunaan beton bertulang secara intensif dimulai pada awal abad ke sembilan
belas. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-
prinsip konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya.

Pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari
bahan semen untuk dipamerkan pada pameran dunia tahun 1855. J. Monir, seorang
ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk

17
mengtasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan
tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. Seiring perkembangan yang
terjadi dalam bidang ini, terbentuklah berbagai komite/lembaga: German
Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete Committee, American
Concrete Institute, dan British Concrete Institute.

Di Indonesia terbentuk Departemen Pekerjaan Umum yang selalu mengikuti


perkembangan beton melalui Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB).
Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan-peraturan standar beton yang biasanya
mengadopsi peraturan internasional yang disesuaikan dengan keadaan bahan-
bahan bangunan di Indonesia. Perkembangan dalam bidang seni serta analisis
perancangan dan konstruksi beton, maka dapat dibangun konstruksi beton atau
bangunan-bangunan yang sangat khas, seperti: Marina Tower, Lake Point Tower
Chicago, Keong Mas Di taman Mini Indonesia, dll.

Sejarah Beton Periode waktu di mana beton pertama kali ditemukan tergantung
pada bagaimana seseorang mengartikan istilah "beton." Bahan kuno semen mentah
dibuat dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau batu kapur. Kapur juga
mengacu pada batu kapur yang dihancurkan dan dibakar. Ketika pasir dan air
ditambahkan ke semen ini, mereka menjadi mortar, yang merupakan bahan seperti
plester yang digunakan untuk menempelkan batu satu sama lain. Selama ribuan
tahun, material ini diperbaiki, dikombinasikan dengan material lain dan, pada
akhirnya, berubah menjadi beton modern. Beton masa kini dibuat menggunakan
semen Portland, agregat kasar dan halus yakni batu serta pasir, dan air.
Campurannya adalah bahan kimia yang ditambahkan ke campuran beton untuk
mengontrol sifat pengaturannya dan digunakan terutama ketika menempatkan
beton selama kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti suhu tinggi atau rendah,
kondisi berangin, dll. Prekursor beton ditemukan pada sekitar 1300 SM ketika
seorang tukang bangunan Timur Tengah menemukan bahwa ketika mereka
melapisi bagian luar benteng tanah liat dan dinding rumah mereka dengan lapisan
tipis batu kapur yang terbakar, hal ini bereaksi secara kimia dengan gas di udara

18
untuk membentuk permukaan yang keras dan protektif. Ini bukan hal yang konkret,
tapi itu adalah awal dari pengembangan semen. Bahan komposit semen awal
biasanya termasuk mortar, batu kapur yang dibakar, pasir dan air, yang digunakan
untuk membangun dengan batu, sebagai lawan dari pengecoran bahan dalam
cetakan, yang pada dasarnya bagaimana beton modern digunakan, dengan cetakan
menjadi beton formulir. Sebagai salah satu unsur utama beton modern, semen telah
ada sejak lama. Sekitar 12 juta tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut
Israel, endapan alami terbentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpih minyak
yang dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun, semen bukan beton. Beton
adalah bahan bangunan komposit dan bahan-bahannya, yang semen hanyalah satu,
telah berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan sampai sekarang.
Karakteristik kinerja dapat berubah sesuai dengan berbagai kekuatan yang perlu
ditentang oleh beton. Kekuatan-kekuatan ini mungkin bertahap atau intens, mereka
mungkin datang dari atas (gravitasi), di bawah (naik-turun tanah), sisi-sisi (beban
lateral), atau mereka mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia.
Bahan-bahan beton dan proporsinya disebut campuran desain.

Awal mula penggunaan beton Bangunan seperti beton pertama kali dibangun oleh
para pedagang Nabatiea atau Badui yang menduduki dan mengendalikan
serangkaian oasis dan mengembangkan kerajaan kecil di wilayah Suriah selatan
dan Yordania utara sekitar 6500 SM. Mereka kemudian menemukan keuntungan
dari kapur hidrolik yaitu, semen yang mengeras di bawah air dan pada 700 SM,
mereka membangun kiln untuk memasok mortar yang digunakan pembangunan
rumah-rumah berkubur puing, lantai beton, dan tangki air bawah tanah. hal ini
sempat dirahasiakan dan merupakan salah satu alasan Nabataea dapat berkembang
di padang pasir. Dalam membuat beton, Nabataea memahami perlunya menjaga
campuran itu tetap kering atau serendah mungkin kandungan airnya, karena
kelebihan air menyebabkan lubang dan kelemahan pada beton. Praktek bangunan
mereka termasuk menindih beton yang baru ditempatkan dengan alat khusus.
Proses tamping menghasilkan lebih banyak gel, yang merupakan bahan ikatan yang

19
dihasilkan oleh reaksi kimia yang terjadi selama hidrasi yang mengikat partikulat
dan agregat menjadi satu. Seperti yang dimiliki bangsa Romawi 500 tahun
kemudian, Nabataea memiliki bahan yang tersedia secara lokal yang dapat
digunakan untuk membuat semen mereka kedap air. Di dalam wilayah mereka
terdapat endapan permukaan utama pasir silika halus. Air tanah yang merembes
melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang merupakan abu
vulkanik berpasir. Untuk membuat semen, Nabataea menemukan endapan tersebut
dan mengambil material ini dan menggabungkannya dengan jeruk nipis, lalu
memanaskannya dalam kiln yang sama dengan yang mereka gunakan untuk
membuat tembikar, karena suhu target berada dalam kisaran yang sama. Sekitar
5600 SM di sepanjang Sungai Danube di daerah bekas negara Yugoslavia, rumah-
rumah dibangun menggunakan sejenis beton untuk lantai.

2.4 Fungsi Struktur Beton Bertulang

Struktur beton bertulang memiliki fungsi yang dapat digunakan pada beberapa
model konstruksi seperti balok beton, tulangan beton, kolom beton hingga plat
beton.

Penjelasan sistem tersebut secara rinci adalah sebagai berikut.

1. Tulangan beton

Tulangan beton pada beton berulang dapat berupa besi polos maupun besi
ulir. Dalam sebuah gambar kerja ada dua notasi utama dalam menjelaskan
jenis besi dan besar diameternya yang digunakan dalam sebuah beton
bertulang. Notasi berupa tanda Ф digunakan untuk besi jenis besi polos,
sedangkan notasi D (huruf D kapital) digunakan untuk notasi penggunaan
besi ulir. Contoh penulisan di dalam sebuah gambar kerja semisal 2Ф12
berari memiliki arti bahwa gambar tersebut berupa beton bertulang dengan
tulangan besi polos berjumlah 2 dengan diameter 12mm. Notasi 5D20
berarti beton bertulang dengan 5 batang besi ulir berdiameter 20mm. Notasi

20
lain adalah Ф14 – 200 yang memiliki arti beton bertulang dengan batang
besi polos berjarak 200mm.

2. Plat beton

Struktur plat beton yang menggunakan beton bertulang adalah struktur yang
tipis berupa bidang yang memiliki arah horizontal dengan beban kerja yang
berarah tegak lurus. Plat beton bertulang umumnya digunakan untuk bagian
dari lantai bangunan dan lantai atap sebuah gedung. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai lantai jembatan maupun lantai dermaga. Beban yang
bekerja pada plat lantai diperhitungkan terhadap beban gravitasi.

3. Balok beton

Balok beton pada sistem beton bertulang adalah berfungsi untuk menahan
tegangan tekan dan tegangan tarik yang disebabkan adanya beban lentur
pada balok tersebut. Maka sifat beton yang tidak cukup mampu menahan
tegangan tarik itulah yang menyebabkan sistem beton bertulang ini
ditambahi dengan tulangan baja di tempat tegangan tarik tersebut bekerja.
Selain kebutuhan akan gaya lentur, dalam sistem beton bertulang juga perlu
memperhatikan kapasitas geser, retak, defleksi dan panjang penyaluran
yang perlu sesuai dengan persyaratan.

4. Kolom beton

Bagian kolom beton pada beton bertulang adalah umumnya berbentuk bujur
sangkar, persegi panjang ataupun bulat. Posisi penulangan pada kolom
beton dapat dilakukan secara simetri ataupun mengelilingi tiap sisinya.
Metode pemasangan tulangan di bagian bawah kolom adalah dibengkokkan
ke bagian dalam terlebih dahulu dan dijadikan stek dengan panjang kurang
lebih 40 kali diameter tulangan.

21
2.5 Cara Membuat Beton

Seringkali dijumpai di masyarakat luas adanya rumus perbandingan sederhana dalam


menyusun campuran beton seperti 1:2:3 atau perbandingan volume 1 semen, 2 pasir,
dan 3 aggregat. Rumus ini tentu mempermudah penghitungan campuran beton.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah berapa jumlah air yang harus ditambahkan?
Jawabannya tentu secukupnya, tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental. Padahal
perbandingan jumlah air dan semen, yang dikenal dengan water cement ratio (w/c
ratio) atau faktor air semen (f.a.s) adalah faktor paling utama yang menentukan nilai
kuat tekan beton yang telah mengeras (umur 28 hari).

Oleh karena itu, perlu kita ketahui langkah-langkah penghitungan campuran beton
yang didasari penentuan w/c ratio terlebih dahulu agar tercapai kuat tekan yang
diinginkan. Penghitungan campuran ini dirancang untuk dilakukan dengan standar
berat, bukan volume, agar campuran yang dibuat lebih akurat. Langkah-langkah yang
diperlukan sebagai berikut :

1. Penentuan w/c ratio

Raju (1983) menetapkan standar w/c ratio yang dapat digunakan dengan mudah
dalam grafik berikut ini. Besaran tersebut hanya gambaran kasar untuk
mempermudah campuran secara manual di lapangan. Dalam menentukan w/c ratio
secara akurat dan efisien, sangat diperlukan trial mix skala laboratorium dengan
varian campuran tertentu.

22
Berdasarkan grafik tersebut, kita dapat menentukan kuat tekan beton, misalnya
untuk menentukan beton dengan kuat tekan 350 kg/cm2 (dalam benda uji silinder
15 x 30 cm) kita dapat menggunakan w/c ratio 0,44 atau apabila jumlah air dibagi
jumlah semen nilainya adalah 0,44.

2. Penentuan berat jenis (specific gravity) semen, aggregat kasar, dan


aggregat halus

Untuk menentukan jumlah aggregat diperlukan data specific gravity yang akurat.
Namun, apabila pengujian lab tidak dapat dilakukan, secara mudah dapat
digunakan panduan berikut ini untuk material di area Jawa Timur.

Material
Specific Gravity (SG)

Semen OPC Portland Type I 3,15


Pasir Vulkanis (Lumajang) 2,70
Pasir Natural (ex Mojokerto) 2,55
Split / Batu Pecah 2,70

23
4. Penentuan slump (workability)

Untuk standar workability yang mudah digunakan, yaitu slump 12 cm, maka
kebutuhan air yang biasa digunakan sesuai pengalaman penulis adalah 185 liter air.
Sebagai perbandingan, Raju (1983) menyatakan untuk mencapai slump 10 cm dengan
diameter maksimum agregat (batu pecah) sebesar 25mm diperlukan air sejumlah 192
liter. Kisaran tersebut dapat digunakan sebagai panduan untuk mempermudah
pengerjaan di lapangan.

5. Penghitungan jumlah air dan semen.

Apabila kita tetapkan jumlah air adalah 190 liter per m3 beton, maka jumlah semen
yang digunakan agar tercapai kuat tekan silinder 350 kg/cm2 dapat dihitung dengan
menggunakan w/c ratio 0,44.

Sehingga jumlah semen yang direkomendasikan adalah 431 kg per m3 campuran


beton.

5. Penetapan perbandingan agregat kasar dan agregat halus

Penetapan perbandingan agregat kasar dan agregat halus ditentukan berdasarkan hasil
dari gradasi saringan material, atau dikenal dengan modulus kehalusan (fineness

24
modulus). Hasilnya digunakan untuk menentukan gradasi kerapatan ukuran butiran
material dalam campuran beton yang akan berpengaruh pada kemudahan pengerjaan,
terutama apabila menggunakan pompa.

Kita gunakan asumsi FM pasir 3,0 sehingga perbandingan volume yang disarankan
adalah 0,59 atau 59% dari total agregat.Dari penghitungan yang lalu, kita dapatkan
bahwa :

Jumlah air = 190 kg


Jumlah semen = 431 kg
Dengan specific gravity semen type 1 sebesar 3,15 maka volume semen adalah :

Volume = 431 kg / 3,15 = 136,8 liter

Volume semen + volume air = 136,8 liter + 190 liter = 326,8 liter

Sehingga, sisa volume yang ada untuk campuran agregat halus dan kasar dalam 1 m3
atau 1000 liter beton adalah :

1000 liter − 326,8 liter = 673,2 liter

6. Penghitungan jumlah agregat kasar dan agregat halus.

Telah ditetapkan pada penghitungan yang lalu bahwa perbandingan jumlah agregat
kasar atau batu pecah adalah 59% dari total agregat. Sehingga :

Jumlah volume batu pecah = 0,59 x 673,2 liter = 397,2 liter

Jumlah ini apabila dibagi dengan asumsi specific gravity batu pecah sebesar 2,70
maka :

25
berat batu pecah = 397,2 liter x 2,70 = 1072,5 kg

Apabila terdapat dua jenis ukuran batu pecah, yaitu batu ukuran besar (max 20 mm)
dan ukuran kecil (max 10 mm), maka penggunaannya dapat dibagi sesuai
persentase yang diinginkan. Misalnya persentase batu kecil sebesar 30% dari total
agregat kasar (dengan asumsi specific gravity kedua fraksi sama) maka :

Berat batu kecil (max 10 mm) = 0,3 x 1072,5 kg = 321,7 kg

Berat batu besar (max 20 mm) = 0,7 x 1072,5 kg = 750,8 kg

Asumsi perbandingan volume batu besar 0,59 maka perbandingan volume agregat
halus atau pasir sebesar :

Jumlah volume pasir = 1 − 0,59 = 0,41

Jumlah volume pasir = 0,41 x 673,2 liter = 276 liter

Jumlah ini apabila dibagi dengan asumsi specific gravity pasir Lumajang sebesar
2,70 maka :

Berat pasir = 276 liter x 2,70 = 745,2 kg

Hasilnya didapatkan campuran beton sebagai berikut :

Material Berat (kg)


Air 190
Semen 431
Batu pecah (max 10 mm) 322
Batu pecah (max 20 mm) 751

26
Pasir 745

7. Pencampuran dilakukan dalam kondisi saturated surface dry (SSD) atau


jenuh kering permukaan untuk semua agregat.

Bisa dilakukan dengan menyiram agregat kasar atau batu pecah kemudian
didiamkan selama 30-60 menit hingga tercapai kondisi SSD. Untuk agregat halus
perlu dilakukan uji moisture content untuk memastikan kandungan air yang ada
dalam pasir. Penghitungan mix dibuat dengan asumsi non air entrained atau kondisi
dimana asumsi tidak ada udara yang terjebak dalam beton. Raju (1983) menyatakan
asumsi udara yang terjebak dalam beton untuk material agregat kasar max 20 mm
adalah sebesar 2%.

KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.

Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan
mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan
ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama
kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk
Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta

27
mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan
lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 SARAN

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur,


pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika
tidak kualitas beton menurun.

2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan


peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga
bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang
ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa,
standar perencanaan struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.

3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan


berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/

http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html

http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belajar%
20SBD%20Rev%201.pdf

http://asrinurdin96.blogspot.com/2017/10/makalah-beton.html?m=1
http://sukamabar.blogspot.com/2013/06/tentang-struktur-beton-
bertulang.html?m=1

http://asrinurdin96.blogspot.com/2017/10/makalah-beton.html?m=1

29

Anda mungkin juga menyukai