PENDAHULUAN
Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem
Provsu Medan tahun 2017, pasien yang menderita skizofrenia sebanyak 13,846
(85.3%). Masalah yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah perilaku
kekerasan (Choe, Teplin, & Abram, 2008 dalam Wuryaningsih dkk, 2013).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar 60% penderita perilaku
kekerasan (Wirnata, 2012). Perilaku kekerasan dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Muhith,
2015).
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada
orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan.Pasien
yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan
dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah (Yusuf dkk,
2015).
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Yusuf
dkk, 2015).
d. Perilaku
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespon positif
terhadap frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang
tua memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada
anak atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
e. Sosial Kultural
1) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk
berespon terhadap marah yang sehat.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Menurut Yusuf dkk (2015), faktor presipitasi dapat bersumber dari
klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien
seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab lain.
2.6 Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
2.7 Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2011)
3. Faktorpredisposisi
a. Gangguan jiwa dimasa lalu
b. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa (yusuf,
2015).
c. Pengobatan sebelumnya
d. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa
e. Trauma
f. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, dari lingkungan
g. Herediter
h. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
i. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
j. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
2. Konsep diri
Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain sehingga
klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
3. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja
dan dalam lingkungan tempat tinggal
4. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang
lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa
tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar
lingkungan keluarga.
- Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
- Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
- Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan
penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah
pada penghinaan dan penolakan.
5. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
7. Status mental
a. Penampilan
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat
tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan
mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
9. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Penjelasan :
Klien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara ,klien memiliki 1 abang dan 2 adik
laki laki dan 4 adik perempuan. Klien sudah belum menikah.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: meninggal
3.5.2 Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada
yang cacat
b. Identitas : Klien anak ke 2 dari 8 bersaudara, klien hanya
lulusan SMA yang saat ini tidak memiliki
pekerjaan
c. Peran : Klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ
dan ingin cepat pulang ke rumah.
e. Harga diri : Klien mengatakan merasa malu berada di rumah
sakit jiwa dan merasa bosan.
Masalah keperawatan: Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Kristen dan yakin dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Objektif :
Klien tampak memandang orang lain dengan
tatapan bermusuhan dan tampak gelisah.
2 Subjektif : Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara suara Pendengaran
aneh
Objektif :
Klien tampak berbicara sendiri, tertawa dan
tersenyum sendiri
3 Subjektif : Isolasi Sosial
Klien mengatakan tidak mau bergaul dan
lebih suka menyendiri karena penyakitnya.
Objektif :
Klien tidak aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan di rumah sakit.
4 Subjektif : Gangguan Konsep Diri :
Klien merasa dibuang oleh keluarganya dan Harga diri rendah
merasa minder dengan orang lain karena di
rawat dirumah sakit jiwa
Objektif :
Klien tampak malu,
5 Subjektif : Regiment terapeutik
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak Individu Inefektif
mau minum obat dirumah
Klien tidak mau control di RSJ
Keluarga klien mengatakan pernah
dirawat di RSJ
Perilaku Kekerasan
Halusinasi
HDR
4. RTL:
Sp2 Risiko Perilaku Kekerasan:
Mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan minum obat
secara teratur
Jumat 1. Data : S : senang
20/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu
10:00 WIB sinis, mendengar suara-suara, melakukan tarik nafas
tertawa sendiri, suka menyendiri, dalam dengan mandiri
merasa tidak dihargai - Klien mampu pukul
Kemampuan : melakukan aktivitas kasur bantal secara
bersihkan tempat tidur mandiri
2. Diagnosa Keperawatan - Klien minum obat
Risiko Perilaku Kekerasan secara teratur dengan
Halusinasi bantuan perawat
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah A : Risiko Perilaku kekerasan
(+)
3. Tindakan keperawatan: P:
Sp 2Risiko Perilaku Kekerasan - Latihantarik nafas dalam
1. Mengevaluasi kemampuan 1 x/hari
klienuntuk tarik nafas dalam - Latihan pukul kasur
dan pukul kasur bantal bantal 1 x/hari
2. Memberikan informasi tentang - Minumobat secara
penggunaan obat yang teratur teratur 2x /hari
meliputibenar orang, benar
cara, benar dosis, benar obat
dan benar waktu.
4.RTL:
Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan
Komunikasi secara
verbal:Asertif/bicara baik-baik.
Kamis 1. Data : S : senang
26/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu melakukan
11:00 sinis, mendengar suara-suara, komunikasi secara verbal :
tertawa sendiri, suka menyendiri, asertif/bicara baik-
merasa tidak dihargai baikdengan motivasi
Kemampuan : melakukan aktivitas A : RisikoPerilaku kekerasan
bersihkan tempat tidur (+)
2. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan P:
Halusinasi - Latihantarik nafas dalam
Isolasi Sosial dan pukul kasur bantal
Harga Diri Rendah 1x/hari
3. Tindakan keperawatan: - Minumobat secara
Sp 3Risiko Perilaku Kekerasan teratur 2x/hari
- Mengevaluasi kemampuan klien - Klienmelakukan
untuk tarik nafas dalam dan pukul komunikasi secara
kasur bantal verbal : asertif/bicara
- Minum obat secara teratur baik-baik
- Komunikasi secara verbal :
asertif/bicara baik-baik
4.RTL:
Sp 4 Risiko Perilaku Kekerasan:
Spritual : Beribadah
RTL :
Risiko Perilaku Kekerasan : Follow up
dan evaluasi SP 1-4 risiko Perilaku
Kekerasan
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan
dan bertanya kepada pegawai ruang Sibual-Buali.
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
penulis.
5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn.D penulis melanjutkan
asuhan keperawatan pada klien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang Sipiso-
piso Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
Maka penulis mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang telah ada:
5.2 Saran