Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan penyakit yang berbahaya dan tidak terkontrol dan
cenderung melukai orang lain maupun diri sendiri (Videbeck, 2011). Skizofrenia
merupakan gangguan jiwa berat yang bersifat kronis, gangguan realitas, gangguan
fungsi kognitif serta kesulitan dalam melakukan aktivitas (Keliat, 2015).
Berdasarkan WHO (2013) penderita skizofrenia di masyarakat berkisar 1-3 orang
permil penduduk di dunia. Sedangkan di Indonesia penderita skizofrenia 1,7
orang permil penduduk indonesia (Riskesdas,2013).

Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem
Provsu Medan tahun 2017, pasien yang menderita skizofrenia sebanyak 13,846
(85.3%). Masalah yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah perilaku
kekerasan (Choe, Teplin, & Abram, 2008 dalam Wuryaningsih dkk, 2013).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar 60% penderita perilaku
kekerasan (Wirnata, 2012). Perilaku kekerasan dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Muhith,
2015).

Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukkan perubahan


perilaku seperti intonasi suara keras, mengancam, ekspresi tegang, gaduh, gelisah,
tidak bisa diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat, nada suara
tinggi dan gembira berlebihan.Kekacauan alam fikir juga dapat dilihat dari isi
pembicaraannya. Perubahan lain yang terjadi adalah adanya penurunan
kemampuan memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang,
serta gelisah (Stuart dan Laraia, 2005). Risiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sehingga masalah yang terjadi pada pasien perilaku
kekerasan akan melibatkan keluarga.

Berdasarkan laporan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Provsu


banyaknya pasien dengan risiko perilaku kekerasan maka kelompok tertarik untuk
mengangkat asuhan keperawatan jiwa pada Tn.I dengan risiko perilaku kekerasan
diruang Sipiso-piso RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provsu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah
saebagai berikut : Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn.Idengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa
Prof, Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.D dengan
Risiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof, Dr. Muhammad
Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, tanda & gejala,faktor
penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaan pada pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasan
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan
pada Tn.D dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
d. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan secara
menyeluruh pada Tn.D dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada
Tn.D dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan
asuhan keperawatan pada Tn.D dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
Tn.D dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada
orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan.Pasien
yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan kekerasan
dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah (Yusuf dkk,
2015).

Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Yusuf
dkk, 2015).

2.2 Rentang Respon Marah


Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah


Keterangan :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.

2.3 Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan


2.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, dkk (2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari
dorongan insting.
b. Psikologis
Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil
dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat
menyebabkan frustasi berekepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut : (Stuart, 2016).
1) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi
emosi serta perilaku seperti makan, agresif dan respons
seksual.Selain itu, mengatur, mengatur sistem informasi dan
memori.
2) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan
melakukan interpretasi pendengaran.
3) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis,
serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas
adalah serotonin, Dopamin, Neropineprin, Acetylcholine dan
GABA.

d. Perilaku
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespon positif
terhadap frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang
tua memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada
anak atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

e. Sosial Kultural
1) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
2) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk
berespon terhadap marah yang sehat.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Menurut Yusuf dkk (2015), faktor presipitasi dapat bersumber dari
klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien
seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab lain.

2.4 Tanda Dan Gejala


Menurut Keliat (2012), tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor

2.5 Mekanisme Koping


Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan koping yang konstruktif dalam
mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi.

Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:


a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif
adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan
perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.

2.6 Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
2.7 Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian

2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2011)

3. Faktorpredisposisi
a. Gangguan jiwa dimasa lalu
b. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa (yusuf,
2015).
c. Pengobatan sebelumnya
d. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa
e. Trauma
f. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, dari lingkungan
g. Herediter
h. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
i. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
j. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan

4. Fisik
Pengkajian fisik

a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan


bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat
b. Ukur tinggi badan dan berat badan
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus)
5. Psikososial
1. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah
diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.

2. Konsep diri
Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain sehingga
klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.

3. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja
dan dalam lingkungan tempat tinggal

4. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang
lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa
tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar
lingkungan keluarga.

- Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.

- Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
- Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan
penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah
pada penghinaan dan penolakan.

5. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan


klien dalam hubungan masyarakat
6. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa.

b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.

7. Status mental
a. Penampilan
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat
tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan
mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan

o. Daya fikir diri


Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya

8. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
d. Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor,
dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
e. Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak
mengenakan alas kaki
f. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan
tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur
klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak
tidur.
g. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
h. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
i. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.

9. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.

10. Masalah psikologis dan lingkungan


Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan

11. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Ruang rawat : Sipiso-piso


Tanggal MRS :11-11-2019

3.1 Identitas Klien


Inisial : Tn.D
Jenis kelamin :Laki-Laki
Umur : 22 Tahun
Agama :Islam
Status :Belum Menikah
Tanggal pengkajian :12 September 2019
RM No : 03.56.57
Informent :Status klien dan komunikasi dengan klien.

3.2 Alasan Masuk Rumah Sakit


Alasan klien masuk rumah sakit jiwa adalah karena klien sering marah-marah,
berbicara sendiri, melempar barang yang ada dirumahnya, klien mengatakan
pernah memukul ibunya, memukul tentangga dan kurang tidur

3.3 Faktor Predisposisi


Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 3 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2016 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak
rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala seperti
diatas kemudian klien kambuh lagi. klien marah dan merusak barang-barang
dirumah dan saat keluar rumah klien tidak mau memakai baju hingga akhirnya
keluarga membawa klien kembali di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provinsi
Sumatera Utara pada tanggal 11 Nopember 2019. Keluarga klien tidak ada yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan:Resiko Perilaku kekerasan
Regiment individu Terapeutik inefektif
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 79x/i ; S : 37oC ; P : 20x/i. Klien
memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 63 Kg.

3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram

Penjelasan :
Klien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara ,klien memiliki 1 abang dan 2 adik
laki laki dan 4 adik perempuan. Klien sudah belum menikah.

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

---- : Tinggal dalam satu rumah

: meninggal
3.5.2 Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada
yang cacat
b. Identitas : Klien anak ke 2 dari 8 bersaudara, klien hanya
lulusan SMA yang saat ini tidak memiliki
pekerjaan
c. Peran : Klien berperan sebagai anak
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ
dan ingin cepat pulang ke rumah.
e. Harga diri : Klien mengatakan merasa malu berada di rumah
sakit jiwa dan merasa bosan.
Masalah keperawatan: Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3.5.3 Hubungan sosial


Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien tidak mengikuti kegiatan
di kelompok/masyarakat. Klien mengatakan mempunyai hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain karena klien sulit bergaul dan
selalu ingin menyendiri.
Masalah keperawatan:Isolasi Sosial : Menarik diri

3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Kristen dan yakin dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.5.5 Status Mental


1. Penampilan
Penjelasan :Klien berpenampilan bersih, dan rapi
Masalah keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Pembicaraan
Penjelasan :Klien masih mampu menjawab
pertanyaan perawat dengan lambat
namun dapat dipahami
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien gelisah dan mondar- mandir
4. Suasana perasaan
Penjelasan :Klien sedih karena tinggal di rumah
sakit, terlebih keluarga jarang datang
menjenguk.
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah
5. Afek
Penjelasan :Afek klien labil, mudah emosi, mudah
marah jika disuruh bekerja.
Masalah keperawatan :Risiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan :Klien kooperatif saat wawancara
Masalah keperawatan: isolasi sosial : tidak ada masalah
7. Persepsi
Penjelasan :Klien mengatakan bahwa ia ada suara-
suara
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
8. Proses Pikir
Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang
ditanya dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Penjelasan :Klien dapat mengontrol isi
pikirnya,klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada
waham. Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan :Klien tidak mengalami gangguan
orientasi, klien mengenali waktu, orang dan tempat.
Masalah keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
11.Memori
Penjelasan :Klien mampu menceritakan kejadian di
masa lalu dan yang baru terjadi.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan :Klien mampu berkonsentrasi dalam
perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik
dan yang buruk (mampu melakukan penilaian)
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
14. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien tidak mengingkari penyakit yang
diderita, klien mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di
rumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.6 Mekanisme Koping


Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik
dengan orang lain.

3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien selalu ingin
menyendiri.
3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat yang
dikonsumsinya.

3.9 Analisis Data

No Data Masalah Keperawatan

1 Subjektif : Resiko Perilaku


Klien mengatakan pernah melempar barang- Kekerasan
barang yang ada dirumahnya, pernah
memukul keluarganya dan marah-marah

Objektif :
Klien tampak memandang orang lain dengan
tatapan bermusuhan dan tampak gelisah.
2 Subjektif : Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara suara Pendengaran
aneh

Objektif :
Klien tampak berbicara sendiri, tertawa dan
tersenyum sendiri
3 Subjektif : Isolasi Sosial
Klien mengatakan tidak mau bergaul dan
lebih suka menyendiri karena penyakitnya.

Objektif :
Klien tidak aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan di rumah sakit.
4 Subjektif : Gangguan Konsep Diri :
Klien merasa dibuang oleh keluarganya dan Harga diri rendah
merasa minder dengan orang lain karena di
rawat dirumah sakit jiwa

Objektif :
Klien tampak malu,
5 Subjektif : Regiment terapeutik
 Keluarga mengatakan bahwa klien tidak Individu Inefektif
mau minum obat dirumah
 Klien tidak mau control di RSJ
 Keluarga klien mengatakan pernah
dirawat di RSJ

3.10 Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Halusinasi

menarik diri : isolasi sosial

HDR

3.12 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Intervensi
1 Resiko Perilaku Kekerasan Sp1:
Subjektif : 1. Identifikasi penyebab , frekuensi
Klien mengatakan pernah perilaku kekerasan
melempar barang-barang yang 2. Mengontrol perilaku kekerasan dengan
ada dirumahnya, pernah tarik nafas dalam dan pukul
memukul keluarganya dan kasur/bantal
marah-marah Sp2:
Kontrol perilaku kekerasan dengan
Objektif : minum obat secara teratur
Klien tampak memandang Sp 3:
orang lain dengan tatapan Kontrol perilaku kekerasan dengan
bermusuhan dan tampak berbicara baik-baik
gelisah. Sp 4:
Spiritual
2 Halusinasi SP 1 :
Subjektif : mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
Klien mengatakan mendengar terjadi, situasi pencetus, perasaan dan
suara suara aneh respon halusinasi.
- Mengontrol halusinasi dengan cara
Objektif : menghardik
Klien tampak berbicara SP 2 :
sendiri, tertawa dan mengontrol halusinasi dengan cara minum
tersenyum sendiri obat dengan teratur.
SP 3 :
mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
SP 4:
Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan terjadwal.

3 Isolasi Sosial Sp1 :


Subjektif : Menjelaskan keuntungan dan kerugian
Klien mengatakan tidak mau mempuyai teman
bergaul dan lebih suka Sp2 :
menyendiri karena Melatih klien berkenalan dengan 2 orang
penyakitnya. atau lebih
Sp 3 :
Objektif : Melatih bercakap-cakap sambil melatih
Klien tidak aktif dalam kegiatan harian
kegiatan yang dilaksanakan di Sp 4 :
rumah sakit. Melatih berbicara sosial : meminta sesuatu,
berbelanja
4 Harga Diri Rendah Sp1:
Subjektif : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
Klien merasa dibuang oleh positif yang dimiliki oleh pasien
keluarganya dan merasa Sp 2:
minder dengan orang lain 1. Menilai kemampuan yang dapat
karena di rawat dirumah sakit digunakan
jiwa 2. Menetapkan / memilih kegiatan sesuai
kemampuan
Objektif : 3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
Klien tampak malu, yang dipilih 2
Sp 3:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 2
Sp 4:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 3

3.14 ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/tgl Implementasi Evaluasi


Rabu 1. Data : S : senang
18/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu
10:00 WIB sinis, mendengar suara-suara, melakukan latihan fisik
tertawa sendiri,suka menyendiri, tarik nafas dalam
merasa tidak dihargai dengan mandiri
Kemampuan : melakukan aktivitas - Klien mampu pukul
bersihkan tempat tidur kasur bantal dengan
2. Diagnosa Keperawatan mandiri
Risiko Perilaku Kekerasan -
Halusinasi A : Risiko Perilaku kekerasan
Isolasi Sosial (+)
Harga Diri Rendah
3. Tindakan keperawatan: P : Latihan fisik :
Sp 1 Risiko Perilaku Kekerasan: - Tarik nafas dalam 1x/
- Mengidentifikasi penyebab risiko hari
perilaku kekerasan yaitu jika - Pukul kasur bantal 1x/
kemauan klien tidak dituruti hari
- Mengidentifikasi tanda dan gejala
risiko perilaku kekerasan yaitu
klien marah, mengamuk tanpa
jelas, merusak barang-barang, dan
cenderung melukai orang lain
- Menyebutkan cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan adalah
dengan latihan fisik 1 : tarik napas
dalam latihan fisik 2 : pukul kasur
bantal
- Membantu klien latihan tarik
napas dalam dan pukul kasur
bantal.

4. RTL:
Sp2 Risiko Perilaku Kekerasan:
 Mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan minum obat
secara teratur
Jumat 1. Data : S : senang
20/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu
10:00 WIB sinis, mendengar suara-suara, melakukan tarik nafas
tertawa sendiri, suka menyendiri, dalam dengan mandiri
merasa tidak dihargai - Klien mampu pukul
Kemampuan : melakukan aktivitas kasur bantal secara
bersihkan tempat tidur mandiri
2. Diagnosa Keperawatan - Klien minum obat
Risiko Perilaku Kekerasan secara teratur dengan
Halusinasi bantuan perawat
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah A : Risiko Perilaku kekerasan
(+)

3. Tindakan keperawatan: P:
Sp 2Risiko Perilaku Kekerasan - Latihantarik nafas dalam
1. Mengevaluasi kemampuan 1 x/hari
klienuntuk tarik nafas dalam - Latihan pukul kasur
dan pukul kasur bantal bantal 1 x/hari
2. Memberikan informasi tentang - Minumobat secara
penggunaan obat yang teratur teratur 2x /hari
meliputibenar orang, benar
cara, benar dosis, benar obat
dan benar waktu.

4.RTL:
Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan
 Komunikasi secara
verbal:Asertif/bicara baik-baik.
Kamis 1. Data : S : senang
26/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu melakukan
11:00 sinis, mendengar suara-suara, komunikasi secara verbal :
tertawa sendiri, suka menyendiri, asertif/bicara baik-
merasa tidak dihargai baikdengan motivasi
Kemampuan : melakukan aktivitas A : RisikoPerilaku kekerasan
bersihkan tempat tidur (+)
2. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan P:
Halusinasi - Latihantarik nafas dalam
Isolasi Sosial dan pukul kasur bantal
Harga Diri Rendah 1x/hari
3. Tindakan keperawatan: - Minumobat secara
Sp 3Risiko Perilaku Kekerasan teratur 2x/hari
- Mengevaluasi kemampuan klien - Klienmelakukan
untuk tarik nafas dalam dan pukul komunikasi secara
kasur bantal verbal : asertif/bicara
- Minum obat secara teratur baik-baik
- Komunikasi secara verbal :
asertif/bicara baik-baik

4.RTL:
Sp 4 Risiko Perilaku Kekerasan:
 Spritual : Beribadah

Jumat 1. Data : S : senang


27/09/2019 Tanda dan gejala : mudah marah- O:
Pukul marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu
10:00 sinis, mendengar suara-suara, melaksanakan kegiatan
tertawa sendiri, suka menyendiri, ibadah dengan baik
merasa tidak dihargai misalnya Sholat
Kemampuan : melakukan aktivitas A : Perilaku kekerasan (+)
bersihkan tempat tidur
2. Diagnosa Keperawatan: P:
Risiko Perilaku Kekerasan  Latihantarik nafas dalam
Halusinasi dan pukul kasur bantal
Isolasi Sosial 2x/hari
Harga Diri Rendah - Minumobat secara
teratur
3.Tindakan keperawatan: - Latihan melakukan
Sp 4Risiko Perilaku Kekerasan komunikasi secara
- Mengevaluasi kemampuan klien verbal : asertif/bicara
dalam tarik nafas dalam dan baik-baik
pukul kasur bantal, minum obat - Latihan klien untuk
secara teratur dan bicara baik- melaksanakan kegiatan
baik. spiritual yang sudah
- Melatih klien untuk diatur.
melaksanakan kegiatan spiritual
yang sudah diatur.

RTL :
Risiko Perilaku Kekerasan : Follow up
dan evaluasi SP 1-4 risiko Perilaku
Kekerasan
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.D dengan Risiko


Perilaku Kekerasan di ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Provinsi Sumatera Utara, maka penulis pada BAB ini akan membahasan
kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.1 Tahap Pengkajian


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan.Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui
komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan
perasaannya dan juga melakukan sobservasi kepada pasien. Adapun upaya
tersebut yaitu:

1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan
dan bertanya kepada pegawai ruang Sibual-Buali.

Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan


hal sama seperti: diteori: halusinasi ditandai dengan berbicara sendiri, senyum dan
tertawa sendiri, mendengar suara-suara dan merasa sesuatu yang tidak nyata,
menarik diri dari orang lain, perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya
beberapa detik (Hamid 2013).

1.2 Tahap diagnosa keperawatan


Pada teori halusinasi ( NANDA, 2009-2011), diagnosa keperawatan yang muncul
sebanyak 3 diagnosa keperawatan yang meliputi :
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Harga diri rendah

1.3 Tahap perencanaan


Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu :perilaku
kekerasan

Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
penulis.

Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa


keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis
yaitu :

1. Risiko Perilaku Kekerasan


a. Mengidentifikasi isi Risiko Perilaku Kekerasan
b. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan
c. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku Kekerasan
d. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku Kekerasan
e. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal
f. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
secara teratur
g. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik dengan orang lain dan spritual
h. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
1.4 Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan yakni:
diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan di karenakan masalah utama
yang dialami klien dengan mendengarkan suara-suara yang membuat dirinya
terganggu dan membuat muncul beberapa masalah keperawatan seperti halusinasi,
harga diri rendah.

Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dilakukan strategi


pertemuan yaitu mengidentifikasi Perilaku Kekerasan, mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul kasur bantal. Strategi pertemuan
yang kedua yaitu anjurkan minum obar secara teratur, strategi pertemuan ketiga
yaitu latihan dengan cara komunikasi secara verbal atau bicara baik-baik strategi
pertemuan ke empat yaitu Spritual.

Untuk melakukan implementasi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak


dapat dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien(
keluarga tidak pernah berkunjung).

1.5 Tahap evlaluasi


Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :

1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis


2. Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
3. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik,
4. Dapat mengendalikan RisikoPerilaku Kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur
5. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara baik-baik
6. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan spritual yang
terjadwal.

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :

1. Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi Risiko Perilaku


Kekerasan
2. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik
3. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara minum
obat yang benar : 5 benar
4. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik dengan orang lain
5. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan melakukan
spritual terjadwal.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn.D penulis melanjutkan
asuhan keperawatan pada klien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang Sipiso-
piso Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
Maka penulis mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang telah ada:

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus perilaku


kekerasan dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual dan melibatkan
keluarga didalamnya.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat dan klien harus
membina hubungan saling percaya.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang keperawatan jiwa.
4. Bagi klien agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta klien
mengikuti pengobatan secara optimal sampai berhasil agar tidak terulang
kembali.
5. Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan klien karena dengan
dukungan keluarga penyembuhan klien dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.

5.2 Saran

Diharapkan pada keluarga agar sering mengunjungi klien selama perawatan


karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka klien merasa berarti dan
dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus memperhatikan obat yang
dikonsumsi serta membawa klien kontrol secara teratur ke pelayanan kesehatan
jiwa ataupun rumah sakit jiwa.

Anda mungkin juga menyukai