Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA AIR
“Uji Zat Organik pada Air Sumur Banjarmasin dengan Metode
Permanganometri (redoks) dalam suasana asam”

Disusun Oleh :

NAMA : FIRDAUS ZULFIKAR


NIM : AK1018014
SHIFT/KELOMPOK : 1/4
SEMESTER : IIIA

D-III TEKHNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
YAYASAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018/2019
JUDUL PRAKTIKUM : Uji zat organik pada air sumur Banjarmasin dengan
metode permanganometri
HARI/ TANGGAL : Rabu, 27 November 2019
TUJUAN : Untuk mengetahui kadar zat organik pada air sumur
Banjarmasin
PRINSIP : Zat organik dalam air dioksidasi oleh KmNO4 berlebih
dalam suasana asam dan panas. Sisa KmNO4 direduksi
oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat di
titrasi kembali dengan KmNO4. Titik akir titrasi di tandai
dengan terbentuknya warna merah muda mantap.
DASAR TEORI
Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting. Tanpa air,
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air termasuk sumber
daya alam yang dapat diperbaharui oleh alam, kenyataan menunjukkan bahwa
ketersediaan air tawar tidak bertambah. Sebagian besar air tawar yang digunakan di
Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan air dalam
jumlah besar yang sering kali tidak tersedia, karenanya salah satu strategi penting
dalam pembangunan wilayah adalah penyediaan air bersih.
Adapun permasalahan penyediaan air bersih yaitu adanya pencemaran yang
terjadi pada badan perairan yang mengakibatkan menurunnya kualitas perairan oleh
masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan. Bahan pencemar
yang berasal dari permukiman pada umumnya dalam bentuk limbah organik dan
anorganik. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
akan langsung menuju dasar perairan, sedang bentuk lainnya berada di badan air,
baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Limbah organik yang ada di badan air
aerobik akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik.
Zat organik adalah suatu senyawa yang tersusun dari senyawa atau
kombinasi Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2) bersama dengan Nitrogen
(N). Kehadiran zat organik dalam air dapat ditentukan dengan mengukur bilangan
Permanganat (KMnO4 = Kalium Permanganat). Bilangan permanganat
menunjukkan banyaknya zat organik yang mampu teroksidasi oleh kalium
permanganat dalam suasana asam dan pemanasan. Adanya zat organik dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia hewan atau
oleh sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau
mikroorgtanisme lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka
semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar. Sifat senyawa-senyawa organik
pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia, antara
lain menjadi CO2 dan H2O.
Adanya bahan-bahan organic dalam air erat hubungannya dengan terjadinya
perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau, dan rasa serta
kekeruhan yang tidak diinginkan. Zat-zat organic terdapat di dalam air dalam kadar
yang rendah dan hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada.
Keberadaan senyawa organic di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah,
antara lain masalah rasa dan bau.
Keberadaan senyawa organic juga menyebabkan air memerlukan proses
pengolahan air bersih yang lebih kompleks, menurunkan kandungan oksigen, serta
menyebabkan terbentuknya substansi-substansi beracun.
Standard kandungan bahan organic dalam air minum menurut Dep.Kes R.I.
maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Pengaruh terhadap kesehatan yang
dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standard ini yaitu timbulnya bau
yang tidak sedap pada air minum dan dapat menyebabkan sakit perut.

ALAT Dan BAHAN :


a. Alat
1. Beaker glass 250 ml
2. Beaker glass 500 ml
3. Buret
4. Statif
5. Labu ukur 100 ml
6. Labu ukur 500 ml
7. Erlenmeyer 250 ml
8. Pipet volume 10 ml
9. Pump pipet
10. Gelas arloji
11. Corong
12. Batang pengadok
13. Sendok
b. Bahan
1. KmNO4 0,01 N
2. H2C2O4
3. H2SO4 8N

CARA KERJA
a. Standarisasi
1. Pipet 5 ml H2C2O4 lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 5 ml H2SO4 , kemudian homogenkan
3. Setelah itu titrasi dengan KmNO4 hingga berwarna
4. Catat volume titrasinya
b. Kadar
1. Pipet 5 ml sampel lalu masukkan kedalam Erlenmeyer
2. Tambahkan aquades sebanyak 45 ml
3. Tambahkan 2/3 tetes KmNO4 hingga berwarna pink
4. Tambahkan 2,5 ml H2SO4
5. Panaskan hingga (70ºC-80ºC) sampai menddih selama 1 menit
6. Tambahkan Pipet 5 ml KmNO4, panaskan kembali sampai mendidih
selama 5 menit sampai berwarna ungu
7. Tambahkan 10 ml H2SO4 hingga bening
8. Titrasi dengan KmNO4 hingga berwarna pink
9. Catat volume titrasinya
HASIL
a. Standarisasi
Sebelum di titrasi Sesudah di titrasi

b. Kadar
Sebelum di titrasi Sesudah di titrasi

Kalkulasi :
N . V . KmNO4 = N. VH2C2O4
N.VH2C2O4
N . KmNO4 =
VKmNO4
0,1 N x 5 ml
=
3,4

= 0,147 N
Vtotal (Vsampel+aquadest) 50
D= = = 10
Vsampel yang di pipet 5

Mg/L zat organik =


((VKmNO4 yg ditambah+Vtitrasi)xNKmNO4)−(VH2C2O4xNH2C2O2)x31,6x1.000xD
ml sampel

((5+7) x 0,147)−(10 x 0,1)x 31,6 x 1.000 x 10


=
50
(12 𝑥 0,147)−(1) 𝑥 31,6 𝑥 1.000 𝑥 10
=
50

= 4.828,48 mg/l

Nilai normal kadar zat organik sesuai Permenkes RI adalah 10 mg/l.

PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan tentang uji zat organik pada air sumur
Banjarmasin dengan menggunakan metode permanganometri. Permanganometri
merupakan titrasi reduksi oksidasi dengan menggunakan larutan baku permanganat.
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat
dipakai tanpa penambahan indikator, karena ia dapat bertindak sebagai indikator
(autoindikator).
Permanganometri sendiri digunakan untuk menentukan kadar suatu zat
organik dalam air sample. Zat organik sendiri menentukan kualitas suatu air. Jika
suatu air memiliki kadar zat organik yang tinggi maka semakin tinggi jumlah
bakteri dalam air tersebut karena zat organik merupakan makanan untuk bakteri.
Air yang mempunyai zat organik yang tinggi juga memiliki tingkat pencemaran
yang tinggi, karena air tersebut memiliki kandungan oksigen yang rendah karena
alga atau tumbuhan dalam air tersebut tidak bisa menghasilkan oksigen melalui
fotosintesis.
Menurut Dep.Kes R.I. maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Hasil
praktikum yang kami dapatkan adalah sample uji kami mempunyai kadar zat
organik 4.828,48 mg/l. Jadi dapat disimpulkan sample air yang kami uji tidak layak
untuk diminum karena tidak memenuhi standard air minum untuk uji kimia zat
organik menurut Dep.Kes R.I.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa perairan mengandung bahan pencemar
yang begitu tinggi sehingga tidak layak untuk dikonsumsi mengingat kadar
permanganat yang jauh melampaui batas standar baku mutu nasional. Hasil ini juga
membuktikan adanya kandungan zat organik yang sangat tinggi di badan perairan
sehingga menimbulakan perairan tercemar, berbau tak sedap, dan berwarna hitam.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa kadungan oksigen terlarut yang berada dalam
air sangatlah rendah. Sehingga banyak biota air yang mati di dalamnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil yang
tidak normal yaitu 4.828,48 mg/l. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel air tersebut
tidak layak untuk di konsumsi karena tidak memenuhi standar air minum untuk uji
kimia zat organik menurut Permenkes RI. Nilai normal sesuai Permenkes RI yaitu
10 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius : Yogyakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 492/MENKES/SK/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Sutrisno, C.Totok dan kawan-kawan. 2002. Teknologi Penyediaan air bersih.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor: 82/PP/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Anda mungkin juga menyukai