Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ikterus Neonatorum


Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan
pewarnaan icterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin yang
berlebihan. Icterus secara klinis akan mulai Nampak pada bayi baru lahir
bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl (Kosim, 2012).
Icterus neonatorum adalah warna kuning yang sering terdapat pada bayi
baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan
menghilang pada hari kesepuluh (Grace & Borley, 2011).
Icterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lainnya akibat
adanya penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda
penting dari penyakit hati atau kelainan fungsi hati. Saluran empedu dan
penyakit darah. Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar
bilirubin dalam serum >13mg/dl (Dwienda, 2014).
B. Etiologi
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), etiologi icterus pada bayi baru lahir
disebabkan oleh bebrapa faktor :
1. Produksi yang berlebihan
Golongan darah ibu- bayi tidak sesuai, enzim G6PD.
2. Gangguan konjungasi hepar
Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (premature)
3. Gangguan transportasi
Albumin rendah, ikatan kompetitif dengan albumin.
4. Gangguan ekresi
Obstruksi saluran empedu, obstruksi usus, obstruksi pre 1epatic
C. Anatomi Fisiologi
D. Patway
E. Klasifikasi
1. Icterus Fisiologi
Ikteruas fisiologis adalah suatu proses normal yang terlihat pada sekitar
40-50% bayi aterm/cukup bulan dan sampai dengan 80% bayi premature
dalam minggu pertama kehidupan.
Icterus fisiologis adalah perubahan transisional yang memicu
pembentukan bilirubin secara berlebihan di dalam darah yang
menyebabkan bayi berwarna icterus atau kuning (Kosim, 2012).
Menurt Ridha (2014) icterus fisiologis memiliki tanda-tanda, antara
lain:
a. Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga setelah bayi
lahir dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan
menghilang pada hari kesepuluh.
b. Kadar bilirubin indrek > 10 ,g/dl pada neonates < bulan dan 12,5
mg/dl paa neonates cukup bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak > dari 5 mg/dl / hari
d. Kadar bilirubin direk > dari 1 mg/dl
e. Tidak memiliki hubungan dengan keadaan patologis yang
berpotensi menjadi kern icterus (ensefalopati biliaris adalah suatu
kerusakan otak akibat pelengketan bilirubin indirek pada otak)
2. Icterus patologis
Icterus patologis adalah icterus yang mempunyai dasar patologis atau
kadar billirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hoperbillirubinemia (Saifuddin, 2009).
Menurut Kosim (2012) icterus patologis tidak mudah dibedakan dari
icterus fisiologis. Icterus patologis memiliki tanda-tanda, antara lain :
a. Icterus terjadi seblum umur 24 jam
b. Setiap peninhkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi
c. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg/dl pada neonates kurang
bulan dan 12,5 mg/dl pada neonates cukup bulan
d. Peningkatan bilirubin total serum >0,5 mg/dl/jam
e. Adanya tandda-tanda penyakit yang mendasari pada berat yang
cepat, apne, takikardi atau suhu yang tak stabil
f. Icterus bertahan seyelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setalah
14 hari pada bayi kurang bulan
g. Ikterus yang disertai keadaan antara lain : BBLR, masa gestasi
kurang daro 36 minggu, asfiksia, infeksi dan hipoglikoma

F. Tanda dan gejala icterus


1. Tanda
a. Latargi
b. Kejang
c. Tidak mau menghisap
d. Pembesaran hati
e. Tampak icterus : sclera, kuku, kulit dan membrane mukosa
f. Muntah, anorreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap
2. Gejala
a. Gejala akut
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern icterus pada
neonates adalah latergi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik
Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa
paralysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis
sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).
G. Penilaian
Penilaian icterus secara klinis denan menggunakan rumus KRAMER (Sri
Agung Lestari, 2009):
No Luas Ikterus Kadar Billirubin
(mg%)
1. Kepala dan leher 5
2. Daerah 1 dan bagian atas 9
3. Daerah 1,2 bagian bawah serta tungkai 11
4. Daerah 1,2,3 lengkap kaki bawah lutut 12
5. Daerah 1,2,3,4 dan kaki serta tangan 16

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Coomb pada talis pusat bayi lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibody Rh-positif, anti-A atau anti-B dalam darah
ibu. Hasil positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sentisasi
(Rh-positif, anti-A, anti-B) sel darah merah dari neonates.
2. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas AB)
3. Bilirubin total : kadar direk (terkonjungasi) nermakna jika melebihi 1,0-
1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek
(tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi pengkatan 5 mg/dl dalam 24
jam.
I. Komplikasi
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus, yaitu suatu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus
striatum, thalamus, nucleus subtalamus hipokampus, nukleus merah dan
nukleus di dasar ventrikel IV. Secara klinis pada awalnya tiak jelas, dapat
berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, malas minum,
tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat
terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan
otot. Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara, dan
retardasi mental (Asuhan Neonatal, Bayi, & Balita, 2011).
J. Pelaksanaan
1. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian
fenobarbital
2. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi.
Contohnya pemberian albumin untuk peningkatan bilirubin.
3. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan fototerapi
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10
mg%. terapi sinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu
senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol
yang mudah larut dalam air dan dikeluarkan melalui urin, tinja.
Sehingga kadar bilirubin menurun. Selain itu pada terapi sinar
ditemukan peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan
empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan
empedu kedalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin
akan keluar bersama feses.

Anda mungkin juga menyukai