Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No.

2, Desember 2017

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Sasaran Program Jaminan


Tabalong Sehat di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Utilization Of Health Services Of Targetting Tabalong Health Security


Program In Tabalong District, South Kalimantan

Amir Su’udi1 dan Harimat Hendarwan1
1)
Pusat Litbang Sumberdaya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes Kemkes RI Jalan Percetakan Negara No. 29
Jakarta Pusat
Korespondensi: amirsuudi@yahoo.com

Abstrak

Pemerintah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan menerapkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas
melalui program Jaminan Tabalong Sehat (JTS) sejak tahun 2008. Peserta JTS adalah seluruh penduduk
Tabalong yang tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-fak-
tor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan wawancara mendalam. Sampel uji sebanyak 253 ru-
mah tangga sasaran program JTS, diambil dari 405 sampel rumah tangga yang dipilih secara sistematik, dari
klaster 15 desa/kelurahan di tiga wilayah puskesmas terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas belum opti-
mal. Sebanyak 52% rumah tangga pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dalam setahun
terakhir. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah peng-
etahuan, kemauan untuk membayar/WTP, adanya penyakit tertentu, waktu tempuh, kemudahan dan biaya
transportasi. Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskemas yang sudah digratiskan disebabkan
karena kurang optimalnya kegiatan puskesmas, kurangnya sosialisasi ke masyarakat dan sasaran masyar-
akat yang disubsidi kurang tepat.

Kata kunci : Pemanfaatan pelayanan kesehatan, Puskesmas, Subsidi, Tabalong

Abstract

Government of Tabalong District have been giving free health care subsidies at public health centre (PHC)
through Tabalong Health Security (Jaminan Tabalong Sehat /JTS) program since 2008. Targetting of JTS pro-
gram are all of Tabalong citizens that have not covered by health insurance or other health security programs.
The objective of this research was to know the factors that related with utilization of health services at PHC
in Tabalong District. Approach of this research were cross sectional design and deep interview. Sampels were
253 targetting household taken form 405 household that selected by systematic random from 15 villages clus-
ter at three selected PHC areas. The result showed that utilization of free health services subsidies were not
optimize yet. Just 52% of household utilized health services at PHC in the last year. The factors that related
with health services utilization at PHC are knowledge, willingness to pay (WTP), diseases avalaibility, travel-
ling time, easiness and cost of transportation. The low rates utilization of free health care were also caused
by un-optimize of PHC’s activities, lack of promotion the JTS programs, not matching of subsidies targetting.

Key word : Health services utilization, public health centre, subsidy, Tabalong

102
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Pendahuluan untuk masyarakat umum dan 1,3 kali untuk keluarga


Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional miskin, namun pemanfaatan dengan kartu asuransi
(Susenas) 2001 menunjukkan bahwa kesakitan dan justru menurun.
kematian pada masyarakat lebih banyak terjadi pada Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan
kelompok miskin, salah satunya disebabkan karena merupakan salah satu daerah yang menerapkan
kelompok miskin kesulitan untuk mendapatkan kebijakan pelayanan kesehatan gratis bagi
akses pelayanan kesehatan.1 Sebagai upaya penduduknya melalui program Jaminan Tabalong
peningkatan akses pelayanan kesehatan, sejak tahun Sehat (JTS). Program JTS di berlakukan mulai tahun
1999 pemerintah mengeluarkan program Jaring 2008 dengan Peraturan Bupati No. 03 Tahun 2008,
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang tanggal 3 Maret 2008 tentang Pedoman Program
bertujuan untuk membantu keluarga miskin agar Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dengan (JPKM) Kabupaten Tabalong. Sasaran program
memberikan subsidi biaya pelayanan kesehatan di adalah semua masyarakat Tabalong yang belum
Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) maupun mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan untuk
di rumahsakit.2 Kebijakan subsidi biaya pelayanan mendapatkan pelayanan kesehatan. Masyarakat
kesehatan tersebut terus berlanjut hingga tahun 2009 mendapatkan pelayanan kesehatan hanya dengan
yang disebut dengan Asuransi Kesehatan Masyarakat menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau
Miskin (Askeskin) dan kemudian berubah menjadi Kartu Keluarga (KK) sebagai bukti. Sasaran JTS
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).3 semua masyarakat tanpa membedakan status
Program jaminan kesehatan tersebut ekonomi dan kemampuan masyarakat untuk
dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan agar membayar layanan kesehatan. Peraturan Bupati
masyarakat ketika sakit dapat memanfaatkan program Nomor 3 tahun 2008 menyebutkan bahwa salah satu
tersebut untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tujuan program JTS adalah untuk meningkatkan
sekaligus dapat meningkatkan pemanfaatan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
pelayanan kesehatan. Menurut laporan World Bank,4 Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong7
program askeskin sebagai program pemerintah menunjukkan bahwa program JTS dapat
pengganti program JPS-BK dapat menjamin biaya mendongkrak peningkatan kunjungan rawat jalan
berobat masyarakat miskin dan dapat meningkatkan per puskesmas. Kunjungan ke puskesmas pada
akses pemanfaatan layanan rawat jalan pada tahun 2007 sebesar 24,7% setahun (rata-rata 2,06%
fasilitas kesehatan publik oleh masyarakat miskin. per bulan), pada tahun 2008 kunjungan puskesmas
Pemanfaatan program askeskin pada tahun 2006 meningkat menjadi 44,59% setahun (rata-rata
meningkat dibandingkan tahun 2005 dengan rata- 3,72% per bulan). Namun peningkatan kunjungan
rata peningkatan menjadi antara 5,3–6,8% populasi dengan adanya program JTS ini belum memberikan
mengunjungi puskesmas setidaknya sekali dalam hasil yang optimal bila dibandingkan dengan hasil
sebulan. kajian World Bank (2008)4 yang menunjukkan hasil
Beberapa pemerintah daerah pada era antara 5,3 – 6,8%, sehinnga kunjungan tersebut
otonomi daerah telah mengembangkan sistem masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal
pembiayaan kesehatannya masing-masing, sebagai (SPM) yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI
upaya untuk meringankan beban masyarakat dalam (Depkes RI). Depkes RI menerapkan SPM dengan
membiayai kesehatannya. Menurut Kementerian cakupan pelayanan kesehatan dasar yang disubsidi
Kesehatan RI, hingga bulan Juli 2008 tercatat adalah 8,3% sebulan8. Penelitian ini bertujuan untuk
36 kabupaten/kota yang telah mengembangkan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
sistem asuransi kesehatan dan 60 kabupaten/kota pemanfaatan pelayanan kesehatan tingkat puskesmas
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan gratis.5 oleh rumah tangga yang tidak mempunyai asuransi
Hasil kajian Gani dkk,6 di Batam menunjukkan kesehatan atau jaminan kesehatan yang menjadi
bahwa penerapan pelayanan kesehatan gratis sasaran program JTS di Kabupaten Tabalong.
meningkatkan pemanfaatan puskesmas tiga kali lipat

103
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Metode metode WHO/EPI, yaitu EPI3.12 Data yang


Desain penelitian menggunakan pendekatan dianalisis sebanyak 253 sampel yang diambil dari
studi kuantitatif dan studi kualitatif. Studi kuantitatif 405 total sampel. Data yang diambil kemudian
didesain dengan cross sectional dan analisis dianalisis adalah data dengan kriteria rumah tangga
deskriptif analitik,9 Penelitian dilakukan untuk sasaran program JTS, yaitu keluarga yang tidak
menguji hipotesis faktor-faktor yang berhubungan memiliki jaminan kesehatan baik asuransi kesehatan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis maupun jaminan kesehatan dari perusahaan.
di puskesmas Kabupaten Tabalong. Variabel Studi kualitatif dilakukan untuk
dependen adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan memperdalam pembahasan pelaksanaan subsidi
di puskesmas dan variabel independen adalah pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas Kabupaten
pengetahuan tentang program JTS, pendidikan, Tabalong melalui program JTS. Pengumpulan
pekerjaan, adanya penyakit tertentu, kemudahan informasi dilakukan dengan wawancara mendalam
transportasi, pengalaman diperiksa dokter di terhadap informan terpilih, mulai dari pengambil
puskesmas, persepsi kualitas pelayanan kesehatan kebijakan di pemerintah daerah, DPRD, pengelola
di puskesmas, jarak tempuh, waktu tempuh, biaya program JTS di dinas kesehatan dan pelaksana
transportasi, kesesuaian jam buka puskesmas dengan pelayanan di puskesmas.
kesibukan, pengeluaran rumah tangga, kemampuan
untuk membayar (Ability to pay/ATP) dan kemauan Hasil dan Pembahasan
untuk membayar (Willingness to pay/WTP). Data Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikumpulkan dengan menggunakan instrument sebanyak 253 responden yang berasal dari keluarga
berupa kuesioner.10 sasaran program JTS, yaitu keluarga yang tidak
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini mempunyai asuransi atau jaminan kesehatan baik
mempergunakan rumus Lemeshow et al,.13,11 uji secara mandiri maupun dari tempat kerjanya.
hipotesis beda proporsi dua sisi. Hasil perhitungan Karakteristik responden menurut jenis kelamin
didapatkan jumlah sampel sebanyak 135 rumah hampir berimbang yaitu laki-laki sebanyak 135
tangga setiap wilayah puskesmas dari 3 puskesmas (53,4%) dan perempuan sebanyak 118 (46,6%). Usia
terpilih, sehingga didapatkan keseluruhan sampel responden antara 18 – 75 tahun, dengan rata-rata 40
berjumlah 405 responden. Kriteria responden adalah tahun. Status responden dalam rumah tangga sebagai
kepala keluarga atau anggota rumah tangga yang suami atau istri (93%). Kelompok pendidikan
berumur >18 tahun yang tidak memiliki asuransi atau kepala keluarga terbanyak adalah SD (28,1%),
jaminan kesehatan. Waktu pelaksanaan penelitian kemudian SLTA (27,3%) dan kepala keluarga yang
tanggal 12 – 28 April 2010. tidak pernah sekolah (2,2%).
Pengumpulan data dilakukan pada tiga Responden yang mengatakan bahwa ada
wilayah puskesmas di Kabupaten Tabalong anggota rumah tangga yang pernah merasakan
yang ditentukan secara purposif dengan kriteria keluhan sakit dalam kurun setahun terakhir (100%).
peningkatan kunjungan rendah, sedang dan tinggi Keluhan terbanyak yang pernah dirasakan adalah
setelah adanya program subsidi pelayanan kesehatan sakit kepala (67,2%), panas demam (62,5%)
gratis. Puskesmas terpilih untuk kunjungan rendah dan batuk pilek (59,3%). Anggota rumah tangga
adalah Puskesmas Kelua, kunjungan sedang adalah responden yang pernah memanfaatkan pelayanan
Puskesmas Muara Uya dan kunjungan tinggi adalah kesehatan di puskesmas dalam setahun terakhir
Puskesmas Hikun. Setiap puskesmas diambil lima (51,8%). Frekuensi pemanfaatan pelayanan di
klaster desa/kelurahan yang dipilih secara acak puskesmas 1–13 kali setahun dengan rata-rata
(simple random sampling), sebanyak 15 desa/ pemanfaatan 1,1 kali. Responden yang pernah
kelurahan. Sampel dari desa/kelurahan ditentukan memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas
secara proporsional,11,9.. Masing-masing desa dan masih harus membayar (35,9%). Karakteristik
diambil 27 sampel yang mewakili rumah tangga. responden dan variabel pemanfaatan pelayanan
Sampel rumah tangga diambil dari klaster desa/ kesehatan di puskesmas sebagaimana pada tabel 1.
kelurahan yang dipilih secara sistematik dengan

104
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Tabel 1. Diskripsi Karakteristik Responden dan Variabel Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


di Puskesmas, Kabupaten Tabalong Tahun 2010

Variabel Kategori Jumlah %

Jenis Kelamin • Laki-laki 135 53,4

• Perempuan 118 46,6


Pemanfaatan puskesmas dalam setahun (n=253) • Tidak pernah 122 48.2

• Pernah 131 51.8


Pengetahuan Program JTS (n=253) • Kurang 145 57,3

• Baik 108 42,7


Pendidikan KK (n=253) • Tamat SD kebawah 126 49,9

• Tamat SLTP 49 19,4

• Tamat SLTA 69 27,3

• Tamat Akademi/PT 9 3,6


Pekerjaan KK (n=253) • Petani/buruh 160 63,2

• Pedagang/wiraswasta 66 26,1

• Karyawan swasta 22 8,7

• Tidak Bekerja 5 2,0


Kemudahan mengakses transportasi (n=253) • Tidak mudah 49 19,4

• Mudah 204 80,6


Pernah didiagnosa ada penyakit tertentu (253) • Tidak pernah/tidak tahu 193 76,3

• Pernah 60 23,7
Kesesuaian jam buka puskesmas (n=253) • Belum sesuai 17 6,7

• Sesuai 236 93,3


Diperiksa dokter bagi yang pernah ke Puskesmas (n=169) • Tidak/tidak selalu 84 50,3

• Selalu 85 49,7
Persepsi kualitas pelayanan puskesmas (n=169) • Kurang 77 44,6

• Baik 92 55,4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata 60 menit, biaya terbesar rata-rata Rp.100.000,
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas besar pengeluaran keluarga rata-rata Rp.1.681.608,
oleh penduduk dipengaruhi oleh faktor jarak, waktu kemampuan untuk membayar pelayanan kesehatan
tempuh, biaya transport, pengeluaran responden yang dihitung berdasarkan 5% dari pengeluaran
perbulan, kemampuan untuk membayar pelayanan untuk bukan makanan, terendah Rp.3.375 hingga
kesehatan dan kemauan untuk membayar pelayanan Rp.359.250 dan kemauan membayar pelayanan
kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan di puskesmas rata-rata Rp.17.421. Rerata
pemanfaatan puskesmas oleh penduduk berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
penelitian adalah jarak terjauh responden untuk puskesmas oleh penduduk di Kabupaten Tabalong
mendapatkan pelayanan kesehatan dari puskesmas tahun 2010 sebagaimana pada Tabel. 2.
rata-rata 17 km, waktu tempuh responden terlama rata-

105
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Tabel 2. Rerata faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Puskesmas


oleh Penduduk di Kabupaten Tabalong Tahun 2010

No. Variabel N Mean Median SD Min – Max CI 95%


1. Jarak (km) 253 5,36 4,50 3,75 1 – 17 4,9-5,8
2. Waktu tempuh
253 23,54 20,00 12,83 5 – 60 22-25
(menit)
3. Biaya transport
253 12.524 10.000 9055,35 2.000 – 100.000 11402-13644
(Rp)
4. Pengeluaran/ 1.576.319-
253 1.681.608 1.486.000 850.368 389.000–5.366.000
bulan (Rp) 1.786.898
5. ATP (Rp) 253 32.116 24.425 31.978 3.375 –359.250 28.157-36.076
6. WTP (Rp) 253 17.421 10.000 17.626 0 – 70.000 15.239-19.603

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa mempunyai kemauan untuk membayar (WTP) biaya
variabel independen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Puskesmas >Rp.10.000 2,4 kali
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penduduk dibandingkan responden dengan kemauan membayar
di puskesmas (nilai p <0,05) adalah pengetahuan pelayanan kesehatan puskesmas <Rp.10.000.
program JTS (p=0,00; OR=3,6; CI 95%=2,13- Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
6,13), adanya diagnosis penyakit tertentu (p=0,02; hubungan yang bermakna antara pengetahuan,
OR=2,0; CI 95% =1,12-3,72), kemudahan adanya diagnosis penyakit, waktu tempuh,
transportasi (p=0,00; OR=4,3; CI 95% =2,13-8,76), kemudahan, biaya transportasi dan kemauan untuk
waktu tempuh ke puskesmas (p=0,04; OR=1,7; CI membayar puskesmas terhadap pemanfaatan
95%=1,01-2,76) dan biaya transport ke puskesmas pelayanan kesehatan di puskesmas.
(p=0,003; OR=1,7; CI 95% =2,13-6,13), WTP
(p=0,00; OR=2,8 CI 95%=1,68-479). a. Pengetahuan
Hasil uji statistik diketahui bahwa variabel Pengetahuan yang baik dari anggota
independen lain yang tidak terbukti berhubungan rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di di puskesmas 3,6 kali dibandingkan kelompok
puskesmas (nilai p >0,05) adalah pendidikan, responden yang berpengetahuan rendah. Hasil
pekerjaan, pengalaman diperiksa dokter puskesmas, ini sesuai dengan teori perilaku Green,14 bahwa
persepsi kualtas pelayanan puskesmas, jarak tempuh pengetahuan tentang layanan kesehatan merupakan
ke puskesmas, kesesuaian waktu buka puskesmas, salah satu determinan pemanfaatan layanan
pengeluaran rumah tangga dan kemampuan kesehatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa,
membayar (ATP). Hasil uji statistik antara variabel responden yang mempunyai pengetahuan tentang
independen dengan variabel dependen sebagaimana adanya pelayanan kesehatan gratis di puskesmas yang
Tabel 3. mendapat subsidi program JTS masih rendah yaitu
Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 3) 42,7% sehingga kecenderungan pemanfaat program
bahwa responden yang memanfaatkan pelayanan JTS bagi masyarakat rendah dengan demikian
di puskesmas; pengetahuan baik tentang adanya berpengaruh terhadap jumlahnya kunjungan ke
program subsidi pelayanan kesehatan gratis 3,3 puskesmas bagi masyarakat untuk mendapatkan
kali dibandingkan responden yang berpengetahuan pelayanan kesehatan juga menjadi kurang yaitu
rendah, pernah diagnosa menderita penyakit tertentu sekitar rata-rata 4,3% perbulan. Namun demikian,
sebesar 1,9 kali dibandingkan responden yang berdasarkan klaim yang diterima oleh pengelola JTS
tidak pernah didiagnosa, biaya transportasi yang dilaporkan terjadi peningkatan kunjungan JTS tahun
murah dari rumah responden ke puskesmas 1,7 kali 2009, yaitu 37,4% sasaran setahun atau 3,1% per
dibandingkan responden yang harus mengeluarkan bulan.
biaya transportasi yang mahal, responden yang

106
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Tabel 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas oleh Rumah Tangga Sasaran Program JTS Kabupaten Tabalong Tahun 2010

Pemanfaatan dalam 1 Tahun


Variabel Tidak Pernah Pernah Nilai p OR (CI 95%)
Jumlah % Jumlah %
Pengetahuan (n=253)
Kurang 89 61,4 56 38,6 0,00 3,61 (2,13-6,13)
Baik 33 30,6 75 69,4
Pendidikan KK (n=253)
rendah 89 50,9 86 49,1 0,21 -
tinggi 33 42,3 45 57,7
Pekerjaan KK (n=253)
tidak kerja/informal 114 49,4 117 50,6 0,24 -
karyawan swasta 8 36,4 14 63,6
Didiagnosa penyakit (n=253)
tidak pernah 101 52,3 92 47,7 0,02 2,04 (1,12-3,72)
pernah 21 35,0 39 65,0
Kemudahan transport (n=253)
tidak mudah 37 75,5 12 24,5 0,00 4,32 (2,13-8,76)
mudah 85 41,7 119 58,3
Pengalaman diperiksa dokter (N=169)
19 22,6 65 77,4
tidak/tidak selalu
19 22,4 66 77,6 0,97 -
selalu
Kualitas yankes (N=169)
kurang 19 24,7 58 75,3 0,53 -
baik 19 20,7 73 79,3
Jarak tempuh (N=253)
jauh > 5 km 57 53,3 50 46,7 0,17 -
dekat 65 44,5 81 55,5
Waktu tempuh (N=253)
lama 61 55,5 49 44,5 1,67 (1,01-2,76)
0,04
tidak Lama 61 42,7 82 57,3
Biaya Transport (N=253)
Mahal > Rp.10.000 61 56,0 48 44,0 1,73 (1,05-2,86)
Murah < Rp.10.000 61 42,4 83 57,6 0,03
Kesesuaian jam buka (N=253)
Belum sesuai 8 47,1 9 52.9 0,92
-
Sesuai 114 48,3 122 51,7
Pengeluaran/bulan (N=253)
Rendah < Rp.1034000 26 51,0 25 49,0 0,66 -
Tinggi > Rp.1034000 96 47,5 106 52,5

107
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

Kemampuan Bayar/ATP (N=253)


Rendah <Rp.24.245 67 52,8 60 47,2 0,15
-
Tinggi > Rp.24.245 55 43,7 71 56,3
Kemauan Bayar/WTP (N=253)
Rendah <Rp.10.000 62 63,9 35 36,1 0,00 2,83 (1,68-4,79)
Tinggi > Rp.10.000 60 38,5 96 61,5

Kecenderungan pemanfaatan pelayanan c. Waktu Tempuh, Kemudahan dan Biaya


kesehatan gratis di puskesmas di masa-masa yang Transportasi
akan datang dapat terjadi hal yang sebaliknya, Waktu tempuh, kemudahan dan biaya
yaitu terjadinya peningkatan sebagaimana di Batam transportasi rumah tangga berpengaruh terhadap
dimana pemanfaatan pelayanan di puskesmas oleh pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
masyarakat meningkat 3 kali setelah pelayanan Rumah tangga yang mempunyai waktu tempuh
digratiskan, yang akhirnya menimbulkan masalah ke puskesmas tidak terlalu lama memanfaatkan
baru yaitu terjadinya peningkatan beban kerja tenaga pelayanan kesehatan di puskesmas 1,7 kali dibanding
di puskesmas dan membebani penyediaan anggaran rumah tangga yang waktu tempuhnya lama,
oleh pemerintah daerah.6 kemudahan transportasi rumahtangga ke puskesmas
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas
informan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, 4,3 kali dibandingkan dengan rumah tangga yang
bahwa salah satu penyebab rendahnya pengetahuan akses transportasi tidak mudah ke puskesmas, dan
masyarakat tentang program JTS adalah karena masih besaran biaya transportasi ke puskesmas <Rp.
kurangnya sosialisasi program JTS ke masyarakat. 10.000 memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Sosialisasi hanya dilakukan pada awal program yang puskesmas 1,7 lebih dibandingkan kelompok yang
ditujukan hanya kepada aparat pemerintahan dan harus mengeluarkan biaya transport >Rp. 10.000.
kepala desa dengan harapan bisa menyampaikan Menurut Russel,17 meskipun pada beberapa
kepada masyarakat namun kenyataanya masyarakat negara pelayanan kesehatan telah digratiskan,
pada umumnya belum mengetahui program ini namun pengeluaran biaya untuk transport menuju
sehingga dibutuhkan penyampaian kepada seluruh ke fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
lapisan masyarakat. pertimbangan penting bagi keluarga untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga biaya
b. Diagnosa penyakit oleh dokter transportasi yang tinggi berpeluang menghambat
Responden yang pernah didiagnosa seseorang untuk datang ke pelayanan kesehatan di
menderita penyakit tertentu baik oleh dokter puskesmas. Konsekuensi adanya biaya transportasi
maupun petugas kesehatan di puskesmas menuju ke sarana pelayanan kesehatan yang mahal
memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas yang menjadi pertimbangan masyarakat bisa
2,0 kali dibandingkan kelompok yang tidak pernah memilih fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
didiagnosa menderita penyakit. Hasil penelitian ini lebih mudah dan murah transportasinya, meskipun
sesuai dengan hasil penilitian yang dilakukan oleh harus mengeluarkan biaya lebih mahal untuk
Grossman yang dikutip Nadjib,15 dan Nolan16 yang mendapatkan pelayanan kesehatan, misalnya ke
menyatakan bahwa faktor pernah menderita sebuah perawat atau bidan praktek terdekat.
penyakit sebagai proksi adanya kebutuhan terhadap Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pelayanan berhubungan dengan demand terhadap Sparrow18 dan Johar19 tentang pemanfaatan kartu
pelayanan kesehatan sehingga mereka yang pernah sehat di Indonesia yaitu merekomendasikan
mengalami diagnosis menderita penyakit cenderung bahwa subsidi harga oleh pemerintah dapat efektif
semakin sering menggunakan fasilitas pelayanan meningkatkan akses pelayanan kesehatan masyarakat
kesehatan. di puskesmas bila dilengkapi dengan intervensi lain

108
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

untuk mereduksi biaya tidak langsung, misalnya tetapi ditanggung oleh program Jamkesmas.
biaya transportasi melalui pelayanan puskesmas Subsidi pemerintah melalui pelayanan
kelliling yang bisa lebih mendekatkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas sering tidak tepat
kepada masyarakat. Intervensi lain yang dapat sasaran. Hal ini sesuai kajian Gani dkk6 bahwa
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan penerapan pelayanan kesehatan gratis meskipun
perbaikan infra struktur jalan dan penyediaan meningkatkan pemanfaatan puskesmas, namun
transportasi umum atau jadwal puskesmas keliling dirasa belum adil (inequity and unfairness), karena
yang lebih teratur sehingga mendekatkan pelayanan banyak yang menikmati subsidi bukan hanya
kesehatan pada masyarakat. masyarakat miskin termasuk masyarakat mampu
dan perusahaan asuransi sesuai yang dikatakan
d. Kemauan untuk membayar puskesmas Thabrany21 bahwa meskipun pemerintah telah
Rumah tangga dengan kemauan untuk menyediakan subsidi yang besar pada pelayanan
membayar pelayanan puskesmas WTP >Rp.10.000 kesehatan, tetapi orang miskin kurang memiliki
memanfaatkan pelayanan kesehatan 2,8 kali akses. Menurut Jimenez dalam Nadjib,15 bahwa
dibandingkan dengan rumah tangga dengan WTP hanya 19% subsidi pemerintah yang dinikmati oleh
<Rp.10.000. Hasil penelitian ini sesuai dengan 40% penduduk miskin di Indonesia sehingga orang
pendapat Mills20 bahwa salah satu faktor yang kaya memperoleh manfaat yang lebih besar.
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan adalah Berkaitan dengan pelayanan kesehatan
kemauan untuk membayar. Informasi mengenai gratis di puskesmas yang selama ini belum optimal
kesediaan individu untuk membayar jasa pelayanan dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Tabalong,
kesehatan merupakan informasi penting dalam menunjukkan bahwa kondisi puskesmas belum
penyediaan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini memiliki daya tarik yang kuat bagi masyarakat
juga sama dengan hasil penelitian Nadjib15 di Jawa Tabalong sebagai tempat pelayanan kesehatan primer.
Tengah, rumah tangga yang pernah memanfaatkan Hal ini didukung data penelitian bahwa puskesmas
pelayanan kesehatan Puskesmas memiliki kemauan belum menjadi pilihan pertama bagi masyarakat
membayar puskesmas >Rp. 10.000 sehingga rumah bila merasakan sakit karena meskipun puskesmas
tangga ini, berpeluang memanfaatkan pelayanan menyiapkan pelayanan pada pagi sampai siang
puskesmas meskipun tidak mendapatkan subsidi hari namun keberadaan dokter puskesmas belum
pelayanan gratis. Mereka yang tidak pernah ke tentu ada dan kualitas pelayanan terkait dengan
puskesmas menyatakan bahwa mereka akan mau penegakan diagnosa, kebersihan dan kelengkapan
membayar pelayanan di puskesmas dengan biaya obat dirasakan masih kurang. Berdasarkan informasi
yang lebih rendah yaitu <Rp.10.000. yang didapatkan dari informan dari puskesmas
Beberapa faktor yang menarik untuk dibahas mengatakan bahwa ketersediaan obat-obatan yang
terkait dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan kurang baik dari segi jumlah dan jenis di puskesmas
gratis tingkat puskesmas di Kabupaten Tabalong, yang diperuntukkan program gratis merupakan
diantaranya adalah faktor status ekonomi keluarga, salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya
yang diukur dengan pengeluaran rumah tangga. Pada minat masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
penelitian ini dapat dikatakan bahwa rumah tangga kesehatan gratis karena dianggap kualitas pelayanan
yang ekonominya menengah dan keatas memiliki kesehatan kurang baik.
kecenderungan yang sama untuk memanfaatkan Pemberian subsidi pelayanan kesehatan
puskesmas yang digratiskan. Kemampuan untuk gratis yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan
membayar (ATP) merefleksikan bagian (5%) pelayanan kesehatan di puskesmas melalui program
dari besarnya pengeluaran rumah tangga yang JTS telah memberi pengaruh dengan meningkatkan
dikeluarkan untuk keperluan bukan makanan (non jumlah kunjungan ke puskesmas meskipun
food expenditure) yang berarti rumah tangga yang cakupan kunjungan masih rendah. Pendekatan
mampu juga ikut menikmati subsidi pembiayaan sasaran subsidi yang diberikan Pemerintah Daerah
kesehatan di Kabupaten Tabalong yang proporsinya KabupatenTabalong adalah seluruh masyarakat
hampir seimbang dengan rumah tangga tidak mampu Tabalong yang tidak memiliki jaminan kesehatan

109
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

ataupun asuransi kesehatan. Profil Dinas Kesehatan sehingga manfaat pelayanan kesehatan tidak hanya
Tabalong,7 data penduduk Tabalong tahun 2008 di puskesmas, tapi hingga pelayanan rujukan
sebanyak 197.095 jiwa, penduduk yang memiliki di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan medis.
asuransi kesehatan sebanyak 11,3%, penduduk Sedangkan bagi kelompok masyarakat yang mampu,
yang dijamin program Jamkesmas sebanyak 18,8%, maka pelayanan kesehatan yang murah (dasar)
sehingga sasaran penduduk yang mendapatkan tetap harus membayar, selanjutnya bisa dilakukan
subsidi program JTS adalah sebanyak 69,9% atau sharing premi untuk pelayanan kesehatan yang lebih
137.843 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran komprehensif, sebagaimana tertuang dalam Undang
program JTS bukanlah diperuntukkan hanya pada Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
masyarakat yang secara ekonomi memerlukan Jaminan Sosial Nasional (SJSN).23,21
bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
gratis tingkat puskesmas. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan informasi yang didapatkan a. Kesimpulan
dari informan di puskesmas, program JTS tidak 1. Pelayanan kesehatan gratis di puskesmas melalu
mempengaruhi sebagian besar masyarakat untuk program Jaminan Tabalong Sehat di Kabupaten
mau memanfaatkan pelayanan kesehatan gratis di Tabalong belum optimal dimanfaatkan oleh
puskesmas. Kesadaran masyarakat untuk datang ke masyarakat Tabalong.
puskesmas tidak ditentukan harus membayar atau 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
gratis tetapi didasarkan atas kebutuhan pelayanan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
kesehatan karena sakit. Hasil penelitian ini oleh rumah tangga sasaran program JTS di
mengindikasikan biaya pelayanan kesehatan dasar Kabupaten Tabalong adalah pengetahuan
yang murah yang ditanggung oleh pemerintah daerah program JTS, adanya diagnose penyakit tertentu,
justru sebenarnya masih mampu ditanggung sendiri kemudahan transportasi, waktu tempuh, biaya
oleh masyarakat. Menurut Gani22 kondisi seperti ini transportasi, dan kemauan untuk membayar.
yang terjadi adalah adanya consumer surplus, yaitu 3. Kondisi yang turut berperan terhadap rendahnya
sebenarnya masyarakat mampu membayar lebih pemanfaatan subsidi pelayanan kesehatan gratis
besar dari jumlah yang disubsidi. di puskesmas adalah belum optimalnya kegiatan
Kemauan masyarakat membayar pelayanan program di puskesmas, kurangnya sosialisasi
kesehatan di puskesmas, justru kelompok program JTS dan sasaran masyarakat yang
masyarakat yang memiliki WTP >Rp.10.000 yang diberikan subsidi kurang tepat.
lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan
di puskesmas, berarti kurang tepat bila kelompok b. Saran
tersebut diberikan subsidi pelayanan kesehatan 1. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu lebih
gratis di puskesmas, dengan demikian maka tujuan meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan
awal pemberian subsidi untuk meringankan beban kepada masyarakat agar masyarakat lebih
biaya pengobatan kurang sesuai. Menurut informan mengetahui dan dapat memanfaatkan program
di puskesmas, ada masyarakat yang lebih memilih subsidi pelayanan kesehatan.
membayar retribusi puskesmas daripada harus 2. Puskesmas meningkatkan promosi agar
terlebih dulu mengurus KTP sebagai persyaratan pengetahuan masyarakat tentang program
pelayanan gratis di puskesmas. pelayanan kesehatan gratis lebih merata.
Melihat kondisi tersebut, targetting sasaran 3. Puskesmas meningkatkan kualitas pelayanan
subsidi pelayanan kesehatan lebih mengacu pada kesehatan di puskesmas melalui ketepatan
rekomendasi WHO,23 yakni mempertimbangkan diagnosa, ketersediaan obat-obatan dan lebih
sasaran kepada masyarakat yang kurang mampu aktif mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
(beneficiaries poor), pelayanan yang benar-benar masyarakat agar masyarakat tidak terbebani
dibutuhkan (adequate demand) dan membutuhkan biaya transportasi mahal ke puskesmas.
biaya besar (catastrophic cost). Subsidi dapat 4. Kaji ulang kebijakan subsidi pelayanan
diberikan dalam bentuk premi asuransi sosial, kesehatan gratis di puskesmas dengan sasaran

110
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

semua penduduk Tabalong perlu dikaji ulang. Program Pascasarjana FKM-UI.


Kebijakan subsidi gratis dapat tetap diberikan, 7. Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong. 2009.
namun perlu adanya prioritas sasaran terhadap Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun
masyarakat yang kurang mampu (targetted 2008.
subsidy). Bagi masyarakat yang mampu 8. Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk
diberlakukan sharing pembiayaan kesehatan, Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
yaitu dengan premi asuransi yang diberlakukan Kesehatan di Kabupaten/Kota. Kepmenkes RI
sesuai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008. Biro Hukum
dan Organisasi Setjen Depkes RI. Jakarta.
Ucapan Terima Kasih 9. Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Cetakan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada keempat Juli 1999. Jakarta : Ghalia Indonesia
Kepala Dinas Kesehatan dan Pengelola Program 10. Singarimbun, Masri., & Effendi, Sofian. (Ed.).
JTS Kabupaten Tabalong yang telah memberikan 1989. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
kesempatan dan bantuan biaya untuk melaksanakan Jakarta: LP3ES
penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis 11. Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel
sampaikan kepada Lukmanul Hakim, SKM MKM, pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik
yang telah membantu memverifikasi data lapangan, dan Kependudukan FKMUI
dan tim pengumpul data lapangan yang tidak dapat 12. Departemen Kesehatan RI. 2003b. Modul
disebutkan satu-persatu. Penyelenggaraan Survei Cepat. Edisi Ketiga.
Pusat Data dan Informasi. Jakarta.
Daftar Rujukan 13. 1Lemeshow, Stanley., Hosmer, David WJ.,
1. Thabrany, Hasbullah., dkk. 2009. Sakit, Klar, Janelle., Lwanga, Stephen K. 1997. Besar
Pemiskinan, dan MDGs. Jakarta: Penerbit Buku Sampel dalam Penelitian Kesehatan. (Dibyo
Kompas, Januari 2009. Pramono, Penerjemah) Yogyakarta: Gajah Mada
2. Departemen Kesehatan RI. 2003a. Kajian University Press.
Sistem Pembiayaan Kesehatan, Pendataan 14. Green, Lawrance W., & Keuter, Marshall W.
dan Kontribusi APBD untuk Kesinambungan 2005. Health Program Planning. An Educational
Pelayanan Keluarga Miskin. (Exit Strategi). and Ecological Approach. Fourth Edition. New
Jakarta. York: Mc Graw Hill
3. Departemen Kesehatan RI. 2009. Petunjuk 15. Nadjib, Mardiati. 1999. Pemerataan Akses
Teknis Jaminan Kesehatan Masyarakat di Pelayanan Rawat Jalan di Berbagai Wilayah di
Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2009. Ditjen Indonesia, (Disertasi) Doktor Ilmu Kesehatan
Bina Kesehatan Masyarakat Masyarakat. FKMUI. Depok.
4. World Bank. 2008. Investing in Indonesia’s 16. Nolan, A. & Nolan, B. 2008. Eligibility for
Health : Challenges and Opportunities for Future General Practitioner Care, Need and GP Visiting
Public Spending. Health Public Expenditure in Ireland. European Journal of Health Economic
Review 2008. Diakses dari www.worldbank. 2008. Diakses dari www.springerling.com,
org. tanggal 23 Januari 2009 tanggal 16 Desember 2009
5. Gani, A. dkk. 2008a. Laporan Awal Kajian 17. Russel, Steven. 1996. Ability to Pay for Health
Sistem Pembiayaan Kesehatan di Beberapa Care; Concepts and Evidence. Health Policy and
Kabupaten dan Kota Tahun 2008. Kerjasama Planning; 11(3): 219-237. Oxford University
Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI Press 1996. Diakses dari http://heapol.
dengan PPJK Departemen Kesehatan R.I. dan oxfordjournals.org. 17 Juni 2010
Australia Indonesia Partnership. 18. Sparrow, Robert. 2008. Targeting the Poor in
6. Gani, A. 2008. Demarkasi Sektor Kesehatan, Times of Krisis: The Indonesian Health Card.
Belanja Kesehatan Rumah Tangga, dan Kajian Health Policy and Planning 2008; 23:188-199.
Pelayanan Kesehatan Gratis Propinsi Kepulauan Diakses dari http://healpol. oxfordjournals.org.
Riau Modul Pembiayaan Pelayanan Kesehatan. tanggal 16 Desember 2009

111
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017

19. Johar, Meliyanni. 2009. The Impact of the Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi
Indonesian Health Card Program: A Matching Dana Kesehatan di Indonesia. Jakarta: PT
Estimator Approach. Journal of Health RajaGrafindo Persada
Economics. 28 (2009) 35-53. Diakses dari www. 22. Gani, A. 1999. Pengantar Ekonomi Kesehatan.
elsevier.com. tanggal 18 Desember 2009 Makalah. Disampaikan pada Diklat Penjenjangan
20. Mills, Anne & Gilson, Lucy. 1990. Ekonomi Manajer Pratama PT. Askes. Jakarta.
Kesehatan untuk Negara-Negara Sedang 23. World Health Organization. 2000. The World
Berkembang. Sebuah Pengantar. Jakarta : Dian Health Report 2000. Health Systems: Improving
Rakyat. Performance. Diakses dari http://www.who.int/
21. Thabrany, Hasbullah. (Ed.). 2005. Pendanaan whr/2000/, tanggal 10 Maret 2010.

112

Anda mungkin juga menyukai