2, Desember 2017
Abstrak
Pemerintah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan menerapkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas
melalui program Jaminan Tabalong Sehat (JTS) sejak tahun 2008. Peserta JTS adalah seluruh penduduk
Tabalong yang tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-fak-
tor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan wawancara mendalam. Sampel uji sebanyak 253 ru-
mah tangga sasaran program JTS, diambil dari 405 sampel rumah tangga yang dipilih secara sistematik, dari
klaster 15 desa/kelurahan di tiga wilayah puskesmas terpilih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas belum opti-
mal. Sebanyak 52% rumah tangga pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dalam setahun
terakhir. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah peng-
etahuan, kemauan untuk membayar/WTP, adanya penyakit tertentu, waktu tempuh, kemudahan dan biaya
transportasi. Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskemas yang sudah digratiskan disebabkan
karena kurang optimalnya kegiatan puskesmas, kurangnya sosialisasi ke masyarakat dan sasaran masyar-
akat yang disubsidi kurang tepat.
Abstract
Government of Tabalong District have been giving free health care subsidies at public health centre (PHC)
through Tabalong Health Security (Jaminan Tabalong Sehat /JTS) program since 2008. Targetting of JTS pro-
gram are all of Tabalong citizens that have not covered by health insurance or other health security programs.
The objective of this research was to know the factors that related with utilization of health services at PHC
in Tabalong District. Approach of this research were cross sectional design and deep interview. Sampels were
253 targetting household taken form 405 household that selected by systematic random from 15 villages clus-
ter at three selected PHC areas. The result showed that utilization of free health services subsidies were not
optimize yet. Just 52% of household utilized health services at PHC in the last year. The factors that related
with health services utilization at PHC are knowledge, willingness to pay (WTP), diseases avalaibility, travel-
ling time, easiness and cost of transportation. The low rates utilization of free health care were also caused
by un-optimize of PHC’s activities, lack of promotion the JTS programs, not matching of subsidies targetting.
Key word : Health services utilization, public health centre, subsidy, Tabalong
102
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
103
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
104
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
• Pedagang/wiraswasta 66 26,1
• Pernah 60 23,7
Kesesuaian jam buka puskesmas (n=253) • Belum sesuai 17 6,7
• Selalu 85 49,7
Persepsi kualitas pelayanan puskesmas (n=169) • Kurang 77 44,6
• Baik 92 55,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata 60 menit, biaya terbesar rata-rata Rp.100.000,
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas besar pengeluaran keluarga rata-rata Rp.1.681.608,
oleh penduduk dipengaruhi oleh faktor jarak, waktu kemampuan untuk membayar pelayanan kesehatan
tempuh, biaya transport, pengeluaran responden yang dihitung berdasarkan 5% dari pengeluaran
perbulan, kemampuan untuk membayar pelayanan untuk bukan makanan, terendah Rp.3.375 hingga
kesehatan dan kemauan untuk membayar pelayanan Rp.359.250 dan kemauan membayar pelayanan
kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan di puskesmas rata-rata Rp.17.421. Rerata
pemanfaatan puskesmas oleh penduduk berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
penelitian adalah jarak terjauh responden untuk puskesmas oleh penduduk di Kabupaten Tabalong
mendapatkan pelayanan kesehatan dari puskesmas tahun 2010 sebagaimana pada Tabel. 2.
rata-rata 17 km, waktu tempuh responden terlama rata-
105
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa mempunyai kemauan untuk membayar (WTP) biaya
variabel independen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Puskesmas >Rp.10.000 2,4 kali
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penduduk dibandingkan responden dengan kemauan membayar
di puskesmas (nilai p <0,05) adalah pengetahuan pelayanan kesehatan puskesmas <Rp.10.000.
program JTS (p=0,00; OR=3,6; CI 95%=2,13- Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
6,13), adanya diagnosis penyakit tertentu (p=0,02; hubungan yang bermakna antara pengetahuan,
OR=2,0; CI 95% =1,12-3,72), kemudahan adanya diagnosis penyakit, waktu tempuh,
transportasi (p=0,00; OR=4,3; CI 95% =2,13-8,76), kemudahan, biaya transportasi dan kemauan untuk
waktu tempuh ke puskesmas (p=0,04; OR=1,7; CI membayar puskesmas terhadap pemanfaatan
95%=1,01-2,76) dan biaya transport ke puskesmas pelayanan kesehatan di puskesmas.
(p=0,003; OR=1,7; CI 95% =2,13-6,13), WTP
(p=0,00; OR=2,8 CI 95%=1,68-479). a. Pengetahuan
Hasil uji statistik diketahui bahwa variabel Pengetahuan yang baik dari anggota
independen lain yang tidak terbukti berhubungan rumah tangga memanfaatkan pelayanan kesehatan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di di puskesmas 3,6 kali dibandingkan kelompok
puskesmas (nilai p >0,05) adalah pendidikan, responden yang berpengetahuan rendah. Hasil
pekerjaan, pengalaman diperiksa dokter puskesmas, ini sesuai dengan teori perilaku Green,14 bahwa
persepsi kualtas pelayanan puskesmas, jarak tempuh pengetahuan tentang layanan kesehatan merupakan
ke puskesmas, kesesuaian waktu buka puskesmas, salah satu determinan pemanfaatan layanan
pengeluaran rumah tangga dan kemampuan kesehatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa,
membayar (ATP). Hasil uji statistik antara variabel responden yang mempunyai pengetahuan tentang
independen dengan variabel dependen sebagaimana adanya pelayanan kesehatan gratis di puskesmas yang
Tabel 3. mendapat subsidi program JTS masih rendah yaitu
Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 3) 42,7% sehingga kecenderungan pemanfaat program
bahwa responden yang memanfaatkan pelayanan JTS bagi masyarakat rendah dengan demikian
di puskesmas; pengetahuan baik tentang adanya berpengaruh terhadap jumlahnya kunjungan ke
program subsidi pelayanan kesehatan gratis 3,3 puskesmas bagi masyarakat untuk mendapatkan
kali dibandingkan responden yang berpengetahuan pelayanan kesehatan juga menjadi kurang yaitu
rendah, pernah diagnosa menderita penyakit tertentu sekitar rata-rata 4,3% perbulan. Namun demikian,
sebesar 1,9 kali dibandingkan responden yang berdasarkan klaim yang diterima oleh pengelola JTS
tidak pernah didiagnosa, biaya transportasi yang dilaporkan terjadi peningkatan kunjungan JTS tahun
murah dari rumah responden ke puskesmas 1,7 kali 2009, yaitu 37,4% sasaran setahun atau 3,1% per
dibandingkan responden yang harus mengeluarkan bulan.
biaya transportasi yang mahal, responden yang
106
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
107
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
108
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
untuk mereduksi biaya tidak langsung, misalnya tetapi ditanggung oleh program Jamkesmas.
biaya transportasi melalui pelayanan puskesmas Subsidi pemerintah melalui pelayanan
kelliling yang bisa lebih mendekatkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas sering tidak tepat
kepada masyarakat. Intervensi lain yang dapat sasaran. Hal ini sesuai kajian Gani dkk6 bahwa
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan penerapan pelayanan kesehatan gratis meskipun
perbaikan infra struktur jalan dan penyediaan meningkatkan pemanfaatan puskesmas, namun
transportasi umum atau jadwal puskesmas keliling dirasa belum adil (inequity and unfairness), karena
yang lebih teratur sehingga mendekatkan pelayanan banyak yang menikmati subsidi bukan hanya
kesehatan pada masyarakat. masyarakat miskin termasuk masyarakat mampu
dan perusahaan asuransi sesuai yang dikatakan
d. Kemauan untuk membayar puskesmas Thabrany21 bahwa meskipun pemerintah telah
Rumah tangga dengan kemauan untuk menyediakan subsidi yang besar pada pelayanan
membayar pelayanan puskesmas WTP >Rp.10.000 kesehatan, tetapi orang miskin kurang memiliki
memanfaatkan pelayanan kesehatan 2,8 kali akses. Menurut Jimenez dalam Nadjib,15 bahwa
dibandingkan dengan rumah tangga dengan WTP hanya 19% subsidi pemerintah yang dinikmati oleh
<Rp.10.000. Hasil penelitian ini sesuai dengan 40% penduduk miskin di Indonesia sehingga orang
pendapat Mills20 bahwa salah satu faktor yang kaya memperoleh manfaat yang lebih besar.
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan adalah Berkaitan dengan pelayanan kesehatan
kemauan untuk membayar. Informasi mengenai gratis di puskesmas yang selama ini belum optimal
kesediaan individu untuk membayar jasa pelayanan dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Tabalong,
kesehatan merupakan informasi penting dalam menunjukkan bahwa kondisi puskesmas belum
penyediaan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini memiliki daya tarik yang kuat bagi masyarakat
juga sama dengan hasil penelitian Nadjib15 di Jawa Tabalong sebagai tempat pelayanan kesehatan primer.
Tengah, rumah tangga yang pernah memanfaatkan Hal ini didukung data penelitian bahwa puskesmas
pelayanan kesehatan Puskesmas memiliki kemauan belum menjadi pilihan pertama bagi masyarakat
membayar puskesmas >Rp. 10.000 sehingga rumah bila merasakan sakit karena meskipun puskesmas
tangga ini, berpeluang memanfaatkan pelayanan menyiapkan pelayanan pada pagi sampai siang
puskesmas meskipun tidak mendapatkan subsidi hari namun keberadaan dokter puskesmas belum
pelayanan gratis. Mereka yang tidak pernah ke tentu ada dan kualitas pelayanan terkait dengan
puskesmas menyatakan bahwa mereka akan mau penegakan diagnosa, kebersihan dan kelengkapan
membayar pelayanan di puskesmas dengan biaya obat dirasakan masih kurang. Berdasarkan informasi
yang lebih rendah yaitu <Rp.10.000. yang didapatkan dari informan dari puskesmas
Beberapa faktor yang menarik untuk dibahas mengatakan bahwa ketersediaan obat-obatan yang
terkait dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan kurang baik dari segi jumlah dan jenis di puskesmas
gratis tingkat puskesmas di Kabupaten Tabalong, yang diperuntukkan program gratis merupakan
diantaranya adalah faktor status ekonomi keluarga, salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya
yang diukur dengan pengeluaran rumah tangga. Pada minat masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
penelitian ini dapat dikatakan bahwa rumah tangga kesehatan gratis karena dianggap kualitas pelayanan
yang ekonominya menengah dan keatas memiliki kesehatan kurang baik.
kecenderungan yang sama untuk memanfaatkan Pemberian subsidi pelayanan kesehatan
puskesmas yang digratiskan. Kemampuan untuk gratis yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan
membayar (ATP) merefleksikan bagian (5%) pelayanan kesehatan di puskesmas melalui program
dari besarnya pengeluaran rumah tangga yang JTS telah memberi pengaruh dengan meningkatkan
dikeluarkan untuk keperluan bukan makanan (non jumlah kunjungan ke puskesmas meskipun
food expenditure) yang berarti rumah tangga yang cakupan kunjungan masih rendah. Pendekatan
mampu juga ikut menikmati subsidi pembiayaan sasaran subsidi yang diberikan Pemerintah Daerah
kesehatan di Kabupaten Tabalong yang proporsinya KabupatenTabalong adalah seluruh masyarakat
hampir seimbang dengan rumah tangga tidak mampu Tabalong yang tidak memiliki jaminan kesehatan
109
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
ataupun asuransi kesehatan. Profil Dinas Kesehatan sehingga manfaat pelayanan kesehatan tidak hanya
Tabalong,7 data penduduk Tabalong tahun 2008 di puskesmas, tapi hingga pelayanan rujukan
sebanyak 197.095 jiwa, penduduk yang memiliki di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan medis.
asuransi kesehatan sebanyak 11,3%, penduduk Sedangkan bagi kelompok masyarakat yang mampu,
yang dijamin program Jamkesmas sebanyak 18,8%, maka pelayanan kesehatan yang murah (dasar)
sehingga sasaran penduduk yang mendapatkan tetap harus membayar, selanjutnya bisa dilakukan
subsidi program JTS adalah sebanyak 69,9% atau sharing premi untuk pelayanan kesehatan yang lebih
137.843 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran komprehensif, sebagaimana tertuang dalam Undang
program JTS bukanlah diperuntukkan hanya pada Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
masyarakat yang secara ekonomi memerlukan Jaminan Sosial Nasional (SJSN).23,21
bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
gratis tingkat puskesmas. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan informasi yang didapatkan a. Kesimpulan
dari informan di puskesmas, program JTS tidak 1. Pelayanan kesehatan gratis di puskesmas melalu
mempengaruhi sebagian besar masyarakat untuk program Jaminan Tabalong Sehat di Kabupaten
mau memanfaatkan pelayanan kesehatan gratis di Tabalong belum optimal dimanfaatkan oleh
puskesmas. Kesadaran masyarakat untuk datang ke masyarakat Tabalong.
puskesmas tidak ditentukan harus membayar atau 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
gratis tetapi didasarkan atas kebutuhan pelayanan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
kesehatan karena sakit. Hasil penelitian ini oleh rumah tangga sasaran program JTS di
mengindikasikan biaya pelayanan kesehatan dasar Kabupaten Tabalong adalah pengetahuan
yang murah yang ditanggung oleh pemerintah daerah program JTS, adanya diagnose penyakit tertentu,
justru sebenarnya masih mampu ditanggung sendiri kemudahan transportasi, waktu tempuh, biaya
oleh masyarakat. Menurut Gani22 kondisi seperti ini transportasi, dan kemauan untuk membayar.
yang terjadi adalah adanya consumer surplus, yaitu 3. Kondisi yang turut berperan terhadap rendahnya
sebenarnya masyarakat mampu membayar lebih pemanfaatan subsidi pelayanan kesehatan gratis
besar dari jumlah yang disubsidi. di puskesmas adalah belum optimalnya kegiatan
Kemauan masyarakat membayar pelayanan program di puskesmas, kurangnya sosialisasi
kesehatan di puskesmas, justru kelompok program JTS dan sasaran masyarakat yang
masyarakat yang memiliki WTP >Rp.10.000 yang diberikan subsidi kurang tepat.
lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan
di puskesmas, berarti kurang tepat bila kelompok b. Saran
tersebut diberikan subsidi pelayanan kesehatan 1. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu lebih
gratis di puskesmas, dengan demikian maka tujuan meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan
awal pemberian subsidi untuk meringankan beban kepada masyarakat agar masyarakat lebih
biaya pengobatan kurang sesuai. Menurut informan mengetahui dan dapat memanfaatkan program
di puskesmas, ada masyarakat yang lebih memilih subsidi pelayanan kesehatan.
membayar retribusi puskesmas daripada harus 2. Puskesmas meningkatkan promosi agar
terlebih dulu mengurus KTP sebagai persyaratan pengetahuan masyarakat tentang program
pelayanan gratis di puskesmas. pelayanan kesehatan gratis lebih merata.
Melihat kondisi tersebut, targetting sasaran 3. Puskesmas meningkatkan kualitas pelayanan
subsidi pelayanan kesehatan lebih mengacu pada kesehatan di puskesmas melalui ketepatan
rekomendasi WHO,23 yakni mempertimbangkan diagnosa, ketersediaan obat-obatan dan lebih
sasaran kepada masyarakat yang kurang mampu aktif mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
(beneficiaries poor), pelayanan yang benar-benar masyarakat agar masyarakat tidak terbebani
dibutuhkan (adequate demand) dan membutuhkan biaya transportasi mahal ke puskesmas.
biaya besar (catastrophic cost). Subsidi dapat 4. Kaji ulang kebijakan subsidi pelayanan
diberikan dalam bentuk premi asuransi sosial, kesehatan gratis di puskesmas dengan sasaran
110
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
111
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Desember 2017
19. Johar, Meliyanni. 2009. The Impact of the Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi
Indonesian Health Card Program: A Matching Dana Kesehatan di Indonesia. Jakarta: PT
Estimator Approach. Journal of Health RajaGrafindo Persada
Economics. 28 (2009) 35-53. Diakses dari www. 22. Gani, A. 1999. Pengantar Ekonomi Kesehatan.
elsevier.com. tanggal 18 Desember 2009 Makalah. Disampaikan pada Diklat Penjenjangan
20. Mills, Anne & Gilson, Lucy. 1990. Ekonomi Manajer Pratama PT. Askes. Jakarta.
Kesehatan untuk Negara-Negara Sedang 23. World Health Organization. 2000. The World
Berkembang. Sebuah Pengantar. Jakarta : Dian Health Report 2000. Health Systems: Improving
Rakyat. Performance. Diakses dari http://www.who.int/
21. Thabrany, Hasbullah. (Ed.). 2005. Pendanaan whr/2000/, tanggal 10 Maret 2010.
112